Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang (sesuaikan pedoman penulisan KTI, ini masih kurang

terdiri dari 6 ketukan)

Kelenjar prostat terletak tepat dibawah leher kandung kemih. Kelenjar

ini mengelilingi uretra dan dipotong melintang oleh duktus ejakulatorius,

yang merupakan kelanjutan dari vas deferen. (KMB1, 2013) . Hiperplasia

dari kelenjar prostat dan sel-sel epitel mengakibatkan prostat menjadi

besar. Ketika prostat cukup besar akan menekan saluran uretra

menyebabkan obstruksi uretra baik secara parsial maupun total. Hal ini

dapat menimbulkan gejala-gejala urinary hesitancy, sering berkemih,

peningkatan resiko infeksi saluran kemih dan retensi urin.(asuhan

keperawatan pada klien dengan gangguan sistem perkemihan, 2013).

Benigna prostat hipertropi (BPH) jika bahasa ilmiah di tulis miring

adalah pembesaran kelenjar dan jaringan seluler kelenjar prostat yang

berhubungan dengan perubahan endokrin berkenaan dengan proses

penuaan. (asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem

perkemihan, 2013). Kriteria alinea terdiri dari >3 kalimat.

Benigna prostat hipertropi (BPH) adalah kondisi umum ketika terjadi

pembesaran kelenjar prostat. Kelenjar ini mulai bertumbuh pada masa

remaja, yang terus membesar seiring bertambahnya usia. Semakin

meningkatnya angka usia hidup pria, insiden BPH meningkat. Sebagian


besar pria pada usia 50 tahun mengalami sedikit pembesaran prostat non-

malignan, yang disebut BPH. (Keperawatan dasar edisi 10, 2017).

Di dunia, diperkirakan jumlah penderita BPH sebesar 30 juta, jumlah

ini hanya pada kaum pria karena wanita tidak mempunyai kalenjar prostat

(Haryanto & Rihiantoro, 2016). Kriteria alinea terdiri dari >3 kalimat.

Menurut data WHO (2013), diperkirakan terdapat sekitar 70 juta kasus

degeneratif, salah satunya ialah BPH, dengan insidensi di negara maju

sebanyak 19%, sedangkan di negara berkembang sebanyak 5.35% kasus.

Tahun 2013 di Indonesia terdapat 9,2 juta kasus BPH, di antaranya

diderita oleh laki- laki berusia di atas 60 tahun.(Filzha, 2017).

Di Indonesia pun, kasus BPH tidak boleh ada kata yang diringkas

menjadi urutan kedua setelah penyakit batu saluran kemih, dan secara

umum, diperkirakan hampir 50% pria Indonesia yang berusia di atas 50

tahun ditemukan menderita BPH ini. Oleh karena itu, jika dilihat, dari 200

juta lebih rakyat indonesia, maka dapat diperkirakan 100 juta adalah pria,

dan yang berusia 60 tahun dan ke atas adalah kira-kira sejumlah 5 juta,

maka dapat dinyatakan kira-kira 2,5

juta pria Indonesia menderita penyakit ini (Haryanto & Rihiantoro, 2016).

Prevalensi BPH yang bergejala pada pria berusia 40–49 tahun

mencapai hampir 15%. Angka ini meningkat dengan bertambahnya usia,

sehingga pada usia 50–59 tahun prevalensinya mencapai hampir 25% dan

pada usia 60 tahun mencapai angka sekitar 43%. Angka kejadian BPH di

Indonesia sebagai gambaran hospital prevalensi di dua Rumah Sakit besar


di Jakarta yaitu RSCM dan Sumber Waras terdapat 1040 kasus (Haryanto

& Rihiantoro, 2016).

Setiap tindakan pembedahan akan timbul masalah infeksi luka akibat

prosedur insisi. Luka ini akan merangsang terjadinya respon nyeri. Nyeri

merupakan perasaan yang tidak menyenangkan bagi seseorang. Nyeri

sering kali dikaitkan dengan kerusakan pada tubuh yang merupakan

peringatan terhadap adanya ancaman yang bersifat actual atau

potensial.(“Potter & Perry (2006),” 2018).

Salah satu tehknik yang sering digunakan dalam penanganan nyeri

adalah tehknik relaksasi. Relaksasi adalah suatu tindakan untuk

membebaskan mental dan fisik dari ketegangan dan stress sehingga dapat

meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Tehknik relaksasi sederhana terdiri

atas napas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama. Pasien dapat

memejamkan mata dan bernafas dengan perlahan dan nyaman

(“Andarmoyo,2013,” 2018) .

Salah satu cara menurunkan skala nyeri post operasi BPH yaitu

memberikan terapi relaksasi benson kepada pasien dimana terapi benson

merupakan terapi dengan cara non farmakologi . Relaksasi Benson adalah

metode teknik relaksasi yang diciptakan oleh Herbert Benson, seorang ahli

peneliti medis dari Fakultas Kedokteran Harvard yang mengkaji beberapa

manfaat doa dan meditasi bagi kesehatan. Relaksasi ini merupakan

gabungan antara teknik respons relaksasi dan sistem keyakinan individu

atau faith factor. Fokus dari relaksasi ini pada ungkapan tertentu yang
diucapkan berulang- ulang dengan menggunakan ritme yang teratur

disertai sikap yang pasrah. Ungkapan yang digunakan dapat berupa nama-

nama Tuhan atau kata-kata yang memiliki makna menenangkan bagi

pasien itu sendiri. Empat elemen dasar agar teknik relaksasi benson

berhasil dalam penerapannya adalah lingkungan yang tenang, secara sadar

pasien dapat mengendurkan otot-ototnya, pasien dapat memusatkan diri

selama 10-15menit pada ungkapan yang telah dipilih, dan pasien bersikap

pasif terhadap pikiran-pikiran yang mengganggu (“Solehati & Kosasih,

2015,” 2018) .

Hasil penelitian juga diketahui bahwa responden mengalami

penurunan skala nyeri setalah diberikan terapi relaksasi benson yaitu rata-

rata nyeri responden sebelum diberikan terapi sebesar 5,00 dan setelah

diberikan terapi relaksasi benson rata-rata nyeri menurun menjadi 3,06.

Hal ini sesuai dengan (“Solehati & Kosasih, 2015,” 2018) menyatakan

bahwa salah satu manfaat dari terapi relaksasi benson adalah menurunkan

nyeri. Bagi penderita yang sangat membutuhkan teknik menurunkan skala

nyeri, terapi relaksasi benson terbukti bekerja dengan cara menghambat

saraf simpatik dan mengakibatkan saraf parasimpatik bekerja akibatnnya

otot-otot tubuh menjadi rileks dan menekan rasa nyeri pada pasien.

Berdasarkan angka kejadian tentang Post Op prostat maka penulis

tertarik melakukan sebuah penelitian yang berjudul “ Asuhan keperawatan

pada klien yang mengalami Post Op Benigna Prostat Hipertropi dengan

gangguan nyeri di Ruang Perawatan Bedah”.


B. Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan Klien

yang mengalami Post Op Prostaktetomi dengan masalah Nyeri : Terapi

Relaksasi Benson di Ruang Perawatan Bedah BLUD Tenriawaru Kelas B

Kabupaten Bone.

C. Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Klien yang mengalami Post Op

Prostaktetomi dengan masalah Nyeri : Terapi Relaksasi Benson di Ruang

Perawatan Bedah BLUD Tenriawaru Kelas B Kabupaten Bone ?

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Melaksanakan Asuhan Keperawatan pada klien yang mengalami Post

Op Prostaktetomi dengan masalah Nyeri : Terapi Relaksasi Benson di

Ruang Perawatan Bedah BLUD Tenriawaru Kelas B Kabupaten Bone.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami

Post Op Prostaktetomi dengan masalah Nyeri di Ruang Perawatan

Bedah BLUD Tenriawaru Kelas B Kabupaten Bone.

b. Menetapkan diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami

Post Op Prostaktetomi dengan masalah Nyeri di Ruang Perawatan

Bedah BLUD Tenriawaru Kelas B Kabupaten Bone.

c. Merencanakan tindakan Terapi Relaksasi Benson pada klien yang

mengalami Post Op Prostaktetomi dengan masalah Nyeri di Ruang

Bedah BLUD Tenriawaru Kelas B Kabupaten Bone.


d. Mampu mengimplementasikan tindakan Terapi Relaksasi Benson

pada klien yang mengalami Post Op Prostaktetomi dengan masalah

Nyeri di Ruang Bedah BLUD Tenriawaru Kelas B Kabupaten

Bone.

e. Mampu mengevaluasi tindakan Terapi Relaksasi Benson pada

klien yang mengalami Post Op Prostaktetomi dengan masalah

Nyeri di Ruang Bedah BLUD Tenriawaru Kelas B Kabupaten

Bone.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dilakukan untuk mengecek teori yang sudah ada

berkaitan dengan permasalahan Nyeri pada klien yang mengalami Post

Op Prostaktetomi di Ruang Bedah BLUD Tenriawaru Kelas B

Kabupaten Bone. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi landasan

dalam pengembangan media pembelajaran atau penerapan media

pembelajaran secara lebih lanjut. Selain itu juga menjadi sebuah nilai

tambahan khasanah pengetahuan ilmiah dalam bidang pendidikan

keperawatan.

2. Manfaat Praktis

a. Perawat

Sebagai bahan masukan perawat dalam rangka penerapan ilmu

yang didapatkan selama dalam pendidikan terutama dalam

penerapan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Post

Op Prostaktetomi dengan masalah Nyeri.


b. Institusi Pendidikan

(1) Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program

Diploma III Keperawatan.

(2) Sebagai bahan bacaan ilmiah dan kerangka perbandingan

untuk pengembangan kualitas ilmu keperawatan dan

tambahan kepustakaan.

c. Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan pada Rumah Sakit dalam rangka

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di Rumah Sakit,

khususnya pada klien yang mengalami Post Op Prostaktetomi

dengan masalah Nyeri .

d. Klien

Sebagai bahan masukan bagi klien dalam meningkatkan

pengetahuan yang berkaitan dalam pencegahan perawatan, dan

pengobatan terkait Nyeri Post Op Prostaktetomi.

Anda mungkin juga menyukai