Anda di halaman 1dari 7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Shopaholic

Shopaholic berasal dari kata shop yang artinya belanja dan aholic yang
artinya suatu ketergantungan yang disadari maupun tidak. Shopaholic adalah
seseorang yang tidak mampu menahan keinginannya untuk berbelanja dan
berbelanja sehingga menghabiskan begitu banyak waktu dan uang untuk berbelanja
meskipun barang-barang yang dibelinya tidak selalu ia butuhkan (Oxford Expans
dalam Rizka, 2007). Shopaholic adalah seseorang yang memiliki pola belanja
berlebihan yang dilakukan terus menerus denga menghabiskan begitu banyak cara,
waktu dan uang hanya untuk membeli atau mendapatkan barang-barang yang
diinginkan namun tidak selalu dibutuhkan secara pokok oleh dirinya.

Banyak sekali istilah-istilah yang mendeskripsikan hal tersebut. Sophaholic


sering juga disebut dengan shopingsaurus. Kata itu mulanya terdiri dari kata
“Shoping” dan “Saurus” yang bisa diinterpretasikan dengan orang-orang yang
memiliki karakter maniak shoping, yakni orang-orang yang berada pada sebuah
kehidupan hedonistic yang menjadikan belanja sebagai sebuah gaya hidup yang
membuat dirinya lebih senang dan tenang menjalani kehidupan ini (Ra’uf 2009:9).

B. Faktor-faktor Shopaholic

Shopaholic terjadi karena beberapa faktor luar dan dalam diri seseorang.
Menurut Rizky Siregar (2010) ada tiga faktor yang menjadi penyebab seseorang
menjadi shopaholic:

a.) Pengaruh dari dalam diri sendiri. Seorang shopaholic memiliki kebutuhan
emosi yang tidak terpenuhi sehingga merasa kurang percaya diri dan
tidak dapat berfikir positif tentang dirinya sendiri. Seorang shopaholic
beranggapan bahwa belanja bisa membuat dirinya lebih baik.
b.) Pengaruh dari keluarga. Peran keluarga khususnya orang tua dapat
mempengaruhi kecenderungan seseorang untuk menjadi shopaholic.
Orang tua yang membiasakan anaknya meneerima uang atau benda-
benda secara berlebihan, secara tidak langsung mengajarkan kepada
anaknya untuk lebih konsumtif.

c.) Pengaruh lingkungan pergaulan. Lingkungan pergaulan berpengaruh


besar dalam membentuk kepribadian seseorang. Memiliki teman
yanghobi berbelanja dapat menimbulkan rasa ingin meniru dan memiliki
apa yang dimiliki oleh teman pergaulannya.

C. Aspek-aspek Shopaholic:

Menurut Herabadi (2003), terdapat banyak aspek yang ada dalam sebuah
perilaku shopping addcition pada shopaholic. Aspekaspek ini sekaligus menjadi
pemicu perilaku pembelian secara impulsive. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai
berikut:

a.) Aspek kognitif: berkaitan dengan adanya kekurangan atau bahkan tidak adanya
perencanaan dan pertimbangan dalam pembuatan keputusan dalam pembelian.

b.) Aspek afektif: berkaitan dengan kesenangan dan ketertarikan untuk membeli,
adanya dorongan untuk membeli, sulit untuk meninggalkan barang yang akan
dibeli, dan terkadang timbul penyesalan setelah membeli suatu barang (Dalam
Zahir 2016).

D. Pengertian Kematangan Emosi

Kematangan emosi atau emotional maturity adalah suatu keadaan atau


kondisi mencapai tingkat kedewasaan dari perkembangan emosional dank arena itu
pribadi yang bersangkutan tidak lagi menampilkan pola emosional yang pantas bagi
anak-anak (Chaplin, 1993). Menurut Hurlock (1994) menyatakan bahwa petunjuk
kematangan emosi pada diri individu adalah kemampuan individu untuk menilai
situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi tanpa berpikir sebelumnya
seperti anak-anak atau orang yang tidak matang, sehingga akan menimbulkan
reaksi emosional yang stabil dan tidak berubah-ubah dari satu emosi atau suasana
hati ke emosi atau suasana hati lain.

E. Aspek-aspek Kematangan Emosi

Dr. Fadil (Wardani, 2011) mengatakan aspek-aspek kematangan emosi antara lain:

a. Realitas, berbuat sesuai dengan kondisi, mengetahui dan menafsirkan permasalahan


tidak hanya satu sisi.

b. Mengetahui mana yang harus didahulukan, mampu menimbang dengan baik


diantara beberapa hal dalam kehidupan. Mengetahui mana yang terpenting diantara
yang penting. Tidak mendahulukan permasalahan yang kecil dan mengakhiri
masalah yang besar.

c. Mengetahui tujuan jangka panjang, diwujudkan dengan kemampuan mengendalikan


keinginan atau kebutuhan demi kepentingan yang lebih penting pada masa yang
akan dating.

d. Menerima tanggung jawab dan menunaikan kewajiban dengan teratur, optimis


dalam melakukan tugas, dan mampu hidup di bawah aturan tertentu.

e. Menerima kegagalan, bisa menyikapi kegagalan dan dewasa dalam menghadapi


segala kemungkinan yang tidak menentu guna mencapai sebuah kemakmuran, serta
mencurahkan segala potensi guna mencapai tujuan.

f. Hubungan emosional. Seseorang tidak hanya mempertimbangkan diri sendiri tetapi


mulai membiarkan perhatiannya pada orang lain. Pencarian yang serius tentang jati
diri serta komunitas sosial.

g. Bertahap dalam memberikan reaksi. Mampu mengendalikan saat kondisi kejiawaan


memuncak.

F. Karakteristik Kematangan Emosi


Iindividu dikatakan telah mencapai kematangan emosi apabila mampu
mengontrol dan mengendalikan emosinya sesuai dengan taraf perkembangan
emosinya. Menurut Hurlock (1994) karakteristik seseorang yang sudah matang
emosinya adalah sebagai berikut:

1. Adanya control emosi yang terarah: Individu yang tidak meledakkan emosinya
begitu sajantetapi ia akan mampu mengontrol emosi dan ekspresi emosi yang
disetujui secara sosial, dengan kata lain menunjukkan perilaku yang diterima
secara sosial.

2. Stabilitas emosi: Indvidu yang matang emosinya akan memberikan reaksi


emosional yang stabil dan tidak berubah-ubah dari emosi atau suasana hati ke
suasana hati yang lain seperti pada periode sebelumnya.

3. Bersikap kritis terhadap situasi yang ada: Mereka tidak akan bertindak tanpa
ada pertimbangan lebih dulu.

4. Kemampuan penggunaan katarsis mental: Mereka mempunyai kemampuan


untuk menggunakan dan menyalurkan sumber-sumber emosi yang tidak
timbul.

G. Kaitan Antara Gaya Hidup Shopaholic dengan Kematangan Emosi

Pengaruh globalisasi membuat perilaku konsumtif meningkat. Perilaku


konsumtif sendiri didefinisikan oleh Solomon (2002:453) sebagai sebuah studi
tentang proses yang menghubungkan individu atau grup yang terpili terhadap
pembelian, penggunaan produk, ide, atau pengalaman untuk memuaskan
kebutuhan dan hasrat, sedangkan Schiffman dan kanuk (2000:256) adalah suatu
tingkah laku dari konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan mengevaluasi
dan menentukan produk jasa. Istilah perilaku konsumtif diartikan sebagai perilaku
yang menunjukkan oleh orang-orang dalam merencanakan, membeli dan
menggunakan barang-barang ekonomi dan jasa. Yang menjadi masalah ketika
kecenderungan yang sebenarnya wajar pada masyarakat ini dilakukan secara
berlebihan. Pepatah “lebih besar pasak daripada tiang” berlaku di sini. Terkadang
apa yang dituntut oleh masyarakat di luar kemampuan dengan sumber dana yang
ada. Perilaku konsumtif ini dapat terus mengakar di dalam gaya hidup sekelompok
mayarakat. Dalam perkembangannya, mereka akan menjadi orang-orang dengan
gaya hidup konsumtif. Gaya hidup konsumtif ini harus didukung oleh kekuatan
finansial yang memadai. Masalah lebih besar terjadi apabila pencapaian tingkat
finansial itu dilakukan dengan segala macam cara yang tidak sehat. Mulai dari pola
bekerja yang berlebihan sampai menggunakan cara instan seperti korupsi. Pada
akhirnya perilaku konsumtif bukan saja memiliki dampak ekonomi, tapi juga dampak
psikologis, sosial bahkan etika. Seseorang yang hanya bisa mengkonsumsi segala
sesuatu yang ada di hadapannya, tanpa ada inisiatif untuk memproduksi disebut
sebagai manusia yang terjerat oleh kubangan konsumtivisme. Ruang
konsumtivisme yang melanda kehidupan umat manusia tentu saja akan
mempengaruhi kehidupan mereka ke depan. Gaya hidupnya akan membentuk
dibentuk oleh materi, dan akan dikuasai oleh materi sehingga mereka menjadi tidak
berdaya di hadapan materi (Ra’uf 2009: 39). Mereka selalu saja memiliki cara
berpikir untuk memiliki segala sesuatu yang diproduksi oleh orang lain, berpikir
bahwa apa yang baru yang ada di pasar harus dimilikinya, padahal perasaan yang
demikian nantinya akan menyiksa dirinya apabila dirinya tidak memiliki uang.

Berbagai macam bentuk dari perilaku konsumtif, salah satunya yaitu


Shopaholic. Shopaholic berasal dari kata shop yang artinya belanja dan aholic yang
artinya suatu ketergantungan yang disadari maupun tidak. Shopaholic adalah
seseorang yang tidak mampu menahan keinginannya untuk berbelanja dan
berbelanja sehingga menghabiskan begitu banyak waktu dan uang untuk berbelanja
meskipun barang-barang yang dibelinya tidak selalu ia butuhkan (Oxford Expans
dalam Rizka, 2007). Shopaholic adalah seseorang yang memiliki pola belanja
berlebihan yang dilakukan terus menerus dengan menghabiskan begitu banyak
cara, waktu dan uang hanya untuk membeli atau mendapatkan barang-barang yang
diinginkan namun tidak selalu dibutuhkan secara pokok oleh dirinya.

Gaya hidup shopaholic disebabkan oleh salah satunya pengaruh dari dalam
diri sendiri. Seorang shopaholic memiliki kebutuhan emosi yang tidak terpenuhi
sehingga merasa kurang percaya diri dan tidak dapat berfikir positif tentang dirinya
sendiri. Seorang shopaholic beranggapan bahwa belanja bisa membuat dirinya lebih
baik. Belanja secara berlebihan merupakan contoh tindakan yang impulsif, dan tidak
berbelanja sesuai dengan apa yang menjadi prioritas kebutuhan. Bertindak tanpa
pertimbangan merupakan contoh seseorang yang belum memiliki kematangan
emosi, karena bertentangan dengan aspek-aspek kematangan emosi yang
dijelaskan oleh Wardani (2011) yaitu:

a.) Mengetahui mana yang harus didahulukan, mampu menimbang dengan baik
diantara beberapa hal dalam kehidupan. Mengetahui mana yang terpenting diantara
yang penting. Tidak mendahulukan permasalahan yang kecil dan mengakhiri
masalah yang besar.

b.) Mengetahui tujuan jangka panjang, diwujudkan dengan kemampuan mengendalikan


keinginan atau kebutuhan demi kepentingan yang lebih penting pada masa yang
akan dating.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan adanya hubungan


antara kematangan emosi dengan gaya hidup shopaholic.

H. Mahasiswi

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Mahasiswi adalah sebutan


bagi mahasiswa wanita. Mahasiwa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi,
baik di universitas, institute atau akademi.

I. Program Studi Psikologi

Program studi psikologi merupakan salah satu jurusan yang secara khusus
mempelajari disimpiln ilmu mengenai penelitian ilmiah tentang perilaku mental.
Dalam ilmu psikologi, tidak hanya menjelaskan apa yang kia lakukan dan bagaimana
seseorang berperilaku tetapi juga meneliti alur pemikiran dan alasan di balik
tindakan tersebut. Mulai dari pemikiran peersepsi, pengakuan kognitif, dan
hubungan interpersonal, teori dan informasi psikologi seringkali digunakan untuk
menyelesaikan masalah dalam serangkaian aktivitas manusia yang luas.
J. Profil Universitas Merdeka Malang

Universitas Merdeka Malang, atau biasa disingkat degan Unmer Malang


adalah perguruan tinggi swasta terkemuka di Kota Malang di bawah pengelolaan
Yayasan Perguruan Tinggi Merdeka Malang (YPTM). Saat ini yayasan tersebut
diketuai oleh Kolonel Purn. H. Toegino Sokarno, SE. Yayasan Perguruan Tinggi
Merdeka Malang (YPTM) berdiri pada tahun 1964. Rektor Universitas Merdeka
Malang saat ini adalah Prof. Dr. H. Anwar Sanusi, S.E., M. Si. Kampus ini terletak di
Jl. Terusan Raya Dieng No. 62-64 Kota Malang. Universitas Merdeka Malang
memiliki slogan The Quality University yang bertujuan untuk mencetak SDM yang
handal dan mumpuni dalam berbagai bidang.

K. Kerangka Pemikiran Penelitian

Kematangan Emosi yang Gaya hidup shopaholic


tinggi rendah

Kematangan emosi yang Gaya hidup shopaholic


rendah rendah

G. Hipotesis Penelitian

Anda mungkin juga menyukai