Anda di halaman 1dari 10

DAMPAK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

TERHADAP AIR TANAH


DI WILAYAH YOGYAKARTA DAN SEKITARNYA

Suhadi Purwantara
Dosen Jurusan Pend. Geografi FPIPS Universitas Negeri Yogyakarta
email: pur_geo@yahoo.com

ABSTRAK
Pertambahan jumlah penduduk berakibat pada pertambahan permukiman.
Permukiman di wilayah perkotaan telah padat, termasuk banyak berdiri gedung-gedung
perhotelan yang membutuhkan suplai air berlimpah. Kebutuhan air, terutama air tanah
sulit dihindari. Permukiman tidak dapat dihentikan, maka sasaran berikutnya adalah lahan
yang ada di luar perkotaan. Sebagian wilayah di luar perkotaan merupakan wilayah
resapan. Wilayah utara perkotaan Yogyakarta, yaitu wilayah Kabupaten Sleman
merupakan wilayah resapan yang bagus untuk menyuplai air tanah di wilayah Sleman itu
sendiri maupun perkotaan Yogyakarta, dan bahkan wilayah Kabupaten Bantul.
Perluasan lahan permukiman yang seakan-akan sulit terkendali berdampak pada
menyempitnya lahan peresapan air hujan. Berbagai dampak telah muncul, seperti
kekeringan di wilayah perkotaan karena banyak sumur semakin dalam permukaan airnya.
Dibutuhkan segera ada tindakan untuk konservasi air tanah di wilayah Yogyakarta dan
sekitarnya untuk menghindari krisis air berkepanjangan.

Kata Kunci: Permukiman, Air Tanah, Resapan

I. PENDAHULUAN besaran yang dilakukan oleh hotel hotel


Perilaku berlebihan umat manusia besar. Banyak sumur tidak ada airnya
akhir-akhir ini telah berdampak dengan (Tribune, 6 Agustus 2014, Media
timbulnya beraneka bencana. Pembabatan Indonesia, 4 September 2014). Faktor
hutan di puncak atau lereng pegunungan, lainnya adalah berkaitan dengan ruang
pengambilan air tanah yang melebihi batas peresapan air tanah. Menurut Wahana
adalah contoh perilaku berlebihan. Tuhan Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI)
telah memperingatkan dalam surat An Regional Yogyakarta, banyak
Naziati ayat 43 -45: fa amma man thagha, pembangunan hotel yang merambah
wa assaral hayatad dun-ya, fa’innal kawasan sempadan sungai berdampak
jaimma hiyal ma’wa. Artinya: maka terhadap penyempitan ruang peresapan air
adapun orang yang melampaui batas, dan tanah (Harian Jogja, 1 Agustus 2014).
ia mengutamakan kehidupan dunia, maka Penurunan air tanah tidak saja terjadi
sesungguhnya nerakalah tempat dekat hotel, tetapi juga wilayah lain.
tinggalnya. Penurunan air tanah dalam beberapa
Di Yogyakarta, masyarakat yang dekade terakhir juga di wilayah sekitar
tinggal di sekitar hotel besar sekarang telah perkotaan Yogyakarta yang juga masuk
menuai dampaknya. Masyarakat mengeluh dalam wilayah Kabupaten Sleman,
karena permukaan air sumur sangat maupun Bantul yang jumlah penduduk
menurun. Masyarakat menduga, penurunan semakin bertambah.
air tanah terjadi akibat eksploitasi besar-

Geoedukasi Volume IV Nomor 1, Maret 2015, Purwantara. S. ________________________ 31


Pertumbuhan penduduk yang cukup termasuk tanah regosol muda, regosol tua,
besar merupakan awal masalah hingga latosol coklat. Untuk kepentingan
lingkungan, yang diawali dengan peresapan air hujan, secara alami
permasalahan meningkatnya luas merupakan wilayah peresapan yang relatif
permukiman. Penduduk di Daerah baik. Namun demikian peresapan akan
Istimewa Yogyakarta pada sensus tahun terganggu apabila areal lahan banyak
1971 tercatat hanya 2.488.544 jiwa, berubah menjadi permukiman dengan
sedangkan pada tahun 2010 jumlahnya halaman yang dikeraskan dengan semen.
mencapai 3.457.491 jiwa, sehingga ada Berkurangnya ruang peresapan air
kenaikan 40%. Pertumbuhan penduduk hujan berakibat pada larian air hujan (run-
memicu pertumbuhan permukiman. off) semakin besar. Besarnya run-off
Tercatat di Sleman, luas hutan yang berdampak pada banjir, baik di wilayah
berubah menjadi permukiman dari tahun perkotaan maupun banjir bandang
2000 hingga 2004 sebesar tiga hektar, beberapa sungai yang semuanya mengalir
sedangkan areal penggunaan lain seperti ke arah selatan. Permasalahan inilah yang
sawah, ladang, pekarangan, yang berubah akan dibahas pada makalah ini. Untuk itu
menjadi permukiman seluas 84 hektar beberapa hal yang akan dibahas antara lain
(Balai Pemantapan Kawasan Hutan DAS, Infiltrasi, Perkolasi, dan Resapan.
Wilayah Xi Jawa-Madura Tahun 2007).
Data terakhir, bahkan ada pengurangan II. KAJIAN LITERATUR
jumlah sawah per tahun rata-rata 100 A. Daerah Aliran Sungai (DAS)
hektar (Republika, 2013). Bangunan- DAS (River basin) adalah segenap
bangunan besar yang dibangun sejak daerah yang kepentingannya dilakukan
dekade 1980-an seperti kampus UII oleh suatu sungai atau sistem dari
Terpadu Jalan Kaliurang, Kampus Sanata gabungan beberapa sungai sedemikian
Darma, Perumahan-perumahan dengan rupa sehingga semua aliran di daerah
areal besar seperti Perumahan Banteng, tersebut dilepas alihkan melalui satu
Sukoharjo Indah, Perumahan Pamungkas, keluaran tunggal (Linsley, 1996: 243).
Perwita Wisata, Dayu Permai, Merapi Batasan DAS atau ciri-2 DAS adalah
View, dan sekitarnya merupakan bukti adanya: (1) batas topografi, puncak
nyata bertambahnya luas wilayah gunung, bukit & igir-2nya, (2) sistem
permukiman. Dengan demikian ruang sungai fungsional, dan (3) aliran sungai
untuk peresapan air semakin berkurang, yang keluar melalui satu outlet tunggal.
dan itu dapat mengakibatkan cadangan air DAS dapat dikelompokkan menjadi
tanah berkurang. tiga daerah (Chay Asdak, 2007: 11), yaitu
Peresapan air hujan ke dalam tubuh daerah hulu, tengah, dan hilir. Daerah hulu
air tanah sangat bervariasi antar satu jenis dicirikan dengan kerapatan drainase yang
tanah dengan jenis tanah yang lain. Pada tinggi, kemiringan lereng yang curam,
lokasi dengan tanah porus, sumur resapan bukan daerah banjir, pengaturan
air hujan cukup dibuat dengan diameter penggunaan air dengan pola drainase, jenis
kecil dan dengan kedalaman relatif vegetasi hutan, dan berupa wilayah
dangkal sudah dapat berfungsi dengan konservasi. Daerah hilir memiliki ciri-ciri
baik, tetapi pada jenis tanah lempung berlawanan dengan daerah hulu, yaitu
dengan besar sumur resapan yang sama kerapatan drainase rendah, landai, daerah
menjadi kurang berfungsi. banjir, penggunaan air dengan bangunan
Jenis tanah yang ada di wilayah irigasi, vegetasi pertanian dan bakau, serta
perkotaan Yogyakarta dan Sleman, yang merupakan daerah pemanfaatan air.
merupakan bagian daerah aliran sungai Daerah tengah bercirikan diantara dua
(DAS) Opak, memiliki tekstur yang relatif daerah tersebut, yaitu bergelombang kasar,
kasar. Di wilayah itu jenis tanahnya lereng agak terjal ke arah landai.

Geoedukasi Volume IV Nomor 1, Maret 2015, Purwantara. S. ________________________ 32


Pembagian DAS menurut fungsi: (1) anak-anak, atau tempat orang dewasa di
bagian hulu untuk fungsi produksi, (2) kampung bertemu pada sore hari untuk
bagian tengah untuk fungsi transport, dan mengobrol atau merundingkan sesuatu.
(3) bagian hilir untuk fungsi deposisi. Menurut Undang-undang No 4 Tahun
Upland catchments are characterised by 1992, permukiman terdiri dari komponen:
steep slopes, well-defined boundaries, thin perumahan, penduduk, sarana dan
soils, high rainfall and low prasarana, dan tempat kerja. Selanjutnya
evapotranspiration (Knapp,B.J. 1979: 17). menurut Soefaat (1998), permukiman baru
Menurut Indarto (2010, 85-96), karaktristik ialah daerah kediaman atau hunian yang
DAS meliputi daerah tangkapan hujan dan baru dan dibangun dalam skala besar,
volume run-off, ukuran DAS dan waktu sebagai perluasan dari pusat kota yang ada
terjadinya aliran permukaan, bentuk DAS, atau pembangunan baru pada lahan milik
meander sungai, kemiringan DAS, pribadi atau perusahaan, dengan dilengkapi
kekasaran permukaan, kerapatan jaringan berbagai ragam tipe rumah, sistem
sungai, dan urbanisasi. transportasi lokal yang berhubungan
Sasaran pengelolaan DAS adalah dengan daerah pusat kota yang ada.
rehabilitasi lahan terlantar, perlindungan
lahan-lahan sensitif terhadap erosi, dan C. Resapan Air Tanah (Ground Water
pengembangan sumberdaya air. Tujuan Recharge)
pengelolaan DAS antara lain adalah Menurut Seiler dan Gat (2007),
terjaminnya pemanfaatan sumberdaya resapan air tanah ialah komponen infiltrasi
alam, tercapainya keseimbangan ekologis, yang masuk ke dalam tubuh air tanah
terjaminnya kuantitas dan kualitas air, melalui zona tak jenuh, sungai atau danau.
adanya pengendalian aliran permukaan dan Infiltrasi adalah suatu proses meresapnya
banjir, serta adanya pengendalian erosi dan air hujan dan air lainnya di permukaan
degradasi lahan. tanah menuju lapisan air tanah melalui
permukaan tanah (Setyawan Purnama,
B. Permukiman 2010, Todd, 2005). Permukaan tanah
Permukiman adalah, bagian dari menjadi media resapan alami. Media
lingkungan hidup diluar kawasan lindung, resapan alami dapat berupa lahan hutan,
baik dalam lingkup perkotaan maupun lahan gundul, lahan berumput, lahan
pedesaan, dan juga memiliki fungsi sawah, lahan pekarangan, dan lain
sebagai lingkungan tempat hunian serta sebagainya. Selain media resapan alami,
tempat kegiatan yang mendukung juga ada resapan yang dibangun
perikehidupan dan penghidupan. masyarakat, atau media resapan buatan.
Permukiman dengan pola campuran yaitu Media resapan buatan dapat berupa sumur
pola penyebaran permukiman di wilayah resapan air hujan (dangkal), sumur resapan
desa kota yang pembentukannya berakar air dalam, maupun genangan buatan seperti
dari pola campuran antara ciri perkotaan waduk, maupun situ buatan. Resapan air
dan perdesaan (Koestor, 1997). tanah ada yang porus, sangat permeabel,
Menurut Jayadinata permukiman atau ada yang sulit meloloskan air, sehingga
perkampungan di pedesaan merupakan infiltrasi berjalan sangat lambat.
tempat kediaman (dormintory settlement) Resapan buatan yang efektif adalah
dari penduduk kampung diwilayah dengan cara pembangunan bendungan
pertanian dan wilayah perikanan umumnya sehingga banyak air dapat meresap masuk
bekerja di luar kampung. Masing-masing dalam tubuh air tanah Fetter (1988).
kampung dihubungkan oleh jalan dan di Resapan buatan bertujuan antara lain agar
kampung umumnya terdapat ruang terbuka air tanah sebagai sumberdaya kehidupan
yang kecil, suatu halaman rumah tetap terjaga, menghambat penurunan
berbentuk segi empat, tempat bermain

Geoedukasi Volume IV Nomor 1, Maret 2015, Purwantara. S. ________________________ 33


permukaan air tanah, mengurangi Selanjutnya bendungan perennial,
penurunan atau penenggelaman lahan. berupa bendungan permanen atau waduk
Menurut Kusnaedi (2011), resapan air untuk menampung jumlah air yang besar.
tanah seperti sumur resapan bermanfaat Airnya dimanfaatkan untuk irigasi,
langsung menampung air hujan dan untuk sekaligus untuk sumber resapan air tanah.
meresapkannya ke dalam tanah. Manfaat Dasar waduk biasanya cepat terjadi
tidak langsung antara lain untuk pendangkalan sehingga menutup ruang-
mengurangi limpasan langsung di ruang atau pori-pori untuk peresapan.
permukaan, dan mencegah terjadinya Metode menyebar lainnya adalah alur-alur
genangan air, sehingga memperkecil parit (Ditch and Furrow), berupa alur-alur
terjadinya genangan air dan erosi. Manfaat parit memanjang dan berderet-deret, cukup
lainnya mempertahankan tinggi muka air rapat dengan kelerengan sangat rendah.
tanah dan bahkan menambah muka air
tanah. Mencegah penurunan atau amblasan
akibat pengambilan air tanah berlebihan,
serta mengurangi konsentrasi pencemaran
air tanah.
Resapan buatan adalah suatu cara
penambahan sumberdaya air tanah oleh
rekayasa manusia. Tujuan utama resapan
buatan dibanyak negara sedang
berkembang adalah untuk menyimpan air
terutama untuk kepentingan air irigasi.
Tujuan lainnya antara lain untuk mencegah
Gambar 2. Waduk
intrusi air laut di wilayah pantai,
mengurangi limpasan (run-off) dan erosi, Cara lainnya adalah penggenangan,
serta menjaga agar diperoleh air atau pembanjiran (flooding). Cara ini
berkualitas yang baik (I Gale, I Neumann, banyak dilakukan di wilayah yang relatif
R Calow, M Moench, 2002). Beberapa datar dan luas. Cara lain yang banyak
metode resapan buatan antara lain metode dilakukan karena berkaitan dengan
menyebar (spreading method), seperti pertanian adalah irigasi. Irigasi atau
ledokan (infiltration basin), bendungan pengairan di lahan pertanian merupakan
perenial (perennial dam), alur-alur parit, cara peresapan air ke dalam tanah. Ada
penggenangan (flooding), irigasi, maupun juga dengan modifikasi saluran sungai,
modifikasi alur sungai. Ledokan, yaitu dengan cara membuat pematang melintang
suatu cekungan (Jawa: jogangan) yang dasar sungai. Dengan demikian aliran air
digali untuk membuang sampah, dapat tertahan, sehingga menyebabkan air
juga dimanfaatkan untuk media peresapan banyak meresap.
air. Problem yang terjadi biasanya adalah
ruang dasar ledokan cepat tersumbat.
Penyumbatan dasar cekungan adalah
masalah yang dominan.

Gambar 1. Ditch and Furrow Gambar 3. Bendung lahar

Geoedukasi Volume IV Nomor 1, Maret 2015, Purwantara. S. ________________________ 34


Disamping metode menyebar juga Mendukung beberapa metode
dapat menggunakan sumur terbuka (open tersebut, terutama pada metode terbuka,
well) and shafts, sumur bor (boreholes), pada bendungan permanen, telah dilakukan
tanggul infiltrasi (bank infiltration), uji coba waduk resapan. Uji coba
bendungan pasir penyimpanan (sand Pengembangan Teknologi Waduk Resapan
storage dams), serta atap pemanenan air dilakukan dengan kerjasama Kementerian
hujan (roof-top rainwater harvesting). Ristek, BPPT, ITB, UI, Pemda DKI,
Metode open well cukup sederhana, Masyarakat Air Indonesia, IPB, dan
hanya berupa sumur terbuka. Metode ini beberapa instansi terkait, yang secara
rentan terhadap pencemaran, baik kimia bersama-sama mengkaji bagaimana
maupun bakteriologi. Hal itu karena sumur teknologi Waduk Resapan dapat
bersentuhan langsung dengan akuifer pada diaplikasikan kepada masyarakat. Uji coba
kedalaman 5 hingga 15 meter. telah dilakukan pembangunan Waduk
Selanjutnya dengan boreholes, sumur Resapan di wilayah UI Depok yang
bor resapan cocok untuk lahan yang merupakan wilayah hulu, dengan lama
memiliki permeabilitas rendah, dan akuifer pembuatan 8 bulan oleh Dinas Pekerjaan
dalam. Kelemahan umum dalam resapan Umum. Waduk Resapan mampu menahan
model bor adalah sering tertutupnya air selama mungkin dan memasukkan air
lubang dengan suspensi. Model lainnya ke dalam air tanah yang diharapkan dapat
adalah bank infiltration, yaitu model yang mengurangi banjir dan mengembalikan
dibangun dengan cara membuat tanggul kondisi tinggi muka air tanah, sehingga
sejajar garis pantai sungai. Model sand keseimbangan lingkungan dapat dicapai.
storage dams, yaitu bendungan pasir yang
terbaik berlokasi di medan bergelombang D. Keseimbangan Ekologis
di bawah kondisi iklim kering, dimana Di sejumlah daerah dewasa ini dapat
limpasan ini sering dialami sebagai banjir dilihat bahwa pemanfaatan sumberdaya
bandang. Sebuah dinding bendungan alam yang melebihi batas, yang kemudian
dibangun pada dasar sungai, untuk mengganggu keseimbangan ekologis. Hal
memperlambat banjir bandang. lainnya adalah terjadinya penurunan
Model roof-top rainwater harvesting kualitas air. Di berbagai wilayah telah
pada prinsipnya adalah air hujan yang terjadi kekurangan air bersih. Bahkan
jatuh pada atap rumah dapat ditampung banyak wilayah pada musim kemarau air
pada bak penampung air hujan. Air dapat menjadi sangat langka. Itulah fakta yang
digunakan untuk keperluan rumah tangga, berkaitan langsung dengan kelangsungan
tetapi juga dapat dimasukkan dalam sumur hidup umat manusia.
resapan air tanah. Air dapat menjadi masalah karena
jumlahnya atau kuantitasnya, namun
karena kualitas juga dapat menjadi
masalah utama. Jumlah air yang berlebihan
merupakan masalah, apalagi kekurangan
air jelas akan mengancam kelangsungan
hidup hidup manusia. Berkaitan dengan
jumlah air yang berlebihan, contohnya
adalah banjir. Banjir menjadi masalah yang
utama di berbagai wilayah di bumi pada
dewasa ini. Banjir besar yang sering
melanda kota-kota besar baik di Indonesia
maupun di dunia adalah fakta nyata
tentang kelebihan jumlah air.
Gambar 4. Roof-top rainwater harvesting

Geoedukasi Volume IV Nomor 1, Maret 2015, Purwantara. S. ________________________ 35


Banjir (flood) menjadi bahaya Kota Yogyakarta dan Kabupaten
(hazard), dan bahkan bencana (disaster) Sleman sebagian masuk DAS Opak, dan
apabila manusia tidak pandai DAS Progo. Sungai Progo memiliki
menyikapinya. Banjir bahkan dapat panjang sungai utama 149 km, berhulu di
menjadi malapetaka (catastrope) apabila Provinsi Jawa Tengah, sedangkan Sungai
manusia tidak peduli lagi dengan Opak hanya memiliki panjang 61,6 km,
lingkungan. Ketidakpedulian lingkungan dengan hulu di Lereng Merapi (Balai Besar
dapat mengganggu ekositem. Perilaku Wilayah Serayu Opak, 2013). Baik Sungai
sebagian kecil masyarakat yang menebang Opak maupun Sungai Progo, keduanya
hutan besar-besaran di wilayah hulu untuk berhulu di lereng gunung berapi. Sungai
diubah menjadi wilayah pertanian atau Opak berasal dari lereng selatan Gunung
permukiman akan berakibat pada Merapi. Di wilayah itu sebagian besar
terganggunya ekosistem. Di wilayah hutannya relatif telah rusak. Kerusakan
pegunungan, hutan yang semestinya terjadi di wilayah puncak gunung, terutama
berguna sebagai peresap air hujan ke oleh erupsi. Di wilayah agak bawah, juga
dalam tanah sudah tidak lagi sesuai terjadi kerusakan hutan selain dampak
fungsinya. Akhirnya air hujan yang jatuh erupsi, yaitu karena aktivitas manusia.
di permukaan bumi lebih banyak menjadi Masyarakat melakukan penebangan
air limpaan (run-off), dan hanya sebagian hutan untuk keperluan pemanfaataan kayu
kecil yang meresap dalam tanah (infiltrasi) untuk dijual, dan perluasan ladang,
dan perkolasi hingga tubuh air tanah. walaupun sudah ada larangan pemerintah.
Akibatnya timbulnya permasalahan, Berdasarkan Buku Data Status Lingkungan
bertambahnya air limpasan yang memicu Hidup Daerah DIY tentang penggunaan
banjir, dan berkurangnya air imbuhan pada lahan di DIY (SLHD DIY, 2012), luas
akuifer (groundwater recharge). hutan di Sleman 1.335 Ha dari luas
Pembangunan permukiman yang Kabupaten Sleman 57.482. Perlu diketahui
terjadi perluasan besar-besaran sejak bahwa luas seluruh hutan di DIY
dekade 1980an berakibat banyak wilayah 31.077,18 Ha, sedangkan luas wilayah
yang semula menjadi peresapan air hujan DIY 318.580 Ha.
sekarang banyak yang telah tertutup. Terlalu sempitnya luas hutan
Bangunan-bangunan besar yang tampak berdampak pada tingginya debit sungai
mata dibangun sejak dekade 1980an pada musim penghujan, dan kecilnya debit
seperti Kampus UII Terpadu Jalan sungai pada musim kemarau. Wilayah
Kaliurang, Kampus Sanata Darma, Sleman dengan mayoritas merupakan DAS
perumahan-perumahan besar seperti Opak dan DAS Progo memiliki luas hutan
Perumahan Banteng, Sukoharjo Indah, 1335 Ha, Debit maksimum Sungai Opak
Perumahan Pamungkas, Perumahan 5275 m3/detik, sedangkan debit minimum
Condongcatur, Perumahan Minomartani, 0,126 m3/detik. Sebagai perbandingan
Perwita Wisata, Merapi View, dan adalah DAS Serang di Kulonprogo. DAS
sekitarnya, merupakan beberapa contoh Serang dengan panjang sungai 36 km, luas
perluasan permukiman. 26 km², luas hutan debit maksimum 5,668
Perluasan permukiman inilah yang m3/detik dan debit maksimum 0,863
dapat berakibat pada berkurangnya ruang m3/detik.
peresapaan air, terutama di DAS Opak.
Berkurangnya ruang peresapan berdampak
pada berkurangnya cadangan air tanah
terutama di wilayah perkotaan dan
permukiman padat bagian hilir.

Geoedukasi Volume IV Nomor 1, Maret 2015, Purwantara. S. ________________________ 36


Tabel 1. Panjang Sungai dan Debit semakin berkurangnya volume air meresap
Sungai Panjang Debit Debit dalam tanah. Pengganti ruang peresapan
maks min air hujan yang telah berkurang adalah
(m3/det) (m3/det) dengan resapan air buatan.
Opak 61,6 5,275 0,126
Serang 36 5,668 0,863 E. Dampak Permukiman
Oyo 168,9 11,684 0,048 Berdasarkan fakta diketahui bahwa
Code 30,8 4,616 0,002 banyak masalah di wilayah perkotaan
Gajahwong 37,35 4,929 0,022 Yogyakarta menerima dampak akibat alih
Winongo 48,7 4,193 0,156 fungsi lahan resapan air hujan menjadi
Progo 149 40 - permukiman. Banyak masyarakat
Sumber: SLHD DIY, 2012 dan BBWS, 2013. mengeluh mengenai berkurang atau
bahkan hilangnya sumber air tanah di
Tabel 2. Luas Hutan DIY perkotaan Yogyakarta. Bukan hanya
kuantitasnya saja, tetapi kualitas juga
Kabupaten/Kota Luas Hutan
Gunungkidul 14.026 merupakan masalah yang tidak dapat
Bantul 1.058 dikesampingkan. Pada bagian air
Sleman 1.335 permukaan, di wilayah tengah dan hilir
Kulonprogo 20.593 juga mengalami dampaknya. Dampak
Kota 25 hilangnya resapan air di bagian atas atau
DIY 31.077 bagian hulu, di lereng Merapi, diduga kuat
Sumber: SLHD DIY, 2012 berakibat pada adanya banjir lokal di
wilayah permukiman, bahkan juga banjir
Berdasarkan data tersebut luas hutan bandang pada wilayah yang ada di sekitar
terluas ada di Kulonprogo dan sungai-sungai yang melewati wilayah
Gunungkidul, sedangkan yang paling permukiman padat penduduk. Fakta pernah
sedikit ada di Sleman dan Bantul. terjadi banjir di wilayah Yogyakarta,
Semakin sempitnya luas hutan dapat antara lain menghayutkan beberapa siswa
terjadi karena kerusakan faktor alami dan di Sungai Bedog (NetNews). Ancaman
non alami. Faktor alami antara lain karena banjir bandang juga banyak diulas mass
bencana alam erupsi, ataupun badai yang media Yogyakarta dengan bersumber pada
berakibat pohon terbakar atau tumbang. Di Badan Penanggulangan Bencana Daerah
wilayah lereng Merapi, erupsi rutin terjadi DIY (Tempo.com). Dampak lainnya yang
hampir setiap lima hingga enam tahun. juga sangat memilukan adalah langkanya
Erupsi yang tergolong besar adalah erupsi air bersih. Di banyak wilayah perkotaan
tahun 2010, 2006, 2001, 1997, 1994. Yogyakarta telah merasakan dampaknya.
Faktor lainnya adalah faktor non alami, Banyak masyarakat di sekitar hotel-hotel
contohnya kebakaran hutan yang baru, permukaan air sumurnya mulai
disengaja, penebangan liar, maupun ladang semakin dalam. Menurut ESDM DIY,
berpindah. Di wilayah DIY luas kerusakan telah terjadi penurunan muka air tanah
hutan terjadi akibat faktor alami, seluas sebesar 30 cm setiap tahun di Yogyakarta
700,74 Ha, dari luas total kerusakan hutan karena tumbuhnya permukiman penduduk,
761,74 Ha. Besarnya kerusakan hutan sehingga mengurangi ruang peresapan air
karena penebangan liar relatif kecil, yaitu (Harian Jogja).
seluas 0,21 Ha. Kerusakan karena Berikut tabel sebagian fakta berkaitan
kebakaran hutan lebih besar daripada dengan masalah kekeringan air tanah dan
penebangan liar , yaitu mencapai 60,99 Ha. banjir bandang.
Semakin sedikitnya hutan berakibat pada

Geoedukasi Volume IV Nomor 1, Maret 2015, Purwantara. S. ________________________ 37


Tabel 3. Masalah Kekeringan Air Tanah dan Banjir Bandang
No. Masalah Penyebab Sumber
1 Air tanah di jogja turun Ruang resapan berkurang ESDM DIY Harian Jogja
30 cm per tahun karena permukiman baru 21/9/2014
2 Sumur mengering di Industri Hotel mengambil air ESDM DIY Bara news.co
Yogyakarta berlebihan 21/9/2014
3 Kualitas dan Kuantitas Lahan sawah menjadi PSLH UGM, Harian
Air Terus Turun di permukiman dan sumur Umum Pelita 21
Jogja resapan limbah terlalu dekat September
dengan sumur
4 20% resapan hilang Resapan berubah fungsi Jogjasiaga bencana 9 Juli
menjadi permukiman 2013
5 Sumur kering Jogja Air tanah tersedot hotel Tribun
6 Banjir bandang Jogja Hilangnya resapan menjadi Jogjasiaga bencana 3
permukiman dan rusak oleh Januari 2012
erupsi
7 5-7 siswa Hanyut Sungai Bedog banjir NetNews
Akibat Banjir Bandang mendadak karena hilangnya
di Yogyakarta resapan.
8 50 Ribu Jiwa di Tingginya curah hujan BPBD DIY (Tempo.com)
Yogyakarta Terancam
Banjir

F. Penempatan Resapan Buatan baru berupa mimpi buruk, akan menjadi


Resapan buatan sudah selayaknya kenyataan.
dibangun di wilayah resapan alami yang Agar mimpi buruk itu tidak terwujud,
telah berubah fungsi menjadi bukan maka sejak dari dini harus sudah dirancang
wilayah resapan. Di wilayah lereng usaha meresapkan air hujan dengan
Merapi, sebagian hutan telah berubah berbagai metode yang telah teruji secara
fungsi menjadi lahan pertanian, bahkan ilmiah. Pembangunan resapan buatan
permukiman. Wilayah Umbulharjo seperti ledokan (infiltration basin),
Cangkringan Sleman, di lokasi sebelah bendungan perenial (perennial dam), alur-
utara Dusun Mbah Marijan dalam alur parit, penggenangan (flooding), sumur
beberapa dekade terakhir telah berubah terbuka, sumur bor, tanggul infiltrasi,
menjadi wilayah permukiman hingga tahun maupun modifikasi alur sungai harus
2010 ketika terjadi erupsi besar Merapi. segera dilakukan.
Wilayah yang semula berupa hutan Rekayasa pembangunan resapan
sebagai peresap air hujan menjadi buatan tentu saja mempertimbangkan
berkurang fungsinya, baik karena faktor kondisi fisik lahan di setiap wilayah. Hal
manusia (buatan) maupun faktor erupsi itu harus menjadi pertimbangan karena
(alam). berkaitan dengan biaya seta efektivitas
Resapan air hujan sangat diperlukan resapan buatan. Resapan buatan paling
untuk mempertahankan keseimbangan bagus dibangun di wilayah lahan dengan
ekologis cadangan air tanah dan kebutuhan resapan besar. Resapan yang baik apabila
air tanah oleh penduduk. Apabila hal itu tekstur tanah relatif kasar, bukan lempung,
diabaikan, maka bencana kekeringan di dan bukan daerah luah atau lepasan air
masa yang akan datang, yang sekarang tanah.

Geoedukasi Volume IV Nomor 1, Maret 2015, Purwantara. S. ________________________ 38


Wilayah Sleman, sebelah utara Kemristek Jumat 16 Februari 2007. Kilas
perkotaaan Yogyakarta memiliki jenis Opini : Penanganan Banjir Dan
tanah relatif kasar, yaitu regosol ataupun Kekeringan Dengan Waduk
latosol coklat. Sebagian besar wilayah Resapan. diunduh
Sleman, seperti Kecamatan Pakem, http://www.ristek.go.id/?module=
Ngaglik, maupun Ngemplak memiliki News%20News&id=1617
permukaan air tanah yang relatif dangkal,
dan bahkan beberapa merupakan zone Kompas 5 April 2011. Tiap tahun Luas
lepasan berupa mataair. Namun ada juga Sawah di Sleman Menyusut.
wilayah yang air tanahnya relatif dalam,
pada musim kemarau lebih dari 15 meter. Koestoer RH, 1997, Perspektif Lingkungan
Wilayah tersebut terakhir itulah yang Desa Kota, Teori dan Kasus,
cocok untuk menjadi wilayah resapan air Jakarta, Penerbit Universitas
hujan. Indonesia (UI-Press).

III. PENUTUP Kusnaedi, 2011. Sumur Resapan untuk


Perkembangan permukiman yang Pemukiman Perkotaan dan
semakin luas akibat dari pertumbuhan Pedesaan. Jakarta: Penebar
jumlah penduduk di berbagai wilayah akan Swadaya.
mengancam problem air bersih terutama
air tanah. Berbagai dampak akibat Linsley, R.K., Kohler M.A. and Paulus
berkurangnya ruang peresapan telah mulai J.L.A. 1996. Hidrologi untuk
dirasakan terutama masalah air bersih di Insinyur. Jakarta: Erlangga
wilayah padat penduduk di perkotaan. Laju
percepatan pembangunan permukiman Media Indonesia 4 September 2014.Hotel
dengan mengurangi lahan persawahan di sedot Air Tanah Jatah Warga.
Sleman menjadi momok menakutkan.
“Hantu” itu akan menjadi kenyataan NetNews. 5-7 siswa Hanyut Akibat Banjir
apabila pemerintah tidak segera memiliki Bandang di Yogyakarta. Diunduh
rancangan yang bersifat mitigasi bencana dari
krisis air bersih. http://www.veoh.com/watch/yapi-
UorNZ_mGTlI?h1=NET5+-
DAFTAR PUSTAKA +7+Siswa+Hanyut+Akibat+Banjir
+Bandang+di+Jogja
Chay Asdak, 2007. Hidrologi dan
Pengelolaan Daerah Aliran Republika, 26 November 2013. Setiap
Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada Tahun Lahan Pertanian Sleman
University Press. Susut 100 Ha.

Indarto 2010. Hidrologi Dasar Teori dan Soefaat (et al), 1997, Kamus Tata Ruang,
Contoh Aplikasi Model Hidrologi. Direktorat Jenderal Cipta karya
Jakarta: PT Bumi Aksara. dep. PU.

Fetter, C.W. 2001. Applied Hydrogeology. Seiler, K.P, and Gat, J.R., 2007.
New Jersey: Prentice Hall Inc. Groundwater Recharge From Run-
off, Infiltration and Percolation.
Jayadinata, Johara T, 1999, Tata Guna The Netherlands: Springer.
Tanah Dalam Perencanaan
Pedesaan Perkotaan dan Wilayah, Setyawan Purnama, 2010. Hidrologi Air
Bandung, Penerbit: ITB. Tanah. Yogyakarta: Kanisius

Geoedukasi Volume IV Nomor 1, Maret 2015, Purwantara. S. ________________________ 39


SLHD DIY, 2012. Diunduh dari
http://blh.jogjaprov.go.id/slhd- Tribune 6 Agustus 2014. Warga Miliran
provinsi-diy/RKPD Yogya Mandi Tanah Gara-gara
Sumur Kering.
Tempo, 19 Desember 2013. 50 Ribu Jiwa
di Yogyakarta Terancam Banjir. Bara News, 21 September 2014. Industri
diunduh dari Hotel Membuat Air Tanah di
http://www.tempo.co/read/news/2013/ Yogyakarta Turun.
12/19/058538562/50-Ribu-Jiwa-di-
Yogyakarta-Terancam-Banjir. Harian Jogja 21 September 2014: Air di
Jogja Setiap Tahun Turun 30
Todd, David Keith dan Mayes, 2005. Centimeter, Ini
Groundwater Hydrology. New Penyebabnya.
York: McGraw-Hill.

Geoedukasi Volume IV Nomor 1, Maret 2015, Purwantara. S. ________________________ 40

Anda mungkin juga menyukai