Anda di halaman 1dari 23

Laporan Pendahuluan (WOC) – Profesi Keperawatan

Anak
1. Definisi
Hiperbilirubinemia adalah terjadinya peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar
deviasi atau lebih dari kadar yang diharapkan berdasarkan umur bayi atau lebih dari
persentil 90. (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2009)
Hiperbilirubinemia atau ikterus adalah suatu kondisi yang terjadi pada bayi baru
lahir atau neonatus yang disebabkan oleh ketinggian dari kadar bilirubin serum sebanyak
>5mg/dL dalam darah. Dengan gejala utama yaitu perubahan warna kulit, jaringan
mukosa, sklera, dan organ menjadi kekuningan.Hiperbilirubinemia dianggap sebagai
salah satu masalah utama pada periode neonatal di seluruh dunia dengan angka kejadian
yang tinggi, terutama di Asia dan Tenggara (Yahya et al., 2017).
Peningkatan kadar bilirubin serum dihubungkan dengan hemolisis sel darah merah
dari bilirubin yang tidak terkonjugasi dari usus kecil, yang ditandai dengan joundice pada
kulit, sklera mukosa, dan urine. (Mitayani, 2012 : 191)
2. Etiologi
Etiologi pada bayi dengan hiperbilirubinemia diantaranya :
1) Produksi bilirubin berlebihan, yang dapat terjadi karena; polycethemia, issoimun,
hemolytic disease, kelainan struktur dan enzim sel darah merah, keracunan obat
(hemolisis kimia : salisilat, kortikosteroid, klorampenikol), hemolisis ekstravaskuler,
cephalhematoma, ecchymosis.
2) Gangguan fungsi hati; obstruksi empedu/atresia biliari, infeksi, masalah metabolik;
hypothyroidisme, jaundice ASI.
3) Gangguan pengambilan dan pengangkutan bilirubin dalam hepatosit.
4) Gagalnya proses konjugasi dalam mikrosom hepar.
5) Gangguan dalam ekskresi.
6) Peningkatan reabsorpsi pada saluran cerna (siklus enterohepatik).
(Mitayani, 2012 : 191) dan (Suriadi dan Rita, 2001 : 144)
3. Klasifikasi
Penggolongan Hiperbilirubinemia berdasarkan saat terjadi Ikterus:.
a. Ikterus fisiologis
Ikterus fisiologi biasanya dimulai pada usia dua sampai tiga hari (3-5hari pada bayi
yang disusui). Ikterus dapat terlihat diwajah bayi ketika sadar dalam serum mencapai
sekitar 5mg/dL.ikterus ini bisa terlihat pada abdomen tengan jika kadar bilirubin
kurang lebih 15 mg/dL, dan di tumit kaki jika kadarnya sekitar 20mg/dL. pada hari
kelima hingga ketujuh, kadarnya berkurang menjadi sekitar 2 mg/dL.
b. Ikterus patologis
Ikterus menjadi patologis jika kondisi ini dapat terlihat dalam 24 jam, ketika kadar
bilirubin meningkat sebanyak 5 mg/dL dalam 24 jam, ketika kadar bilirubin >15
mg/dL, ketika peningkatan kadarnya berlangsung lebih dari 1 minggu pada bayi
cukup bulan dan lebih dari 2 minggu pada bayi prematur, atau ketika bayi menjadi
letargi dan kemampuan menyusu buruk.(Sinclair, 2009)
4. Tanda dan gejala
 Kulit berwarna kuning sampe jingga
 Pasien tampak lemah
 Nafsu makan berkurang
 Reflek hisap kurang
 Urine pekat
 Perut buncit
 Pembesaran lien dan hati
 Gangguan neurologic
 Feses seperti dempul
 Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.
 Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.
 Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik pada bayi baru
lahir, sepsis atau ibu dengan diabetik atau infeksi.6
 Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak pada hari ke 3-4
dan menurun hari ke 5-7 yang biasanya merupakan jaundice fisiologi.
5. Test diagnostic
Pemeriksaan yang dapat dilakukan diantaranya :
1) Tes Coomb pada tali pusat bayi baru lahir. Hasil positif tes Coomb indirek
menandakan adanya antibodi Rh-positif, anti-A, atau anti-B dalam darah ibu. Hasil
positif dari tes Coomb direk menandakan adanya sentisasi (Rh-positif, anti-A, anti-
B) sel darah merah dari neonatus.
2) Golongan darah bayi dan ibu : mengidentifikasi inkompatibilitas ABO.
3) Bilirubin total : kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika melebihi 1,0-1,5 mg/dl,
yang mungkin dihubungkan dengan sepsis. Kadar indirek (tidak terkonjugasi) tidak
boleh melebihi peningkatan 5 mg/dl dalam 24 jam, atau tidak boleh lebih dari 20
mg/dl pada bayi cukup bulan atau 15 mg/dl pada bayi praterm (tergantung pada
berat badan).
4) Protein serum total : kadar kurang dari 3,0 g/dl menandakan penurunan kapasitas
ikatan, terutama pada bayi praterm.
5) Hitung darah lengkap: Hemoglobin (Hb) mungkin rendah (kurang dari 14 g/dl)
karena hemolisis. Hematokrit (Ht) mungkin meningkat (lebih besar dari 65 %) pada
polisitemia, penurunan (kurang dari 45 %) dengan hemolisis dan anemia berlebihan.
6) Glukosa : kadar Dextrostix mungkin kurang dari 45 % glukosa darah lengkap kurang
dari 30 mg/dl, atau tes glukosa serum kurang dari 40 mg/dl bila bayi baru lahir
hipoglikemi dan mulai menggunakan simpanan lemak dan melepaskan asam lemak.
7) Daya ikat karbon dioksida. Penurunan kadar menunjukkan hemolisis.
8) Meter ikterik transkutan : mengidentifikasi bayi yang memerlukan penentuan
bilirubin seru.
9) Jumlah retikulosit : peningkatan retikulosit menandakan peningkatan produksi SDM
dalam respons terhadap hemolisis yang berkenaan dengan penyakit Rh.
10) Smear darah perifer : dapat menunjukkan SDM abnormal atau imatur, eritroblastosis
pada penyakit Rh, atau sferositis pada inkompabilitas ABO.
11) Tes Betke-Kleihauer: evaluasi smear darah maternal terhadap eritrosit janin.
6. Penatalaksanaan medis
Penanganan hiperbilirubinemia bergantung pada penyebab dan beratnya gejala serta
derajat anemia yang menyertainya. Strategi yang diterapkan berupa:
a. Konversi bilirubin tidak terkonjugasi menjadi produk yang tidak berbahaya
(fototerapi).
b. Pengeluaran sumber bilirubin yang potensial (transfusi darah tukar).
c. Inhibisi produksi bilirubin (melalui inhibitor heme oksigenase).
d. Mencegah beban bilirubin tambahan yang berasal dari sirkulasi enterohepatik.
Setelah penyebab ikterus diketahui, kadar bilirubin dapat diperiksa secara
serial. Hal ini penting pada penyakit hemolisis karena kadar bilirubin dapat meningkat
dengan cepat. Hidrasi yang baik dan masukan kalori yang adekuat membantu organ hati
mengkonjugasi bilirubin secara efisien.Hiperbilirubinemia dapat diobati dengan
menggunakan fototerapi.Cahaya dengan gelombang 450 nm dari spektrum warna biru
(bukan ultra violet) mengubah bilirubin tak terkonjugasi melalui fotodegradasi menjadi
pigmen menyerupai biliverdin yang larut dalam air dan tidak berbahaya.Cahaya dengan
panjang gelombang yang tepat dihasilkan oleh pipa flouresen atau lampu biru yang lebih
khusus.Pengaturan suhu dan balans cairan harus diperhatikan. Jika terdapat risiko
peningkatan kadar bilirubin ke tingkat yang berbahaya meskipun diberikan fototerapi dan
tatalaksana yang disebut diatas, dilakukan transfusi darah tukar. Dalam prosedur ini,
sejumlah 10 atau 20 ml darah ditarik keluar dan ditransfusi secara bergantian melalui
kateter vena umbilikalis, hingga 60-70% sel darah merah bayi telah ditukar. Pada
inkompatibilitas rhesus, transfusi tukar sering diperlukan segera setelah lahir, bahkan
sebelum kadar bilirubin sempat naik. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan antibodi
yang menyebabkan hemolisis dalam sirkulasi darah bayi. (Hull, Johnston, 2008)
7. Komplikasi
Komplikasi yang biasa terjadi adalah sebagai berikut :
1. Ikterik ASI.
2. Kernik ikterus (bilirubin ensefalitis).
Menghilangkan bilirubin yang terkontaminasi, menggantikan faktor koagulasi pada
kernik ikterus, menghilangkan antibodi (Rh, ABO), dan hemolisis yang
menghasilkan sel darah merah, serta tersensititasi dari sel darah merah dilakukan
dengan cara berikut ini.
a. Menghilangkan bahan yang kurang dalam proses metabolisme bilirubin
(misalnya menambahkan glukosa pada keadaan hipoglikemia) atau
menambahkan bahan untuk memperbaiki transportasi bilirubin (misalnya
albumin). Penambahan albumin dilakukan walaupun tidak terdapat
hipoalbuminemia, tetapi perlu diingat adanya zat-zat yang merupakan
kompetitor albumin yang juga dapat mengikat bilirubin (misalnya sulfonamid
atau obat-obatan lainnya).
Penambahan albumin juga dapat mempermudah proses ekstrasi bilirubin
jaringan ke dalam plasma. Hal ini mengakibatkan kadar bilirubin plasma
meningkat, ini tidak berbahaya karena bilirubin tersebut berada dalam ikatan
dengan albumin. Albumin diberikan dalam dosis yang tidak melebihi 1
gram/kgBB sebelum maupun sesudah tindakan transfusi untuk mengganti darah.
b. Mengurangi peredaran enterohepatik dengan pemberian makanan oral dini.
c. Fototerapi
Ikterus klinis dan hiperbilirubinemia indirek berkurang pada perpanjangan
cahaya yang berintensitas tinggi pada spektrum yang dapat dilihat. Bilirubin
menyerap cahaya secara maksimal pada kisaran biru (dari 420-470 mm).
Cahaya putih yang berspektrum luasan berwarna biru (super). Spektrum sempit
khusus dan hijau efektif menurunkan kadar bilirubin dapat memengaruhi foto
reaksi bilirubin yang terikat oleh albumin. Bilirubin dalam kulit menyerap
energi cahaya yang dengan foto isomerisasi mengubah bilirubin (-42 sampai
dengan -15) tak terkonjugasi alamiah yang bersifat toksik menjadi isometer
konfigurasi terkonjugasi, yaitu bilirubin (-42 sampai -15e). Foto terapi
mengubah bilirubin alamiah melalui suatu reaksi yang menetap pada ismer
bilirubin struktural yang diekskresi oleh ginjal pada keadaan yang tidak
terkonjugasi.
Indikasi tranfusi untuk mengganti darah bayi dapat dilakukan pada keadaan
berikut ini :
 Hidrops.
 Adanya riwayat penyakit berat.
 Adanya riwayat sensitisasi.

Tujuan dilakukannya transfusi adalah sebagai berikut :


 Mengoreksi anemia.
 Menghentikan hemolisis.
 Mencegah peningkatan bilirubin.
(Mitayani, 2012 : 193)
8. Prognosis
Hiperbilirubinemia baru akan berpengaruh buruk apabila bilirubin indirek telah
melalui sawardarah otak. Pada keadaan ini penderita mungkin menderita kern
ikterus atau ensefalopati biliaris. Kernikterus (ensefalopati biliaris) adalah sindrom
neurologis akibat pengendapan bilirubin tak terkonjugasi didalam sel-sel otak. Risiko
pada bayi dengan eritroblastosis foetalis secara langsung berkaitan dengankadar bilirubin
serum : hubungan antara kadar bilirubin serum dan kern ikterus pada bayi
cukup bulanyang sehat masih belum pasti. Bilirubin indirek yang larut dalam lemak
dapat melewati sawar darah otakdan masuk ke otak dengan cara difusi apabila kapasitas
albumin untuk mengikat bilirubin dan proteinplasma lainnya terlampaui dan kadar
bilirubin bebas dalam plasma bertambah (Nelson, dkk, 2012). Pada setiap bayi nilai
persis kadar bilirubin yang bereaksi indirek atau kadar bilirubin bebasdalam darah yang
jika dilebihi akan bersifat toksik tidak dapat diramalkan, tetapi kern ikterus jarangterjadi
pada bayi cukup bulan yang sehat (Nelson, dkk, 2012).
Manifestasi klinis akut bilirubin ensefalopati pada fase awal bayi dengan ikterus
berat akantampak letargis, hipotonik, dan reflek menghisap buruk, sedangkan pada fase
intermediate ditandai dengan moderate stupor, iritabilitas, hipertoni. Untuk selanjutnya
bayi akan demam, high-pitced cry, kemudian akan menjadi drowsiness dan hipotoni
(Kosim, 2012).Pada kern ikterus, gejala klinik pada permulaan tidak jelas, antara lain
dapat disebutkan yaitubayi tidak mau menghisap, letargi, mata berputar, gerakan tidak
menentu (involuntary movements),kejang, tonus otot meninggi, leher kaku dan akhirnya
opistotonus (Saifuddin,2009)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA

1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Letargi, malas.
b. Sirkulasi
- Mungkin pucat, menandakan anemia.
- Bertempat tinggal di atas ketinggian 5000 ft.
c. Eliminasi
- Bising usus hipoaktif.
- Pasase mekonium mungkin lambat.
- Feses mungkin lunak/coklat kehijauan selama pengeluaran bilirubin.
- Urin gelap pekat; hitam kecoklatan (sindrom bayi bronze)
d. Makanan/cairan
- Riwayat pelambatan/makan oral buruk, lebih mungkin disusui daripada menyusu
botol.
- Palpasi abdomen dapat menunjukkan pembesaran limpa, hepar.
e. Neurosensori
- Sefalhematoma besar mungkin terlihat pada satu atau kedua tulang parietal yang
berhubungan dengan trauma kelahiran/kelahiran ekstraksi vakum.
- Edema umum, hepatosplenomegali, atau hidrops fetalis mungkin ada dengan
inkompatibilitas Rh berat.
- Kehilangan refleks Moro mungkin terlihat.
- Opistotonus dengan kekakuan lengkung punggung, fontanel menonjol, menangis
lirih, aktivitas kejang (tahap krisis).
f. Pernapasan
- Riwayat asfiksia.
- Krekels, mukus bercak merah muda (edema pleural, hemoragi pulmonal).
g. Keamanan
- Riwayat positif infeksi/sepsis neonatus.
- Dapat mengalami ekimosis berlebihan, petekie, perdarahan intrakranial.
- Dapat tampak ikterik pada awalnya pada wajah dan berlanjut pada bagian distal
tubuh; kulit hitam kecoklatan (sindrom bayi bronze) sebagai efek samping
fototerapi.
h. Seksualitas
- Mungkin praterm, bayi kecil untuk usia gestasi (SGA), bayi dengan retardasi
pertumbuhan intrauterus (IUGR), atau bayi besar usia gestasi (LGA), seperti bayi
dengan ibu diabetes.
- Trauma kelahiran dapat terjadi berkenaan dengan stres dingin, asfiksia, hipoksia,
asidosis, hipoglikemia, hipoproteinemia.
- Terjadi lebih sering pada pria daripada bayi wanita.

2. Diagnosis Keperawatan
1. Cedera, risiko tinggi terhadap keterlibatan sistem saraf pusat berhubungan dengan
prematuritas, penyakit hemolitik, asfiksia, asidosis, hipoproteinemia, dan
hipoglikemia.
2. Cedera, risiko tinggi terhadap efek samping tindakan fototerapi berhubungan
dengansifat fisik dari intervensi terapeutik dan efek mekanisme regulasi tubuh.
3. Cedera, risiko tinggi terhadap komplikasi dari transfusi tukar berhubungan dengan
prosedur invasif, profil darah abnormal, ketidakseimbangan kimia.
4. Kurang pengetahuan [kebutuhan belajar], mengenai kondisi, prognosis, dan
kebutuhan tindakan berhubungan dengan kurang pemajanan, kesalahan interpretasi,
tidak mengenal sumber informasi dibuktikan dengan pernyataan masalah/kesalahan
konsep, meminta informasi, ketidaktepatan mengikuti instruksi.

3. Intervensi
1. Cedera, risiko tinggi terhadap keterlibatan sistem saraf pusat berhubungan dengan
prematuritas, penyakit hemolitik, asfiksia, asidosis, hipoproteinemia, dan
hipoglikemia.
Kriteria hasil :
- Menunjukan kadar bilirubin indirek di bawah 12 mg/dl pada bayi cukup bulan
pada usia 3 hari.
- Resolusi ikterik pada akhir minggu pertama kehidupan
- Bebas dari keterlibatan SSP
TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Perhatikan kelompok dan golongan Inkompatibilitas ABO mempengaruhi
darah ibu / bayi 20% dari semua kehamilan dan paling
umum terjadi pada ibu dengan golongan
darah O, yang antibodinya anti – A dan
anti – B melewati sirkulasi janin,
menyebabkan aglutinasi dan hemolisis
SDM. Serupa dengan itu, bila ibu Rh –
negative sebelumnya telah disensitisasi
oleh antigen Rh – positif, antibody ibu
melewati plasenta dan bergabung pada
SDM janin, menyebabkan hemolisis
lambat atau segera.

Tinjau catatan intrapartum terhadap Kondisi klinis tertentu dapat


faktor risiko yang khusus, seperti menyebabkan pembalikan barier darah
berat badan lahir rendah (BBLR) atau – otak, memungkinkan ikatan bilirubin
IUGR, prematuritas, proses metabolic terpisah pada tingkat membran sel atau
abnormal, cedera vascular, sirkulasi dalam sel itu sendiri, meningkatkan
abnormal, sepsis, atau polisitemia. risiko terhadap keterlibatan SSP.

Perhatikan penggunaan ekstrator Resorpsi darah yang terjebak pada


vakum untuk kelahiran. Kaji bayi jaringan kulit kepala janin dan
terhadap adanya sefalohematoma dan hemolisis yang berlebihan dapat
ekimosis atau petekie yang meningkatkan jumlah bilirubin yang
berlebihan. dilepaskan dan menyebabkan ikterik.

Tinjau ulang kondisi bayi pada Asfiksia dan asidosis menurunkan


kelahiran, perhatikan kebutuhan afinitas bilirubin terhadap albumin.
terhadap resusitasi atau petunjuk
adanya ekimosis atau petekie yang
berlebihan, stress dingin, asfiksia, atau
asidosis.

Pertahankan bayi tetap hangat dan Stress dingin berpotensi melepaskan


kering; pantau kulit dan suhu inti asam lemak, yang bersaing pada sisi
dengan sering. ikatan pada albumin, sehingga
meningkatkan kadar bilirubin yang
bersirkulasi dengan bebas (tidak
berikatan).

Mulai pemberian makan oral awal Keberadaan flora usus yang sesuai
dalam 4 sampai 6 jam setelah untuk pengurangan bilirubin terhadap
kelahiran, khususnya bila bayi diberi urobilinogen; turunkan sirkulasi
ASI. Kaji bayi terhadap tanda – tanda enterohepatik bilirubin (melintasi hepar
hipoglikemia. Dapatkan kadar dengan duktus venosus menetap); dan
Dextrostix, sesuai indikasi. menurunkan resorpsi bilirubin dari usus
dengan meningkatkan pasase
mekonium. Hipoglikemia memerlukan
penggunaan simpanan lemak untuk
asam lemak pelepas energy, yang
bersaing dengan bilirubin untuk bagian
ikatan pada albumin.

Evaluasi tingkat nutrisi ibu dan Hipoproteinemia pada bayi baru lahir
prenatal; perhatikan kemungkinan dapat mengakibatkan ikterik. Satu gram
hipoproteinemia neonates, khususnya albumin membawa 16 mg bilirubin
pada bayi praterm. tidak terikat (indirek), yang dapat
melewati barier darah – otak.

Observasi bayi dalam sinar alamiah, Mendeteksi bukti / derajat ikterik.


perhatikan sclera dan mukosa oral, Penampilan klinis dari ikterik jelas pada
kulit menguning segera setelah kadar bilirubin lebih besar dari 7 – 8
pemutihan, dan bagian tubuh tertentu mg/dl pada bayi cukup bulan. Perkiraan
terlibat. Kaji mukosa oral, bagian derajat ikterik adalah sebagai berikut,
posterior dari palatum keras, dan dengan ikterik yang dimulai dari kepala
kantung konjungtiva pada bayi baru ke jari kaki, 4 – 8 mg/dl ; batang tubuh
lahir yang berkulit gelap. 5 – 12 mg/dl; lipat paha, 8 – 16 mg/dl;
lengan / kaki, 11 – 18 mg/dl; dan tangan
/ kaki, 15 – 20 mg/dl. Pigmen dasar
kuning mungkin normal pada bayi
berkulit gelap.

Perhatikan usia bayi pada awitan Ikterik fisiologis biasanya tampak


ikterik; bedakan tipe ikterik (mis, antara hari pertama dan kedua dari
fisiologis, akibat ASI, atau patologis) kehidupan, seperti kelebihan SDM yang
diperlukan untuk mempertahankan
oksigenisasi adekuat pada janin tidak
lagi diperlukan oleh bayi baru lahir dan
dihemolisis, sehingga melepaskan
bilirubin, produk pemecahan akhir dari
heme. Ikterik karena ASI biasanya
tampak antara hari keempat dan keenam
kehidupan, mempengaruhi hanya 1% -
2% bayi menyusu. ASI dari banyak
wanita dianggap mengandung enzim
(pregnanidiol) yang menghambat
glukoronil transferase 9enzim hepar
yang berkonjugasi dengan bilirubin),
atau mengandung beberapa kali
konsentrasi ASI normal dari asam
lemak bebas tertentu, yang juga
dianggap menghambat konjugasi
bilirubin. Ikterik patologis tampak
dalam 24 jam pertama kehidupan dan
lebih mungkin menimbulkan
perkembangan kernikterus /
ensefalopati bilirubin.
Gunakan meter ikterik transkutaneus Memberikan skrining noninvasive
terhadap ikterik, menghitung warna
kulit dalam hubungannya dengan
bilirubin serum total.

Kaji bayi terhadap kemajuan tanda – Bilirubin tidak terkonjugasi yang


tanda dan perubahan perilaku ; Tahap berlebihan (dihubungkan dengan ikterik
I meliputi neurodepresan (mis, letargi, patologis) mempunyai afinitas terhadap
hipotonia, atau penurunan / tadak jaringan ekstravaskular, meliputi
adanya reflex). Tahap II meliputi ganglia basal jaringan otak. Perubahan
neurohiperefleksia (mis, kedutan, perilaku berhubungan dengan
kacau mental, opistotonus, atau kernikterus biasanya terjadi antara hari
demam). Tahap III ditandai dengan ke – 3 dan ke – 10 kehidupan dan jarang
adanya manifestasi klinis. Tahap IV terjadi sebelum 36 jam kehidupan.
meliputi gejala sisa seperti palsi
serebral atau retardasi mental.

Evaluasi bayi terhadap pucat, edema Tanda – tanda ini mungkin


atau hepatomegali. berhubungan dengan hidrops fetalis,
inkompatibilitas Rh, dan pada hemolisis
uterus SDM janin.
Kolaborasi

Pantau pemeriksaan laboratorium,


sesuai indikasi.

Bilirubin direk dan indirek. Bilirubin tampak dalam dua bentuk;


bilirubin direk, yang dikonjugasi oleh
enzim hepar glukoronil transferase, dan
bilirubin indirek, yang dikonjugasi dan
tampak dalam darah atau terikat pada
albumin. Bayi potensial terhadap
kernikterus diprediksi paling baik
melalui peningkatan bilirubin indirek.
Peningkatan kadar bilirubin indirek 18 –
20 mg/dl pada bayi cukup bulan, atau
lebih besar dari 13 – 15 mg/dl pada bayi
praterm atau bayi sakit, adalah
bermakna (Catatan: Bayi stress atau
praterm rentan pada deposisi pigmen
empedu dalam jaringan otak pada kadar
sangat rendah daripada bayi cukup
bulan yang tidak mengalami stress).

Tes Coombs darah tali pusat Hasil positif dari tes Coombs indirek
direk / indirek. menandakan adanya antibodi (Rh-
positif atau anti-A atau anti-B) pada
adarah ibu dan bayi baru lahir; hasil
positif tes Coombs indirek menandakan
adanya sensitisasi (Rh-positif, anti-A
atau anti-B) SDM pada neonatus.

Kekuatan kombinasi Penurunan konsisten dengan hemolisis.


karbondioksida (CO2)

Jumlah retikulosit dan smear Hemolisis berlebihan menyebabkan


perifer jumlah retikulosit meningkat. Smear
mengidentifikasi SDM abnormal atau
imatur.

Hb / Ht Peningkatan kadar Hb/Ht (Hb lebih


besar daripada 22 g/dl; Ht lebih besar
dari 65%) menandakan polisitemia,
kemungkinan disebabkan oleh
pelambatan pengkleman tali pusat,
transfuse maternal – ibu, transfuse
kembaran – kembaran, ibu diabetes,
atau stress intrauterus kronis dan
hipoksia, seperti terlihat pada bayi BLR
atau bayi dengan penurunan sirkulasi
pada senta. Hemolisis kelebihan SDM
menyebabkan peningkatan kadar
bilirubin dengan 1 g Hb menghasilkan
35 mg bilirubin. Kadar Hb rendah (14
mg/dl) mungkin dihubungkan dengan
hidrops fetalis atau dengan
inkompatibilitas Rh yang terjadi dalam
uterus serta menyebabkan hemolisis,
edema, dan pucat.

Protein serum total Kadar rendah protein serum (kurang


dari 3,0 g/dl) menandakan penurunan
kapasitas ikatan terhadap bilirubin.

Hitung kapasitas ikatan plasma Membantu dalam menentukan risiko


bilirubin – albumin kernikterus dan kebutuhan tindakan.
Bila nilai bilirubin total dibagi dengan
kadar protein total serum kurang dari
3,7 bahaya kernikterus sangat rendah.
Namun, risiko cedera tergantung pada
derajat prematuritas, adanya hipoksia
atau asidosis, dan aturan obat (mis.
Sulfonamide, kloramfenikol).

Mulai fototerapi per protokol, dengan Menyebabkan foto-oksidasi bilirubin


menggunakan bola lampu fluoresen pada jaringan subkutan, sehingga
yang di tempatkan di atas bayi atau meningkatkan kemampuan larut air
bile blanket (kecuali untuk bayi baru bilirubin, yang memungkinkan ekskresi
lahir dengan penyakit Rh). (Rujuk cepat dari bilirubin dalam feses dan
pada DK: cedera, risiko tinggi urine. Kecepatan hemolisis dalam
terhadap efek samping tindakan penyakit Rh biasanya melebihi
fototerapi; cedera, resiko tinggi kecepatan reduksi bilirubin yag
terhadap komplikasi tranfusi tukar). berhubungan dengan fototerapi,
sehingga tranfusi satu-satunya tindakan
yang tepat

Hentikan menyusui ASI selama 24-48 Pendapat bervariasi apakah


jam, sesuai indikasi. Bantu ibu sesuai menghentikan menyususi ASI perlu bila
kebutuhan dengan pemompa payudara terjadi ikterus. Namun, mencerna
dan memulai lagi menyusui. formula meningkatkan motilitas
gastrointestinal dan ekskresi feses dan
pigmen empedu, dan kadar bilirubin
serum mulai turun dalam 48 jam setelah
penghentian menyusui.

Berikan agens induksi enzim Merangsang enzim hepatik untuk


(fenobarbital, etanol) bila di butuhkan. meningkatkan bersihan bilirubin

Bantu dengan persiapan dan Tranfusi tukar perlu dalam kasus


pemberian tanfusi tukar. Gunakan anemia hemolitik berat, yang biasanya
golongan darah yang sama dengan berkenaan dengan inkompatibilitas Rh,
bayi, tetapi darah Rh negative atau untuk menghilangkan SDM tersentisasi
golongan O negative, bila hasil tes yang akan segera melisis; untuk
Coombs direk pada serum tali pusat menghilangkan bilirubin serum; untuk
lebih besar dari 3,5 mg/dl pada memberikan albumin bebas-bilirubin
minggu pertama kehidupan, kadar untuk meningkatkan bagian ikatan
bilirubin serum yang tidak untuk bilirubin; dan untuk mengatasi
terkonjugasi lebih besar dari 20 mg/dl anemia dengan memberikan SDM yang
pada 48 jam pertama kehidupan, atau tidak rentan terhadap antibodi ibu.
Hb lebih rendah dari 12 g/dl pada
kelahiran bayi dengan hidrops
fetalis.(rujuk pada DK: cedera, resiko
tinggi terhadap komplikasi tranfusi
tukar).

2. Cedera, risiko tinggi terhadap efek samping tindakan fototerapi berhubungan


dengansifat fisik dari intervensi terapeutik dan efek mekanisme regulasi tubuh.
Kriteria hasil :
BBL akan :
- mempertahankan suhu tubuh dan keseimbangan cairan dalam batas normal.
- Bebas dari cedera kulit/ jaringan.
- Mendemonstrasika pola interaksi yang di harapkan.
- Menunjukan penurunan kadar bilirubin serum.
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
Perhatikan adanya/ perkembangan bilier Fototerapi dikontraindikasikan pada
atau obstruksi usus. kondisi ini karena fotoisomer bilirubin
yang di produksi dalam kulit dan
jaringan subkutan dengan pemajanan
dalam terapi sinar tidak dapat siap
diekskresikan.

Ukur kuantitas fotoenergi bola lampu Intensitas sinar menembus permukaan


fluoresen (sinar putih atau biru) dengan kulit dari spectrum biru (sinar biru)
menggunakan fotometer. menentukan seberapa dekat bayi di
tempatkan terhadap sinar. Sinar biru
dan biru khusus di pertimbangkan lebih
efektif dari pada sinar putih dalam
meningkatkan pemecahan bilirubin,
tetapi hal ini membuat kesulitan dalam
mengevaluasi bayi baru lahir terhadap
sianosis.

Dokumentasikan tipe lampu fluoresen, Emisi sinar dapat bekurang dengan


jumlah jam total sejak bola lampu di jalannya waktu. Bayi harus di
tempatkan, dan pengukuran jarak antara tempatkan kira-kira 18-20 inci dari
permukaan lampu dan bayi. sumber lampu untuk keuntungan
maksimal. (catatan: penggunaan
selimut fiberoptik yang di sambungkan
ke illuminator [sumber sinar]
memungkinkan bayi “terbungkus”
dalam sinar terpeutik tanpa resiko pada
kornea. Selain itu, bayi dapat di
gendong dan di beri makan tanpa
perhentian terapi).

Berikan tameng untuk menutup mata; Mencegah kemungkinan kerusakan


inspeksi mata setiap 2 jam bila tameng retina dan konjungtiva dari sinar
di lepaskan untuk pemberian makan. intensitas tinggi. Pemasangan yang
Sering pantau posisi tameng. tidak tepat atau pergeseran tameng
dapat menyebabkan iritasi, abrasi
kornea, dan konjungtivitis, dan
penurunan pernafasan oleh obstruksi
pasase nasal.

Tutup testis dan penis bayi pria Mencegah kemungkinan kerusakan


pada testis dari panas.

Pasang lapisan Plexigas diantara bayi Menyaring radiasi sinar ultraviolet


dan sinar (panjang gelombang lebih sedikit dari
380 nm) dan melindungi bayi bila bola
lampu pecah.

Pantau kulit neonatus dan suhu inti Fluktuasi pada suhu tubuh dapat terjadi
setiap 2 jam atau lebih sering sampai sebagai respons terhadap pemajanan
stabil (misal, suhu aksila 97,8ºF, suhu sinar, radiasi, dan konveksi.
rektal 98,9ºF). Aur suhu
inkubator/isolette dengan tepat.

Ubah posisi bayi setiap 2 jam. Memungkinkan pemajanan seimbang


dari permukaan kulit terhadap sinar
fluoresen, mencegah pemajanan
berlebihan dari bagian tubuh individu,
dan membatasi area tertekan.

Pantau masukan dan haluaran cairan; Peningkatan kehilangan air melalui


timbang berat badan bayi dua kali feses dan evaporasi dapat
sehari. Perhatikan tanda-tanda dehidrasi menyebabkan dehidrasi. (Catatan: bayi
(misal, penurunan haluaran urin, dapat tidur lebih lama dalam
fontanel tertekan, kulit hangat atau hubungannya dengan fototerapi,
kering dengan turgor buruk, dan mata meningkatkan risikko dehidrasi bila
cekung). Tingkatkan masukan cairan jadwal pemberian makan yang sering
per oral sedikitnya 25%. tidak dipertahankan).

Perhatikan warna dan frekuensi defekasi Defekasi encer, sering dan kehijauan
dan urin. serta urin kehijauan menandakan
keefektifan fototerapi dengan
pemecahan dan ekskresi bilirubin.

Dengan hati-hati cuci area perianal Membantu mencegah iritasi dan


setelah setiap defekasi; inspeksi kulit ekskoriasi dari defekasi yang sering
terhadap kemungkinan iritasi atau atau encer.
kerusakan.

Bawa bayi pada orang tua untuk Membantu mengembangkan proses


pemberian makan. Anjurkan kedekatan, yang mungkin lambat
menggosok, menimang, kontak mata, karena perpisahan yang diperlukan
dan bicara pada bayi selama pemberian untuk fototerapi. Stimulasi visual,
makan. Anjurkan orangtua untuk taktil, dan auditorius membantu bayi
berinteraksi dengan bayi dalam ruang mengatasi penyimpangan sensori.
perawatan diantara pemberian makan. Fototerapi intermiten tidak secara
negatif mempengaruhi proses foto-
oksidan.

Perhatikan perubahan perilaku atau Perubahan ini dapat bermakna deposisi


tanda-tanda penyimpangan kondisi pigmen empedu pada basal ganglia dan
(mis, letargi, hipotonia, hipertonisitas, terjadinya kernikterus.
atau tanda-tanda eksrapiramidal).

Evaluasi penampilan kulit dan urin, Efek samping tidak umum dari
perhatikan warna hitam kecoklatan. fototerapi meliputi perubahan pigmen
menyolok (sindrom bayi bronze), yang
dapat terjadi bila kadar bilirubin
terkonjugasi meningkat. Perubahan
dalam warna kulit dapat berakhir
selama 2-4 bulan, tetapi tidak
berkenaan dengan gejala sisa
berbahaya.
Kolaborasi

Pantau pemeriksaan labotarium sesuai


indikasi:
Kadar bilirubin setiap 12 jam Penurunan pada kadar bilirubin
menandakan keefektifan fototerapi;
peningkatan yang kontinu menandakan
hemolisis yang kontinu dan dapat
menandakan kebutuhan terhadap
transfusi tukar. (Catatan: Sampel darah
yang diambil untuk penentuan bilirubin
harus dilindungi dari sinar untuk
mencegah foto-oksidan lanjut

Kadar Hb Hemolisis lanjut dimanifestasikan oleh


penurunan kontinu pada kadar Hb.

Trombosit dan sel darah putih Trombositopenia selama fototerapi


(SDP) telah dilaporkan pada beberapa bayi.
Penurunan SDP menunjukkan
kemungkinan efek pada limfosit
perifer.

3. Cedera, risiko tinggi terhadap komplikasi dari transfusi tukar berhubungan dengan
prosedur invasif, profil darah abnormal, ketidakseimbangan kimia.
Kriteria hasil :
Bayi baru lahir akan:
- Menyelesaikan transfusi tukar tanpa komplikasi.
- Menunjukan penurunan kadar bilirubin serum.

TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Perhatikan kondisi tali pusat bayi Pencucian mungkin perlu untuk
sebelum transfusi bila vena umbilikal melunakkan tali pusat dan vena
digunakan. Bila tali pusat kering, umbilikus sebelum transfusi untuk akses
berikan pencucian saline selama 30-60 I.V. dan memudahkan pasase kateter
menit sebelum prosedur. umbilikal.

Pertahankan puasa selama 4 jam Menurunkan risiko kemungkinan


sebelum prosedur, atau aspirat isi regurgitasi dan aspirasi selama
lambung. prosedur.

Jamin ketersediaan alat resusitatif. Untuk memberikan dukungan segera


bila perlu.

Pertahankan suhu tubuh sebelum, Membantu mencegah hipotermia dan


selama, dan setelah prosedur. vasospasme, menurunkan risiko fibrilasi
Tempatkan bayi dibawah penyebar ventrikel, dan menurunkan viskositas
hangat deengan servomekanisme. darah.
Hangatkan darah sebelum pengifusan
dengan menepatkan didalam inkubator,
hangatkan baskom birisi air, atau
penghangat darah.

Pastikan golongan darah serta faktor Rh Transfusi tukar paling sering


bayi dan ibu. Perhatikan golongan dihubungkan dengan masalah
darah dan faktor Rh darah untuk inkompatibilitas Rh. Dengan
ditukar. (Darah tukar akan sama menggunakan darah Rh0 (D)-positif
golongannya dengan darah bayi, tetapi akan hanya meningkatkan hemolisis dan
darah Rh-negatif atau golongan O- kadar bilirubin, karena antibodi pada
negatif yang telah dicocokan silang sirkulasi bayi akan merusak SDM yang
dengan darah ibu sebelumnya). baru.

Jamin kesegaran darah (tidak lebih dari Darah yang lama lebih mungkin
2 hari usianya). Darah yang diberi mengalami hemolisis, karenanya
heparin lebih disukai. meningkatkan kadar bilirubin. Darah
yang diberi heparin selalu baru, tetapi
harus dibuang bila tidak digunakan
dalam 24 jam.

Pantau tekanan vena, nadi, warna dan Membuat nilai data dasar,
frekuensi pernapasan/kemudahan mengidentifikasi potensial kondisi tidak
sebelum, selama transfusi. Lakukan stabil (mis; apnea atau disritmia atau
penghisapan bila diperlukan. henti jantung), dan mempertahankan
jalan napas. (Catatan : Bradikardia
dapat terjadi bila kalsium diinjeksikan
terlalu cepat).

Dengan hati-hati dokumentasikan Membantu mencegah kesalahan dalam


kejadian selama transfusi, pencatatan penggantian cairan. Jumlah darah yang
jumlah daraah yang diambil dan ditukar kira-kira 170 ml/kg berat badan.
diinjeksikan (biasanya 7-20 ml Volume ganda transfusi menjamin
sekaligus). bahwa antara 75% dan 90% sirkulasi
SDM digantikan.

Pantau tanda-tanda ketidakseimbangan Hipokalsemia dan hiperkalemia dapat


elektrolit (mis; gugup, aktivitas kejang, terjadi selama dan setelah transfusi
dan apnea; hiperrefleksia; bradikardia; tukar.
atau diare).
Kaji bayi terhadap perdarahan Penginfusan darah yang diberi
berlebihan dari lokasi I.V. setelah heparin(atau darah sitrat tanpa
transfusi. penggantian kalsium) mengubah
koagulasi selama 4 sampai 6 jam setelah
transfusi tukar dan dapat mengakibatkan
perdarahan.
Kolaborasi
Pantau pemeriksaan laboratorium
sesuai indikasi:

Kadar Hb atau Ht sebelum dan Bila Ht kurang dari 40% sebelum


setelah transfusi. transfusi, pertukaran sebagian dengan
SDM kemasan dapat mendahului
pertukaran penuh. Penurunan kadar
setelah transfusi menandakan kebutuhan
terhadap transfusi kedua.

Kadar bilirubin serum segera Kadar bilirubin dapat menurun sampai


setelah prosedur, kemudian setiap setengah segera setelah prosedur, tetapi
4 sampai 8 jam. dapat meningkat dengan cepat
setelahnya, memerlukan pengulangan
transfusi.

Protein serum total. Mengalihkan kadar dengan 3,7


menetukan derajat peningkatan bilirubin
yang memerlukan transfusi tukar

Kalsium dan kalium serum. Darah donor mengandung sitrat sebagai


anti koagulan yang mengikat kalsium,
sehinnga menurunkan kadar kalsium
serum. Selainitu, bila darah lebih dari 2
hari, destruksi SDM melepaskan
kalium, menciptakan resiko
hiperkalemia dan henti jantung.
Glukosa
Kadar gukosa rendah mungkin
dihubungkan dengan glikolisis
anaerobik kontinu dalam SDM donor.
Tindakan segera perlu untuk mencegah
efek buruk/kerusakan SSP.
Kadar pH serum
pH serum dari darah donor secara khas
6,8 atau kurrang. Asidosis dapat terjadi
bila darah segar tidak digunakan dan
hepar bayi tidak dapat
memetabolismesitrat yang digunakan
sebagai antikogulan, atau bila darah
donor melanjutkan glikolisis anaerobik,
daengan produksi asam metabolit.
Berikan albumin sebelum transfusi bila
diindikasikan. Meskipun masih kontroversial,
pemberian albumin dapat meningkatkan
ketrsediaan albumin untuk berikatan
denngan bilirubin, karenanya
menurunkan kadar bilirubin serum
sirkulasi yang bebas. Albumin sintesis
tidak dianggap meningkatkan
ketersediaan bagian ikatan.
Berikan obat-obatan, sesuai indikasi:
Kalsium glukonat 5 %. Dari 2 sampai 4 ml kalsium glukonat
dapat diberikan setelah setiap 100 ml
pengifusan darah untuk memperbaiki
hipokalsemia dan meminimalkan
kemungkinan iritabilitas jantung.
(catatan: beberapa kontroversi ada
dalam hal tujuan dan keefektifan praktik
ini.)
Natrium bikarbonat.
Memperbaiki asidosis.
Protamin sulfat.
Mengimbangi efek-efek antikoagulan
dari darah yang di beri heparin.

4. Kurang pengetahuan [kebutuhan belajar], mengenai kondisi, prognosis, dan


kebutuhan tindakan berhubungan dengan kurang pemajanan, kesalahan interpretasi,
tidak mengenal sumber informasi dibuktikan dengan pernyataan masalah/kesalahan
konsep, meminta informasi, ketidaktepatan mengikuti instruksi.
Kriteria hasil:
- Mengungkapkan pemahaman tentang penyebab, tindakan, dan kemungkinan hasil
hiperbilirubinemia.
- Mendemonstrasikan perawatan bayi yang tepat.

TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
Mandiri :
Berikan informasi tentang tipe-tipe Memperbaiki kesalahan konsep, meningkatkan
ikterik dan faktor-faktor patofisiologis pemahaman, dan menurunkan rasa takut dan
dan implikasi masa datang dari perasaan barsalah. Ikterik neonatus mungkin
hiperbilirubinemia. Anjurkan untuk fisiologis, akibat ASI, atau patologis, dan protokol
mengajukan pertanyaan; tegaskan atau perawatan tergantung pada penyebabnyadan faktor
perjelas informasi sesuai kebutuhan. pemberat

Memungkinkan orangtua mengenali tanda-tanda


Tinjau ulang maksud dari mengkaji peningkatan kadar bilirubin dan mencari evaluasi
bayi terhadap peningkatan kadar medis tepat waktu.
bilirubin (mis, mengobservasi
pemucatan kulit di atas tonjolan tulang
atau perubahan perilaku), khususnya
bila bayi dipulangkan dini. Berikan
nomor telepon darurat 24 jam dan nama
orang yang akan dihubungi kepada
orang tua, dan tekankan pentingnya
melaporkan peningkatan ikterik. Pemahaman orangtua membantu mengembangkan
kerja sama mereka bila bayi dipulangkan.
Diskusikan penatalaksanaan di rumah Informasi membantu orangtua melaksanakan
dari ikterik fisiologis ringan atau penatalaksanaan dengan aman dan tepat dan
sedang, termasuk peningkatan mengenali pentingnya semua aspek program
pemberian makan, pemajanan langsung penatalaksanaan.
pada sinar matahari, dan program
tindak lanjut tes serum. Membantu ibu untuk mempertahankan pemahaman
pentingnya terapi. Mempertahankan supaya
orangtua tetap mendapatkan informasi tentang
Berikan informasi tentang keadaan bayi. Meningkatkan keputusan
mempertahankan suplai ASI melalui berdasarkan informasi.
penggunaan pompa payudara dan
tentang kembali menyusui ASI bila Pada klien RH0-negatif tanpa antibodi Rh, yang
ikterik memerlukan pemutusan telah memberikan kelahiran pada bayi Rh0 (Du)-
menyusui. positif. RH-Ig dapat menurunkan insiden
isoimunisasi maternal pada ibu nonsensitisasi dan
Diskusikan kebutuhan terhadap imun dapat membantu mencegah eritoblastosis
globulin Rh (Rh-Ig) dalam 72 jam fetalispada kehamilan selanjutnya.
setelah kelahiran untuk ibu yang Rh-
negatif dengan bayi/janin Rh-positif Fototerapi di rumah dianjurkan hanya untuk bayi
dan yang belum disensitisasi. cukup bulan setelah 48 jam pertama kehidupan, di
mana kadar bilirubin serum antara 14 dan 18 mg/dl
tanpa peningkatan konsentrasi bilirubin reaksi
langsung.

Kaji situasi keluarga dan sisitem Kurang ketersediaan sistem pendukung dan
pendukung. Berikan orang tua pendidikan memerlukan penggunaan perawat
penjelasan tertulis yang tepat tentang berkunjung untuk memantau program foto terapi di
fototerapi di rumah, daftarkan teknik rumah.
dan potensial masalah.
Tindakan dihentikan bila konsentrasi bilirubin
serum turun di bawah 14 mg/dl, tetapi kadar serum
Berikan rujukan yang tepat untuk harus di periksa ulang dalam 12-24 jam untuk
program fototerapi di rumah bila perlu. mendeteksi kemungkinan hiperbilirubinemia
berbalik.

Kerusakan neurologis dihubungkan dengan


kernikterus meliputi kematian, palsi serebral,
Buat pengaturan yang tepat untuk tes reterdasi mental, kesulitan sensori, pelambatan
tindak lanjut dari bilirubin serum pada bicara, koordinasi buruk, kesulitan, kesulitan
fasilitas laboratorium. pembelajaran, dan hipoplasia email atau warna gigi
hijau kekuningan.
Diskusikan kemungkinan efek-efek
jangka panjang dari hiperbilirubinnemia
dan kebutuhan terhadap pengkajian
lanjut dan intervensi dini.

4. Implementasi

Implementasi yang dilakukan berdasarkan intervensi keperawatan yang telah disusun.


5. Evaluasi
a. Cedera terhadap keterlibatan sistem saraf pusat tidak terjadi.
b. Cedera terhadap efek samping tindakan fototerapi dapat dicegah.
c. Cedera terhadap komplikasi dari transfusi tukar tidak terjadi.
d. Pengetahuan klien bertambah.
Referensi

Cloherty, J. P., Eichenwald, E. C., Stark A. R., 2008. Neonatal Hyperbilirubinemia in


Manual of Neonatal Care. Philadelphia: Lippincort Williams and Wilkins

Khosim, M. Sholeh, dkk. 2008. Buku Ajar Neonatologi Edisi I. Jakarta : Perpustakaan
Nasional.

Lia Dewi, Vivian Nanny, 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak balita. Jakarta : Salemba
Medika.

Muslihatum, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya.
PATHWAY

Produksi Gangguan Gangguan Gangguan


meningkat transport konjugasi ekskresi

HIPERBILIRUBINEMIA

Peningkatan bilirubin indirek


penatalaksanaa
n

fototerapi Exchange
tranfusi Penumpukan di
otak
Terpapar
sinar Invasif

Gangguan
neuro
MK.risti
IWL injuri
meningkat

Peristaltik Kulit
meningkat kemerahan
dehidrasi

Defekasi letargi kejang Peningkatan


meingkat perfusi
cerebral

Defisit Mx.gangg.intreg
volume ritas kulit aspirasi
cairan Reflek
hisap
menurun
MK.PK.K
MK.kekurangan ejang
cairan
MK.nutrisi MK.Bersihan
kurang dari Perubahan jalan nafas
kebutuhan nutrisi

Anda mungkin juga menyukai