Anak
1. Definisi
Hiperbilirubinemia adalah terjadinya peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar
deviasi atau lebih dari kadar yang diharapkan berdasarkan umur bayi atau lebih dari
persentil 90. (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2009)
Hiperbilirubinemia atau ikterus adalah suatu kondisi yang terjadi pada bayi baru
lahir atau neonatus yang disebabkan oleh ketinggian dari kadar bilirubin serum sebanyak
>5mg/dL dalam darah. Dengan gejala utama yaitu perubahan warna kulit, jaringan
mukosa, sklera, dan organ menjadi kekuningan.Hiperbilirubinemia dianggap sebagai
salah satu masalah utama pada periode neonatal di seluruh dunia dengan angka kejadian
yang tinggi, terutama di Asia dan Tenggara (Yahya et al., 2017).
Peningkatan kadar bilirubin serum dihubungkan dengan hemolisis sel darah merah
dari bilirubin yang tidak terkonjugasi dari usus kecil, yang ditandai dengan joundice pada
kulit, sklera mukosa, dan urine. (Mitayani, 2012 : 191)
2. Etiologi
Etiologi pada bayi dengan hiperbilirubinemia diantaranya :
1) Produksi bilirubin berlebihan, yang dapat terjadi karena; polycethemia, issoimun,
hemolytic disease, kelainan struktur dan enzim sel darah merah, keracunan obat
(hemolisis kimia : salisilat, kortikosteroid, klorampenikol), hemolisis ekstravaskuler,
cephalhematoma, ecchymosis.
2) Gangguan fungsi hati; obstruksi empedu/atresia biliari, infeksi, masalah metabolik;
hypothyroidisme, jaundice ASI.
3) Gangguan pengambilan dan pengangkutan bilirubin dalam hepatosit.
4) Gagalnya proses konjugasi dalam mikrosom hepar.
5) Gangguan dalam ekskresi.
6) Peningkatan reabsorpsi pada saluran cerna (siklus enterohepatik).
(Mitayani, 2012 : 191) dan (Suriadi dan Rita, 2001 : 144)
3. Klasifikasi
Penggolongan Hiperbilirubinemia berdasarkan saat terjadi Ikterus:.
a. Ikterus fisiologis
Ikterus fisiologi biasanya dimulai pada usia dua sampai tiga hari (3-5hari pada bayi
yang disusui). Ikterus dapat terlihat diwajah bayi ketika sadar dalam serum mencapai
sekitar 5mg/dL.ikterus ini bisa terlihat pada abdomen tengan jika kadar bilirubin
kurang lebih 15 mg/dL, dan di tumit kaki jika kadarnya sekitar 20mg/dL. pada hari
kelima hingga ketujuh, kadarnya berkurang menjadi sekitar 2 mg/dL.
b. Ikterus patologis
Ikterus menjadi patologis jika kondisi ini dapat terlihat dalam 24 jam, ketika kadar
bilirubin meningkat sebanyak 5 mg/dL dalam 24 jam, ketika kadar bilirubin >15
mg/dL, ketika peningkatan kadarnya berlangsung lebih dari 1 minggu pada bayi
cukup bulan dan lebih dari 2 minggu pada bayi prematur, atau ketika bayi menjadi
letargi dan kemampuan menyusu buruk.(Sinclair, 2009)
4. Tanda dan gejala
Kulit berwarna kuning sampe jingga
Pasien tampak lemah
Nafsu makan berkurang
Reflek hisap kurang
Urine pekat
Perut buncit
Pembesaran lien dan hati
Gangguan neurologic
Feses seperti dempul
Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.
Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.
Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik pada bayi baru
lahir, sepsis atau ibu dengan diabetik atau infeksi.6
Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak pada hari ke 3-4
dan menurun hari ke 5-7 yang biasanya merupakan jaundice fisiologi.
5. Test diagnostic
Pemeriksaan yang dapat dilakukan diantaranya :
1) Tes Coomb pada tali pusat bayi baru lahir. Hasil positif tes Coomb indirek
menandakan adanya antibodi Rh-positif, anti-A, atau anti-B dalam darah ibu. Hasil
positif dari tes Coomb direk menandakan adanya sentisasi (Rh-positif, anti-A, anti-
B) sel darah merah dari neonatus.
2) Golongan darah bayi dan ibu : mengidentifikasi inkompatibilitas ABO.
3) Bilirubin total : kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika melebihi 1,0-1,5 mg/dl,
yang mungkin dihubungkan dengan sepsis. Kadar indirek (tidak terkonjugasi) tidak
boleh melebihi peningkatan 5 mg/dl dalam 24 jam, atau tidak boleh lebih dari 20
mg/dl pada bayi cukup bulan atau 15 mg/dl pada bayi praterm (tergantung pada
berat badan).
4) Protein serum total : kadar kurang dari 3,0 g/dl menandakan penurunan kapasitas
ikatan, terutama pada bayi praterm.
5) Hitung darah lengkap: Hemoglobin (Hb) mungkin rendah (kurang dari 14 g/dl)
karena hemolisis. Hematokrit (Ht) mungkin meningkat (lebih besar dari 65 %) pada
polisitemia, penurunan (kurang dari 45 %) dengan hemolisis dan anemia berlebihan.
6) Glukosa : kadar Dextrostix mungkin kurang dari 45 % glukosa darah lengkap kurang
dari 30 mg/dl, atau tes glukosa serum kurang dari 40 mg/dl bila bayi baru lahir
hipoglikemi dan mulai menggunakan simpanan lemak dan melepaskan asam lemak.
7) Daya ikat karbon dioksida. Penurunan kadar menunjukkan hemolisis.
8) Meter ikterik transkutan : mengidentifikasi bayi yang memerlukan penentuan
bilirubin seru.
9) Jumlah retikulosit : peningkatan retikulosit menandakan peningkatan produksi SDM
dalam respons terhadap hemolisis yang berkenaan dengan penyakit Rh.
10) Smear darah perifer : dapat menunjukkan SDM abnormal atau imatur, eritroblastosis
pada penyakit Rh, atau sferositis pada inkompabilitas ABO.
11) Tes Betke-Kleihauer: evaluasi smear darah maternal terhadap eritrosit janin.
6. Penatalaksanaan medis
Penanganan hiperbilirubinemia bergantung pada penyebab dan beratnya gejala serta
derajat anemia yang menyertainya. Strategi yang diterapkan berupa:
a. Konversi bilirubin tidak terkonjugasi menjadi produk yang tidak berbahaya
(fototerapi).
b. Pengeluaran sumber bilirubin yang potensial (transfusi darah tukar).
c. Inhibisi produksi bilirubin (melalui inhibitor heme oksigenase).
d. Mencegah beban bilirubin tambahan yang berasal dari sirkulasi enterohepatik.
Setelah penyebab ikterus diketahui, kadar bilirubin dapat diperiksa secara
serial. Hal ini penting pada penyakit hemolisis karena kadar bilirubin dapat meningkat
dengan cepat. Hidrasi yang baik dan masukan kalori yang adekuat membantu organ hati
mengkonjugasi bilirubin secara efisien.Hiperbilirubinemia dapat diobati dengan
menggunakan fototerapi.Cahaya dengan gelombang 450 nm dari spektrum warna biru
(bukan ultra violet) mengubah bilirubin tak terkonjugasi melalui fotodegradasi menjadi
pigmen menyerupai biliverdin yang larut dalam air dan tidak berbahaya.Cahaya dengan
panjang gelombang yang tepat dihasilkan oleh pipa flouresen atau lampu biru yang lebih
khusus.Pengaturan suhu dan balans cairan harus diperhatikan. Jika terdapat risiko
peningkatan kadar bilirubin ke tingkat yang berbahaya meskipun diberikan fototerapi dan
tatalaksana yang disebut diatas, dilakukan transfusi darah tukar. Dalam prosedur ini,
sejumlah 10 atau 20 ml darah ditarik keluar dan ditransfusi secara bergantian melalui
kateter vena umbilikalis, hingga 60-70% sel darah merah bayi telah ditukar. Pada
inkompatibilitas rhesus, transfusi tukar sering diperlukan segera setelah lahir, bahkan
sebelum kadar bilirubin sempat naik. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan antibodi
yang menyebabkan hemolisis dalam sirkulasi darah bayi. (Hull, Johnston, 2008)
7. Komplikasi
Komplikasi yang biasa terjadi adalah sebagai berikut :
1. Ikterik ASI.
2. Kernik ikterus (bilirubin ensefalitis).
Menghilangkan bilirubin yang terkontaminasi, menggantikan faktor koagulasi pada
kernik ikterus, menghilangkan antibodi (Rh, ABO), dan hemolisis yang
menghasilkan sel darah merah, serta tersensititasi dari sel darah merah dilakukan
dengan cara berikut ini.
a. Menghilangkan bahan yang kurang dalam proses metabolisme bilirubin
(misalnya menambahkan glukosa pada keadaan hipoglikemia) atau
menambahkan bahan untuk memperbaiki transportasi bilirubin (misalnya
albumin). Penambahan albumin dilakukan walaupun tidak terdapat
hipoalbuminemia, tetapi perlu diingat adanya zat-zat yang merupakan
kompetitor albumin yang juga dapat mengikat bilirubin (misalnya sulfonamid
atau obat-obatan lainnya).
Penambahan albumin juga dapat mempermudah proses ekstrasi bilirubin
jaringan ke dalam plasma. Hal ini mengakibatkan kadar bilirubin plasma
meningkat, ini tidak berbahaya karena bilirubin tersebut berada dalam ikatan
dengan albumin. Albumin diberikan dalam dosis yang tidak melebihi 1
gram/kgBB sebelum maupun sesudah tindakan transfusi untuk mengganti darah.
b. Mengurangi peredaran enterohepatik dengan pemberian makanan oral dini.
c. Fototerapi
Ikterus klinis dan hiperbilirubinemia indirek berkurang pada perpanjangan
cahaya yang berintensitas tinggi pada spektrum yang dapat dilihat. Bilirubin
menyerap cahaya secara maksimal pada kisaran biru (dari 420-470 mm).
Cahaya putih yang berspektrum luasan berwarna biru (super). Spektrum sempit
khusus dan hijau efektif menurunkan kadar bilirubin dapat memengaruhi foto
reaksi bilirubin yang terikat oleh albumin. Bilirubin dalam kulit menyerap
energi cahaya yang dengan foto isomerisasi mengubah bilirubin (-42 sampai
dengan -15) tak terkonjugasi alamiah yang bersifat toksik menjadi isometer
konfigurasi terkonjugasi, yaitu bilirubin (-42 sampai -15e). Foto terapi
mengubah bilirubin alamiah melalui suatu reaksi yang menetap pada ismer
bilirubin struktural yang diekskresi oleh ginjal pada keadaan yang tidak
terkonjugasi.
Indikasi tranfusi untuk mengganti darah bayi dapat dilakukan pada keadaan
berikut ini :
Hidrops.
Adanya riwayat penyakit berat.
Adanya riwayat sensitisasi.
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Letargi, malas.
b. Sirkulasi
- Mungkin pucat, menandakan anemia.
- Bertempat tinggal di atas ketinggian 5000 ft.
c. Eliminasi
- Bising usus hipoaktif.
- Pasase mekonium mungkin lambat.
- Feses mungkin lunak/coklat kehijauan selama pengeluaran bilirubin.
- Urin gelap pekat; hitam kecoklatan (sindrom bayi bronze)
d. Makanan/cairan
- Riwayat pelambatan/makan oral buruk, lebih mungkin disusui daripada menyusu
botol.
- Palpasi abdomen dapat menunjukkan pembesaran limpa, hepar.
e. Neurosensori
- Sefalhematoma besar mungkin terlihat pada satu atau kedua tulang parietal yang
berhubungan dengan trauma kelahiran/kelahiran ekstraksi vakum.
- Edema umum, hepatosplenomegali, atau hidrops fetalis mungkin ada dengan
inkompatibilitas Rh berat.
- Kehilangan refleks Moro mungkin terlihat.
- Opistotonus dengan kekakuan lengkung punggung, fontanel menonjol, menangis
lirih, aktivitas kejang (tahap krisis).
f. Pernapasan
- Riwayat asfiksia.
- Krekels, mukus bercak merah muda (edema pleural, hemoragi pulmonal).
g. Keamanan
- Riwayat positif infeksi/sepsis neonatus.
- Dapat mengalami ekimosis berlebihan, petekie, perdarahan intrakranial.
- Dapat tampak ikterik pada awalnya pada wajah dan berlanjut pada bagian distal
tubuh; kulit hitam kecoklatan (sindrom bayi bronze) sebagai efek samping
fototerapi.
h. Seksualitas
- Mungkin praterm, bayi kecil untuk usia gestasi (SGA), bayi dengan retardasi
pertumbuhan intrauterus (IUGR), atau bayi besar usia gestasi (LGA), seperti bayi
dengan ibu diabetes.
- Trauma kelahiran dapat terjadi berkenaan dengan stres dingin, asfiksia, hipoksia,
asidosis, hipoglikemia, hipoproteinemia.
- Terjadi lebih sering pada pria daripada bayi wanita.
2. Diagnosis Keperawatan
1. Cedera, risiko tinggi terhadap keterlibatan sistem saraf pusat berhubungan dengan
prematuritas, penyakit hemolitik, asfiksia, asidosis, hipoproteinemia, dan
hipoglikemia.
2. Cedera, risiko tinggi terhadap efek samping tindakan fototerapi berhubungan
dengansifat fisik dari intervensi terapeutik dan efek mekanisme regulasi tubuh.
3. Cedera, risiko tinggi terhadap komplikasi dari transfusi tukar berhubungan dengan
prosedur invasif, profil darah abnormal, ketidakseimbangan kimia.
4. Kurang pengetahuan [kebutuhan belajar], mengenai kondisi, prognosis, dan
kebutuhan tindakan berhubungan dengan kurang pemajanan, kesalahan interpretasi,
tidak mengenal sumber informasi dibuktikan dengan pernyataan masalah/kesalahan
konsep, meminta informasi, ketidaktepatan mengikuti instruksi.
3. Intervensi
1. Cedera, risiko tinggi terhadap keterlibatan sistem saraf pusat berhubungan dengan
prematuritas, penyakit hemolitik, asfiksia, asidosis, hipoproteinemia, dan
hipoglikemia.
Kriteria hasil :
- Menunjukan kadar bilirubin indirek di bawah 12 mg/dl pada bayi cukup bulan
pada usia 3 hari.
- Resolusi ikterik pada akhir minggu pertama kehidupan
- Bebas dari keterlibatan SSP
TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Perhatikan kelompok dan golongan Inkompatibilitas ABO mempengaruhi
darah ibu / bayi 20% dari semua kehamilan dan paling
umum terjadi pada ibu dengan golongan
darah O, yang antibodinya anti – A dan
anti – B melewati sirkulasi janin,
menyebabkan aglutinasi dan hemolisis
SDM. Serupa dengan itu, bila ibu Rh –
negative sebelumnya telah disensitisasi
oleh antigen Rh – positif, antibody ibu
melewati plasenta dan bergabung pada
SDM janin, menyebabkan hemolisis
lambat atau segera.
Mulai pemberian makan oral awal Keberadaan flora usus yang sesuai
dalam 4 sampai 6 jam setelah untuk pengurangan bilirubin terhadap
kelahiran, khususnya bila bayi diberi urobilinogen; turunkan sirkulasi
ASI. Kaji bayi terhadap tanda – tanda enterohepatik bilirubin (melintasi hepar
hipoglikemia. Dapatkan kadar dengan duktus venosus menetap); dan
Dextrostix, sesuai indikasi. menurunkan resorpsi bilirubin dari usus
dengan meningkatkan pasase
mekonium. Hipoglikemia memerlukan
penggunaan simpanan lemak untuk
asam lemak pelepas energy, yang
bersaing dengan bilirubin untuk bagian
ikatan pada albumin.
Evaluasi tingkat nutrisi ibu dan Hipoproteinemia pada bayi baru lahir
prenatal; perhatikan kemungkinan dapat mengakibatkan ikterik. Satu gram
hipoproteinemia neonates, khususnya albumin membawa 16 mg bilirubin
pada bayi praterm. tidak terikat (indirek), yang dapat
melewati barier darah – otak.
Tes Coombs darah tali pusat Hasil positif dari tes Coombs indirek
direk / indirek. menandakan adanya antibodi (Rh-
positif atau anti-A atau anti-B) pada
adarah ibu dan bayi baru lahir; hasil
positif tes Coombs indirek menandakan
adanya sensitisasi (Rh-positif, anti-A
atau anti-B) SDM pada neonatus.
Pantau kulit neonatus dan suhu inti Fluktuasi pada suhu tubuh dapat terjadi
setiap 2 jam atau lebih sering sampai sebagai respons terhadap pemajanan
stabil (misal, suhu aksila 97,8ºF, suhu sinar, radiasi, dan konveksi.
rektal 98,9ºF). Aur suhu
inkubator/isolette dengan tepat.
Perhatikan warna dan frekuensi defekasi Defekasi encer, sering dan kehijauan
dan urin. serta urin kehijauan menandakan
keefektifan fototerapi dengan
pemecahan dan ekskresi bilirubin.
Evaluasi penampilan kulit dan urin, Efek samping tidak umum dari
perhatikan warna hitam kecoklatan. fototerapi meliputi perubahan pigmen
menyolok (sindrom bayi bronze), yang
dapat terjadi bila kadar bilirubin
terkonjugasi meningkat. Perubahan
dalam warna kulit dapat berakhir
selama 2-4 bulan, tetapi tidak
berkenaan dengan gejala sisa
berbahaya.
Kolaborasi
3. Cedera, risiko tinggi terhadap komplikasi dari transfusi tukar berhubungan dengan
prosedur invasif, profil darah abnormal, ketidakseimbangan kimia.
Kriteria hasil :
Bayi baru lahir akan:
- Menyelesaikan transfusi tukar tanpa komplikasi.
- Menunjukan penurunan kadar bilirubin serum.
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Perhatikan kondisi tali pusat bayi Pencucian mungkin perlu untuk
sebelum transfusi bila vena umbilikal melunakkan tali pusat dan vena
digunakan. Bila tali pusat kering, umbilikus sebelum transfusi untuk akses
berikan pencucian saline selama 30-60 I.V. dan memudahkan pasase kateter
menit sebelum prosedur. umbilikal.
Jamin kesegaran darah (tidak lebih dari Darah yang lama lebih mungkin
2 hari usianya). Darah yang diberi mengalami hemolisis, karenanya
heparin lebih disukai. meningkatkan kadar bilirubin. Darah
yang diberi heparin selalu baru, tetapi
harus dibuang bila tidak digunakan
dalam 24 jam.
Pantau tekanan vena, nadi, warna dan Membuat nilai data dasar,
frekuensi pernapasan/kemudahan mengidentifikasi potensial kondisi tidak
sebelum, selama transfusi. Lakukan stabil (mis; apnea atau disritmia atau
penghisapan bila diperlukan. henti jantung), dan mempertahankan
jalan napas. (Catatan : Bradikardia
dapat terjadi bila kalsium diinjeksikan
terlalu cepat).
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
Mandiri :
Berikan informasi tentang tipe-tipe Memperbaiki kesalahan konsep, meningkatkan
ikterik dan faktor-faktor patofisiologis pemahaman, dan menurunkan rasa takut dan
dan implikasi masa datang dari perasaan barsalah. Ikterik neonatus mungkin
hiperbilirubinemia. Anjurkan untuk fisiologis, akibat ASI, atau patologis, dan protokol
mengajukan pertanyaan; tegaskan atau perawatan tergantung pada penyebabnyadan faktor
perjelas informasi sesuai kebutuhan. pemberat
Kaji situasi keluarga dan sisitem Kurang ketersediaan sistem pendukung dan
pendukung. Berikan orang tua pendidikan memerlukan penggunaan perawat
penjelasan tertulis yang tepat tentang berkunjung untuk memantau program foto terapi di
fototerapi di rumah, daftarkan teknik rumah.
dan potensial masalah.
Tindakan dihentikan bila konsentrasi bilirubin
serum turun di bawah 14 mg/dl, tetapi kadar serum
Berikan rujukan yang tepat untuk harus di periksa ulang dalam 12-24 jam untuk
program fototerapi di rumah bila perlu. mendeteksi kemungkinan hiperbilirubinemia
berbalik.
4. Implementasi
Khosim, M. Sholeh, dkk. 2008. Buku Ajar Neonatologi Edisi I. Jakarta : Perpustakaan
Nasional.
Lia Dewi, Vivian Nanny, 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak balita. Jakarta : Salemba
Medika.
Muslihatum, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya.
PATHWAY
HIPERBILIRUBINEMIA
fototerapi Exchange
tranfusi Penumpukan di
otak
Terpapar
sinar Invasif
Gangguan
neuro
MK.risti
IWL injuri
meningkat
Peristaltik Kulit
meningkat kemerahan
dehidrasi
Defisit Mx.gangg.intreg
volume ritas kulit aspirasi
cairan Reflek
hisap
menurun
MK.PK.K
MK.kekurangan ejang
cairan
MK.nutrisi MK.Bersihan
kurang dari Perubahan jalan nafas
kebutuhan nutrisi