Anda di halaman 1dari 32

Rahma Althafunnisa

Semoga bermanfaat bagi anda bagi yg membutuhkan:p


Jumat, 10 Juni 2011

Askep mioma uteri


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit tumor merupakan ruang lingkup yang universal. Penyakit ini eksistensinya sejalan dengan
permulaan sejarah dan menyerang manusia dimanapun ia tinggal, suku apapun, warna kulit, tingkat
pengetahuan dan tingkat sosial.
Myoma uteri merupakan salah satu tumor jinak yang tumbuh pada myiometrium. Dengan
adanya pertumbuhan myoma ini mengakibatkan terganggunya fungsi dari uterus,
diantaranya resiko abortus, perdarahan pada proses persalinan dan juga dapat
menyebabkan infertilitas.
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai
sarang myoma, pada wanita yang berkulit hitam yang lebih banyak. Di Indonesia myoma
uteri ditemukan 2,39 – 11% pada penderita genekologi yang dirawat (ilmu kandungan,
1997).
Oleh karena itu kita sebagai calon perawat merasa perlu mengetahui lebih jelas tentang
myoma uteri dan cara penanganannya, karena dalam menberikan asuhan keperawatan,
perawat memberi motivasi dan penyuluhan serta mencegah komplikasi yang mungkin
terjadi sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan. Dalam hal ini kita sangat
membutuhkan kolaborasi dengan tim medik terutama dalam bidang genekologi.
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak yang tumbuh dalam otot uterus. Biasa juga disebut
fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu
keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan. Mioma bisa menyebabkan
gejala yang luas termasuk perdarahan menstruasi yang banyak dan penekanan pada
pelvis.Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai
sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri
belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke, sedangkan setelah menopause hanya
kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 –
30% dari seluruh wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 – 11,7% pada
semua penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita
umur 35 – 45 tahun (kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post
menopause. Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk
berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya
1 kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak
pernah hamil atau hanya hamil 1 kali.Perihal penyebab pasti terjadi tumor mioma belum
diketahui. Mioma uteri mulai tumbuh dibagian atas (fundus) rahim dan sangat jarang
tumbuh dimulut rahim. Bentuk tumor bisa tunggal atau multiple (banyak), umumnya
tumbuh didalam otot rahim yang dikenal dengan intramural mioma. Tumor mioma ini akan
cepat memberikan keluhan, bila mioma tumbuh kedalam mukosa rahim, keluhan yang
biasa dikeluhkan berupa perdarahan saat siklus dan diluar siklus haid. Sedangkan pada
tipe tumor yang tumbuh dikulit luar rahim yang dikenal dengan tipe subserosa tidak
memberikan keluhan perdarahan, akan tetapi seseorang baru mengeluh bila tumor
membesar yang dengan perabaan didaerah perut dijumpai benjolan keras, benjolan
tersebut kadang sulit digerakkan bila tumor sudah sangat besar.Berikut ini diajukan suatu
kasus seorang wanita 41 tahun dengan diagnosa mioma uteri, yang selanjutnya
ditatalaksana untuk laparotomi dengan Total Abdominal Histerektomi (TAH).

B. Tujuan

a. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan pada pasien mioma uteri

b. Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi mioma uteri
2. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi penyebab mioma uteri.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala dari mioma uteri.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi dari mioma uteri
5. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan dari miom uteri
6. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang dari mioma uteri
7. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatanpada pasien dengan mioma uteri

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma yang berasal dari ototuterus dan jaringan ikat yang
menumpangnya sehingga dapat disebut juga leiomioma, fibromioma, atau fibroid. (Ilmu
Kandungan, 1999)
Mioma uteri adalah tumor yang paling umum pada traktus genitalis (Derek Llewellyn- Jones, 1994).
Mioma uteri adalah tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya (www. Infomedika. htm, 2004).
Dari beberapa pengertian di atas, kelompok kami dapat menyimpulkan bahwa
myoma uteri adalah pertumbuhan jaringan ikat yang abnormal pada otot – otot rahim
sehingga uterus membesar. Golongan ini termasuk tumor jinak.

B. Etiologi
Penyebab secara pasti belum diketahui dan diduga merupakan penyakit
multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang
dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal dan diperkirakan dari sel
– sel otot yang belum matang. Beberapa teori mengatakan, karena adanya stimulasi
estrogen, mengingat:
a. Myoma tumbuh lebih cepat pada masa hamil
b. Tidak pernah ditemukan sebelum masa menarrche
c. Myoma biasanya akan mengalami atrophy sesudah menopouse
d. Sering ditemukan hiperplasia endometrium bersama dengan myoma uteri.
Selain itu, Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor
predisposisi genetik, adalah estrogen, progesterone.
1. Estrogen. Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor
yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil
pada saatmenopause dan pengangkatan ovarium.
2. Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat
pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17B hidroxydesidrogenase dan
menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.

Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai
faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :
1. Umur
2. Paritas
3. Faktor ras dan genetik
4. Fungsi ovarium

C. Anatomi dan Fisiologi


a. Genitalia luar:
- Mons pubis
- Labia mayora
- Labia minora
- Klitoris
- Vestibulum
- Himen
- Perineum
b. Genitalia dalam:
 Vagina (liang kemaluan)
 Uterus (rahim)
Bentuknya seperti buah pir yang letaknya di dalam pelvis antara rectum di belakang
kandung kemih depan. Ototnya disebut myometrium. Uterus terapung dalam pelvis
dengan jaringan ikat dan ligamentum. Panjang uterus kurang lebih 7,5 cm, lebar 5 cm, dan
tebal 2,5 cm dengan berat kurang lebih 50 gr.
Pada rahim wanita dewasa yang belum pernah melahirkan, panjang uterus antara 5 – 8
cm dengan berat kira – kira 30 – 60 gr.
Uterus terdiri dari fundus uteri, korpus uteri, servic uteri. Sedangkan dinding uterus
terbentuk dari jaringan otot dengan lapisan sebagai berikut:
a. Endometrium (lapisan dalam)
b. Myometrium (lapisan otot polos)
c. Peritonium veseral (lapisan serosa) yang terdiri atas:
- Ligamentum kardinale kiri dan kanan yang mencegah agar uterus tidak turun
- Ligamentum sakrouterium kiri dan kanan untuk menahan uterus
- Ligamentum rotundum sebagai penahan uterus agar tetap pada posisi antefleksi
- Ligamentumlatum; yang meliputi tuba
- Ligamentum infundibulo berfungsi sebagai penahan tuba falupii
Fungsi uterus adalah untuk menahan ovum yang telah dibuahi. Pada saat bayi lahir, uterus
berkontraksi mendorong bayi dan plasenta keluar. Sedangkan ovarium terletak pada
bagian kanan dan kiri di bawah tuba uterida yang fungsinya:
- Memproduksi ovum
- Memproduksi hormon estrogen
- Menghasilkan progesteron
 Tuba Falopi menjalar ke arah lateral kiri dan kanan. Panjangnya kira – kira 12 CM dengan
diameter 3 – 8 CM, terdiri atas:
- Part Interstitialis
- Part Ismika/itmus
- Parst ampularis
- Infundibulum
D. EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahunmempunyai sarang
mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum
pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke, sedangkan setelah menopause hanya kira-
kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 –
30% dari seluruh wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 – 11,7% pada
semua penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita
umur 35 – 45 tahun (kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post
menopause. Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk
berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya
1 kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak
pernah hamil atau hanya hamil 1 kali. Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat
keluarga, ras, kegemukan dan nulipara.

E. Patofisiologi
Myoma sering disebut fiboid (jaringan ikat), walaupun asalnya dari jaringan otot yang
belum matang yang tumbuh secara abnormal karena stimulasi estrogen. Myoma dapat
bersifat tunggal ataupun multiple dan mampu mencapai ukuran besar dengan konsistensi
keras dan memiliki batas – batas kapsul yang jelas, sehingga dapat dilepaskan dari
jaringan sekitarnya.
Sarang mioma diuterus berasal dari servik (1-3) menurut letaknya mioma dapat kita bagi
sebagai :
a. Mioma submukosum : berada di biawah endometrium dan menonjol kedalam rongga
uterus
Mioma submukosum tersebut dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian di
lahirkan melalui saluran servick ( myomgeburt).
b. Mioma intramural: mioma terdapat di dinding uterus diantara miometrium
c. Mioma subserosum: apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus yang di liputi oleh serosa, mioma subserosum dapat tumbuh di antara
kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intra ligamenter, mioma subserosum ini
dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke ligamentum omentum dan
kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga di sebut wandering / parasitic fibroid.
Mioma itu sendiri jarang sekali di temukan satu macam mioma saja dalam satu
uterus,mioma pada servick dapat menonjol kedalam saluran servick sehingga ostium uteri
externum berbentuk bulan sabit. Apabila mioma di belah maka tampak bahwa mioma
terdiri atas berkas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti konde, atau pusaran
air (whorl like pattern), dengan pseodocapsule yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang
terdesak karena pertumbuhan sarang mioma ini, mioma ini pernah di temukan 200 sarang
mioma dalam satu uterus, namun biasanya hanya 5 - 20 sarang saja. Dengan
pertumbuhan mioma dapata mencapai berat lebih dari 5kg, jarang sekali mioma di
temukan pada wanita umur 20 thn ,paling banyak pada umur 35-45 thn ( kurang lebih
25%). Pertrumbuhan mioma di perkirakam memerlukan waktu 3 thn agar dapat mencapai
ukuran sebesar tinju, akan tetapi beberapa kasus ternyata mioma tersebut tumbuh dengan
cepat, setelah menoupus banyak mioma menjadi lesut, hanya 10% saja yang masih dapat
tumbuh lebih lanjut.
Mioma uteri ini lebih sering di dapati pada wanita nulipara atau yang kurang subur. Mioma
ini memiliki factor keturunan yang memegang peran. Perubahan sekunder pada mioma
uteri yang terjadi sebagaian besar bersifat dejenerasi, hal tersebut oleh karena itu
berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma.
F. Pathway

stimulasi estrogen MENINGKAT


Nekrose/ perlengketan pada uteri
Keringat dingin
pucat
Sering kencing
Nyeri
Disuria
Retensi urin
Massa pada uterus menekan VU
Massa pada uteri
Mioma uteri
mutasi s

Perdarahan persisten, mual muntah


sel neoplastik
sel – sel otot yang belum matang

Peredaran darah

Kekurangan volume cairan

Lemah, lesu

G. Tanda dan Gejala


Myoma tidak selalu memberikan tanda, namun dapat ditemukan beberapa gejala sebagai
berikut:
a. Adanya masa pada abdomen
b. Perdarahan dapat berupa menorrhagia, perdarahan yang terjadi dapat menyebabkan
anemia berat, lemah, dan pusing
c. Nyeri yang mungkin disebabkan karena adanya gangguan peredaran darah yang disertai
nekrose atau peradangan dan perlengketan. Kadang – kadang “torsi” myoma sub serosa.
Pada myoma sangat besar, nyeri dapat disebabkan karena tekanan pada saraf.
d. Akibat tekanan di perut kemungkinan ada keluhan miksi. Penekanan terhadap kandung
kemih dapat menyebabkan disuria atau pollakisuria. Pada uretra terjadi retensi urine. Pada
rektum akan terjadi konstipasi atau sakit saat defekasi.
e. Keluhan umum lain, seperti rasa lelah, lemas, dan lesu.

H. Klasifikasi Myoma
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena

1. Lokasi
Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi.
Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius.
Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.

2. Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasinya dibagi menjadi tiga
jenis yaitu :

a. Mioma Uteri Subserosa

Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula
sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke
arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut sebagai mioma
intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu
massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya
menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya
tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga mioma akan terlepas dari uterus sebagai
massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis
parasitik.

b. Mioma Uteri Intramural


Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila masih
kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan
uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya.
Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak
enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadang
kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa dan kadang-kadang sebagai
mioma submukosa. Di dalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat
dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan).

c. Mioma Uteri Submukosa

Terletak di bawah endometrium. Dapat pula bertangkai maupun tidak. Mioma bertangkai
dapat menonjol melalui kanalis servikalis, dan pada keadaan ini mudah terjadi torsi atau
infeksi. Tumor ini memperluas permukaan ruangan rahim.
Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting dibandingkan
dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural walaupun
ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang tidak berarti.
Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan
perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga sebagai terapinya
dilakukan histerektomi.

I. Komplikasi
1. Torsi
Ada kalanya tangkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran. Kalau proses ini
terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut dengan nekrosis
jaringan dan akan tampak gambaran klinik dari abdomenakut
2. Pertumbuhan leiomyosarcoma
Mioma dicurigai sebagai sarcoma bila selama beberapa tahun tidak membesar, sekonyong
– konyong menjadi besar apabila hal itu terjadi sesudah menopause
3. Nekrosis dan infeksi
Pada myoma subserosum yang menjadi polip, ujung tumor, kadang-kadang dapat melalui
kanalis servikalis dan dilahirkan dari vagina, dalam hal ini kemungkinan gangguan situasi
dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder.

J. Penatalaksanaan Medik
1. Konservatif
Bila terjadi pada wanita yang mendekati menopose: observasi tanda dan gejala. Jika
myoma bertambah besar harus dioperasi.
2. Radio therapy.
Tujuannya adalah agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami
menopause. Radio terapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat kontraindikasi
untuk tindakan operatif.
3. Operasi:
 Myomectomi. Pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Dengan cara
ekstirpasi lewat vagina. Apabila myomectomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh
anak maka kemungkinan mempunyai anak 30-50 %
 Hysterektomi. Pengangkatan uterus yang merupakan tindakan terpilih, hysterektomi dapat
dilaksanakan perabdominam atau pervaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan karena
uterus harus lebih kecil dari telur angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya.
K. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb: turun, Albumin : turun, Lekosit : turun / meningkat,
Eritrosit : turun.
2. USG : terlihat massa pada daerah uterus.
3. Vaginal Toucher : didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan
ukurannya.
4. Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
5. Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat
tindakan operasi.
6. ECG : Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan
operasi
L. Pengkajian keperawatan secara teoritis
1. Pengkajian
a. Pola pemeliharaan kesehatan:
Mengkonsumsi makanan yang mengandung pengawet.
b. Pola nutrisi dan metabolik:
Mual, muntah, suhu tubuh meningkat terutama daerah abdomen.
c. Pola eliminasi:
 Retensi urine
 Konstipasi
d. Pola aktivitas dan latihan
Pusing, lemah
e. Pola persepsi sensorik dan kognitif
Adanya nyeri pada daerah abdomen.
f. Pola persepsi diri dan konsep diri
Gangguan body image
g. Pola mekanisme copping dan toleransi terhadap stress
Cemas, ada reaksi penolakan terhadap prognosis
h. Pola reproduksi – seksual
 Kebiasaan berganti pasangan
 Menorrhagi
 Metrorragi
2. Diagnosa Keperawatan dan Implementasi
Pre operasi
1. Nyeri berhubungan dengan proses infeksi tumor
HYD: nyeri berkurang sampai dengan hilang
Rencana Tindakan:
- Kaji karakteristik nyeri, lokasi, frekuensi
R/ mengetahui tingkat nyeri sebagai evaluasi untuk intervensi selanjutnya
- Kaji faktor penyebab timbul nyeri (takut , marah, cemas)
R/ dengan mengetahui faktor penyebab nyeri menentukan tindakan untuk mengurangi
nyeri
- Ajarkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam
R/ tehnik relaksasi dapat mengatasi rasa nyeri
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
R/ analgetik efektif untuk mengatasi nyeri

2. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan


HYD: kecemasan pasien berkurang
Rencna Tindakan:
- Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
R/ pasien kooperatif dalam segala tindakan dan mengurangi kecemasan pasien
- Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan akan
ketakutannya
R/ untuk mengurangi kecemasan
- Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang diagnosa medik
R/ memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat
- Akui rasa takut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan
R/ dukungan memampukan pasien memulai membuka/ menerima kenyataan penyakit dan
pengobatan

3. Perubahan pola eliminasi: retensi urine berhubungan dengan penekanan dari myoma uteri
HYD: mengosongkan kandung kemih secara adequat sesuai kebutuhan individu
Rencana Tindakan:
- Observasi dan catat jumlah /frekuensi berkemih
R/ menentukan apakah kandung kemih dikosongkan
- Lakukan palpasi terhadap adanya distensi kandung kemih
R/ dapat menandakan adanya retensi urine
- Berikan stimulus terhadap pengosongan urine dengan mengalirkan air, letakkan air
hangat dan dingin secara bergantian pada daerah supra pubika
R/ meningkatkan proses perkemihan dan merelaksasikan spinkter urine
- Lakukan katerisasi terhadap. residu urine setelah berkemih sesuai kebutuhan
R/ mengurangi pembengkakan pada kandung kemih

Post Operasi

1. Perubahan retensi urine berhubungan dengan manipulasi tindakan pembedahan

HYD: pasien dapat berkemih secara teratur dan tuntas


Rencana Tindakan:
- Ukur dan catat intake output
R/ menentukan keseinbangan cairan
- Perhatikan pola berkemih dan awasi keluaran urine
R/ dapat mengindikasikan retensi urine bila berkemih dengan sering dan jumlah sedikit/
kurang
- Palpasi kandung kemih, kaji keluhan ketidak nyamanan, penuh, ketidak mampuan
berkemih
R/ kandung kemih penuh, distensi kandung kemih diatas simpisis pubis menunjukkan
- Berikan tindakan berkemih rutin contoh: prifasi, posisi norma/aliran air pada bascom,
penyiraman air hangat pada perineum
R/ meningkatkan relaksasai otot perineal dan dapat mempermudah upaya berkemih
- Berikan perawatan kebersihan perineal dan perawatan kateter (bila ada)
R/ meningkatkan kebersihan menurunkan resiko ISK asenden
- Kolaborasi pemasangan kateter bila diindikasikan pasien tidak mampu berkemih atau
tidak nyaman
R/ edema atau pengaruh suplai saraf dapat menyebankan atoni kandung kemih/ retensi
kandung kemih memerlukan dekompresi kandung kemih
2. Gangguan body image : harga diri rendah berhubungan dengan perubahan feminitas,
ketidak mampuan mempunyai anak
HYD: pasien mengatakan dapat menerima diri pada situasi dan beradaptasi terhadap
perubahan pada citra tubuh
Rencana tindakan:
- Berikan kesempatan pada pasienuntuk mengungkapkan perasaannya
- Kaji stress emosi pasien, identifikasi kehilangan pada pasien/ orang terdekat. Dorong
pasien untuk mengekspresikan
- Berikan informasi akurat, kuatkani nformasi uang diberikan sebelumnya
R/ memberi kesempatan pada pasien untuk bertanya dan mengasimilasikan informasi
- Berikan lingkungan terbuka pada pasien untuk mendiskusikan masalah seksualitas
R/ meningkatkan saling berbagai keyakinan / nilai tentan subjek sensitif
- Perhatikan perilaku menarik diri, menganggap diri negatif, penolakan
R/ mengidentifikadi tahap kehilangan/ menentukan intervensi
- Kolaborasi dengan konseling profesional sesuai kebutuhan
R/ memerlukan bantuan tambahan untuk mengtasi perasaan kehilangan

3. Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan pola respon
seksualitas (tidak adanya irama kontraksi uterus selama orgasme)
HYD: Pasien mengatakan pemahaman perubahan anatomi fungsi seksual Mengidentifikasi
kepuasan seksual yang diterima dan beberapa alternatif cara
mengekspresikan sex
Rencana tindakan:
- Mendengarkan peryataan pasien/ oraang terdekat
R/ masalah sex sering tersembunyi sebgai pernyataan humor atau ungkapan yang
gamblang
- Kaji infomasi pasien orang terdekat tentang anatomi/fungsi sex dan pengaruh prosedur
pembedahan.
- R/ Kesalahan informasi / konsep yang mempengaruhi peambilan keputusan.
- Identifikasikan faktor budaya/nilai dan adanya konplik
- R/ Dapat mempengaruhi kembalinya kepuasan hubungan sex.
- Bantu pasien untuk menyadari/menerima perubahan pada dirinya
- R/ Meningkatkan koping dan memudahkan pemecahan masalah.
- Diskusikan sensasi /ketidakmampuan fisik,perubahan pada respon seperti individu
biasanya
- R/ Kehilangan sensori dapat terjadi sementara dan akan kembali baik dalam waktu
beberapa minggu.
4. Nyeri pada perut bawah berhubungan dengan luka insisi operasi
HYD: Nyeri hilang ditandai dengan pasien tampak rilex
Rencana Tindakkan:
- Kaji intensitas nyeri, lokasi, frekuensi
- R/ sebagai evaluasi untuk menentukan intervensi selanjutnya
- Anjurkan dan ajarkan teknik relaksasi
- R/ mengurangi nyeri
- Bantu pasien menemukan posisi yang nyaman
- R/ Mempengaruhi kemampuan pasien untuk rilek tidur dan istirahat
- Kolaborasi dengan dokter pemberian therapi analgesik
- R/Mengurangi nyeri
5. Kurang pengetahuan tentang perawatan ,prognosi dan pengobatan
HYD: Pasien mengatakan pemahaman tentang kondisi
Rencana tindakan:
- Tinjau ulang efek prosedur pembedahan dan harapan pada masa datang
- R/ Memberi dasar pengetahuan pada pasien
- Diskusikan masalah yang diantsipasi selamapenyembuhan
- R/Fungsi fisik,emosi dapat mempengaruhi kumulatif yang dapat memperlambat
penyembuhan.
- Diskusikan melakukan aktivitas secara bertahap,tekankan pentingnya respon individu
dalan penyembuhan
- R/ mempercepat penyenbuhan
- Menghindari mengakat barang yang berat,duduk yang lama
- R/ Dapat memperlambat penyembuhan,aktivitas meningkatkan tekanan intra
abdominal,duduk lama menyebabkan pembentukan trombus
- Identifikasi kebutuhan:protein tinggi
- R/Memfasilitas penyembuhan /regenerasi jaringan
- Identifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medik:perdarahan,luka
- R/Mencegah situasi yang mengancam hidup
- Kaji ulang Th/ penambahan hormone
R/Histerectomi total memerlukan penambahan hormon karena dibutuhkan porsi suplai
darah ke ovarium diklem selama prosedur
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Ilustrasi kasus
Pasien Ny.R 40 tahun datang ke rumah sakit Respati pada 1 Juni 2011 dengan mengeluh
nyeri pada perut bawah dengan sekala nyeri 6. Selain itu pasien juga mengeluh sering
BAK lebih dari 5x dalam sehari dan BAKnya yang keluar sedikit-sedikit, juga sering
merasa pusing, lelah,lemah dan lesu. Klien juga mengeluh sudah 3 hari ini mengalami
perdarahan tetapi berupa flek. Klien mengatakan sangat cemas dan takut dengan
keadaannya.
Pada saat dilakukan pengkajian, klien tampak pucat, berkeringat, gelisah,mual
muntah,kesulitan menelan.nyeri pada perut. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik teraba
massa dan nyeri tekan pada abdomen, pada pemeriksaan TTV diperoleh TD: 130/80
mmHg, N:104x/mnt, RR: 25x/mnt, S:37,6 0c .Oleh dokter pasien dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan USG. Dari hasil pemeriksaan USG menunjukan adanya tumor
uterin dengan klasifikasi fibroid, kemudian dari hasil foto panggul diperoleh hasilsuspect
calcified fibroid dari uteri.

Pemeriksaan Penunjang 1 Juni 2011 pukul 18.00 WIB


No. Komponen Nilai Normal Hasil Interpretasi
1. Hb 11,2 – 15,7 g/dl 9 g/dl Menurun
2. Ht 34 – 45 % 38 % Normal
3. Leukosit 3900 – 10000/ul 3500/ul Menurun
4 Trombosit 163 – 369rb / ul 300rb / ul Normal
5 Eritrosit 4,5 – 5,5 juta/ ul 3,5 jt /ul Menurun
6 Ureum 20 – 40 mg/dl 20 mg/dl Normal
7 Creatinin 0,5 – 1,5 mg/dl 0,4 mg/dl Menurun

B. Pengkajian

Tanggal masuk: 1 Juni 2011 Jam masuk: 10.00 WIB


Ruang/kelas : Melati Kamar no : VII
Tgl pengkajian: 1 Juni 2011 Jam : 13.00 WIB

A. IDENTITAS:

Nama pasien : Ny.J, G3 P2 A1 Nama suami : Tn.H


Umur : 40 th Umur : 46 Th
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl. Anggur, Gang. Melon, No:2
Kec. Sleman, Yogyakarta
Status : Menikah

B. STATUS KESEHATAN SAAT INI:

1. Keluhan utama saat ini:


Klien mengeluh nyeri pada perut bawah dengan skala nyeri 6.

2. Alasan kunjungan klien ke Rs:


Klien dibawa ke RS Respati oleh suaminya pada tanggal 1 Juni 2011 karena
klien mengeluh nyeri pada perut bawah dengan sekala nyeri 7. Selain itu klien juga
mengeluh sering BAK lebih dari 5x dalam sehari, juga sering merasa pusing, lelah, lemah
dan lesu. Klien juga mengeluh sudah 2 hari ini mengalami perdarahan tetapi berupa flek.
3. Faktor yang memperberat :
Sudah 2 hari ini mengalami perdarahan tetapi berupa flek.
C. RIWAYAT KEPERAWATAN:

1. RIWAYAT OBSTETRI :
a. Riwayat mensturasi :
Menarche : umur 11 tahun Siklus : kurang lebih 28 hari
Banyaknya : 3 x ganti pembalut Lamanya : 3-5 hari
Sifat darah : Encer bercampur gumpalan
b. Riwayat kehamilan:
Riwayat kehamilan Ny.R yaitu G3P2A1.
c. Genogram:

Keterangan :

: Perempuan : Klien

: Laki-laki : Meninggal

: Serumah : Nenek Ny.R yg menderita


myoma uteri

B. RIWAYAT KELUARGA BERENCANA :


Klien mengatakan pada saat ini klien sedang menggunakan IUD
C. RIWAYAT KESEHATAN :
 Penyakit yang pernah dialami ibu : Klien tidak memiliki riwayat penyakit dahulu

 Pengobatan yang didapat : Klien tidak mendapat pengobatan

 Riwayat penyakit keluarga: Klien mengatakan bahwa ada keluarganya yang memiliki riwayat
myoma uteri juga

D. KEBUTUHAN DASAR KHUSUS:

1. Pola nutrisi :
 Sebelum sakit :
Klien mengatakan dalam sehari klien biasanya makan sebanyak 3 x sehari dengan porsin
sedang. Minum ± 6-7 gelas/hari. Makanan yang dikonsumsi klien yaitu nasi, lauk, pauk
dan buah-buahan.
 Setelah sakit:
Klien mengatakan setelah sakit tidak ada keluhan mengenai pola makan.
Berat badan Ny. R adalah 55 kg dan tinggi badan 162 cm.
IMT = 55 kg
(1,62)2 m
= 20,99 (Normal)
2. Pola eliminasi:
 Sebelum sakit : BAB : 1-2 x/hari BAK : 3-4 x/hari

 Setelah sakit : BAB : 1 x/hari BAK : lebih dari 5 x/hari dan BAK yang keluar sedikit-sedikit
(miksi) disebabkan karena adanya penekanan pada vesika urinaria.

3. Pola personal hygine:


 Mandi: Sebelum sakit dan saat sakit ibu mandi 2x/hari, ganti

pakaian 2x/hari

 Oral hygine: pasien mengatakan menggosok giginya dan menjaga kebersihan mulutnya 2
kali sehari

4. Pola istirahat dan tidur:

 Lama tidur : Klien mengatakan lama tidurnya -/+ 8 jam /hari.

 Kebiasaan sebelum tidur: Klien mengatakan kebiasaannya sebelum tidur adalah gosok
gigi dan berdoa.

 Keluhan pola istirahat:selama sakit klien mengatakan lama tidurnya -/+ 6 jam/hari, sering
terbangun pada malam hari karena nyeri pada perut dan sering BAK.

5. Pola aktivitas dan latihan:

 Klien hanya melakukan aktifitasnya sehari-hari sebagai ibu rumah tangga


6. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan:

 Merokok : Klien mengatakan tidak merokok

 Minuman keras : Klien mengatakan tidak minum-minuman keras

 Ketergantungan obat : Klien mengatakan tidak mengalami ketergantungan obat.

7. Pola Kenyamanan :

P : Adanya massa pada abdomen


Q : Nyerinya seperti ditusuk-tusuk
R : Abdomen bagian bawah umbilicus
S : Skala nyeri 6
T : Hilang timbul pada saat beraktivitas yang berat selama 3-5 menit
8. Pola Seksualitas
Klien mengatakan frekuensi berhubungan intim mengalami gangguan karena nyeri saat
coitus akibat adanya massa pada abdomen bagian bawah umbilicus.
9. Psiko, Sosio budaya, dan Spiritual
Klien mengatakan cemas dengan keadaannya sekarang dan untuk mengurangi
kecemasannya pasien mengungkapkan perasaan yang dirasakan pada suami klien.
Tidak ada pertentangan antara kebudayaan dan kepercayaan yang dianut oleh klien yang
bertentangan dengan tindakan kesehatan.

Klien mengatakan sadar akan segala sesuatu yang dialaminya merupakan cobaan dari
Tuhan dan pasien sering berdoa meskipun kondisinya dalam keadaan sakit agar
mendapat kekuatan dari Tuhan.

PEMERIKSAAN FISIK:
 Keadaan umum: Lemah Kesadaran: Compos Mentis

 Tekanan darah: 130/80 mmHg Nadi: 104x/menit

 Respirasi Rate : 26 x/menit Suhu:37,6ºC

 Berat badan: 55 kg Tinggi badan: 162 cm

 Lila : 22 cm

1) Rambut : lurus, tidak ada ketombe, dan tidak mudah rontok, keadaan bersih
2) Mata : kelopak mata: simetris, tidak ada oedema.
3) Konjungtiva : pucat sklera: tidak ikterus
4) Hidung : bentuk simetris, keadaan bersih, tidak ada polip, fungsi penciuman normal
5) Mulut dan gigi: lidah tidak terdapat stomatitis, gigi tidak ada lubang dan caries
6) Telinga : keadaan bersih, bentuk simetris, tidak ada kotoran dan pendengaran baik
7) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
8) Dada : bentuk payudara simetris, nafas teratur, tidak ada benjolan abnormal
9) Payudara : membesar simetris, puting susu menonjol, tidak ada colostrum.
10) Abdomen :

a. Inspeksi : tidak ada luka operasi. Perut tampak buncit

b. Auskultasi : peristaltic usus normal 10x/mnt.

c. Palpasi : terasa nyeri tekan pada abdomen bagian bawah dan teraba massa di kuadran
umbilicalis berdiameter 5 cm

d. Perkusi : suara pekak pada abdomen bawah

11) Punggung : keadaan lordosis, michealis simetris

12) Genetalia : terdapat flek pervaginam

13) Ekstremitas
Atas : bentuk simetris, keadaan kuku bersih, keadaan kulit turgor kulit baik, dapat
digerakan dengan baik, tidak ada kecacatan.
Bawah : bentuk simetris, keadaan kuku bersih, keadaan kulit baik

PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan Laboratorium :

Jenis pemeriksaan : Darah Lengkap

Tanggal Pemeriksaan : 25 Mei 2011, pukul 18.00 WIB

No. Komponen Nilai Normal Hasil Interpretasi


1. Hb 11,2 – 15,7 g/dl 9 g/dl Menurun
2. Ht 34 – 45 % 35 % Normal
3. Leukosit 3900 – 10000/ul 3500/ul Menurun
4 Trombosit 163 – 369rb / ul 300rb / ul Normal
5 Eritrosit 4,5 – 5,5 juta/ ul 3,5 jt /ul Menurun
6 Ureum 20 – 40 mg/dl 20 mg/dl Normal
7 Creatinin 0,5 – 1,5 mg/dl 0,4 mg/dl Menurun

b. Rontgen (X-Ray)

Tanggal Pemeriksaan : 25 Mei 2011, 15.00 WIB

Hasil Pemeriksaan : suspect calcified fibroid dari uteri.


c. USG

Tanggal Pemeriksaan : 25 Mei 2011, 15.00 WIB

Hasil Pemeriksaan : adanya tumor uterin dengan klasifikasi fibroid


TERAPI MEDIS

a. Analgetik : Ketorolac 10 mg/5jam IV

b. Infus RL 20tpm

ANALISA DATA

Nama klien : Ny. J, G3 P2 A1 No. Register : 235532


Umur : 40 th Diagnosa Medis : Myoma Uteri
Ruang Rawat : Tulip Alamat : Jl. Anggur,
Gang.Melon,No:2 Kec. Sleman,
Yogyakarta

TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM


25 Mei 2011 DS : Agen injury biologis (proses Nyeri akut
Pukul 13.00  Klien mengeluh nyeri pada perut bawah infeksi tumor)
WIB dengan skala nyeri 7
 Klien juga mengeluh sudah 2 hari ini
mengalami perdarahan tetapi berupa flek.
 P : Adanya massa pada abdomen dengan
diameter 5 cm
Q : nyerinya seperti ditusuk-tusuk
R : Abdomen bagian bawah umbilicus
S : Skala nyeri 7
T : Hilang timbul pada saat beraktivitas
yang berat selama 3-5 mnt

DO :
 N : 105x/menit
S : 37,6 º C
RR : 26x/menit
TD 130/80 mmHg
 Klien tampak meringis sambil
memegang bagian bawah perut
 Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik
teraba massa dan nyeri tekan pada
abdomen.

25 Mei 2011 DS: Penekanan dari myoma uteri Retensi urine


Pukul 13.00 Klien mengeluh sering BAK lebih dari pada vesika urinaria
WIB 5x dalam sehari dan BAKnya yang keluar
sedikit-sedikit
DO :
 Sebelum sakit : BAB : 1-2 x/hari BAK :
3-4 x/hari

Setelah sakit : BAB : 1 x/hari BAK : lebih


dari 5 x/hari dan BAK yang keluar
sedikit-sedikit (miksi) disebabkan karena
adanya penekanan pada vesika urinaria

 Pada saat dipalpasi perut buncit


berdiameter 5 cm

25 Mei 2011 DS : Kehilangan volume cairan Kekurangan


Pukul 13.00 Klien mengatakan mual aktif volume
WIB muntah,berkeringat,susah menelan cairan
DO :

 Klien tampak tegang, pucat, berkeringat


dingin, gelisah dan sering bertanya
tentang penyakitnya.
 TD 130/80 mmHg S 37,6°C,
RR: 26x/mnt, N: 105x/mnt

Prioritas Diagnosa Keperawatan :


1. Nyeri akut b.d Agen injury biologis (proses infeksi tumor)
2. Kekurangan volume cairan b.d Kehilangan volume cairan aktif
3. Retensi urine b.d Penekanan dari myoma uteri pada vesika urinaria

RENCANA TINDAKAN
Nama klien : Ny. J, G3 P2A1 No.
Register : 235532
Umur : 40 th Diagnosa
Medis : Myoma Uteri
: Jl.Anggur, Gang. Melon

No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi


1 Nyeri akut b.d Agen Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV & KU klien 1. Mengetahui KU
injury biologis (proses keperawatan pada Ny. R
infeksi tumor) ditandai selama 2x24 jam nyeri akut 2. Kaji karakteristik nyeri,
dengan klien mengeluh dapat berkurang dengan lokasi, frekuensi
nyeri pada perut bawah kriteria hasil :
dengan skala nyeri 7 Skala nyeri berkurang dari 6- 2. Mengetahui tin
Klien juga mengeluh 4 3. Ajarkan tehnik relaksasi tarik evaluasi un
sudah 2 hari ini TTV dalam batas normal nafas dalam selanjutnya
mengalami perdarahan TD : 110-130/70-90 mmHg 4. Ciptakan suasana lingkungan
tetapi berupa plek. S : 36-37ºC yang nyaman
P : adanya massa pada N : 80 -100x/menit 5. Kolaborasi dalam pemberian 3. Tehnik relaksas
abdomen RR : 16-24x/menit Ketorolac 5mg/5jam IV rasa nyeri
Q : nyerinya seperti Wajah klien tampak tenang 4. Memberikan
ditusuk-tusuk dan rileks ketenangan pada
R : pada abdomen bagian
bawah umbilicus 5. Analgetik efekt
S : Skala nyeri 7 nyeri
T : Hilang timbul pada
saat beraktivitas yang
berat
N : 105x/menit
S : 37,6 º C
RR : 26x/menit
Klien tampak meringis
sambil memegang bagian
bawah perut
Pada saat dilakukan
pemeriksaan fisik teraba
massa dan nyeri tekan
pada abdomen.
2 Retensi urine Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan palpasi terhadap 1.Dapat mena
b.dPenekanan dari keperawatan pada Ny. R
myoma uteri ditandai selama 1x24 jam, dengan adanya distensi kandung retensi urine
dengan klien mengeluh criteria hasil : kemih
sering BAK lebih dari 5x Klien dapatmengosongkan
dalam sehari dan kandung kemih secara
BAKnya yang keluar adequat sesuai kebutuhan 2. Beri stimulus terhadap 2.Meningkatkan
sedikit-sedikit individu pengosongan urine dengan perkemihan da
Klien dapat berkemih secara mengalirkan air, letakkan air spinkter urine
maksimal
hangat dan dingin secara
bergantian pada daerah supra
pubika

3. Lakukan 3. Mengurang
katerisasi terhadap residu pada kandung k
urine setelah berkemih sesuai
kebutuhan

3 Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau warna jumlah dan 1. Mengetahui jum
cairan b.d kehilangan keperawatan pada Ny. R keluarkan Untuk
volume cairan aktif di selama 2x24 jam, kekurangan frekuensi kehilangan cairan cairan
tandai dengan klien mual volume cairan klien akan 2. Pantau status nutrisi dalam 2. Mengetahui sta
munta,susah menelan teratasi dengan criteria hasil : pemberian asupan makanan dalam asupan m
berkeringat tampak Keseimbangan cairan 3. Memberikan
tegang. Status nutrisi yang adekuat 3. Kolaborasi dengan tim gizi yang bergizi yan
(asupan makanan dan cairan ) dalam pemberian asupan 4. Memenuhi k
TTV dalam batas normal adekuat klien dalam rent
S : 36 ºC -37ºC
N : 80 -100x/menit 4. Kolaborasi untuk pemberian
cairan parenteral ,
pemeriksaanlaboratorium:
Hb: 11,2 – 15,7 g/dl
Leukosit:3900-10000/ul
Trombosit:163-396rb/ul
Eritrosit:4,5-5,5 juta/ul

Ureum:20-40mg/dl
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari 1

No. Dx Tanggal Jam Implementasi Evaluasi


(WIB)
1. 20 Mei 2011 13.00 1. Mengobservasi TTV & KU klien Jam : 21.00 WIB
S : klien mengatakan lelah,lemah dan lesuS : Klien mengatakan nye
O : Suhu 37,6°C, RR 26x/mnt, N perutnya sudah mulai be
13.30 105x/mnt TD : 130/80 mmHg skala nyeri 6
2. Mengkaji karakteristik nyeri, lokasi, O : Suhu 37,2°C, RR: 24x/
frekuensi 103x/mnt TD : 130/80 mm
S : klien mengatakan masih merasa nyeri Klien tampak belum nyam
pada perut bagian bawah seperti ditusuk- A : Masalah belum teratasi
14.00
tusuk dan hilang timbul P : Lanjutkan intervensi 1, 2,
O : klien tampak meringis
14.15
3. Mengajarkan tehnik relaksasi tarik nafas
dalam
S:-
15.00 O : klien nampak tenang setelah dilakukan
teknik relaksasi

4. Menciptakan suasana lingkungan yang


nyaman
S : klien mengatakan lebih mudah tidur
dengan suasana yang tenang
O : klien tampak belum nyaman

5. Mengkolaborasi untuk pemberian


Ketorolac 5mg/5jam IV
S : klien menanyakan apakah obat ini dapat
menghilangkan nyeri
O : klien minum obat sesuai instruksi

3 20 Mei 2011 14.00 1. Melakukan palpasi terhadap adanya Jam : 21.00 WIB
S : Klien mengatakan suda
distensi kandung kemih BAK dengan lancar
S :- dipasang kateter
16.00
O : klien tampak meringis, adanya massaO : Klien tampak tenang, Ur
yang menekan VU keluar sebanyak 500cc
A : Tujuan tercapai.
2. Memberi stimulus terhadap
P : Pertahankan dan opt
pengosongan urine dengan mengalirkan intervensi sampai
histektomi.
16.30 air, letakkan air hangat dan dingin secara
bergantian pada daerah supra pubika
S : klien mengeluh sering kencing tapi
sedikit-sedikit.
O:-
3. Melakukan kateterisasi terhada residu
urine setelah berkemih sesuai kebutuhan
S : klien mengatakan nyeri saat dipasang
kateter
O : setelah pemasangan kateter urin keluar
lancar.

2 20 Mei 2011 18.00 1. Pantau warna jumlah dan frekuensi Jam : 21.00 WIB
S : klien mengatakan mual
kehilangan cairan keluar terus menerus
S : klien mengatakan mual muntah masih menelan
18.30
keluar terus menerus O:
klien tampak lemas
berkeringat.
O: klien nampak, lelah,berkeringat
A : tujuan tidak tercapai
2. Pantau status nutrisi dalam pemberian : intervensi di lajnutkan 1,2
asupan makanan

19.00
S : klien mengatakan susah menelan saat
makan
19.30 O : klien terlihat kesusahan dalam menelan
3. Kolaborasi dengan tim gizi dalam
pemberian asupan adekuat
S:-
O : klien terlihat tegang dan tidak mau
makan
4. Kolaborasi untuk pemberian cairan
parenteral , pemerisaan laboratorium
S:-
O : klien terlihat pucat tegang lelah letih
dan lesu

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari 2

No. Dx Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Nama/TT


(WIB)
1. 21 Mei 2011 07.00 1. Mengobservasi TTV & KU klien Jam : WIB Sesilia
S : klien mengatakan sudah tenangS : klien mengatakan sudah
O : 37°C, RR: 24x/mnt, N: tenang dan skala nyeri
08.00 100x/mnt TD : 120/80 mmHg sudah berkurang dari 6
2. Mengkaji karakteristik nyeri, menjadi 4
lokasi, frekuensi O : S : 37°C, RR: 24x/mnt,
S:- N: 100x/mnt TD : 120/80
09.00
O : Skala nyeri 4, Lokasi abdomen mmHg.
bagian bawah A : Tujuan tercapai, besok
umbilicus,
frekuensinya klien akan dilakukan
12.00 operasi histektomi.
P : Optimalkan intervensi
3. Mengajarkan tehnik relaksasi tarik
nafas dalam
S : klien mengatakan dapat
melakukan tarik nafas dalam saat
merasa nyeri
O :klien melakukan tehnik
relaksasi nafas dalam.

4. Memberikan analgetik (ketorolax


5x 1mg/5jm)
S:-
O : klien mendapatkan IV
ketorolax.

3 20 Mei 2011 18.001. Pantau warna jumlah dan Jam : 21.00 WIB
S : klien mengatakan sudah
frekuensi kehilangan cairan tidak mual muntah lagi
S : klien mengatakan mual muntah
O: klien tampak
18.30 tenang. Suhu normal 36-
masih keluar terus menerus
37,5°C, RR: 16-24x/mnt,
O: klien nampak tegang, N: 60-100x/mnt TD:110-
lelah,berkeringat 130/80 mmHg
2. Pantau status nutrisi dalam A : tujuan tercapai.
: pertahankan intervensi.
pemberian asupan makanan
19.00

S : klien mengatakan susah


menelan saat makan
19.30
O : klien terlihat kesusahan dalam
menelan
3. Kolaborasi dengan tim gizi dalam
pemberian asupan adekuat
S:-
O : klien terlihat tegang dan tidak
mau makan
4. Kolaborasi untuk pemberian cairan
parenteral , pemerisaan
laboratorium

S:-
O : klien terlihat pucat tegang lelah
letih dan lesu

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas tentang hubungan antara teori yang ada dengan
asuhan keperawatan yang sudah diberikan kepada Ny. R ( 40 tahun) yang mengalami
myoma uteri. Adapun ruang lingkup dari pembahasan kasus ini adalah sesuai dengan
proses keperawatan yaitu mulai dari pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan sampai evaluasi.

A. Pengkajian
Dalam proses pengkajian ini, penulis memperoleh data secara subjektif, anamneses
langsung ke pasien, pemeriksaan fisik dan juga data dari hasil diskusi dengan perawat
serta buku catatan medic pasien. Data yang didapatkan antara lain sebagai berikut :

Pasien Ny.R 40 tahun datang kerumah sakit Respati pada 1 Juni 2011 dengan
mengeluh nyeri pada perut bawah dengan sekala nyeri 6. Selain itu pasien juga mengeluh
sering BAK lebih dari 5x dalam sehari dan BAKnya yang keluar sedikit-sedikit, juga sering
merasa pusing, lelah,lemah dan lesu. Klien juga mengeluh sudah 2 hari ini mengalami
perdarahan tetapi berupa plek. Klien mengatakan sangat cemas dan takut dengan
keadaannya.

Pada saat dilakukan pengkajian, klien tampak pucat, berkeringat, gelisah dan sering
bertanya tentang penyakitnya. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik teraba massa dan
nyeri tekan pada abdomen, pada pemeriksaan TTV diperoleh TD: 130/80 mmHg,
N:105x/mnt, RR: 26x/mnt, S:37,6 0c .Oleh dokter pasien dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan USG. Dari hasil pemeriksaan USG menunjukan adanya tumor uterin dengan
klasifikasi fibroid, kemudian dari hasil foto panggul diperoleh hasil suspect calcified fibroid
dari uteri.

Setelah mengkaji semua keluhan klien dan melihat beberapa catatan penting tentang
kondisi klien, tindakan selanjutnya adalah menentukan diagnose keperawatan yang tepat
untuk klien.

B. Diagnosa Keperawatan
Ada tiga diagnosa keperawatan yang diambil, yakni :
1. Nyeri akut b. d Agen injury biologis (proses infeksi tumor) ditandai dengan klien mengeluh
nyeri pada perut bawah dengan skala nyeri 7. Klien juga mengeluh sudah 2 hari ini
mengalami perdarahan tetapi berupa plek. Provokatif : adanya massa pada abdomen,
Qualitas: nyerinya seperti ditusuk-tusuk, Region : pada abdomen bagian bawah umbilicus,
Skala : Skala nyeri 7 Time : Hilang timbul pada saat beraktivitas yang berat. TTV: TD :
130/80 mmHg N : 105x/menit S : 37,6 º C RR : 26x/menit. Klien tampak meringis sambil
memegang bagian bawah perut. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik teraba massa dan
nyeri tekan pada abdomen.
2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan aktif di tandai dengan klien
mengeluh susah menelan, mual muntah, nyeri pada perut. Pada saat dilakukan
pemerikasaan laboratorium Hb: 11,2 – 15,7 g/dl, Leukosit:3900-10000/ul, Trombosit:163-
396rb/ul, Eritrosit:4,5-5,5 juta/ul, Ureum: 20-40 mg/dl
3. Retensi urine b.d Penekanan dari myoma uteri (proses infeksi tumor)ditandai dengan
klien mengeluh sering BAK lebih dari 5x dalam sehari dan BAKnya yang keluar sedikit-
sedikit. Sebelum sakit : BAB : 1-2 x/hari BAK : 3-4 x/hari. Setelah sakit : BAB : 1 x/hari
BAK : lebih dari 5 x/hari dan BAK yang keluar sedikit-sedikit (miksi) disebabkan karena
adanya penekanan pada vesika urinaria. Pada saat dipalpasi perut buncit berdiameter 5
cm.

Untuk mengangkat prioritas diagnosa keperawatan, penulis mengangkat diagnosa


nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis (proses infeksi tumor) sebagai
prioritas diagnosa keperawatan.

C. Perencanaan
Perencanaan disusun berdasarkan prioritas diagnose masalah yang dihadapi oleh
klien, tujuan perawatan ini ditetapkan dengan berpedoman pada diagnosa keperawatan
yang muncul, tujuan di buat dengan alat ukur untuk pencapaian hasil melalui rencana
keperawatan. Tujuannya adalah mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut dan
mengatasi nyeri serta cemas yang dirasakan klien.

D. Implementasi
Dalam implementasi, penulis berusaha untuk melaksanakan asuhan keperawatan
kepada Ny. R sesuai dengan rencana keperawatan yang telah di buat. Implementasi
dilakukan selama dua hari yaitu dari tanggal 1 Juni 2011 s/d 2 Juni 2011. Setelah itu
dilanjutkan dengan persiapan untuk operasi.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, pada tahap ini penulis
melihat apakah masalah yang ada sudah teratasi sesuai tujuan yang telah ditetapkan
berdasarkan evaluasi tanggal 1 dan 2 Juni 2011.
Evaluasi dari ketiga diagnose diatas dapat dijabarkan seperti dibawah ini :
 Diagnosa I :
Tujuan tercapai. Ditunjukan dengan nyeri berkurang dari skala 6 menjadi skala 3 dan
wajah klien sedikit tenang.
 Diagnosa II :
Tujuan tercapai. Ditunjukan dengan klien dapat BAK dengan baik setelah di pasang
kateter.
 Diagnosa III :
Tujuan tercapai. Ditunjukan dengan klien
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan

 Mioma uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang
menumpangnya sehingga dapat disebut juga leiomioma, fibromioma, atau fibroid.
 Ada beberapa jenis myoma uteri. Salah satunya yang dibahas dalam makalah ini adalah
Isthmica yaitu myoma yang lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus
urinarius.
 Gejala yang khas dari myoma uteri adalah saat palpasi teraba massa pada abdomen
bagian bawah umbilicus.
 Ada tiga diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus dalam makalah ini, antara lain :
1. Nyeri akut b.d Agen injury biologis
2. Retensi urine b.d Penekanan dari myoma uteri (proses infeksi tumor)
3. Cemas b.d Kurang pengetahuan tentang penyakitnya

2. Saran
 Diharapakan perawat serta tenaga kesehatan lainnya mampu memahami dan mendalami
serta member asuhan keperawatan yang baik bagi klien yang mengalami myoma uteri
 Institusi kesehatan terkait dapat menyediakan dan mempersiapkan sarana dan prasarana
yang dibutuhkan dalam kejadian-kejadian abnormalitas kesehatan.
 Masyarakat mampu dan mau mempelajari keadaan abnormal yang terjadi pada mereka
sehingga para tenaga kesehatan dapat memberikan tindakan secara dini dan mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
 Mahasiswa dengan latar belakang medis sebagai calon tenaga kesehatan mampu
menguasai baik secara teori maupun skill untuk dapat diterapkan pada masyarakat secara
menyeluruh.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim A .2011 http://www.wikipedia Infomedika. htm, 2004. Org.com. diambil tanggal 17 Mei 20111.
Anonim B . (2006). http://www.ilmu kandungan.htm,1997.Org.com. Diambil pada tanggal 18 Mei
2011.
dkk. Informasi Spesialite Obat Indonesia. ISFI. Jakarta.
kk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius. Jakarta.
Sutedjo, Ay. 2006. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Amara
Books Yogyakarta.
Syaiffudin. 1997. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Penerbit buku Kedokteran ECG. Jakarta
Wilkinson , M. Judith . 2006 . Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria
Hasil NOC. EGC . Jakarta.

Diposting oleh underskoprizqon di 09.54

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Posting Komentar
Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Pengikut

Arsip Blog

 ▼ 2011 (2)

o ▼ Juni (2)

 Askep mioma uteri

 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gagal Nafas

Mengenai Saya

underskoprizqon
Lihat profil lengkapku

Tema Sederhana. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai