Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) terutama DM tipe 2 merupakan penyakit kronis yang


mengenai hampir seluruh populasi dunia secara global dan merupakan permasalahan besar
dalam kesehatan (perim). International Diabetes Foundation (IDF) memprediksi
peningkatan penderita DM sekitar 382 juta pada tahun 2013 menjadi 592 juta pada tahun
2035. Pada tahun 2013, DM menyebabkan kematian lebih dari 5,1 juta. Berbagai
komplikasi dapat ditimbulkan akibat kontrol DM yang buruk seperti ulkus kaki dengan
atau tanpa gangrene, retinopati, neuropati, dan komplikasi makrovaskular (Benwan).
Prevalensi Diabetes Mellitus (DM) di Indonesia masih tinggi dari tahun ke tahun.
Indonesia masuk dalam sepuluh besar negara dengan DM setelah China, India, Amerika
Serikat, Brazil, Russia, dan Meksiko. Prevalensi DM di Indonesia pada tahun 1983 sebesar
1.63% meningkat 5.7% tahun 2017 dan diperkirakan menjadi 6.0% pada tahun 2030
(yusuf). Sebanyak 8.5 juta orang pada tahun 2013 terkena DM dan diperkirakan menjadi
14.1 juta tahun 2035 (Radji, yusuf). Sekitar 63% kematian di Indonesia diakibatkan
penyakit tidak menular dengan penyakit kardiovaskular menyumbang 30% total kematian
diikuti kanker sekitar 13% dan diabetes 3% (Suwondo).
Salah satu komplikasi yang dapat terjadi yaitu ulkus kaki diabetes. International
Working Group on Diabetik Foot (IWGDF) menyatakan bahwa neuropati dan angiopati
merupakan faktor risiko utama terjadinya ulkus kaki pada pasien DM. Sekitar 15% pasien
DM akan terjadi ulkus kaki sehingga dapat menyebabkan infeksi pada kaki penderita DM.
Berdasarkan Riskesdas Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, angka kejadian ulkus
kaki diabetes pada penderita DM di Indonesia sendiri sebesar 8,7%. Infeksi kaki diabetes
meningkatkan angka rawat inap yang lama pada pasien DM, dan penyebab amputasi
terbanyak pada kasus non-traumatik. Penelitian Lavery et al menyatakan risiko rawat inap
pada pasien dengan infeksi ulkus diabetes 56x dan risiko amputasi 155x lebih besar
dibandingkan kasus non diabetes. Selain meningkatkan angka rawat inap dan amputasi,
infeksi pada kaki diabetes dapat mengeluarkan banyak biaya dalam perawatannya. Biaya
yang dikeluarkan di Amerika Serikat untuk penderita DM dengan ulkus kaki diabetik tanpa
intervensi bedah mencapai USD 8.000 dan akan meningkat bila ulkus disertai infeksi atau
bila akan dilakukan tindakan intervensi bedah seperti amputasi. (Benwan, Kruse)
Beberapa penelitian menunjukkan variasi bakteri pathogen yang ada pada infeksi
ulkus kaki diabetes. Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab infeksi sedang
biasanya disebabkan satu bakteri atau monomicrobial yaitu bakteri aerobic kokus Gram
positif, seperti Staphylococcus aureus dan Streptococcus sp. Pada infeksi berat biasanya
ditemukan lebih dari satu bakteri atau polimikrobial dan disebabkan oleh bakteri aerobic
kokus Gram positif dan basil Gram negative, seperti Pseudomonas spp, Escherichia coli,
Klebsiella spp, dan Proteus spp serta bakteri anaerob (benwan)
Penelitian yang dilakukan oleh Benwan et al di Kuwait mendapatkan 51.2% infeksi
ulkus kaki diabetes oleh bakteri Gram negative. Mohammad Zubair et al di India
menemukan 56% infeksi ulkus diabetes disebabkan basil gram negatif. Berbeda dengan
penelitian-penelitian tersebut, Perim et al di Brazil menemukan sekitar 69% bakteri Gram
positif merupakan penyebab infeksi ulkus kaki diabetes dibandingkan 31% Gram negatif.
Penanganan optimal pada kasus infeksi kaki diabetes dapat menurunkan angka
morbiditas infeksi, kebutuhan dan lama rawat inap, serta kejadian amputasi. (benwan).
Pemilihan antibiotik berdasarkan hasil isolasi infeksi kaki diabetes menjadi hal yang
penting dari terapi infeksi tersebut. (perim). Dalam beberapa tahun terakhir, munculnya
pathogen yang resisten terhadap antibiotik menjadi masalah serius dalam penanganan
infeksi ulkus kaki diabetes. Organisme resisten obat meliputi methicillin resistant
Staphylococcus aureus (MRSA), vancomycin resistant enterococcus (VRE), bakteri gram
negatif penghasil extended-spectrum beta-lactamase (ESBL) dan Carbapenemase
resistant enterobacteriaceae (CRE) (mendes).
Antibiotic memiliki kontribusi yang signifikan dalam mengurangi morbiditas dan
mortalitas karena infeksi. Begitu banyak penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
seperti staphylococcus, streptococcus, dan enterococcus dapat diobati dengan
menggunakan antibiotic. Kemampuan antibiotic dalam mengatasi maupun mencegah
penyakit infeksi menyebabkan penggunaanya mengalami peningkatan yang luar biasa.
Bahkan antibiotic sering digunakan secara tidak tepat atau tidak rasional. Hasil penelitian
Antimicrobial Resistance in Indonesia, Prevalence and Prevention (AMRIN Study) di
RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan RSUP Dr. Kariadi Semarang pada tahun 2001-2005
yang merupakan penelitian kolaborasi Indonesia dan Belanda menunjukkan terdapat
bakteri multi-resisten, seperti methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA), dan
bakteri gram negatif penghasil extended-spectrum beta-lactamase (ESBL).
Kemenkes telah membuat suatu pedoman penggunaan antibiotika dan diundangkan
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
2406/MENKES/PER/XII/2011. Pedoman ini bertujuan untuk memberikan acuan bagi
tenaga kesehatan dalam penggunaan antibiotic pada pelayanan kesehatan, fasilitas
pelayanan kesehatan serta kebijakan pemerintah sehingga optimalisasi penggunaan
antibiotic secara bijak dapat tercapai.
Dengan demikian, pedoman penggunaan antibiotic secara bijak harus menjadi
prioritas utama untuk semua pelayanan kesehatan di Indonesia. Apabila semua kegiatan
tersebut dapat dilakukan dengan baik maka akan terwujud pengendalian mikroorganisme
resisten di Rumah Sakit dan bukan tidak mungkin pembiayaan penggunaan antibiotic dapat
ditekan.

B. Rumusan Masalah
1. Diabetes Mellitus merupakan masalah kesehatan global khususnya di Indonesia
2. Ulkus kaki diabetik merupakan komplikasi Diabetes Mellitus yang rentan terhadap
infeksi dan meningkatkan angka kejadian amputasi non-traumatik
3. Munculnya pathogen yang resisten terhadap antibiotic menjadi perhatian utama
pada infeksi ulkus kaki diabetik
4. Belum ada data prevalensi infeksi ulkus kaki diabetik oleh organisme resisten obat
di RSUD Panembahan Senopati Bantul
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai prevalensi infeksi
ulkus kaki diabetik oleh organisme resisten obat
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai infeksi ulkus kaki
diabetik oleh organisme resisten obat sehingga dapat diberikan perawatan yang
sesuai pada pasien ulkus kaki diabetik.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi infeksi ulkus kaki
diabetik oleh organisme resisten obat di RSUD Panembahan Senopati Bantul.

Tabel 1. Penelitian terkait infeksi organisme resisten obat pada ulkus kaki diabetik
No Peneliti Judul Tempat Hasil Penelitian Perbedaan
dan dengan
Populasi penelitian
ini
1 Gadepalli et A clinic- India, 80 Terdapat 80 sampel dengan ulkus kaki Lokasi di
al (2006) microbiological pasien diabetik dengan bakteri gram negatif India
Study of menderita 51,4%, gram positif 33,3%, dan anaerob
Diabetik Foot DM 15.3%. Dari isolat bakteri didapatkan
Ulcers in an dengan 72% positif MDRO, penghasil ESBL
Indian Tertiary infeksi 44,7%, MRSA 56%
Care Hospital ulkus kaki
2 Zubair, et al Clinico- India, 102 Dari 102 pasien, infeksi MDRO 45% Lokasi
(2011) microbiology pasien bakteri yang tumbuh 63.8% gram aerob penelitian
study and ulkus kaki negative di India
antimicrobial diabetik
drug resistance
profile of
diabetik foot
infections in
North India
3 Umadevi et Microbiological India, 105 Didapatkan total 171 bakteri isolat dari Lokasi di
al (2011) study of diabetik pasien 105 pasien. 65,5% MRSA, 56% India
foot infection dengan penghasil ESBL
infeksi
ulkus kaki
4 Mendes et Clinical and Portugal, Dari 147 isolat bakteri dari kultur, Lokasi
al, (2012) bacteriological 49 pasien 24,5% methicillin-resistant penelitian
survey of DM Staphylococcus aureus (MRSA), 2% di Portugal
diabetik foot dengan ESBL, 2% VRE
infection in infeksi
Lisbon kaki
diabetik
6 Ji et al Clinical China, Terdapat 118 kultur positif dengan Lokasi di
(2014) characteistics 157 pasien MDRO 53.4% China
and risk faftors dengan
of diabetik foot ulkus kaki
ulcer with diabetik
multidrug-
resistant
organism
infection
5 Saseedharan Epidemiology of India, 261 Didapatkan total 289 bakteri isolat dari Lokasi di
et al (2018) diabetik foot pasien 261 pasien, 23,7% MRSA, 16,5% CRE India
infections in a dengan
reference infeksi
tertiary hospital kaki
in India diabetik

Anda mungkin juga menyukai