KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Shopaholic
Shopaholic berasal dari kata shop yang artinya belanja dan aholic yang
artinya suatu ketergantungan yang disadari maupun tidak. Shopaholic adalah
seseorang yang tidak mampu menahan keinginannya untuk berbelanja dan
berbelanja sehingga menghabiskan begitu banyak waktu dan uang untuk berbelanja
meskipun barang-barang yang dibelinya tidak selalu ia butuhkan (Oxford Expans
dalam Rizka, 2007). Shopaholic adalah seseorang yang memiliki pola belanja
berlebihan yang dilakukan terus menerus denga menghabiskan begitu banyak cara,
waktu dan uang hanya untuk membeli atau mendapatkan barang-barang yang
diinginkan namun tidak selalu dibutuhkan secara pokok oleh dirinya.
B. Faktor-faktor Shopaholic
Shopaholic terjadi karena beberapa faktor luar dan dalam diri seseorang.
Menurut Rizky Siregar (2010) ada tiga faktor yang menjadi penyebab seseorang
menjadi shopaholic:
a.) Pengaruh dari dalam diri sendiri. Seorang shopaholic memiliki kebutuhan
emosi yang tidak terpenuhi sehingga merasa kurang percaya diri dan
tidak dapat berfikir positif tentang dirinya sendiri. Seorang shopaholic
beranggapan bahwa belanja bisa membuat dirinya lebih baik.
b.) Pengaruh dari keluarga. Peran keluarga khususnya orang tua dapat
mempengaruhi kecenderungan seseorang untuk menjadi shopaholic.
Orang tua yang membiasakan anaknya meneerima uang atau benda-
benda secara berlebihan, secara tidak langsung mengajarkan kepada
anaknya untuk lebih konsumtif.
C. Aspek-aspek Shopaholic:
Menurut Herabadi (2003), terdapat banyak aspek yang ada dalam sebuah
perilaku shopping addcition pada shopaholic. Aspekaspek ini sekaligus menjadi
pemicu perilaku pembelian secara impulsive. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai
berikut:
a.) Aspek kognitif: berkaitan dengan adanya kekurangan atau bahkan tidak adanya
perencanaan dan pertimbangan dalam pembuatan keputusan dalam pembelian.
b.) Aspek afektif: berkaitan dengan kesenangan dan ketertarikan untuk membeli,
adanya dorongan untuk membeli, sulit untuk meninggalkan barang yang akan
dibeli, dan terkadang timbul penyesalan setelah membeli suatu barang (Dalam
Zahir 2016).
Dr. Fadil (Wardani, 2011) mengatakan aspek-aspek kematangan emosi antara lain:
1. Adanya control emosi yang terarah: Individu yang tidak meledakkan emosinya
begitu sajantetapi ia akan mampu mengontrol emosi dan ekspresi emosi yang
disetujui secara sosial, dengan kata lain menunjukkan perilaku yang diterima
secara sosial.
3. Bersikap kritis terhadap situasi yang ada: Mereka tidak akan bertindak tanpa
ada pertimbangan lebih dulu.
Gaya hidup shopaholic disebabkan oleh salah satunya pengaruh dari dalam
diri sendiri. Seorang shopaholic memiliki kebutuhan emosi yang tidak terpenuhi
sehingga merasa kurang percaya diri dan tidak dapat berfikir positif tentang dirinya
sendiri. Seorang shopaholic beranggapan bahwa belanja bisa membuat dirinya lebih
baik. Belanja secara berlebihan merupakan contoh tindakan yang impulsif, dan tidak
berbelanja sesuai dengan apa yang menjadi prioritas kebutuhan. Bertindak tanpa
pertimbangan merupakan contoh seseorang yang belum memiliki kematangan
emosi, karena bertentangan dengan aspek-aspek kematangan emosi yang
dijelaskan oleh Wardani (2011) yaitu:
a.) Mengetahui mana yang harus didahulukan, mampu menimbang dengan baik
diantara beberapa hal dalam kehidupan. Mengetahui mana yang terpenting diantara
yang penting. Tidak mendahulukan permasalahan yang kecil dan mengakhiri
masalah yang besar.
H. Mahasiswi
Program studi psikologi merupakan salah satu jurusan yang secara khusus
mempelajari disimpiln ilmu mengenai penelitian ilmiah tentang perilaku mental.
Dalam ilmu psikologi, tidak hanya menjelaskan apa yang kia lakukan dan bagaimana
seseorang berperilaku tetapi juga meneliti alur pemikiran dan alasan di balik
tindakan tersebut. Mulai dari pemikiran peersepsi, pengakuan kognitif, dan
hubungan interpersonal, teori dan informasi psikologi seringkali digunakan untuk
menyelesaikan masalah dalam serangkaian aktivitas manusia yang luas.
J. Profil Universitas Merdeka Malang
G. Hipotesis Penelitian