Anda di halaman 1dari 12

e-J.

Agrotekbis3 (5) :668-679 , Oktober 2015 ISSN : 2338-3011

MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA INDUSTRI KOPI


“BUMI MUTIARA” DI KOTA PALU

Management of Supplies Raw Materials in “Bumi Mutiara” Coffee Industry in Palu

Roni Tumijo, 1) Saharia Kassa,2)Dafina Howara2)


1)
Mahasiswa Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu
2)
Staf Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu
E-mail : rangga_roni@yahoo.co.id
E-mail : saharia_kassa@yahoo.com
E-mail : dhowara@yahoo.com

ABSTRACT

The aim of this study was to know the amount of economical purchase of raw coffee
materialsand to know the exact time to reorder the coffee in “Bumi Mutiara” palu industry. The
location was chosen intentionally in the coffee industry“Bumi Mutiara” that produces coffee with
the main raw material is coffee beansand the industry has not had good management of materials
supplies. Respondent was determined purposively. Respondent was chosen by 4 persons consisting
of 1 leader and 3 employees. Supply analysis used was the analysis of (EOQ, ROP, Safety Stock).
The result showed that the number of economical purchase of raw coffee materials should be done
by industry of “Bumi Mutiara” in January-Desember 2014 is about 1.499,02kilograms. Reorder
which should always be available in the warehous is amount83,00kilograms.Thesafety supplies as
many as 33.3 kilograms. The total cost of economic supplies that produced out in January-
Desember 2014 an average Rp.145.462,56.

Key Words: Bumi mutiara, coffee, supplies management

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui jumlah pembelian bahan baku yang paling ekonomis
dan mengetahui waktu yang tepat melakukan pemesanan kembali pada industri kopi “Bumi
Mutiara” di Kota Palu. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) pada industri kopi
“Bumi Mutiara” yang memproduksi kopi dengan bahan baku utama adalah kopi biji, dan industri
tersebut belum memiliki manajemen persediaan bahan baku yang baik. Penentuan responden
dilakukan dengan sengaja (purposive). Responden dipilih sebanyak 4 orang yang terdiri dari 1
orang pimpinan dan 3 orang karyawan. Analisis persediaan yang digunakan adalah analisis
Persediaan (EOQ, ROP, Safety Stock).Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah pembelian
ekonomis yang dilakukan untuk industri kopi “Bumi Mutiara” pada bulan Januari-Desember untuk
pembelian bahan baku kopi rata-rata sebesar 1.499,02kg. Pemesanan kembali yang harus selalu
tersedia di gudang sebanyak 83,00kg. Persediaan pengaman sebesar 33,3 kg. Total biaya
persediaan ekonomis yang dikeluarkan pada bulan Januari–Desember 2014 rata-rata sebesar
Rp.145.462,56.

Kata Kunci : Bumi mutiara, kopi, manajemen persediaan

PENDAHULUAN Vietnam dan Colombia. Ada sekitar 67 %


total produksi kopi diekspor sedangkan
Indonesia merupakan negara produsen kopi sisanya (33%) untuk memenuhi kebutuhan
keempat terbesar dunia setelah Brazil, dalam negeri. Selain itu, produk - produk

668
hasil perkebunan memiliki prospek yang perusahaan. Industri kopi “Bumi Mutiara”
bagus untuk dikembangkan. Prospek itu memiliki masalah pada persediaan bahan
antara lain adalah tumbuhnya industri hilir baku kopi, dengan ini peneliti tertarik
sampai hulu, hal ini menciptakan lapangan mengambil judul tentang manajemen stok
pekerjaan, meningkatkan penghasilan petani bahan baku industri kopi yang berlokasi di
dengan nilai jual yang tinggi, tersedianya Jalan Palu Nagaya II No. 29.
lahan yang cukup luas serta menghasilkan Tujuan dari penelitian ini ialah
aneka produk olahan yang dapat memenuhi mengetahuijumlah pemesanan yang
kebutuhan masyarakat (Haryanto, 2012). ekonomis EOQdalam persediaan bahan
Persaingan bisnis telah mendorong menuju baku pada industri kopi “Bumi Mutiara”
ketingkatan yang baru karena adanya dan pemesanan kembali reorder
perpaduan antara perkembangan teknologi points(ROP) terhadap persediaan bahan
dengan tingkat kepuasan pelanggan. baku pada industri kopi “Bumi Mutiara”
Banyaknya industri berlomba - lomba untuk serta mengetahui besarnya persediaan
menarik minat pelanggan dengan menjual (Safety Stock) pada industri kopi “Bumi
produk yang berkualitas tinggi dengan Mutiara”. Mengetahui total biaya
harga yang terjangkau dan dapat terpenuhi persediaan bahan baku kopi pada industri
tepat pada waktunya. Apabila industri dapat kopi “Bumi Mutiara”.
beroperasi dengan seefektif mungkin,maka
aktivitas berproduksi dapat mendatangkan METODE PENELITIAN
kemungkinan penurunan biaya produksi,
yang pada akhirnya harga jual dari produk Tempat dan Waktu Penelitian
yang dihasilkan oleh industri tersebut Penelitian ini dilaksanakan di industri
mampu bersaing dan juga mampu kopi ”Bumi Mutiara“ berlokasi di Jalan
memenuhi permintaan pelanggan tepat pada Palu Nagaya II No. 29. Lokasi ini dipilih
waktunya (Alicia, 2011). secara sengaja (Purposive) dengan
Industri kopi “Bumi Mutiara” pertimbangan bahwa industri kopi ”Bumi
merupakan salah satu industri yang Mutiara“ merupakan salah satu industri
mengelola kopi di Kota Palu yang telah yang memproduksi kopi yang ada di Kota
berproduksi untuk mengembangkan Palu.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
usahanya, disaat persediaan bahan baku Desember 2014.
belum memadai. Kendala yang dihadapi Penentuan Responden
oleh industri tersebut, yaitu sulitnya untuk Penentuan responden dilakukan
memperoleh bahan baku. Pengendalian secara sengaja (purposive) responden yang
persediaan bahan baku penting untuk diambil dalam penelitian terdiri dari 4 orang
dilakukan, mengingat bahan baku yakni 1 orang pimpinan dan 3 orang
merupakan unsur paling utama dalam karyawan bagian pengemasan. Hal ini
kelancaran suatu sistem produksi. didasarkan pertimbangan bahwa pimpinan
Perencanaan persediaan meliputi keputusan perusahaan yang bertanggung jawab penuh
tentang kapan harus melakukan pemesanan dan mengetahui tentang seluk beluk
terhadap suatu item yang harus dipesan, manajemen bahan baku di industri kopi
dengan memperhitungkan pula akan sarana “Bumi Mutiara”.
dan prasarana, serta biaya yang diperlukan
Metode Pengumpulan Data
selama periode pemesanan persediaan Pengumpulan data yang digunakan
dilakukan. Pengendalian persediaan bahan dalam penelitianini terdiri atas data primer
baku akan memberikan dampak positif dan data sekunder. Data primer diperoleh
untuk mendukung kelancaran proses dengan cara observasi dan wawancara
produksi dalam peningkatan keuntungan langsung kepada respondendengan

669
menggunakan daftar pertanyaan ROP = Reorder point
(questionaire). Data sekunder diperoleh dari Lead time =Waktu tunggu
instansi terkait, literatur -literatur dan A =Penggunaan bahan baku rata -
penelitian-penelitian terdahulu. rata per hari
Analisis Data
Data yang dikumpulkan dalam 4. Total Biaya Persediaan Bahan Baku
penelitian ini dianalisis menggunakan Total biaya persediaan bahan baku
analisis deskriptif yaitu dengan cara (Total Inventory Cost) digunakan untuk
menggambarkan atau menguraikan tentang mencapai tujuan yang kedua, dengan
pembuatankopi, dan menganalisis formulasi sebagai berikut (Haming, 2007):
persediaan bahan baku kopi yang diperoleh
dari hasil wawancara terhadap pemilik dan 𝐷 𝑄
𝑇𝐼𝐶 = 𝑆 + (𝐻)
karyawan industri. 𝑄 2
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai
dari penelitian ini, maka model analisis Keterangan:
yang digunakan yaitu sebagai berikut: TIC= Total biaya persedian ekonomis
1. EOQ (Economic Order Quantity)
bahan baku kopi (Rp)
Menurut Riyanto (2001)bahwa model
Q = Jumlah pembelian ekonomis bahan
EOQ digunakan untuk menentukan kualitas
baku kopiper bulan (kg)
pesanan persediaan yang meminimumkan
D = Jumlah pembelian bahan baku kopi
biaya langsung penyimpanan persediaan
per bulan (kg)
dan biaya pemesanan persediaan. EOQ
S = Biaya pemesanan bahan baku kopi per
dapat dirumuskan secara matematis sebagai
pemesanan (Rp)
2𝐷𝑆 H = Biaya penyimpanan bahan kopi per
berikut : EOQ = kg (Rp)
𝐻

Keterangan: HASIL DAN PEMBAHASAN


EOQ = Kuantitas pembelian ekonomis Persediaan Bahan Baku Menurut
bahan baku kopi (kg) Industri Kopi “Bumi Mutiara”
D = Kuantitas penggunaan kopi dalam Asal Bahan Baku
setahun (kg)
Assauri (2004) pengertian bahan
S = Biaya pemesanan kopi tiap kali
pesan (Rp) baku meliputi semua bahan yang
H = Biaya penyimpanan kopi (Rp) dipergunakan dalam perusahaan,
2. Persediaan Pengaman (Safety Stock) kecualiterdapat bahan-bahan yang secara
Alat analisis yang digunakan untuk fisik akan digabungkan dengan produk yang
mencapai tujuan kedua yaitu Persediaan dihasilkan oleh perusahaan tersebut.
Pengaman (Safety Stock), Perhitungan Perusahaan yang memiliki penguasaan atas
safety stock adalah sebagai berikut produksi bahan baku sendiri lebih
(Haming, 2007) : menjamin ketersediaan bahan baku
Safety Stock = (Pemakaian maksimum – dibandingkan bila pengadaan bahan baku
Pemakaian rata-rata) + Lead Time tersebut dilakukan melalui pembelian.
3. Pemesanan Kembali (Reorder Point) Asal bahan baku industri kopi
Alat analisis yang digunakan untuk “Bumi Mutiara” diperoleh dari petani kopi
mencapai tujuan ketiga yaitu Pemesanan yang berada di daerah Kulawi. Bahan baku
Kembali (Reoder point), merupakan salah satu faktor yang sangat
Perhitungan(Reoder point), adalah sebagai penting dalam proses
berikut (Riyanto, 2001) produksi.Berdasarkanhasil wawancara, biji
ROP = Safety Stock + (Lead Time x A) kopi yang digunakan dalam pembuatan kopi
Keterangan: di industri kopi “Bumi Mutiara” yaitu biji

670
kopi yang memiliki kualitas terbaik. Biaya Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah
pembelian bahan baku per kilogramnya pembelian bahan baku kopi yang dilakukan
adalah sebesar Rp 24.000/kg. Ketersediaan industri kopi “Bumi Mutiara" tidak tetap,
bahan baku dalam jumlah dan waktu yang dimana pembelian bahan baku tertinggi
tepat akan mempengaruhi produktifitas
industri dalam memproduksi kopi. terjadi pada bulan Februari - Juli dan
Berdasarkan hasil wawancara bahan baku Oktober - Desember sebesar 1.000 kg dan
tersebut diperoleh industri dengan membeli pembelian terendah terjadi di bulan Agustus
langsung melalui petani kopi atau pedagang dan September sebesar 980 kg, hal ini
pengumpul yang terletak di daerah Kulawi, menunjukkan bahwa bahan baku mulai
dengan memenuhi persyaratan yang telah berkurang dari tingkat petani sehingga pada
ditetapkan industri. bulan Agustus-September bahan baku yang
Pembelian dan Penggunaan Bahan Baku bisa digunakan sebesar 880 kg.
Kopi Penggunaan bahan baku yang
Industri kopi “Bumi Mutiara” digunakan dalam proses produksi
merupakan industri yang bergerak dalam memerlukan pengawasan dan pengendalian
bidang agroindustri yang memanfaatkan biji yang tepat sehingga industri dapat
kopi sebagai bahan baku dalam pembuatan menghindari terjadinya inefisiensi dalam
kopi. Produksi kopibanyak digemari kegiatan produksi akibat tingginya biaya
masyarakat sekitar sehingga permintaan persediaan bahan baku.Pengendalian
pasar akan produksi kopi cukup banyak,
untuk memenuhi permintaan tentu saja penggunaan bahan baku penting untuk
industri kopi “Bumi Mutiara” harus selalu dilakukan, mengingat bahan baku
menyediakan bahan baku kopi agar merupakan unsur paling utama dalam
produksi terus berjalan. Data bahan baku kelancaran suatu sistem produksi.
yang terdapat pada industri kopi “Bumi Perencanaan persediaan meliputi keputusan
Mutiara” bulan Januari - Desember Tahun tentang kapan harus melakukan pemesanan
2014 terlihat pada Tabel 1. terhadap suatu item yang harus dipesan,
Tabel 1. Jumlah Pembeliaan dan Penggunaan dengan memperhitungkan pula akan sarana
Bahan Baku Industri Kopi “Bumi
dan prasarana, serta biaya yang diperlukan
Mutiara” Pada Bulan Januari-
Desember 2014. selama periode pemesanan persediaan
Pembelian dilakukan. Pengendalian penggunaan bahan
No Bulan Bahan Baku Penggunaan (Kg) baku akan memberikan dampak
(Kg) positifuntuk mendukung kelancaran proses
1 Januari 990 890
2 Februari 1.000 850 produksi dalam peningkatan keuntungan
3 Maret 1.000 850 perusahaan.
4 April 1.000 850
5 Mei 1.000 850 Pembelian Bahan Baku Kopi
6 Juni 1.000 850 Kuantitas pemesanan bahan baku
7 Juli 1.000 850
8 Agustus 980 880 yang optimal dalam penyediaan bahan baku
9 September 980 880 untuk pengolahan biji kopi menjadi kopi
10 Oktober 1.000 850 terlebih dahulu harus mengetahui jumlah
11 November 1.000 850
12 Desember 1.000 850 pembelian bahan baku kopi tiap bulannya.
Jumlah 11.950 10.300 Berikut ini dapat dilihat total penggunaan
Rata-rata 995,83 858,33 bahan baku kopi pada Tabel 2.
Sumber : Industri Kopi “Bumi Mutiara” 2015.

671
Tabel 2. Jumlah Pembelian dan Frekuensi Pembelian per Pembelian pada Bulan Januari-Desember
2014.
Pembelian Kopi
No Bulan Frekunsi Jumlah Pembelian Per Pembelian
(Kg)
1 Januari 990 1 990
2 Februari 1.000 1 1.000
3 Maret 1.000 1 1.000
4 April 1.000 1 1.000
5 Mei 1.000 1 1.000
6 Juni 1.000 1 1.000
7 Juli 1.000 1 1.000
8 Agustus 980 1 980
9 September 980 1 980
10 Oktober 1.000 1 1.000
11 November 1.000 1 1.000
12 Desember 1.000 1 1.000
Jumlah 11.950 12 11.950
Rata-rata 995,83 1 995,83
Sumber: Industri Kopi “Bumi Muitiara” 2015.

Tabel 2. Jumlah pembelian bahan barang-barang yang langsung pakai,


baku kopi dari bulan Januari-Desember naik fungsi yang memakai barang
turun diakibatkan karena produksi kopi mengajukan permintaan pembelian
ditingkat petani mulai menurun hal ini langsung ke fungsi pembelian
disebebkan kondisi cuaca dan serangan dengan menggunakan surat
hama pada buah kopi. Jumlah pembelian permintaan pembelian.
biji kopi tertinggi terjadi pada bulan 2. Prosedur Permintaan Penawaran
Februari-Juli dan Oktober-Desember Harga dan Pemilihan Pemasok
dengan jumlah pembelian bahan baku Dalam prosedur ini, fungsi
sebanyak 1.000 kg , sedangkan jumlah pembelian mengirimkan surat
pembelian bahan baku terendah terjadi pada permintaan penawaran harga kepada
bulan Agustus dan September sebanyak 980 para pemasok untuk memperoleh
informasi mengenai harga barang
kg, rata–rata pembelian sebesar 995,83kg, dan berbagai syarat pembelian yang
dengan jumlah frekuensi sebanyak 1 kali. lain.
Suatu perusahaan akan berjalan 3. Prosedur Order Pembelian
dengan baik apabila mempunyai prosedur Dalam prosedur ini, fungsi
pembelian yang efektif dan efisien. pembelian mengirimkan surat order
Prosedur pembelian menurut Mulyadi pembelian kepada pemasok yang
(2001) dalam bukunya yang berjudul dipilih dan memberitahukan kepada
“Sistem Akuntansi” secara garis besar unit-unit organisasi lain dalam
prosedur dalam sistem akuntansi pembelian perusahaan.
terdiri dari 6 prosedur yang meliputi : 4. Prosedur Penerimaan Barang
1. Prosedur Permintaan Pembelian Dalam prosedur ini, penerimaan
Dalam prosedur ini fungsi gudang melakukan pemeriksaan mengenai
mengajukan permintaan pembelian jenis, kuantitas dan mutu barang
dalam formulir surat permintaan yang diterima dari pemasok.
pembelian. Jika barang tidak 5. Prosedur Pencatatan
disimpan di gudang, misalnya untuk

672
Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi dikeluarkan oleh industri kopi “Bumi
memeriksa dokumen-dokumen yang Mutiara”.
berhubungan dengan pembelian.
Persediaan Pengaman (Safety Stock)
6. Prosedur Distribusi Pembelian Persediaan pengaman (Safety Stock)
Prosedur ini meliputi distribusi adalah persediaan tambahan yang diadakan
rekening yang di debet dari transaksi untuk melindungi atau menjaga
pembelian untuk kepentingan kemungkinan terjadinya kekurangan bahan
pembuatan laporan manajemen. baku yang disebabkan oleh penggunaan
Total Biaya Persediaan Bahan Baku bahan baku yang lebih besar dari perkiraan
Bahan baku adalah bahan utama atau semula dan juga dapat menghambat proses
bahan pokok dan merupakan komponen produksi. Industri kopi “Bumi Mutiara”
utama dari suatu produk. Bahan baku tidak tidak memiliki persediaan pengaman yang
akan terlepas dari biaya persediaan yang jumlahnya pasti tiap bulannya, karena
menyertainya.Begitu juga dengan industri industri ini merupakan industri dengan
kopi “Bumi Mutiara”harus mengetahui total sistem pemesanan, sehingga tiap bulannya
biaya persediaan yang telah dikeluarkan perusahaan memperoduksi barang sesuai
padabulan Januari-Desember 2014yang dengan order tersebut.
dapat dilihat pada Tabel 3.
Waktu Tunggu (LeadTime)
Tabel 3. Total Biaya Persediaan Bahan Baku
kopi di Industri “Bumi Mutiara”
Waktu tunggu (Lead Time)adalah
Bulan Januari-Desember 2014. waktu total yang diperlukan untuk
Total memperoleh bahan baku biji kopi yang
No Bulan
Biaya Biaya Biaya diperlukan dalam proses produksi. Waktu
Pemesanan Penyimpanan Persediaan
(Rp) (Rp) (Rp) tunggu (Lead Time)yang terjadi pada
1 Januari 161.000 184.166 345.166 industri kopi “Bumi Mutiara” yaitu selama
2 Februari 161.000 184.166 345.166
Maret 211.000 184.166 395.166
1 hari, hal ini dikarenakan tempat industri
3
4 April 210.000 184.166 394.166 dan tempat pengambilan bahan baku yang
5 Mei 210.000 184.166 394.166 di tempuh yaitu di Daerah Kulawi.
6 Juni 210.000 184.166 394.166
7 Juli 210.000 194.166 404.166 Pemesanan Kembali (Reorder Point)
8 Agustus 210.000 194.166 404.166 Reorder point (ROP)yaitu
9 September 264.000 204.166 468.166 merupakan titik dimana suatu perusahaan
10 Oktober 264.000 204.166 468.166
November 264.000 204.166 468.166
harus mengadakan pemesanan bahan baku
11
12 Desember 264.000 204.166 468.166 kembali. Industri kopi “Bumi Mutiara”
Jumlah 2.639.000 2.309.992 4.951.992 pada dasarnya sudah menerapkan
Rata-rata 219,91 192,49 412,41
pemesanan kembali, namun titik pemesanan
Sumber : Industri Kopi “Bumi Mutiara” 2015.
bahan baku tidak selalu menentu
Tabel 3 menunjukkan bahwa total jumlahnya, dikarenakan jumlah bahan baku
biaya persediaan terbesar yang dikeluarkan yang terpakai oleh industri kopi “Bumi
oleh industri kopi “Bumi Mutiara” terjadi Mutiara” tidak menentu karna disesuaikan
pada bulan September-Desember sebesar permintaan pasar akan produk kopi.
Rp. 468.166. Total biaya persediaan Analisis Persediaan Bahan BakuJumlah
terendah menurut kebijakan industri kopi Pembelian Ekonomis (EOQ), Frekuensi
“Bumi Mutiara” terjadi pada bulan Januari dan Total Biaya Persediaan Bahan Baku
dan Februari sebesar Rp. 345.166, Pembelian bahan baku yang
rendahnya total biaya yang dikeluarkan ekonomis yang dilakukan pada industri kopi
disebabkan oleh rendahnya biaya “Bumi Mutiara” pada bulan Januari-
pemesanan dan biaya penyimpanan yang Desember 2014 dengan menggunakan
metode EOQ (Economic Order

673
Quantity)yaitu jumlah bahan mentah yang sedangkan biaya penyimpanan per kg
setiap kali dilakukan pembelian yang kopi tertinggi terjadi pada bulan
menimbulkan biaya yang paling rendah, September yaitu sebesar Rp. 208,33.
tetapi tidak mengakibatkan kekurangan Berdasarkan hasil analisis diatas,
bahan baku yang membutuhkan data
persediaan bahan baku kopi yang dimiliki kemudian dapat diketahui seberapa besar
oleh industri kopi “Bumi Mutiara” pada kuantitas pembelian ekonomis bahan baku
bulan Januari-Desember 2014. Data–data kopi setiap kali pemesanan, frekuensi
yang digunakan untuk mengetahui pembelian, dan total biaya persediaan bahan
pembelian ekonomis dengan metode EOQ baku kopi ekonomis yang dikeluarkan pada
antara lain jumlah pembelian bahan baku bulan Januari-Desember 2014. Data
kopi (D), biaya pemesanan setiap kali pesan tersebut terlihat pada Tabel 5.
(S), dan biaya penyimpanan kopi per kg Tabel 5. Jumlah Pembelian Ekonomis Bahan
(H), data tersebut terlihat pada Tabel 4. Baku Kopi, Frekuensi Pembelian dan
Tabel 4. Jumlah Pembelian Kopi, Biaya Total Biaya Persediaan Bahan Baku
Pemesanan Per Pemesanan Dan Kopi Bulan Januari-Desember 2014.
Biaya Penyimpanan Per Kg Frekuensi
Bahan Baku Kopi Bulan Januari– No Bulan EOQ (kg) TIC (Rp)
(kali)
Desember 2014. 1 Januari 1.309,07 1 122.004,16
Biaya 2 Februari 1.322,30 1 122.001,05
Jumlah Pemesanan Biaya 3 Maret 1.513,76 1 139.666,78
Pembelian Per Penyimpanan 4 April 1.510,17 1 139.335,30
No Bulan
Kopi(kg) Pemesanana Per Kg Kopi 5 Mei 1.510,17 1 139.335,30
(D) Kopi (Rp) (Rp) (H) 6 Juni 1.510,17 1 139.335,30
(S) 7 Juli 1.470,77 1 143.067,91
1 Januari 990 161.000 186,02 8 Agustus 1.441,36 1 143.073,20
2 Februari 1.000 161.000 184,16 9 September 1.575,99 1 164.498,49
Maret 1.000 211.000 184,16 10 Oktober 1.608,16 1 164.491,08
3
April 1.000 210.000 184,16 11 November 1.608,16 1 164.491,08
4
12 Desember 1.608,16 1 164.491,08
5 Mei 1.000 210.000 184,16
Rata-rata 1.499,02 1 145.462,56
6 Juni 1.000 210.000 184,16
Juli 1.000 210.000 194,16
Sumber : Industri Kopi “Bumi Mutiara” 2015.
7
8 Agustus 980 210.000 198,12 Berdasarkan Tabel 5 diketahui
9 September 980 264.000 208,33 bahwa Jumlah pembelian ekonomis bahan
10 Oktober 1.000 264.000 204,16
November 1.000 264.000 204,16
baku kopi menurut metode EOQ rata - rata
11
12 Desember 1.000 264.000 204,16 sebesar 1.499,02 kg, sedangkan total biaya
Rata-rata 995,83 219,916 19332,58 persediaan bahan baku (Total Inventory
Sumber : Industri Kopi “Bumi Mutiara” 2015. Cost) rata-rata sebesar Rp. 145.462,56,
dengan frekuensi sebanyak 1 kali.
Berdasarkan Tabel 4 diketahui
jumlah pembelian bahan baku terendah Persediaan Pengaman (Safety Stock)
terjadi pada bulan Agustus dan September Besarnya persediaan pengaman
yaitu sebanyak 980 kg, sedangkan jumlah (safety stock) dipengaruhi oleh besarnya
pembelian bahan baku tertinggi terjadi pada pembelian bahan baku kopi setiap bulan,
bulanFebruari-Juli dan Oktober-Desember besarnya pembelian bahan baku kopi ini
dengan jumlah pembelian bahan baku menentukan besarnya standar deviasi.
sebanyak 1.000 kg. Biaya pemesanan per Besarnya safety stock bahan baku kopi
pemesanan terendah yang dikeluarkan terlihat pada Tabel 6 sebagai berikut.
industri kopi “Bumi Mutiara” terjadi pada Tabel 6. Besarnya Safety Stock Bahan Baku
bulan Januari dan Februari yaitu sebanyak Kopi Bulan Januari-Desember 2014.
Kebutuhan Bahan
Rp 161.000. Biaya penyimpanan per kg Baku Per Hari
Waktu tunggu Safety stock
kopi terendah yang dikeluarkan industri
kopi “Bumi Mutiara” terjadi pada bulan 33,3 kg 1 hari 33,3 kg
Februari-Juni yaitu sebanyak Rp. 184,16 Sumber : Data Primer Setelah Diolah,2015.

674
Terlihat dari Tabel 6 diatas bahwa Berdasarkan Tabel 7 seharusnya
kebutuhan bahan baku per hari yaitu pihak industri memesan kembali bahan
sebanyak 33,3 kg untuk satu kali produksi. bakurata-rata sebesar1.900,68 kg, hal ini
Berdasarkan perhitungan persediaan agar industri kopi “Bumi Mutiara” tidak
pengaman (safety stock) diperoleh
persediaan pengaman yang harus selalu mengalami kekurangan bahan baku dan
tersedia sebesar 33,3 kg setiap satu kali selalu bisa berproduksi tanpa menghawatirkan
produksi. Apabila tidak terpenuhi bahan kekurangan bahan baku kopi biji, seperti
baku sebanyak 33,3 kg maka produksi akan halnya yang terjadi pada bulan Januari saat
menurun sedangkan permintaan meningkat persediaan digudang sebesar 76,63 kg.
sehingga perusahaan harus selalu
menyediakan bahan baku sebanyak 33,3 kg Analisis Selisih Efisiensi Persediaan
atau lebih untuk memenuhi permintaan atau Bahan Baku Menurut Kebijakan
mengatasi menejemen persediaan bahan Industri dengan Analisis Persediaan
baku. Bahan Baku.
Pemesanan Kembali (Reorder Point). Sistem persediaanadalahserangkaian
MenurutRiyanto (2001)Reorder kebijaksanaan danpengendalian yang
point ialah saat atau titik di mana harus memonitor tingkat persediaan dan
diadakan pesanan lagi sedemikian rupa menentukan tingkat persediaan dan
sehingga kedatangan atau penerimaan menentukan tingkat persediaan yang harus
bahan baku yang dipesan itu adalah tepat dijaga, kapan persediaan harus diisi, dan
pada waktu dimana persediaan di atas safety berapa besar pesanan yang harus dilakukan.
stock sama dengan nol. Dengan demikian Sistem ini bertujuan menetapkan dan
diharapkan datangnya bahan baku yang menjamin tersedianya sumberdaya yang
dipesan itu tidak akan melewati waktu tepat, dalam kuantitas yang tepat dan pada
sehingga akan melanggar waktu yang tepat. Istilah persediaan
safetystock.Reorder point terjadi apabila
(iventory) adalah istilah umum yang
jumlah persediaan yang terdapat dalam
gudang berkurang terus akibat penggunaan menunjukan segala sesuatu atau sumber
bahan baku sehingga harus ditentukan daya organisasi yang disimpan dalam
berapa banyak batas minimal tingkat antisipasinya dalam pemenuhan permintaan
persediaan yang harus dipertimbangkan (Handoko, 2000).
sehingga tidak terjadi kekurangan Menurut Assauri (2004) pengertian
persediaan. Berdasarkan hasil perhitungan bahan baku meliputi semua bahan yang
mengenai reorder point maka diperoleh dipergunakan dalam perusahaan pabrik,
hasil yang terlihat pada Tabel 7. kecuali terdapat bahan-bahan yang secara
Tabel 7. Reorder Point Bahan Baku Kopi
fisik akan digabungkan dengan produk yang
Bulan Januari-Desember 2014.
dihasilkan oleh perusahaan pabrik tersebut.
No. Bulan Reorder Point (kg)
Perusahaan yang memiliki penguasaan atas
1 Januari 76,63 produksi bahan baku sendiri lebih
2 Februari 77,37 menjamin ketersediaan bahan baku
3 Maret 83,75
4 April
dibandingkan bila pengadaan bahan baku
83,63
5 Mei 83,63 tersebut dilakukan melalui pembelian.
6 Juni 83,63 Menurut Subayang (2003)
7 Juli 82,32 pengendalian persediaan merupakan fungsi
8 Agustus 80,64 manajerial yang sangat penting karena
9 September 85,13
10 Oktober
persediaan fisik perusahaan banyak
86,90
11 November 86,90
melibatkan investasi rupiah terbesar dalam
12 Desember 86,90 pos aktiva lancar. Bila perusahaan terlalu
Rata-rata 1.900,68 banyak menginvestasikan dananya dalam
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2015. persediaan, mengakibatkan besarnya biaya

675
penyimpanan. Sebaliknya jika perusahaan untuk dapat mengetahui metode mana yang
tidak mempunyai persediaan yang lebih efisien dalam penyediaan bahan baku,
mencukupi dapat mengakibatkan maka diperlukan perbandingan antara
terganggunya proses produksi. penyediaan bahan baku menurut kebijakan
Persediaan bahan baku yang optimal perusahaan dan penyediaan bahan baku
akan mempengaruhi ketersediaan bahan menurut perhitungan Persediaan Bahan
baku yang baik, sehingga segala aktifitas Baku. Perbandingan selisih efisiensi jumlah
produksi akan berjalan lancar. Metode yang dan frekuensi pembelian bahan baku kopi
baik akan memberikan pengaruh terhadap pada bulan Januari-Desember 2014 terlihat
segala aktifitas industri, oleh karena itu pada Tabel 8.
Tabel 8. Perbandingan Jumlah dan Frekuensi Pembelian Kopi Antara Kebijakan Persedian
Bahan Baku pada Bulan Januari-Desember 2014.
Persediaan Selisih
Kebijakan Perusahaan
No. Bulan Bahan Baku
Q (kg) F (kali) Q (kg) F (kali) Q (kg)

1 Januari 990 1 1.309,07 1


319,07
2 Februari 1.000 1 1.322,30 1
322,30
3 Maret 1.000 1 1.513,76 1
513,76
4 April 1.000 1 1.510,17 1
510,17
5 Mei 1.000 1 1.510,17 1
510,17
6 Juni 1.000 1 1.510,17 1
510,17
7 Juli 1.000 1 1.470,77 1
470,77
8 Agustus 980 1 1.441,36 1
461,36
9 September 980 1 1.575,99 1
595,99
10 Oktober 1.000 1 1.608,16 1
608,16
11 November 1.000 1 1.608,16 1
608,16
12 Desember 1.000 1 1.608,16 1
608,16
Rata-rata 995,83 1 1.499,02 1
503,18
Berdasarkan Tabel 8dapat diketahui bulan Oktober-Desember bahan baku mulai
bahwa selisih jumlah pembelian bahan baku membaik dibandingkan oleh bulan-bulan
kopi antara kebijakan perusahaan dengan lainya.
model perhitungan persediaan bahan baku Selisih adalah perbedaan antara
terendah terjadi pada bulan Januari yaitu standar dengan yang sesungguhnya. Selisih
sebesar 319,07 kg, sedangkan selisih dapat digunakan sebagai manajemen untuk
tertinggi terjadi pada bulan Oktober - mengukur prestasi, memperbaiki efisiensi,
Desember yaitu sebesar608,16 kg, hal dan memberi perlakuan tertentu (misalnya,
dikarenakan selisih yang terjadi dari bulan sanksi atau penghargaan) terhadap fungsi
Oktober-Desember menurut kebijakan yang bertanggungjawab. Selisih yang
terjadi dapat berupa selisih menguntungkan
persediaan bahan baku dan dikurangi oleh
(favorable variances) atau selisih tidak
persediaan kebijakan industri yang menguntungkan (unfavorable variances).
dipengaruhi oleh persediaan bahan baku Selisih yang kecil pada jumlah dan
pada bulan Oktober - Desember mulai
frekuensi pembelian bahan baku kopi pada
terpenuhi dari tingkat petani sehingga pada

676
industri kopi “Bumi Mutiara” disebabkan Total biaya persediaan (TIC)
karena faktor tidak ketersediaan bahan merupakan jumlah dari total biaya
baku. Industri kopi “Bumi Mutiara”dalam pemesanan perpesanan dengan total biaya
memenuhi kebutuhan seharusnya penyimpanan per kg. Biaya pemesan pada
melakukan pembelian bahan baku lebih industri kopi “Bumi Mutiara” terdiri dari
awal saat persediaan masih terpenuhi, hal biaya telepon,dan biaya transpotasi.
ini terkait dengan kemampuan petani Sedangkan biaya penyimpanan pada
menyediakan kopi dalam jumlah yang industri kopi “Bumi Mutiara” terdiri dari
sedikit sehingga industri kopi “Bumi biaya penyusutan alat.
Mutiara” melakukan pembelian bahan baku Perbandingan efisiensi total biaya
kopi dengan frekuensi pembelian yang persediaan bahan baku kopi ini akan
rendah untuk memenuhi kebutuhan menunjukkan seberapa besar total biaya
produksinya. yang dikeluarkan oleh industri dan menurut
perhitungan persediaan bahan baku,
Selisih Efisiensi Total Biaya Persediaan
sehingga dapat diketahui selisih dari
Bahan Baku Kopi.
masing-masing metode tersebut terlihat
pada Tabel 9.
Tabel 9. Perbandingan Total Biaya Persediaan Bahan Baku Kopi antara Kebijakan Perusahaan
dengan Perhitungan Persediaan Bahan Baku Bulan Januari-Desember 2014.
TIC (Rp)
No. Bulan Perhitungan Persediaan Selisih (Rp)
Kebijakan Perusahaan
Bahan Baku
1 Januari 345.166 122.004,16 223.161,84
2 Februari 345.166 122.001,05 223.164,95
3 Maret 395.166 139.666,78 255.499,22
4 April 394.166 139.335,30 254.830,70
5 Mei 394.166 139.335,30 254.830,70
6 Juni 394.166 139.335,30 254.830,70
7 Juli 404.166 143.067,91 261.098,09
8 Agustus 404.166 143.073,20 261.092,80
9 September 468.166 164.498,49 303.667,51
10 Oktober 468.166 164.491,08 303.674,92
11 November 468.166 164.491,08 303.674,92
12 Desember 468.166 164.491,08 303.674,92
Rata-rata 412,41 145.462,56 266.933,43
Berdasarkan Tabel 9dapat diketahui kopi “Bumi Mutiara” dapat
bahwa selisih terendah total biaya mengefisiensikan penggunaan biaya.
persediaan bahan baku kopi antara
kebijakan perusahaan dengan perhitungan Selisih Efisiensi Persediaan Pengaman
persediaan bahan baku terjadi pada bulan Bahan Baku Kopi.
Januari yaitu sebesar Rp. 223.161,84, Perbandingan hasil persediaan bahan baku
sedangkan selisih tertinggi terjadi pada kopi dengan menggunakan metode
bulan Oktober-Desember yaitu sebesar Rp. perusahaan dan metode EOQ juga
303.674,92. Berdasarkan selisih diatas diperlukan dalam melihat kebutuhan
dapat diketahui bahwa pengeluaran yang persediaan pengaman, dengan demikian
dikeluarkan oleh kebijakan perusahaan dapat diketahui metode mana yang lebih
begitu besar, yang mengakibatkan efisien untuk diterapkan dalam
pemborosan biaya terhadap pemesanan mengoptimalkan persediaan perusahaan.
maupun penyimpanan bahan baku, sehingga Perbandingan tersebut dapat dilihat pada
diharapkan dengan menggunakan metode Tabel 10.
analisis persediaan bahan baku industri

677
Tabel 10. Perbandingan Jumlah Persediaan Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat
Pengaman Bahan Baku Kopi bahwa persediaan pengaman bahan baku
antara Kebijakan Perusahaan kopi antara kebijakan perusahaan dengan
dengan Perhitungan Persediaan perhitungan persediaan bahan baku pada
Bahan Baku Bulan Januari-
Desember 2014. bulan Januari - Desember rata-rata sebesar
33,3 kg. Pada bulan Agustus dan September
Persediaan Pengaman (Safety mengalami penurunan di karnakan bahan
Stock) (kg)
No. Bulan baku yang di pesan tidak memenuhi
Perhitungan
Kebijakan pesanan industri disebabkan oleh hasil
Persediaan Bahan
Perusahaan
Baku produksi petani yang menurun.
1 Januari - 33,0
2 Februari - 33,3 Selisih Efisiensi Pemesanan Kembali
3 Maret - 33,3 Bahan Baku Kopi.
4 April - 33,3 Perbandingan juga diperlukan dalam
5 Mei - 33,3 melihat kebutuhan pemesanan kembali,
6 Juni - 33,3
dengan demikian dapat diketahui metode
7 Juli - 33,3
32,6
mana yang lebih efisien untuk diterapkan
8 Agustus -
32,6
dalam persediaan industri. Perbandingan
9 September - tersebut terlihat pada Tabel 11.
10 Oktober - 33,3
11 November - 33,3
12 Desember - 33,3
Rata-rata 33,3

Tabel 11. Perbandingan Pemesanan Kembali (Reorder Point) Kopi antara Kebijakan Perusahaan
dengan Perhitungan Persediaan Bahan Baku Bulan Januari-Desember 2014.
Pemesanan Kembali (Reorder Point) (kg)
No. Bulan
Kebijakan Perhitungan Persediaan Bahan Baku
Perusahaan
1 Januari - 76,63
2 Februari - 77,37
3 Maret - 83,75
4 April - 83,63
5 Mei - 83,63
6 Juni - 83,63
7 Juli - 82,32
8 Agustus - 80,64
9 September - 85,13
10 Oktober - 86,90
11 November - 86,90
12 Desember - 86,90
Rata-rata 83,00
Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat sebenarnya ada, namun kapan dan
bahwareorder point bahan baku kopi antara jumlahnya tidak ditentukan sehingga dapat
kebijakan perusahaan dengan perhitungan mengganggu proses produksi, dengan
persediaan bahan baku pada bulan Januari- menggunakan metode analisis persediaan
Desember2014 rata-rata sebesar 83,00 bahan baku, industri kopi “Bumi Mutiara”
kg.Pemesanan kembali (reorder point) yang dapat memperhitungkan kapan harus
dilakukan perusahaan dalam kenyataannya melakukan pemesanan kembali sehingga

678
aktifitas industri mulai dari persediaan Handoko. H. 2000. Sumber Daya Organisasi
bahan baku hingga proses produksi dapat Terhadap Pemenuhan Permintaan. diakses
berjalan dengan baik pula. Pada Tanggal 17 November 2014.

Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. UGM Salemba


KESIMPULAN DAN SARAN Empat. Yogyakarta.
Kesimpulan Riyanto. B. 2001. Dasar – Dasar Pembelanjaan
Berdasarkan hasil dan pembahasan Perusahaan.BPFE, Yogyakarta.
maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Jumlah pemesanan yang ekonomis Subayang. L. 2003. Dasar-Dasar Manajemen
Produksi dan Operasi. Lembaga Penerbit
EOQ untuk persediaan bahan baku Salemba. Jakarta.
pada industri kopi “Bumi Mutiara”
untuk bulan Januari-Desemeber 2014,
rata-ratasebesar 1.499,02 kg.
2. Pemesanan kembali yang harus
dilakukan industri kopi “Bumi
Mutiara pada bulan Januari-Desember
2014, pada saat jumlah persediaan
bahan baku dalam gudang rata-rata
sebesar 83,00 kg.
3. Persedian safety stockpada industri
kopi “Bumi Mutiara” sebesar 33,3 kg.
4. Total biaya persediaan bahan baku
kopi yang dilakukan di industri kopi
“Bumi Mutiara” rata-rata sebesar Rp.
145.462,56
Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka
disarankan ke padaindustri kopi “Bumi
Mutiara” :
1. Agar jumlah pesanan pada setiap
pemesanan sebesar 1.499,02 kg.
2. Pemesanan kembali sebaiknya
dilakukan pada saat jumlah persediaan
digudang sebesar 83,00 kg.

DAFTAR PUSTAKA

Alicia. 2011. Pengendalian Persediaan Bahan Baku.


http://koleksiskripsi.blospot.com/2011/04/.ht
ml Diakses pada Tanggal 27 Mei 2012.

Assauri. S. 2004.Manajemen Produksi dan Oprasi.


Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta.

Haryanto. B. 2012. Prospek Tinggi Bertanam Kopi.


Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Haming. 2007. Manajemen Produksi Moderen Bumi


Aksara. Jakarta.

679

Anda mungkin juga menyukai