PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit tumor merupakan ruang lingkup yang universal. Penyakit ini eksistensinya sejalan dengan
permulaan sejarah dan menyerang manusia dimanapun ia tinggal, suku apapun, warna kulit, tingkat
pengetahuan dan tingkat sosial.
Myoma uteri merupakan salah satu tumor jinak yang tumbuh pada myiometrium. Dengan
adanya pertumbuhan myoma ini mengakibatkan terganggunya fungsi dari uterus,
diantaranya resiko abortus, perdarahan pada proses persalinan dan juga dapat
menyebabkan infertilitas.
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai
sarang myoma, pada wanita yang berkulit hitam yang lebih banyak. Di Indonesia myoma
uteri ditemukan 2,39 – 11% pada penderita genekologi yang dirawat (ilmu kandungan,
1997).
Oleh karena itu kita sebagai calon perawat merasa perlu mengetahui lebih jelas tentang
myoma uteri dan cara penanganannya, karena dalam menberikan asuhan keperawatan,
perawat memberi motivasi dan penyuluhan serta mencegah komplikasi yang mungkin
terjadi sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan. Dalam hal ini kita sangat
membutuhkan kolaborasi dengan tim medik terutama dalam bidang genekologi.
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak yang tumbuh dalam otot uterus. Biasa juga disebut
fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu
keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan. Mioma bisa menyebabkan
gejala yang luas termasuk perdarahan menstruasi yang banyak dan penekanan pada
pelvis.Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai
sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri
belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke, sedangkan setelah menopause hanya
kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 –
30% dari seluruh wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 – 11,7% pada
semua penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita
umur 35 – 45 tahun (kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post
menopause. Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk
berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya
1 kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak
pernah hamil atau hanya hamil 1 kali.Perihal penyebab pasti terjadi tumor mioma belum
diketahui. Mioma uteri mulai tumbuh dibagian atas (fundus) rahim dan sangat jarang
tumbuh dimulut rahim. Bentuk tumor bisa tunggal atau multiple (banyak), umumnya
tumbuh didalam otot rahim yang dikenal dengan intramural mioma. Tumor mioma ini akan
cepat memberikan keluhan, bila mioma tumbuh kedalam mukosa rahim, keluhan yang
biasa dikeluhkan berupa perdarahan saat siklus dan diluar siklus haid. Sedangkan pada
tipe tumor yang tumbuh dikulit luar rahim yang dikenal dengan tipe subserosa tidak
memberikan keluhan perdarahan, akan tetapi seseorang baru mengeluh bila tumor
membesar yang dengan perabaan didaerah perut dijumpai benjolan keras, benjolan
tersebut kadang sulit digerakkan bila tumor sudah sangat besar.Berikut ini diajukan suatu
kasus seorang wanita 41 tahun dengan diagnosa mioma uteri, yang selanjutnya
ditatalaksana untuk laparotomi dengan Total Abdominal Histerektomi (TAH).
B. Tujuan
a. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan pada pasien mioma uteri
b. Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi mioma uteri
2. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi penyebab mioma uteri.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala dari mioma uteri.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi dari mioma uteri
5. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan dari miom uteri
6. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang dari mioma uteri
7. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatanpada pasien dengan mioma uteri
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma yang berasal dari ototuterus dan jaringan ikat yang
menumpangnya sehingga dapat disebut juga leiomioma, fibromioma, atau fibroid. (Ilmu
Kandungan, 1999)
Mioma uteri adalah tumor yang paling umum pada traktus genitalis (Derek Llewellyn- Jones, 1994).
Mioma uteri adalah tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya (www. Infomedika. htm, 2004).
Dari beberapa pengertian di atas, kelompok kami dapat menyimpulkan bahwa
myoma uteri adalah pertumbuhan jaringan ikat yang abnormal pada otot – otot rahim
sehingga uterus membesar. Golongan ini termasuk tumor jinak.
B. Etiologi
Penyebab secara pasti belum diketahui dan diduga merupakan penyakit
multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang
dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal dan diperkirakan dari sel
– sel otot yang belum matang. Beberapa teori mengatakan, karena adanya stimulasi
estrogen, mengingat:
a. Myoma tumbuh lebih cepat pada masa hamil
b. Tidak pernah ditemukan sebelum masa menarrche
c. Myoma biasanya akan mengalami atrophy sesudah menopouse
d. Sering ditemukan hiperplasia endometrium bersama dengan myoma uteri.
Selain itu, Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor
predisposisi genetik, adalah estrogen, progesterone.
1. Estrogen. Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor
yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil
pada saatmenopause dan pengangkatan ovarium.
2. Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat
pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17B hidroxydesidrogenase dan
menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai
faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :
1. Umur
2. Paritas
3. Faktor ras dan genetik
4. Fungsi ovarium
E. Patofisiologi
Myoma sering disebut fiboid (jaringan ikat), walaupun asalnya dari jaringan otot yang
belum matang yang tumbuh secara abnormal karena stimulasi estrogen. Myoma dapat
bersifat tunggal ataupun multiple dan mampu mencapai ukuran besar dengan konsistensi
keras dan memiliki batas – batas kapsul yang jelas, sehingga dapat dilepaskan dari
jaringan sekitarnya.
Sarang mioma diuterus berasal dari servik (1-3) menurut letaknya mioma dapat kita bagi
sebagai :
a. Mioma submukosum : berada di biawah endometrium dan menonjol kedalam rongga
uterus
Mioma submukosum tersebut dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian di
lahirkan melalui saluran servick ( myomgeburt).
b. Mioma intramural: mioma terdapat di dinding uterus diantara miometrium
c. Mioma subserosum: apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus yang di liputi oleh serosa, mioma subserosum dapat tumbuh di antara
kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intra ligamenter, mioma subserosum ini
dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke ligamentum omentum dan
kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga di sebut wandering / parasitic fibroid.
Mioma itu sendiri jarang sekali di temukan satu macam mioma saja dalam satu
uterus,mioma pada servick dapat menonjol kedalam saluran servick sehingga ostium uteri
externum berbentuk bulan sabit. Apabila mioma di belah maka tampak bahwa mioma
terdiri atas berkas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti konde, atau pusaran
air (whorl like pattern), dengan pseodocapsule yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang
terdesak karena pertumbuhan sarang mioma ini, mioma ini pernah di temukan 200 sarang
mioma dalam satu uterus, namun biasanya hanya 5 - 20 sarang saja. Dengan
pertumbuhan mioma dapata mencapai berat lebih dari 5kg, jarang sekali mioma di
temukan pada wanita umur 20 thn ,paling banyak pada umur 35-45 thn ( kurang lebih
25%). Pertrumbuhan mioma di perkirakam memerlukan waktu 3 thn agar dapat mencapai
ukuran sebesar tinju, akan tetapi beberapa kasus ternyata mioma tersebut tumbuh dengan
cepat, setelah menoupus banyak mioma menjadi lesut, hanya 10% saja yang masih dapat
tumbuh lebih lanjut.
Mioma uteri ini lebih sering di dapati pada wanita nulipara atau yang kurang subur. Mioma
ini memiliki factor keturunan yang memegang peran. Perubahan sekunder pada mioma
uteri yang terjadi sebagaian besar bersifat dejenerasi, hal tersebut oleh karena itu
berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma.
F. Pathway
Peredaran darah
Lemah, lesu
H. Klasifikasi Myoma
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena
1. Lokasi
Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi.
Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius.
Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.
2. Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasinya dibagi menjadi tiga
jenis yaitu :
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula
sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke
arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut sebagai mioma
intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu
massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya
menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya
tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga mioma akan terlepas dari uterus sebagai
massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis
parasitik.
Terletak di bawah endometrium. Dapat pula bertangkai maupun tidak. Mioma bertangkai
dapat menonjol melalui kanalis servikalis, dan pada keadaan ini mudah terjadi torsi atau
infeksi. Tumor ini memperluas permukaan ruangan rahim.
Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting dibandingkan
dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural walaupun
ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang tidak berarti.
Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan
perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga sebagai terapinya
dilakukan histerektomi.
I. Komplikasi
1. Torsi
Ada kalanya tangkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran. Kalau proses ini
terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut dengan nekrosis
jaringan dan akan tampak gambaran klinik dari abdomenakut
2. Pertumbuhan leiomyosarcoma
Mioma dicurigai sebagai sarcoma bila selama beberapa tahun tidak membesar, sekonyong
– konyong menjadi besar apabila hal itu terjadi sesudah menopause
3. Nekrosis dan infeksi
Pada myoma subserosum yang menjadi polip, ujung tumor, kadang-kadang dapat melalui
kanalis servikalis dan dilahirkan dari vagina, dalam hal ini kemungkinan gangguan situasi
dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder.
J. Penatalaksanaan Medik
1. Konservatif
Bila terjadi pada wanita yang mendekati menopose: observasi tanda dan gejala. Jika
myoma bertambah besar harus dioperasi.
2. Radio therapy.
Tujuannya adalah agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami
menopause. Radio terapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat kontraindikasi
untuk tindakan operatif.
3. Operasi:
Myomectomi. Pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Dengan cara
ekstirpasi lewat vagina. Apabila myomectomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh
anak maka kemungkinan mempunyai anak 30-50 %
Hysterektomi. Pengangkatan uterus yang merupakan tindakan terpilih, hysterektomi dapat
dilaksanakan perabdominam atau pervaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan karena
uterus harus lebih kecil dari telur angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya.
K. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb: turun, Albumin : turun, Lekosit : turun / meningkat,
Eritrosit : turun.
2. USG : terlihat massa pada daerah uterus.
3. Vaginal Toucher : didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan
ukurannya.
4. Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
5. Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat
tindakan operasi.
6. ECG : Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan
operasi
L. Pengkajian keperawatan secara teoritis
1. Pengkajian
a. Pola pemeliharaan kesehatan:
Mengkonsumsi makanan yang mengandung pengawet.
b. Pola nutrisi dan metabolik:
Mual, muntah, suhu tubuh meningkat terutama daerah abdomen.
c. Pola eliminasi:
Retensi urine
Konstipasi
d. Pola aktivitas dan latihan
Pusing, lemah
e. Pola persepsi sensorik dan kognitif
Adanya nyeri pada daerah abdomen.
f. Pola persepsi diri dan konsep diri
Gangguan body image
g. Pola mekanisme copping dan toleransi terhadap stress
Cemas, ada reaksi penolakan terhadap prognosis
h. Pola reproduksi – seksual
Kebiasaan berganti pasangan
Menorrhagi
Metrorragi
2. Diagnosa Keperawatan dan Implementasi
Pre operasi
1. Nyeri berhubungan dengan proses infeksi tumor
HYD: nyeri berkurang sampai dengan hilang
Rencana Tindakan:
- Kaji karakteristik nyeri, lokasi, frekuensi
R/ mengetahui tingkat nyeri sebagai evaluasi untuk intervensi selanjutnya
- Kaji faktor penyebab timbul nyeri (takut , marah, cemas)
R/ dengan mengetahui faktor penyebab nyeri menentukan tindakan untuk mengurangi
nyeri
- Ajarkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam
R/ tehnik relaksasi dapat mengatasi rasa nyeri
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
R/ analgetik efektif untuk mengatasi nyeri
3. Perubahan pola eliminasi: retensi urine berhubungan dengan penekanan dari myoma uteri
HYD: mengosongkan kandung kemih secara adequat sesuai kebutuhan individu
Rencana Tindakan:
- Observasi dan catat jumlah /frekuensi berkemih
R/ menentukan apakah kandung kemih dikosongkan
- Lakukan palpasi terhadap adanya distensi kandung kemih
R/ dapat menandakan adanya retensi urine
- Berikan stimulus terhadap pengosongan urine dengan mengalirkan air, letakkan air
hangat dan dingin secara bergantian pada daerah supra pubika
R/ meningkatkan proses perkemihan dan merelaksasikan spinkter urine
- Lakukan katerisasi terhadap. residu urine setelah berkemih sesuai kebutuhan
R/ mengurangi pembengkakan pada kandung kemih
Post Operasi
3. Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan pola respon
seksualitas (tidak adanya irama kontraksi uterus selama orgasme)
HYD: Pasien mengatakan pemahaman perubahan anatomi fungsi seksual Mengidentifikasi
kepuasan seksual yang diterima dan beberapa alternatif cara
mengekspresikan sex
Rencana tindakan:
- Mendengarkan peryataan pasien/ oraang terdekat
R/ masalah sex sering tersembunyi sebgai pernyataan humor atau ungkapan yang
gamblang
- Kaji infomasi pasien orang terdekat tentang anatomi/fungsi sex dan pengaruh prosedur
pembedahan.
- R/ Kesalahan informasi / konsep yang mempengaruhi peambilan keputusan.
- Identifikasikan faktor budaya/nilai dan adanya konplik
- R/ Dapat mempengaruhi kembalinya kepuasan hubungan sex.
- Bantu pasien untuk menyadari/menerima perubahan pada dirinya
- R/ Meningkatkan koping dan memudahkan pemecahan masalah.
- Diskusikan sensasi /ketidakmampuan fisik,perubahan pada respon seperti individu
biasanya
- R/ Kehilangan sensori dapat terjadi sementara dan akan kembali baik dalam waktu
beberapa minggu.
4. Nyeri pada perut bawah berhubungan dengan luka insisi operasi
HYD: Nyeri hilang ditandai dengan pasien tampak rilex
Rencana Tindakkan:
- Kaji intensitas nyeri, lokasi, frekuensi
- R/ sebagai evaluasi untuk menentukan intervensi selanjutnya
- Anjurkan dan ajarkan teknik relaksasi
- R/ mengurangi nyeri
- Bantu pasien menemukan posisi yang nyaman
- R/ Mempengaruhi kemampuan pasien untuk rilek tidur dan istirahat
- Kolaborasi dengan dokter pemberian therapi analgesik
- R/Mengurangi nyeri
5. Kurang pengetahuan tentang perawatan ,prognosi dan pengobatan
HYD: Pasien mengatakan pemahaman tentang kondisi
Rencana tindakan:
- Tinjau ulang efek prosedur pembedahan dan harapan pada masa datang
- R/ Memberi dasar pengetahuan pada pasien
- Diskusikan masalah yang diantsipasi selamapenyembuhan
- R/Fungsi fisik,emosi dapat mempengaruhi kumulatif yang dapat memperlambat
penyembuhan.
- Diskusikan melakukan aktivitas secara bertahap,tekankan pentingnya respon individu
dalan penyembuhan
- R/ mempercepat penyenbuhan
- Menghindari mengakat barang yang berat,duduk yang lama
- R/ Dapat memperlambat penyembuhan,aktivitas meningkatkan tekanan intra
abdominal,duduk lama menyebabkan pembentukan trombus
- Identifikasi kebutuhan:protein tinggi
- R/Memfasilitas penyembuhan /regenerasi jaringan
- Identifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medik:perdarahan,luka
- R/Mencegah situasi yang mengancam hidup
- Kaji ulang Th/ penambahan hormone
R/Histerectomi total memerlukan penambahan hormon karena dibutuhkan porsi suplai
darah ke ovarium diklem selama prosedur
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Ilustrasi kasus
Pasien Ny.R 40 tahun datang ke rumah sakit Respati pada 1 Juni 2011 dengan mengeluh
nyeri pada perut bawah dengan sekala nyeri 6. Selain itu pasien juga mengeluh sering
BAK lebih dari 5x dalam sehari dan BAKnya yang keluar sedikit-sedikit, juga sering
merasa pusing, lelah,lemah dan lesu. Klien juga mengeluh sudah 3 hari ini mengalami
perdarahan tetapi berupa flek. Klien mengatakan sangat cemas dan takut dengan
keadaannya.
Pada saat dilakukan pengkajian, klien tampak pucat, berkeringat, gelisah,mual
muntah,kesulitan menelan.nyeri pada perut. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik teraba
massa dan nyeri tekan pada abdomen, pada pemeriksaan TTV diperoleh TD: 130/80
mmHg, N:104x/mnt, RR: 25x/mnt, S:37,6 0c .Oleh dokter pasien dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan USG. Dari hasil pemeriksaan USG menunjukan adanya tumor
uterin dengan klasifikasi fibroid, kemudian dari hasil foto panggul diperoleh hasilsuspect
calcified fibroid dari uteri.
B. Pengkajian
A. IDENTITAS:
1. RIWAYAT OBSTETRI :
a. Riwayat mensturasi :
Menarche : umur 11 tahun Siklus : kurang lebih 28 hari
Banyaknya : 3 x ganti pembalut Lamanya : 3-5 hari
Sifat darah : Encer bercampur gumpalan
b. Riwayat kehamilan:
Riwayat kehamilan Ny.R yaitu G3P2A1.
c. Genogram:
Keterangan :
: Perempuan : Klien
: Laki-laki : Meninggal
Riwayat penyakit keluarga: Klien mengatakan bahwa ada keluarganya yang memiliki riwayat
myoma uteri juga
1. Pola nutrisi :
Sebelum sakit :
Klien mengatakan dalam sehari klien biasanya makan sebanyak 3 x sehari dengan porsin
sedang. Minum ± 6-7 gelas/hari. Makanan yang dikonsumsi klien yaitu nasi, lauk, pauk
dan buah-buahan.
Setelah sakit:
Klien mengatakan setelah sakit tidak ada keluhan mengenai pola makan.
Berat badan Ny. R adalah 55 kg dan tinggi badan 162 cm.
IMT = 55 kg
(1,62)2 m
= 20,99 (Normal)
2. Pola eliminasi:
Sebelum sakit : BAB : 1-2 x/hari BAK : 3-4 x/hari
Setelah sakit : BAB : 1 x/hari BAK : lebih dari 5 x/hari dan BAK yang keluar sedikit-sedikit
(miksi) disebabkan karena adanya penekanan pada vesika urinaria.
pakaian 2x/hari
Oral hygine: pasien mengatakan menggosok giginya dan menjaga kebersihan mulutnya 2
kali sehari
Kebiasaan sebelum tidur: Klien mengatakan kebiasaannya sebelum tidur adalah gosok
gigi dan berdoa.
Keluhan pola istirahat:selama sakit klien mengatakan lama tidurnya -/+ 6 jam/hari, sering
terbangun pada malam hari karena nyeri pada perut dan sering BAK.
7. Pola Kenyamanan :
Klien mengatakan sadar akan segala sesuatu yang dialaminya merupakan cobaan dari
Tuhan dan pasien sering berdoa meskipun kondisinya dalam keadaan sakit agar
mendapat kekuatan dari Tuhan.
PEMERIKSAAN FISIK:
Keadaan umum: Lemah Kesadaran: Compos Mentis
Lila : 22 cm
1) Rambut : lurus, tidak ada ketombe, dan tidak mudah rontok, keadaan bersih
2) Mata : kelopak mata: simetris, tidak ada oedema.
3) Konjungtiva : pucat sklera: tidak ikterus
4) Hidung : bentuk simetris, keadaan bersih, tidak ada polip, fungsi penciuman normal
5) Mulut dan gigi: lidah tidak terdapat stomatitis, gigi tidak ada lubang dan caries
6) Telinga : keadaan bersih, bentuk simetris, tidak ada kotoran dan pendengaran baik
7) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
8) Dada : bentuk payudara simetris, nafas teratur, tidak ada benjolan abnormal
9) Payudara : membesar simetris, puting susu menonjol, tidak ada colostrum.
10) Abdomen :
c. Palpasi : terasa nyeri tekan pada abdomen bagian bawah dan teraba massa di kuadran
umbilicalis berdiameter 5 cm
13) Ekstremitas
Atas : bentuk simetris, keadaan kuku bersih, keadaan kulit turgor kulit baik, dapat
digerakan dengan baik, tidak ada kecacatan.
Bawah : bentuk simetris, keadaan kuku bersih, keadaan kulit baik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium :
b. Rontgen (X-Ray)
b. Infus RL 20tpm
ANALISA DATA
DO :
N : 105x/menit
S : 37,6 º C
RR : 26x/menit
TD 130/80 mmHg
Klien tampak meringis sambil
memegang bagian bawah perut
Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik
teraba massa dan nyeri tekan pada
abdomen.
RENCANA TINDAKAN
Nama klien : Ny. J, G3 P2A1 No.
Register : 235532
Umur : 40 th Diagnosa
Medis : Myoma Uteri
: Jl.Anggur, Gang. Melon
3. Lakukan 3. Mengurang
katerisasi terhadap residu pada kandung k
urine setelah berkemih sesuai
kebutuhan
3 Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau warna jumlah dan 1. Mengetahui jum
cairan b.d kehilangan keperawatan pada Ny. R keluarkan Untuk
volume cairan aktif di selama 2x24 jam, kekurangan frekuensi kehilangan cairan cairan
tandai dengan klien mual volume cairan klien akan 2. Pantau status nutrisi dalam 2. Mengetahui sta
munta,susah menelan teratasi dengan criteria hasil : pemberian asupan makanan dalam asupan m
berkeringat tampak Keseimbangan cairan 3. Memberikan
tegang. Status nutrisi yang adekuat 3. Kolaborasi dengan tim gizi yang bergizi yan
(asupan makanan dan cairan ) dalam pemberian asupan 4. Memenuhi k
TTV dalam batas normal adekuat klien dalam rent
S : 36 ºC -37ºC
N : 80 -100x/menit 4. Kolaborasi untuk pemberian
cairan parenteral ,
pemeriksaanlaboratorium:
Hb: 11,2 – 15,7 g/dl
Leukosit:3900-10000/ul
Trombosit:163-396rb/ul
Eritrosit:4,5-5,5 juta/ul
Ureum:20-40mg/dl
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari 1
3 20 Mei 2011 14.00 1. Melakukan palpasi terhadap adanya Jam : 21.00 WIB
S : Klien mengatakan suda
distensi kandung kemih BAK dengan lancar
S :- dipasang kateter
16.00
O : klien tampak meringis, adanya massaO : Klien tampak tenang, Ur
yang menekan VU keluar sebanyak 500cc
A : Tujuan tercapai.
2. Memberi stimulus terhadap
P : Pertahankan dan opt
pengosongan urine dengan mengalirkan intervensi sampai
histektomi.
16.30 air, letakkan air hangat dan dingin secara
bergantian pada daerah supra pubika
S : klien mengeluh sering kencing tapi
sedikit-sedikit.
O:-
3. Melakukan kateterisasi terhada residu
urine setelah berkemih sesuai kebutuhan
S : klien mengatakan nyeri saat dipasang
kateter
O : setelah pemasangan kateter urin keluar
lancar.
2 20 Mei 2011 18.00 1. Pantau warna jumlah dan frekuensi Jam : 21.00 WIB
S : klien mengatakan mual
kehilangan cairan keluar terus menerus
S : klien mengatakan mual muntah masih menelan
18.30
keluar terus menerus O:
klien tampak lemas
berkeringat.
O: klien nampak, lelah,berkeringat
A : tujuan tidak tercapai
2. Pantau status nutrisi dalam pemberian : intervensi di lajnutkan 1,2
asupan makanan
19.00
S : klien mengatakan susah menelan saat
makan
19.30 O : klien terlihat kesusahan dalam menelan
3. Kolaborasi dengan tim gizi dalam
pemberian asupan adekuat
S:-
O : klien terlihat tegang dan tidak mau
makan
4. Kolaborasi untuk pemberian cairan
parenteral , pemerisaan laboratorium
S:-
O : klien terlihat pucat tegang lelah letih
dan lesu
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari 2
3 20 Mei 2011 18.001. Pantau warna jumlah dan Jam : 21.00 WIB
S : klien mengatakan sudah
frekuensi kehilangan cairan tidak mual muntah lagi
S : klien mengatakan mual muntah
O: klien tampak
18.30 tenang. Suhu normal 36-
masih keluar terus menerus
37,5°C, RR: 16-24x/mnt,
O: klien nampak tegang, N: 60-100x/mnt TD:110-
lelah,berkeringat 130/80 mmHg
2. Pantau status nutrisi dalam A : tujuan tercapai.
: pertahankan intervensi.
pemberian asupan makanan
19.00
S:-
O : klien terlihat pucat tegang lelah
letih dan lesu
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan membahas tentang hubungan antara teori yang ada dengan
asuhan keperawatan yang sudah diberikan kepada Ny. R ( 40 tahun) yang mengalami
myoma uteri. Adapun ruang lingkup dari pembahasan kasus ini adalah sesuai dengan
proses keperawatan yaitu mulai dari pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan sampai evaluasi.
A. Pengkajian
Dalam proses pengkajian ini, penulis memperoleh data secara subjektif, anamneses
langsung ke pasien, pemeriksaan fisik dan juga data dari hasil diskusi dengan perawat
serta buku catatan medic pasien. Data yang didapatkan antara lain sebagai berikut :
Pasien Ny.R 40 tahun datang kerumah sakit Respati pada 1 Juni 2011 dengan
mengeluh nyeri pada perut bawah dengan sekala nyeri 6. Selain itu pasien juga mengeluh
sering BAK lebih dari 5x dalam sehari dan BAKnya yang keluar sedikit-sedikit, juga sering
merasa pusing, lelah,lemah dan lesu. Klien juga mengeluh sudah 2 hari ini mengalami
perdarahan tetapi berupa plek. Klien mengatakan sangat cemas dan takut dengan
keadaannya.
Pada saat dilakukan pengkajian, klien tampak pucat, berkeringat, gelisah dan sering
bertanya tentang penyakitnya. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik teraba massa dan
nyeri tekan pada abdomen, pada pemeriksaan TTV diperoleh TD: 130/80 mmHg,
N:105x/mnt, RR: 26x/mnt, S:37,6 0c .Oleh dokter pasien dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan USG. Dari hasil pemeriksaan USG menunjukan adanya tumor uterin dengan
klasifikasi fibroid, kemudian dari hasil foto panggul diperoleh hasil suspect calcified fibroid
dari uteri.
Setelah mengkaji semua keluhan klien dan melihat beberapa catatan penting tentang
kondisi klien, tindakan selanjutnya adalah menentukan diagnose keperawatan yang tepat
untuk klien.
B. Diagnosa Keperawatan
Ada tiga diagnosa keperawatan yang diambil, yakni :
1. Nyeri akut b. d Agen injury biologis (proses infeksi tumor) ditandai dengan klien mengeluh
nyeri pada perut bawah dengan skala nyeri 7. Klien juga mengeluh sudah 2 hari ini
mengalami perdarahan tetapi berupa plek. Provokatif : adanya massa pada abdomen,
Qualitas: nyerinya seperti ditusuk-tusuk, Region : pada abdomen bagian bawah umbilicus,
Skala : Skala nyeri 7 Time : Hilang timbul pada saat beraktivitas yang berat. TTV: TD :
130/80 mmHg N : 105x/menit S : 37,6 º C RR : 26x/menit. Klien tampak meringis sambil
memegang bagian bawah perut. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik teraba massa dan
nyeri tekan pada abdomen.
2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan aktif di tandai dengan klien
mengeluh susah menelan, mual muntah, nyeri pada perut. Pada saat dilakukan
pemerikasaan laboratorium Hb: 11,2 – 15,7 g/dl, Leukosit:3900-10000/ul, Trombosit:163-
396rb/ul, Eritrosit:4,5-5,5 juta/ul, Ureum: 20-40 mg/dl
3. Retensi urine b.d Penekanan dari myoma uteri (proses infeksi tumor)ditandai dengan
klien mengeluh sering BAK lebih dari 5x dalam sehari dan BAKnya yang keluar sedikit-
sedikit. Sebelum sakit : BAB : 1-2 x/hari BAK : 3-4 x/hari. Setelah sakit : BAB : 1 x/hari
BAK : lebih dari 5 x/hari dan BAK yang keluar sedikit-sedikit (miksi) disebabkan karena
adanya penekanan pada vesika urinaria. Pada saat dipalpasi perut buncit berdiameter 5
cm.
C. Perencanaan
Perencanaan disusun berdasarkan prioritas diagnose masalah yang dihadapi oleh
klien, tujuan perawatan ini ditetapkan dengan berpedoman pada diagnosa keperawatan
yang muncul, tujuan di buat dengan alat ukur untuk pencapaian hasil melalui rencana
keperawatan. Tujuannya adalah mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut dan
mengatasi nyeri serta cemas yang dirasakan klien.
D. Implementasi
Dalam implementasi, penulis berusaha untuk melaksanakan asuhan keperawatan
kepada Ny. R sesuai dengan rencana keperawatan yang telah di buat. Implementasi
dilakukan selama dua hari yaitu dari tanggal 1 Juni 2011 s/d 2 Juni 2011. Setelah itu
dilanjutkan dengan persiapan untuk operasi.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, pada tahap ini penulis
melihat apakah masalah yang ada sudah teratasi sesuai tujuan yang telah ditetapkan
berdasarkan evaluasi tanggal 1 dan 2 Juni 2011.
Evaluasi dari ketiga diagnose diatas dapat dijabarkan seperti dibawah ini :
Diagnosa I :
Tujuan tercapai. Ditunjukan dengan nyeri berkurang dari skala 6 menjadi skala 3 dan
wajah klien sedikit tenang.
Diagnosa II :
Tujuan tercapai. Ditunjukan dengan klien dapat BAK dengan baik setelah di pasang
kateter.
Diagnosa III :
Tujuan tercapai. Ditunjukan dengan klien
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Mioma uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang
menumpangnya sehingga dapat disebut juga leiomioma, fibromioma, atau fibroid.
Ada beberapa jenis myoma uteri. Salah satunya yang dibahas dalam makalah ini adalah
Isthmica yaitu myoma yang lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus
urinarius.
Gejala yang khas dari myoma uteri adalah saat palpasi teraba massa pada abdomen
bagian bawah umbilicus.
Ada tiga diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus dalam makalah ini, antara lain :
1. Nyeri akut b.d Agen injury biologis
2. Retensi urine b.d Penekanan dari myoma uteri (proses infeksi tumor)
3. Cemas b.d Kurang pengetahuan tentang penyakitnya
2. Saran
Diharapakan perawat serta tenaga kesehatan lainnya mampu memahami dan mendalami
serta member asuhan keperawatan yang baik bagi klien yang mengalami myoma uteri
Institusi kesehatan terkait dapat menyediakan dan mempersiapkan sarana dan prasarana
yang dibutuhkan dalam kejadian-kejadian abnormalitas kesehatan.
Masyarakat mampu dan mau mempelajari keadaan abnormal yang terjadi pada mereka
sehingga para tenaga kesehatan dapat memberikan tindakan secara dini dan mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Mahasiswa dengan latar belakang medis sebagai calon tenaga kesehatan mampu
menguasai baik secara teori maupun skill untuk dapat diterapkan pada masyarakat secara
menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim A .2011 http://www.wikipedia Infomedika. htm, 2004. Org.com. diambil tanggal 17 Mei 20111.
Anonim B . (2006). http://www.ilmu kandungan.htm,1997.Org.com. Diambil pada tanggal 18 Mei
2011.
dkk. Informasi Spesialite Obat Indonesia. ISFI. Jakarta.
kk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius. Jakarta.
Sutedjo, Ay. 2006. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Amara
Books Yogyakarta.
Syaiffudin. 1997. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Penerbit buku Kedokteran ECG. Jakarta
Wilkinson , M. Judith . 2006 . Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria
Hasil NOC. EGC . Jakarta.
Arsip Blog
▼ 2011 (2)
o ▼ Juni (2)
Mengenai Saya
underskoprizqon
Lihat profil lengkapku