Anda di halaman 1dari 15

KEPATUHAN TERHADAP DIET MEDITERRANIAN DAN NILAI

KEBERHASILAN IVF PADA WANITA YANG TIDAK OBESITAS

Pertanyaan Penelitian: Apakah kepatuhan terhadap diet Mediterania (MedDiet) berhubungan


dengan kemampuan IVF yang lebih baik pada wanita?
Ringkasan Jawaban: Kepatuhan yang lebih baik terhadap diet Mediterania (MedDiet), dinilai
dengan menggunakan nilai diet Mediterania (MedDietScore), memiliki hubungan dengan
kesempatan kehamilan dan lahir hidup yang lebih tinggi pada wanita usia <35 tahun yang tidak
obesitas.
Apa yang Sudah Diketahui: Diet berdampak pada fertilitas, beberapa nutrient dan kelompok
makanan nampaknya memiliki dampak pada kesehetan reproduksi, tetapi hanya sedikit data yang
mempublikasikan peran pola diet, khususnya MedDiet, dalam membantu kinerja kemampuan
reproduksi.
Desain, Ukuran, Durasi Penelitian: Penelitian kohort prospektif ini terdiri atas 244 wanita yang
tidak obesitas (usia 22-41 tahun, BMI<30 kg/m2) yang menjalani terapi IVF pertama kali di Unit
Konsepsi di Atena, Yunani antara bulan November 2013 dan September 2016. Penelitian ini
dilakukan untuk meneliti dampak dari kebiasaan asupan diet dan gaya hidup pada hasil fertilitas.
Partisipan/Material, Tata Cara, Metode: Diet dinilai sebelum menjalani terapi IVF dengan
menggunakan kuesioner food-frequency questionnaire yang sudah di validasi. Kepatuhan
terhadap MedDiet dinilai dengan menggunakan nilai MedDiet (kisaran: 0-55), dengan nilai yang
lebih tinggi menunjukkan kepatuhan yang lebih baik. Hasil intermediet (hasil oosit, angka laju
fertilisasi, dan penilaian kualitas embrio) dan hasil akhir klinis (implantasi, kehamilan dan lahir
hidup) disamarkan pada rekam medis elektronik. Hubungan antara MedDiet dan hasil IVF
dianalisa dengan menggunakan garis linear menyesuaikan dengan usia, protocol stimulasi
ovarium, BMI, aktivitas fisik, tingkat kecemasan, diagnose infertilias, asupan kalori dan
penggunaan suplemen.
Hasil Utama dan Peranan: Tidak ada hubungan yang ditemukan antara nilai MedDiet dengan
semua hasil intermediet atau dengan implantasi. Tetapi, dibandingkan dengan kelompok wanita
dengan nilai tertil tertinggi MedDietScore (≥36, n = 86), kelompok wanita dengan nilai tertil
terendah (≤30, n = 79) memiliki angka rata-rata kehamilan yang lebih rendah (29.1 vs 50.0%, P
= 0.01) dan lahir hidup yang lebih rendah (26.6 vs 48.8%, P = 0.01).Risiko Relatif (95% CI)

1
yang sudah disesuaikan dengan multivariabel, perbandingan nilai kehamilan pada wanita dengan
nilai tertil terendah dan nilai tertil tertinggi adalah 0,35 (0.16–0.78; P-trend=0.01), dan untuk
nilai lahir hidup adalah 0.32 (0.14–0.71; P-trend = 0.01).Hubungan ini secara signifikan
dipengaruhi oleh usia wanita. Nilai MedDiet memiliki hubungan secara positif pada kehamilan
dan lahir hidup diantara wanita dengan usia <35 tahun(P ≤ 0.01) tetapi tidak pada wanita
berusia≥35 tahun.Pada wanita berusia <35 tahun, peningkatan 5 poin pada nilai MedDiet
dihubungkan dengan peningkatan sebesar 2,7 kali terhadap kemungkinan kesempatan kehamilan
dan lahir hidup.
Keterbatasan: Hasil penelitian kami tidak bias disama-ratakan dengan populasi reproduktif di
seluruh dunia, atau pada wanita obesitas atau wanita yang mendatangi klinik infertilitas di
seluruh dunia. Dikarenakan desain penelitian observasional, kesimpulan penyebab juga terbatas.
Implikasi yang Lebih Luas Terhadap Temuan: Hasil penelitian menyarankan modifikasi diet
dan kepatuhan terhadap diet Mediterania mungkin dapat membantu meningkatkan kesempatan
kehamilan dan melahirkan bayi hidup pada wanita yang menjalani terapi IVF.
Pendanaan Penelitian/Persaingan: Peneilitian didukung oleh Universitas Harokopio. Tidak ada
konflik kepentingan diantara penulis.

PENDAHULUAN
Faktor gaya hidup termasuk diet, merokok, latihan fisik, dan stress mempengaruhi kinerja
reproduksi, juga membantu selama proses reproduksi.Beberapa laporan terbaru telah menyatakan
kebiasaan diet selama masa pre-konsepsi mungkin dapat mempengaruhi hasil IVF, seperti
kualitas oosit dan kualitas embrio, implantasi, dan keberhasilanpenyelesaian kehamilan.
Sebagian besar hasil pada topik ini berfokus pada peranan nutrisi atau kelompok
makanan seperti produk susu dan biji-bijian.Terdapat juga beberapa studi epidemiologi yang
mempertimbangkan nutrisi yang secara menyeluruh berfokus pada peran pola diet dibandingkan
nutrisi individu, makanan atau kelompok karena hal ini mungkin lebih baik dalam
mencerminkan kebiasaan makan dan perilaku dalam jangka Panjang.Di antara pola diet, diet
Mediteranian (MedDiet), yaitu diet tinggi sayur-sayuran, buah-buahan, biji-bijian, kacang-
kacangan, dan minyak zaitun, serta rendah daging merah nampaknya menjadi yang paling
menjanjikan dan dapat diterima secara luas terhadap efek positifnya pada kesehatan
manusia.Sebelumnya, Vujkovic dan lain-lain telah menyelidiki hubungan antara pola diet

2
prekonsepsi dan hasil IVF pada pasangan subfertil di Belanda, dan memperlihatkan hasil bahwa
kepatuhan yang tinggi oleh pasangan terhadap diet Mediterania akan meningkatkan
kemungkinan kehamilan.Efek yang serupa antara kepatuhan diet sehat terhadap kesempatan
kehamilan setelah terapi IVF ditemukan di Belanda pada kelompok kohort yang menerima terapi
IVF mereka yang pertama, dengan menghitung skor risiko diet prekonsepsi berdasarkan
rekomendasi diet dari Pusat Nutrisi Belanda.Bagaimanapun, diperlukan lebih banyak penelitian
untuk memastikan peran positif MedDiet dalam membantu kinerja reproduksi pada populasi lain.
Lebih lanjut lagi, merupakan hal yang penting dalam menjelaskan peran dan potensi mekanisme
dari kualitas diet, khususnya MedDiet, dalam memberikan dampak yang menguntungkan dalam
membantu kinerja reproduksi diluar berat badan.
Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan kemungkinan
hubungan antara MedDiet dengan hasil klinis IVF pada wanita yang tidak obesitas pada
pasanganinfertil yang sedang mengusahakan fertilitas. Kami menduga kepatuhan yang lebih baik
pada MedDiet, dengan menggunakan pendekatan pola diet sebelumnya dan perhitungan skor diet
mediterania (MedDietScore) yang tervalidasi, akan memberikan dampak yang menguntungkan
terhadap kinerja reproduksi pada wanita sehat tanpa masalah obesitas.

MATERIAL DAN METODE


Populasi Studi
Pasangan dengan infertilitas primer, yang sedang mencari evaluasi dan terapi di Unit
Pertolongan Konsepsi di Atena, Yunani diundang untuk berpartisipasi dalam studi kohort
prospektif yang berfokus pada penyelidikan bagaimana latar belakang pola diet dan gaya hidup
akan berdampak pada fertilitas. Usia pasangan wanita ≤41 tahun, dengan BMI <30 kg/m 2,
menggunakan oosit milik sendiri, tanpa adanya tindakan IVF atau kehamilan sebelumnya, dan
tidak pada usaha siklus alami merupakan kriteria yang dapat mengikuti penelitian. Para wanita
juga harus tidak memiliki riwayat endometriosis, operasi pada ovarium sebelumnya, riwayat
diabetes melitus, penyakit kardiovaskular, hipertensi, keganasan, hipotiroidsm, atau kelainan
psikiatri, dan tidak mengubah kebiasaan diet setidaknya selama 6 bulan terakhir. Sebanyak 244
pasangan di Yunani dievaluasi mulai dari November 2013 sampai dengan September 2016, dan
didapatkan data gaya hidup secara lengkap, dan parameter IVF. Pada saat akan memulai,

3
pengukuran antropometri dilakukan pada semua pasangan dan digunakan kuesioner secara detail
untuk mendapatkan data demografis, kesehatan reproduksi, riwayat medis dan gaya hidup.
Semua prosedur telah sesuai dengan deklarasi Helsinki dan semua persetujuan partisipan
tertulis pada lembar persetujuan. Protokol penelitian telah disetujui oleh badan etik Universitas
Harokopio, Atena, Yunani.

Penilaian Diet-Gaya hidup dan Evaluasi Kepatuhan terhadap Diet


Mediterania
Untuk memperkirakan kebiasaan asupan makanan dan alkohol semua partisipan
menggunakan 76 pertanyaan semi kuantitatif padaFoof-frequency questionnaire (FFQ) yang
telah divalidasi untuk populasi di Yunani.
Informasi pada FFQ sudah termasuk semua kategori makanan dan minuman yang
biasanya dikonsumsi (69 pertanyaan berkaitan dengan konsumsi sereal, buah-buahan, sayur-
sayuran, daging, ikan, kacang-kacangan, produk susu, yang ditambahkan lemak, minuman
beralkohol, stimulant, dan makanan manis), serta 7 pertanyaan mengenai kebiasaan makan
(seperti makan di restoran atau kantin, konsumsi sarapan, jumlah makan per hari dan konsumsi
produk organik atau suplemen makanan). Jumlah makanan yang dikonsumsi dinyatakan dalam
gram atau milimeter atau nilai lainnya yang lazim digunakan, seperti potongan, sendok teh atau
gelas, yang menunjukkan ukuran standar. Partisipan diminta untuk memberi tahu seberapa
sering, dalam rata-rata, selama 6 bulan periode sebelum IVF mereka mengkonsumsi masing-
masing makananan dan minuman yang termasuk dalam FFQ berdasarkan 6 derajat skala (Tidak
pernah/jarang, 1-3 kali per bulan, 1-2 kali per minggu, 3-6 kali per minggu, 1 kali per hari atau
lebih dari kali per hari). Partisipan juga diminta untuk memberi tahu penggunaan supelemen
makanan serta frekuensi dari penggunaannya (harian, mingguan, bulanan, atau hanya beberapa
kali per tahun). Penggunaan FFQ telah dianggap dapat digunakan dan relatif valid untuk menilai
hampir semua kelompok makanan (produk susu, buah-buahan, sayur-sayuran, produk yang
menggunakan tepung, kacang-kacangan, daging, ikan, telur, makanan manis, alkohol, lemak dan
minyak), beserta asupan makronutrien dan energi. Analisis subgroup juga menunjukkan bahwa
FFQ memiliki validitas yang baik mengenai pola konsumsi makanan pada dewasa di kedua jenis
kelamin dan memiliki validitas yang serupa, baik pada subjek dengan berat badan normal dan

4
overweight/obesitas. FFQ dilakukan pada saat akan memulai penelitian dan pada saat
pengembalian oosit.
Untuk mengevaluasi tingkat kepatuhan terhadap MedDiet, skor MedDiet dihitung pada
masing-masing partisipan dengan mengisi jumlah konsumsi jenis makanan dari 9 kelompok
makanan, termasuk konsumsi konsumsi minyak zaitun dan minuman beralkohol. Komponen dan
sistem penilaian untuk menghitung nilai MedDiet ditampilkan pada Tabel S1. Kisaran nilai
MedDiet adalah 0-55, dengan nilai yang lebih tinggi menunjukkan kepatuhan yang lebih tinggi
pada MedDiet.
Penilaian aktivitas fisik dilakukan melalui International Physycal Activity Questionnaire
(iPAQ) yang sudah divalidasi dengan versi Yunani. Kadar kecemasan dinilai menggunakan
Spielberger State-Trait Anxiety Inventory (STAI-Y).

Prosedur IVF dan Penilaian Hasil


Sebelum IVF, partisipan wanita menjalankan tes cadangan ovarium dan ditetapkan dalam
1 dari 3 protokol stimulasi ovarium yang terindikasi secara klinis: 1. Protokol antagonis GnRH
(Cetrotide, Orgalutran); 2. Protokol agonis fase folikuler GnRH/Protokol Flare (Daronda,
Arvekap); atau 3. Stimulasi ovarium sedang dengan klomifen sitrat. Rekombinan FSH subkutan
(Gonal-F, Purgeon, Altrmon) dan/atau hMG (Menopur, Merional, Pergonal) juga diberikan pada
ketiga regimen dengan dosis kombinasi harian maksimal yaitu sebesar 450 IU. Para wanita
dipantau selama proses stimulasi oravium, yaitu serum estradiol (E2) dan pengukuran ukuran
serta jumlah folikel. hCG diberikan 36 jam sebelum jadwal prosedur pengembalian oosit untuk
menginduksi proses ovulasi. Pengembalian oosit dilakukan ketika ukuran folikel mecapai 16-18
mm dan kadar E2 mencapai setidaknya 1800 pmo/l.
ICSI dilakukan pada semua siklus IVF pada penelitian ini. Ahli embriologi membagi
oosit menjadi vesikel germinal atau metaphase 1 atau metaphase 2 (dengan adanya kehadiran
badan polar) dan proses fertilisasi dilakukan 17-20 jam setelah inseminasi ketika jumlah oosit
sudah ada 2 pronuklei. Angka fertilisasi ditentukan dengan total jumlah oosit yang terfertilisasi
dibagi dengan jumlah oosit metaphase 2. Hasil embrio dipantau yaitu jumlah sel dan kualitas
morfologi (1= terbaik sampai 5 5= paling buruk) pada saat hari ke 3. Embrio yang mencapai 6-8
sel pada hari ke 3 dianggap sebagai pembelahan pada jumlah yang normal, dimana embrio

5
dengan ≤5 sel dan ≥9 sel dianggap sebagai pembelahan yang lambat atau pembelahan yang
cepat, secara respektif. Pada analisis kami, kami mengatakan embrio dengan kualitas yang tinggi
jika memiliki setidaknya 8 sel pada hari ke 3 dan kualitas morfologi nilai 1 atau 2. Maksimal 4
embrio dipindahkan, berdasarkan undang-undang Nasional Yunani untuk pedoman pemindahan
embrio.
Kami mengatakan implantasi berhasil jika kadar serum β-hCG >20 IU/l yang dinilai pada
14-21 hari setelah pengembalian oosit. Kehamilan secara klinis didefinisikan dengan adanya
kehamilan intrauterine yang dikonfirmasi dengan ultrasound (Terdapat setidaknya 1 kantung
gestasi dan aktivitas kardiak pada perkiraan usia kehamilan 6 minggu), dan lahir hidup
didefisinikan sebagai lahirnya neonatus pada 24 minngu atau lebih usia kehamilan. Semua
informasi klinis, termasuk diagnosis infertilitas, kadar hormonal, dan tipe protocol tidak
diperlihatkan pada rekam medis pasien. Hasil primer dari penelitian adalah implantasi,
kehamilan secara klinis dan lahir hidup. Hasil oosit, angka fertilisasi dan penilaian kualitas
embrio merupakan hasil intermediet.

Analisis Statistik
Vaiabel ditampilkan dalam median (Interquartile Range, IQR), dan variable kategori
ditampilkan dalam frekuensi relative dan absolut. Hubungan antara variable kategori di uji
dengan menggunakan uji χ2 atau uji Fisher’s Exact (Jika satu atau lebih hitungan pada sel ≤5.
Perbedaan antara kategori dan beberapa klinis dan variable nutrisi di uji dengan menggunakan
uji Mann-Whitney non parametrik. Perbedaan antara variasi variable dan hasil tertile nilai
MedDiet di uji dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis, dan digunakan uji Bonferroni untuk
mengkoreksi kesalahan tipe 1. Kami menggunakan model linier untuk menguji hubungan antara
nilai MedDiet dengan hasil IVF. Distribusi dengan fungsi log digunakan untuk menguji jumlah
dari oosit matur, oosit terfertilisasim dan embrio dengan kualitas baik, dan distribusi binomial
dengan fungsi log digunakan untuk mengukur laju fertilisasi dan hasil akhir klinis. Hasil
penelitian ditampilkan dalam bentuk Relative Risk (RR) dengan Confidence Interval 95%. Uji
untuk menilai lintas tertil dengan menilai median nilai MedDiet pada masing-masing tertil
menggunakan uji Wald.
Kovariasi dalam medel penuh, termasuk usia (tahun), protkol stimulasi ovarium
(antagonis, agonis atau klomifen), BMI (kg/m2), aktifitas fisik (MET – menit/minggu), status

6
kecemasan (jumlah nilai), asupan energi total (kkal/hari), penyebab infertilitas (faktor pria, factor
wanita atau infertilitas yang tidak dapat dijelaskan), dan penggunaan suplemen makanan [dengan
menyesuaikan frekuensi penggunaan (ordinal) dan tipe suplemen (variable dummy)]. Kami
menilai dampak modifikasi pada nilai MedDiet dengan hasil primer dengan usia (usia <35 ahun
dan ≥35 tahun), tipe infertilitas (faktor pria/wanita/tidak dapat dijelaskan) dan BMI (<25 dan ≥25
kg/m2) menggunakan model multivariat.
Digunakan SPSS versi 21.0, Chicaago, IL, USA) untuk semua perhitungan statistic.
Semua nilai P berdasarkan uji 2-sided dan dibandingkan dengan signifikansi 5%.

HASIL
Populasi penelitian kami terdiri dari 244 wanita (Median usia: 35 tahun; range: 22-41
tahun), menerima terapi IVF/ICSI dalam 2 bulan setelah penilaian diet. Tidak ada wanita
kategori obesitas yang merupakan kriteria eklsusi dari penelitian (Median BMI: 22,8 kg/m 2;
range: 18.0 – 29.9 kg/m2). Para wanita secara fisik tidak aktif (38,5%), atau aktif secara minimal,
dan mayoritas tidak pernah merokok (77,5%). Diperkirakan setengah dari semua wanita terdapat
penggunaan suplemen diet (45,9%), sebagian besar multivitamin dan folat, tetapi tidak ada
laporan dari perubahan kebiasaan diet dalam periode lebih dari 6 bulan sebelum memulai
evaluasi. Secara garis besar, 229 wanita (93,9%) telah melakukan pemindahan embrio, sebanyak
138 (56,5%) berhasil melakukan implantasi, 104 (42,6%) mengalami kehamilan secara klinis dan
99 (40,5%) lahir hidup. Wanita dengan kehamilan klinis dan lahir hidup tidak memiliki
peerbedaan dari segi usia, BMI, kebiasaan merokok, aktivitas fisik atau kadar stress,
dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami kehamilan (nilai P>0,05).

7
Tabel 1 menunjukan karakteristik klinis dan reprodusi pada wanita berdasarkan tertil skor
MedDiet. Dibandingkan pada wanita dengan tertil nilai MedDiet tertinggi (≥36, n = 86),
wanita dengan nilai tertil terrendah memiliki nilai BMI dan lingkar pinggang yang lebih tinggi,
secara fisik lebih tidak aktif, dan menunjukkan tingkat kecemasan lebih tinggi. Sebagi tambahan,
mereka juga memiliki tingkat asupan energi yang lebih tinggi dan dilaporkan lebih rendah dalam
penggunaan suplemen (p<0,01). Infertilitas yang tidak dapat dijelaskan lebih banyak pada

8
kelompok wanita dengan nilai MedDiet paling tinggi, tetapi dalam lintas tertil nilai MedDiet
tidak ada perbedaan dari segi distribusi usia, durasi infertilitas, biomarker cadangan ovarium
(kadar FSH/LH hari ke 3, kadar hormone anti Mullerian),dan pada penggunaan protocol
stimulasi ovarium. Lebih lanjut, jumlah oosit, angka laju fertilisasi dan penilaian kualitas embrio
sama pada semua tertil nilai MedDiet. Implantasi juga sama pada semua tertil. Bagaimanapun,
rata-rata kehamilan klinis dan lahir hidup secara signifikan lebih rendah pada wanita dengan nilai
tertil paling rendah dibandingkan dengan kelompok nilai tertil paling tinggi (29,1 vs 50%, P =
0,01 dan 26,6% vs 48,8%, P=0,01, secara respektif).

Pada tabel 2 menunjukkan hasil primer dari penelitian yang sudah disesuaikan dengan
multivariable. Dibandingkan dengan wanita pada kelompok tertil tertinggi, wanita pada
kelompok tertil terendah (kepatuhan paling rendah) memiliki setidaknya nilai RR 65% (95% CI)
dalam mengalami kehamilan [0.35 (0.16–0.78), P-trend = 0.01] dan lahir hidup [0.35 (0.16–
0.78), P-trend = 0.01]. Untuk mengurangi potensi bias dari konsumsi suplemen, kami melakukan
analisis sensitivitas pada wanita yang tidak mengkonsumsi suplemen (n=132), menggunakan

9
kovariat model yang sama kecuali penggunaan suplemen, dan ditemukan hasil yang sama dalam
sampel secara keseluruhan. Nilai RR (95% CI) untuk kehamilan pada kelompok wanita dengan
nilai tertil terendah dibandingkan kelompok wanita terbesar yaitu sebesar 0,29 (0,10-0,82), dan
untuk lahir hidup yaitu 0,25 (0,09-0,73). Tidak ada hubungan secara signifikan yang ditemukan
antara nilai MedDiet dengan hasil penelitian intermediet (hasil stimulasi ovarium, laju fertilisasi,
dan penilaian kualitas embrio).

Kami menemukan hubungan yang signifikan antara nilai MedDiet dengan usia terhadap
kehamilan (P=0,007) dan lahir hidup (p=0,008). Nilai MedDiet secara positif berhubungan
dengan kehamilan dan lahir hidup (p=0,001) pada wanita usia <35 tahun tetapi tidak pada wanita
dengan usia yang lebih tua. Pada wanita dengan usia <35 tahun, nilai RR (95% CI) untuk
kehamilan adalah 1,22 (1.05–1.43) dan pada wanita usia ≥35 tahun yaitu 1.00 (0.92–1.09), untuk
nilai lahir hidup yaitu 1.25 (1.07–1.45) dan 1.01 (0.93–1.11). Pada wanita dengan usia <35 tahun
dengan nilai yang lebih tinggi 5 poin pada nilai MedDiet dihubungkan dengan 2,7 kali lebih
tinggi dalam kesempatan mengalami kehamilan dan lahir hidup. Tidak ada bukti dari tipe
infertilitas dan BMI yang terlihat terhadap hasil penelitian (nilai P >0,05 pada semua kasus).

10
DISKUSI
Para wanita yang tidak obesitas pada penelitian ini menjalani terapi IVF pertama kali,
kami menilai kepatuhan terhadap MedDiet menggunakan nilai MedDiet yang sudah tervalidasi
dan menemukan kepatuhan yang lebih baik terhadap diet ini selama periode 6 bulan sebelum
IVF dihubungkan dengan kesempatan yang lebih tinggi terhadap kehamilan dan lahir hidup.
Secara spesifik, kami menemukan keuntungan nilai 5 poin yang lebih tinggi pada nilai MedDiet
dihubungkan dengan kesmungkinan kehamilan dan lahir hidup 2,7 kali lebih tinggi pada wanita
usia <35 tahun. Nilai MedDiet tidak berhubungan dengan hasil stimulasi ovarium, penilaian
kualitas embrio atau implantasi. Secara mengejutkan, efek menguntungkan dari MedDiet lebih
ditemukan pada wanita usia <35 tahun tetapi tidak pada usia wanita yang lebih tua. Usia
merupakan factor risiko yang penting terhadap infertilitas dan data terbaru menyatakan secara
signifikan dampak usia terhadap hasil reproduksi yang dibantu. Pada hasil uji kohort, wanita usia
≥35 tahun memiliki hasil oosit matur yang lebih rendah [median (IQR): 10 (6–14) vs 13 (8–16),
P = 0.003 dan 7 (4–10) vs 9 (5–13), P = 0.02, respectively], dan angka keberhasilan implantasi
yang lebih rendah 51.4 vs 64.6%, P = 0.04) dibandingkan dengan wanita usia <35 tahun, tetapi
tidak ada perbedaan pada angka kehamilan dan lahir hidup atau factor gaya hidup antara kedua
kelompok usia.
Wanita mengalami perubahan fungsi fisiologis sesuai usia mereka, termasuk perubahan
endokrin, dan hal tersebut memungkinkan terjadinya efek pembiasan terhadap faktor lingkungan
lainnya, seperti kualitas diet, sehingga berdampak pada fertilitas dan kesuksesan angka IVF
selama masa reproduksi lebih laten. Serupa dengan hal tersebut, telah ditemukan bahwa BMI
yang tinggi memiliki dampak negative pada kesuksesan IVF pada usia muda, tetapi dampak
tersebut akan berkurang ketika wanita mencapai usia pertengahan 30 tahun. Pada wanita dengan
usia yang lebih tua, dampak usia terhadap fertilitas dan hasil IVF lebih penting dibandingkan
dari dampak BMI. Hasil temuan kami mendukung hasil penelitian sebelumnya bahwa kepatuhan
yang tinggi terhadap diet sehat mungkin dapat meningkatkan kesempatan kehamilan setelah
terappi IVF/ICSI. Vujkovic dan lain-lain membandingkan dua pola diet, yaitu pola diet ‘health
conscious-less processed’ (terdiri dari konsumsi tinggi buah-buahan, sayur-sayuran, ikan dan
biji-bijian; serta rendah konsumsi makanan ringan, daging, dan mayones) dan pola diet
mediterania (terdiri konsumsi tinggi minyak sayur, sayur-sayuran, ikan, biji-bijian, dan konsumsi
rendah makanan ringan). Walaupun kedua pola diet menunjukkan pola makanan yang hamper

11
sama, hanya pada pola diet mediterania yang berhubungan dengan peningkatan angka
keberhasilan kehamilan pada IVF [odds ratio (OR): 1.4; 95% CI: 1.0–1.9], mungkin dikarenakan
pada pola diet ini mendapatkan vitamin B6 dan folat yang lebih tinggi dari konsumsi tinggi
minyak sayur. Pada penelitian kasus control yang dilakukan di Spanyol, Toledo dan lain-lain
menggunakan pola diet yang sama dan menemukan pada wanita dengan nilai tertil paling tinggi
pada kepatuhan terhadap diet mediterania memiliki risiko lebih rendah terhadap kesulitan
kehamilan, dibandingkan dengan kelompok wanita dengan nilai trtil paling rendah (OR: 0.56,
95% CI: 0.35–0.95). Pada penelitian yang terbaru yang melibatkan sebanyak 199 pasangan di
Belanda dengan terapi IVF/ICSI pertama kali, dilakukan penilaian nilai diet prekonsepsi (PDR)
dengan memberikan 1 poin pada 6 kelompok makanan sehat (buah-buahan, sayur-sayuran,
daging, ikan dan lemak) yang ditentukan oleh Pusat Nutrisi Belanda. Ditemukan angka
kehamilan lebih tinggi pada kelompok wanita dengan nilai PDR yang lebih tinggi (OR: 1.65;
95% CI: 1.08–2.52), hasil tersebut memperlihatkan bahwa peningkatan kepatuhan terhadap diet
rekomendasi dari Belanda pada wnaita yang menjalani terapi IVF meningkatkan kesempatan
kehamilan. Inti dari hubungan diet metirania dengan kesuksesan angka IVF merupakan gagasan
yang ditandai dengan konsumsi tinggi makanan dan kelompok makanan yang secara postif
memberikan dampak menguntungkan terhadap fertilitas dan hasil terapi, contohnya adalah biji-
bijian. Bersamaan dengan hal ini, konsumsi sereal, sayur-sayuran dan buah-buahan dinyatakan
memberikan efek positif terhadap kualitas embrio pada wanita yang menjalani terapi IVF/ICSI,
sementara peningkatan konsumsi daging merah memiliki efek negatif terhadap implantasi dan
angka kehamilan.
Peningkatan konsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran pada pasangan pria dihubungkan
dengan peningkatan angka fertilisasi, hal tersebut menandakan adanya hubungan antara diet pada
pasangan pria dengan beberapa parameter dari hasil IVF. Pada penelitian kami, nilai
MedDiettidak berhubungan dengan hasil intermediet, tetapi memberikan hubungan positif pada
angka kehamilan dan lahir hidup bahkan setelah disesuaikan dengan nilai MedDiet pada
pasangan pria.
MedDiet berhubungan control glikemik, dimana hal tersebut merupakan parameter
penting yang mempengaruhi angka kehamilan pada pasien dengan terapi IVF. Sebagai
tambahan, MedDiet ditandai konsumsi makronutrien dan asam lemak yang tinggi, seperti asam
lemak mono dan polisaturasi (berasal dari minyak zaitun, ikan, dan kacang-kacangan). Walaupun

12
masih belum jelas komponen dari MedDiet yang meberikan kontribusi paling besar, secara garis
besar diet ini menggunakan minyak zaitun, yang meberikan rasio asam lemak monosaturasi
leibih tinggi. Data dari penelitian kohort dianta wanita premonopause tanpa danya riwayat
infertilitas menyatakan penggantian lemak tidak jenuh, yang biasa ditemukan pada minyak sayur
dengan asam lemak jenuh dapat meningkatkan risiko infertilitas, dan memungkinkan untuk
berdampak pada hasil klinis IVF. Kepatuhan terhadap pola diet “tinggi ikan dan minyak zaitu,
serta rendah daging” pada saat prekonsepsi, memberikan hubungan positif terhadap
perkembangan embrionik pada kehamilan spontan, meskipun tidak ada hubungan secara
signifikan yang terlihat pada kehamilan IVF/ICSI. Dampak yang serupa terhadap kualitas protein
dan karbohidrat pada pola diet dan risiko infertilitas karena anovulasi telah dilaporkan, oleh
karena itu, selain lemak, komponen MedDiet yang lain juga sama pentingnya.
Nilai MedDiet berhubungan secara positif terhadap hasil akhir, sehingga dapat
diasumsikan MedDiet memberikan dampak pada lingkungan endometrium, yang dapat
memberikan efek positif pada proses selama kehamilan. dengan menggunakan data dari Nurses’
Health Study-II, Gaskins dan lain lain menemukan bahwa kepatuhan terhadap pola diet selama
sebelum masa kehamilan, termask diet fertilitas dan diet alternative MedDiet tidak berhubungan
dengan risiko kehilangan kehamilan. pada wanita dengan β-hCG positif, kepatuhan MedDiet
yang rendah dihubungkan dengan risiko kehamilan dan lahir hidup yang lebih rendah, hal
tersebut mungkin karena MedDiet memberikan dampak menguntungkan melalui kemampuan
embrio dalam bertahan hidup.
Beberapa mekanisme mungkin dapat menjelaskan hubungan tersebut, dan salah satunya
karena kandungan antioksidan. Diet mediterania kaya akan antioksidan karena konsumsi tinggi
buah, sayur dan biji-bijian. Beberapa data terbaru mengatakan stress oksidatif dan kadar
antioksidan yang rendah dapat berdampak pada infertilitas yang tidak dapat dijelaskan. Tetapi,
pemberian antioksidan salam bentuk suplemen tidak mempengaruhi hasil fertilitas. Pemberian
antioksidan 3 bulan sebelum siklus IVF dapat meninkatkan kualitas oosit, peningkatan konsumsi
antioksidang melalui diet telah dihubungkan dengan waktu yang lebih cepat terhadap
keberhasilan konsepsi, walaupun BMI dan usia wanita dapat menjadi factor bias. Tidak seperti
suplemen, antioksidan yang berasal dari makanan memberikan proporsi yang ideal dan dapat
menekan pembetukan spesies oksigen reaktif sehingga dapat mengurangi kerusakan pasa
endometrium akibat proses oksidatif.

13
Terdapat beberapa keterbatasan dari penelitian kami. Pertama, hanya menggunakan 1
penilaian diet dan FFQ dapat mengalami kesalahan. Tetapi bagaimanapun, karena karakteristik
penelitian dan salah satu prasyarat dari penilian adalah partisipan diharuskan memiliki kebiasaan
makan yang sama selama 6 bulan, kesalahan dalam penilaian tidak memberikan perbedaan yang
signifikan terhadap hasil IVF. Kedua, partisipan penelitian adalah wanita Yunani infertil yang
tidak obesitas di klinik IVF, sehingga penelitian kami tidak bias disama ratakan dengan semua
populasi reproduktif, baik pada wanita obesitas atau pada wanita yang tidak berada di Eropa atau
pada wanita yang berada di klinik infertilitas di seluruh dunia. Ketiga, kemungkinan komponen
bias oleh factor lain tidak terlalu dinilai pada penelitian ini, kami hanya menyesuaikan beberapa
kovariasi maternal (usia, BMI, aktifitas fisik, dan kadar stress), dan sebagai tambahannya hanya
kebiasaan diet pasangan laki-laki. Pada analisis kami, tidak menilai konsumsi alkohol. Konsumsi
alkohol dapat meningkatkan risiko kegagalan dari IVF, beberapa literature menyatakan bahwa
pasangan yang akan menjalani proses IVF tidak boleh konsumsi alkohol selama prosesude
terapi. Kami tidak menghitung jumlah embrio yang dipindahkan, karena hasil embrio dan hasil
yang dapat dipindahkan dianggap dapat menjadi konsekuensi hasil diet sehingga memberikan
dampak pada hasil akhir klinis (implantasi, kehamilan dan lahir hidup). Terakhir, dikarenakan
model penelitian observasional, kesimpulan dari penelitian ini sangat terbatas.
Sebagai kesiumpulan, kami menyimpulkan kepatuhan yang lebih tinggi pada diet
mediteranian berhubungan dengan kesempatan kehamilan dan lahir hidup setelah terapi IVF
pada wanita usia <35 tahun yang tidak obesitas. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk meneliti
peran dari kualitas diet dalam membantu kemampuan reproduksi, untuk memperlihatan
mekanisme yang mendasarinyam dan untuk meningkatkan pedoman diet yang lebih baik pada
wanita untuk meningkatkan fertilitas dan angka keberhasilan.

14
15

Anda mungkin juga menyukai