Anda di halaman 1dari 33

1.

Memahami dan Menjelaskan Anatomi Kulit


1.1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makroskopik Kulit
1.2. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Mikroskopik Kulit

2. Memahami dan Menjelaskan Dermatomikosis


2.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Dermatomikosis
2.2 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Dermatomikosis

3. Memahami dan Menjelaskan Dermatofitrosis


3.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Dermatofitrosis
3.2 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Dermatofitrosis
3.3 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Dermatofitrosis
3.4 Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Dermatofitrosis
3.5 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Dan Patogenesis Dermatofitrosis
3.6 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Dermatofitrosis
3.7 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Dermatofitrosis
3.8 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan dan Pencegahan Dermatofitrosis
3.9 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Dermatofitrosis
3.10 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Dermatofitrosis

4. Memahami dan Menjelaskan Menjaga Kesehatan Kulit Menurut Syariat Islam

ANATOMI MAKRO KULIT


A. PENGERTIAN UMUM Kulit:
 Pembungkus terluar tubuh  Banyak fungsi
 paling luas (1,5-1,75m2)  Banyak serabut syaraf
 Paling berat (15%BB)  Fs: indikator : psikis dan Psikologis
 Tebal 1-2 mm
 Telapak 6 mm, penis 0,5

B. Permukaan kulit berbeda tergantung pada :


1. Susunan papila dermis dan rete ridges
2. Susunan serabut kolagen pada papila dermis
3. Tarikan otot dan tegangan fasia yg diakibatkannya
4. Jumlah kelenjar keringat dan sebasea
•Pada permukaan kulit telapak tangan – kaki : dermatoglypic patern → fungsi identifikasi,
kejahatan & penyakit genetik (Sindrom Down)
•Pada permukaan kulit : garis2 Langer → garis yg mempunyai tegangan terendah dari kulit

C. Persyarafan Kulit
Terdapat 2 sistem :
1. Somatik sensoris (gatal, panas,
nyeri dll)
2. Otonom (aktifitas peredaran darah
kulit, otot2 pada kulit & kelenjar
keringat)
Terdapat 2 kelompok reseptor sensorik
pada kulit :
1. Reseptor : end organ (akhiran
syaraf dari jaringan ikat bentuk lamelar
dan sel Schwan
2. Sel Merkel

1
1.2 Anatomi MIKRO kulit
1. Epidermis
2. Dermis
3. Subkutis atau panicullus

Epidermis berasal dari ectoderm dan dermis berasal dari mesoderm. Dibawah kulit terdapat lapisan
jaringan pengikat yang lebih longgar disebut hypodermis yang pada beberapa tempat banyak mengandung
jaringan lemak. Pada beberapa tempat kulit melanjutkan menjadi tunica mucosa dengan suatu perbatasan
kulit-mukosa (mucocutaneus junction).
Perbatasan tersebut dapat ditemukan pada bibir, lubang hidung, vulva, preputium, dan anus.Kulit
merupakan bagian dari tubuh yang meliputi daerah luas dengan berat sekitar 16% dari berat tubuh.
Fungsi kulit selain menutupi tubuh, juga mempunyai beberapa fungsi lain; maka selain struktur epitel dan
jaringan pengikat tersebut masih dilengkapi bangunan tambahan yang disebut apendix kulit, dimana meliputi
: glandula sudorifera (kelenjar keringat), glandula sebacea (kelenjar minyak), folikel rambut, dan kuku.
Permukaan bebas kulit tidaklah halus, tetapi ditandai adanya alur – alur halus yang membentuk pola
tertentu yang berbeda pada berbagai tempat. Demikian pula permukaan antara epidermis dan dermis tidak
rata karena adanya tonjolan – tonjolan jaringan pengikat ke arah epidermis. Walaupun batas antara epidermis
dengan jaringan pengikat /corium dibawahnya jelas, tetapi serabut jaringan pengikat tersebut akan bersatu
dengan serabut jaringan pengikat di bawah kulit.
Ketebalan kulit tidaklah sama pada berbagai bagian tubuh. Tebalnya kulit tersebut dapat disebabkan
karena ketebalan dua bagian kulit atau salah satu bagian kulit. Misalnya pada daerah intraskapuler kulitnya
sangat tebal sampai lebih dari 0,5 cm, sedangkan di kelopak mata hanya setebal 0,5 mm.
Rata – rata tebal kulit adalah 1-2 mm.
Berdasarkan gambaran morfologis dan ketebalan epidermis, kulit dibagi menjadi :
 Kulit Tebal
 Kulit Tipis
Walaupun kulit tebal mempunyai epidermis yang tebal, tetapi keseluruhan kulit tebal belum tentu lebih
tebal dari kulit tipis.

KULIT TEBAL
Kulit tebal ini terdapat pada vola manus dan planta pedis yang tidak memiliki folikel rambut. Pada
permukaan kulit tampak garis yang menonjol dinamakan crista cutis yang dipisahkan oleh alur – alur
dinamakan sulcus cutis.
Pada mulanya cutis tadi mengikuti tonjolan corium di bawahnya tetapi kemudian dari epidermis sendiri
terjadi tonjolan ke bawah sehingga terbentuklah papilla corii yang dipisahkan oleh tonjolan epidermis. Pada
tonjolan epidermis antara dua papilla corii akan berjalan ductus excretorius glandula sudorifera untuk
menembus epidermis

Epidermis
Dalam epidermis terdapat dua sistem :
1. Sistem malpighi, bagian epidermis yang sel – selnya akan mengalami keratinisasi.
2. Sistem pigmentasi, yang berasal dari crista neuralis dan akan memberikan melanosit untuk sintesa
melanin.

Epidermis tersusun atas beberapa jenis sel:


a) Keratinosit
Pembentuk keratin, protein kompleks, tbtk sel2 lap basal yg
membelah diri, bergerak ke permukaan
→ keratin (protein yg tidak larut) → menetap lapisan tanduk
→ keratinisasi (28 - 45 hari)
 Lapis teratas kulit (epidermis) tersusun oleh sel keratinosit
 Terbentuk atas protein keratin
 Keratin mensintesis sitokin cytokinocyt  aktif dlm
proses imunologis
 Melindungi kulit dari antigen eksogen yg berbahaya
2
 Melindungi dari neoantigen endogen pd mutasi sel
 Keratin  protein protektif  lapisan skuama terluar  proteksi stimulus luar
 Keratinosit menerima pigmen dr melanosit  pelindung surya
 Mikroskopis  tersusun atas sel2 eosinofilik
 Ketebalan & arsitektur bervariasi tgt regio

b) Melanosit
 Berasal dari neural crest, janin (8 mg)
 Sel mempunyai dendrit, mensekresi melanin
 Terlihat pd sepanjang str basale
 Nukleus kecil,padat,ovoid
 Sitoplasma pink pucat, ME  elektrolusen
 Mensuplai melanin pd 5-10 keratinosit  tgt regio
 Memiliki dendrit yg menjulur diantara badan sel mengarah ke
keratinosit str granulosum & spinosum
 Memiliki organela sitoplasmik  melanosome  0,3-0,8 um
 aktif membentuk melanin dg bantuan enzim tyrosinase
 Aktif dlm proses donasi  pigmen terdispersi difus  sunscreen endogen
 Letak : lapisan basal, clear cell. Melanosit : keratinosit : 1:4 sp 1:10

c) Sel Langerhans
 Paul Langerhans (1868), normal tersebar diantara sel keratinosit.
 Berasal dari mesenkim, pada janin 14 mg
 Fs : reaksi hipersensitivitas tipe lambat
 Mid str spinosum & di atas melanosit
 HE  tdk tampak  imunohistokimia
 Inti eksentrik, sitoplasma relatif jernih  granula sitoplasma 
Birbeck granules  bentuk cakram, ukuran bervariasi potong
lintang  raket tenis
* Fungsi: sel penyaji antigen pd limfosit T  respon imun selular

d) Sel Merkel
Friedrich Merkel (1875), pada dasar rete ridges, berhubungan dg neurofibril,
sel peraba → reseptor rasa raba.
 Pd vertebrata  neurosensoris
 Berada di sepanjang lapisan sel basal  imunohistokimia
 Mengandung granula neurosekretoris, ukuran bervariasi, terikat pd
membran
 << melanosom & lysosom
 Mengandung perinuclear aggregates

Struktur histologis pada epidermis dapat dibedakan 5 stratum, yaitu:


1) Stratum basale/ stratum pigmentosum/ strarum germinativum
- Satu lapis sel kuboid
- Tegak lurus thd dermis
- Sitoplasma basofilik, inti besar lonjong hitam
- Replikasi kontinyu, 26-42 hr keratinisasi
- paling banyak tampak adanya mitosis sel – sel. Sel – sel lapisan ini berbatasan dengan jaringan
pengikat corium dan berbentuk silindris atau kuboid. Di dalam sitoplasmanya terdapat butir – butir
pigmen.
2) Stratum spinosum
- Paling tebal & kuat
- Mempunyai protoplasma
- yg menonjol spt duri
3
- Kaya ikatan antar sel: desmosome
- Sel > kecil, polygonal
- Lapisan ini bersama dengan stratum basale disebut pula stratum malpighi atau stratum germinativum
karena sel – selnya menunjukkan adanya mitosis sel.
- Sel – sel dari stratum basale akan mendorong sel – sel di atasnya dan berubah menjadi polihedral.
- Sel – sel yang berbentuk polihedral dan pada pemeriksaan dengan mikroskop cahaya pada tepi sel
menunjukkan tonjolan – tonjolan seperti duri – duri. Semula tonjolan – tonjolan tersebut disangka
sebagai jembatan interseluler dengan di dalamnya terdapat tonofibril yang menghubungkan dari sel
yang satu ke sel yang lain.
3) Stratum granulosum
- 1-4 baris sel keratinosit berinti
- Tersusun radial
- Mengandung granula
- keratohyalin biru gelap
- Bentuk sel seperti belah ketupat yang memanjang sejajar permukaan.
- Sel yang terdalam berbentuk seperti sel pada strarum spinosum hanya didalamnya mengandung butir –
butir.
Butir – butir yang terdapat sitoplasma lebih terwarna dengan hematoxylin (butir – butir keratohialin)
yang dapat dikelirukan dengan pigmen. Makin ke arah permukaan butir – butir keratin makin
bertambah disertai inti sel pecah atau larut sama sekali, sehingga sel – sel pada stratum granulosum
sudah dalam keadaan mati.
4) Stratum lucidum
- Tampak sebagai garis bergelombang yang jernih antara stratum granulosum dan stratum corneum.
- Terdiri atas beberapa lapisan sel yang telah gepeng tersusun sangat padat.
- Bagian yang jernih ini mengandung zat eleidin yang diduga merupakan hasil dari keratohialin.
5) Stratum Corneum
- 20-25 lapis sel keratinosit
- Sel tipis, mendatar, tak berinti
- Pelindung
- Pada vola manus dan planta pedis, lapisan ini sangat tebal yang terdiri atas banyak sekali lapisan sel –
sel gepeng yang telah mengalami kornifikasi atau keratinisasi.
- Hubungan antara sel sebagai duri – duri pada stratum spinosum sudah tidak tampak lagi.
- Pada permukaan, lapisan tersebut akan mengelupas (desquamatio) kadang – kadang disebut sebagai
stratum disjunctivu

Dermis
Terdiri atas 2 lapisan yang tidak begitu jelas batasnya, yaitu :
1) Stratum papilare
Merupakan lapisan tipis jaringan pengikat di bawah
epidermis yang membentuk papilla corii. Jaringan
tersebut terdiri atas sel – sel yang terdapat pada
jaringan pengikat longgar dengan serabut kolagen
halus.
2) Stratum reticulare
Lapisan ini terdiri atas jaringan pengikat yang
mengandung serabut – serabut kolagen kasar yang
jalannya simpang siur tetapi selalu sejajar dengan
permukaan. Di dalamnya selain terdapat sel – sel
jaringan pengikat terdapat pula sel khromatofor
yang di dalamnya mangandung butir – butir
pigmen.
Di bawah stratum reticulare terdapat subcutis yang
mengandung glandula sudorifera, bermuara pada epidermis.

Matrix dermis ekstraselular


4
• Dermis tersusun atas protein kolagen
• Sel Fibroblast  sintesis kolagen
• Tipe kolagen: I – XIV
• Tipe I: retikular dermis
• Tipe III: papila dermis
• Tipe IV: dermo-epidermal interface
• Tipe VII: anchoring fibril
• Pd papila dermis: serabut elastin tipis
• Pd retikular dermis: serabut elastin tebal
• Fungsi:penyokong & penentu elastisitas
kulit

5
KULIT TIPIS
Menutupi seluruh bagian tubuh kecuali vola
manus dan planta pedis yang merupakan
kulit tebal. Epidermisnya tipis,sedangkan
ketebalan kulitnya tergantung dari daerah di
tubuh.

Pada dasarnya memiliki susunan yang sama


dengan kulit tebal,hanya terdapat beberapa
perbedaan :
1. Epidermis sangat tipis, terutama
stratum spinosum menipis.
2. Stratum granulosum tidak merupakan
lapisan yang kontinyu.
3. Tidak terdapat stratum lucidium.
4. Stratum corneum sangat tipis.
5. Papila corii tidak teratur susunannya.
6. Lebih sedikit adanya glandula sudorifera.
7. Terdapat folikel rambut dan glandula sebacea.

Subcutis atau Hypodermis


Merupakan jaringan pengikat longgar sebagai lanjutan dari dermis. Demikian pula serabut-serabut
kolagen dan elastisnya melanjutkan ke dalam dermis. Pada daerah-daerah tertentu terdapat jaringan lemak
yang tebal sampai mencapai 3cm atau lebih,misalnya pada perut. Di dalam subcutis terdapat anyaman
pembuluh dan syaraf.

Nutrisi Kulit
Epidermis tidak mengandung pembuluh darah, hingga nutrisinya diduga berasal dari jaringat pengikat di
bawahnya dengan jalan difusi melui cairan jaringan yang terdapat dalam celah-celah di antara sel-sel stratum
Malphigi.

Struktur halus sel-sel epidermis dan proses keratinisasi


Dengan M.E sel-sel dalam stratum Malphigi banyak mengandung ribosom bebas dan sedikit granular
endoplasmic reticulum.Mitokhondria dan kompleks Golgi sangat jarang.Tonofilamen yang terhimpun dalam
berkas sebagai tonofibril didalam sel daerah basal masih tidak begitu pada susunannya.
Di dalam stratum spinosum lapisan teratas, terdapat butir-butir yang di sekresikan dan nembentuk lapisan
yang menyelubungi membran sel yang dikenal sebagai butir-butir selubung membran atau keratinosum dan
mengandung enzim fosfatase asam di duga terlibat dalam pengelupasan stratum corneum.
Sel-sel yang menyusun stratum granulosum berbeda dalam selain dalam bentuknya juga karena didalam
sitoplasmanya terdapat butir-butir sebesar 1-5 mikron di antara berkas tonofilamen,yang sesuai dengan butir-
butir keratohialin dalam sediaan dasar.
Sel-sel dalam stratum lucidium tampak lebih panjang,inti dan organelanya sudah hilang, dan keratohialin
sudah tidak tampak lagi. Sel-sel epidermis yang terdorong ke atas akan kehilangan bentuk tonjolan tetapi
tetap memiliki desmosom.

Sistem pigmentasi atau melanosit


Warna kulit sebagai hasil dari 3 komponen :
a. Kuning disebabkan karena karoten
b. Biru kemerah-merahan karena oksihemoglobin
c. Coklat sampai hitam karena melanin.
- Hanya melanin yang dibentuk di kulit. Melanin mempunyai tonjolan-tonjolan yang terdapat di
stratum Malphigi yang dinamakan melanosit. Melanosit terdapat pada perbatasan epidermis-
epidermis dengan tonjolan-tonjolan sitoplasmatis yang berisi butir-butir, melanin menjalar di antara
sel Malphigi.
- Melanosit tidak memiliki desmosom dengan sel-sel Malphigi.
6
- Jumlah melanosit pada beberapa tempat berlipat seperti misalnya di dapat pada genital, mulut, dan
sebagainya.
- Warna kulit manusia tergantung dari jumlah pigmen yang dihasilkan oleh melanosit dan jumlah yang
di pindahkan ke keratinosit. Butir-butir melanin dibentuk dalam bangunan khusus dalam sel yang
dinamakan melanosom. Melanosom berbentuk ovoid dengan ukuran sekitar 0,2-0,6 mikron. Apabila
dalam epidermis tidak ditemukan melanin akan menyebabkan albino.
- Melanin diduga berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap pengaruh sinar ultraviolet.
- Melanin juga dapat ditemukan pada retina dan dalam melanosit dan melanofor pada dermis.

Hubungan antara Epidermis dan Dermis


Epidermis melekat erat pada dermis dibawahnya karena beberapa hal:
 Adanya papila corii
 Adanya tonjolan-tonjolan sel basal kedalam dermis
 Serabut-serabut kolagen dalam dermis yang berhubungan erat dengan sel basal epidermis.

Apendiks Kulit
Glandula Sudorifera
Bentuk kelenjar keringat ini tubuler simpleks. Banyak terdapat pada kulit tebal terutama pada telapak tangan
dan kaki tiap kelenjar terdiri atas pars sekretoria dan ductus ekskretorius.
1. Pars secretoria terdapat pada subcutis dibawah dermis. Bentuk tubuler dengan bergelung-gelung
ujungnya. Tersusun oleh epitel kuboid atau silindris selapis. Kadang-kadang dalam sitoplasma selnya
tampak vakuola dan butir-butir pigmen. Di luar sel epitel tampak sel-sel fusiform seperti otot-otot polos
yang bercabang-cabang dinamakan: sel mio-epitilial yang diduga dapat berkontraksi untuk membantu
pengeluaran keringat kedalam duktus ekskretorius.
2. Ductus ekskretorius lumennya sempit dan dibentuk oleh epitel kuboid berlapis dua. Kelenjar keringat
ini bersifat merokrin sebagai derivat kelenjar keringat yang bersifat apokrin ialah: glandula axillaris,
glandula circumanale, glandula mammae dan glandula areolaris Montogomer

Glandula Sebacea
Kelenjar ini bermuara pada leher folikel rambut dan sekret
yang dihasilkan berlemak (sebum), yang berguna untuk
meminyaki rambut dan permukaan kulit. Glandula ini
bersifat holokrin. Glandula sebacea biasanya disertai dengan
folikel rambut kecuali pada palpebra, papila mammae, labia
minora hanya terdapat glandula sebacea tanpa folikel
rambut.

Regenerasi Kulit
Dalam regenerasi ini ada 3 lapisan yang diperhitungkan, yaitu epidermis, dermis dan subcutis. Regenerasi
kulit dipengaruhi juga oleh faktor usia, dimana semakin muda, semakin bagus regenerasinya.

MM Fisiologi Kulit
2.1 Fungsi Kulit
1. Fungsi Proteksi
Kulit punya bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan penunjang yang dapat melindungi tubuh
dari gangguan :
 fisis/ mekanis : tekanan, gesekan, tarikan
7
 kimiawi : iritan seperti lisol, karbil, asam, alkali kuat
 panas : radiasi, sengatan sinar UV
 infeksi luar : bakteri, jamur

Beberapa macam perlindungan :


 Melanosit => lindungi kulit dari pajanan sinar matahari dengan mengadakan tanning
(penggelapan kulit)
 Stratum korneum impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air.
 Keasaman kulit kerna ekskresi keringat dan sebum => perlindungan kimiawo terhadap infeksi
bakteri maupun jamur
 Proses keratinisasi => sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel mati melepaskan diri secara
teratur.
2. Fungsi Absorpsi => permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut
mengambil fungsi respirasi. Kemampuan absorbsinya bergantung pada ketebalan kulit, hidrasi,
kelembaban, metabolisme, dan jenis vehikulum. PEnyerapan dapat melalui celah antar sel,
menembus sel epidermis, melalui muara saluran kelenjar.
3. Fungsi Ekskresi => mengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti NaCl, urea, asam
urat, dan amonia. Pada fetus, kelenjar lemak dengan bantuan hormon androgen dari ibunya
memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya dari cairan amnion, pada waktu lahir ditemui
sebagai Vernix Caseosa.
4. Fungsi Persepsi => kulit mengandung ujung saraf sensori di dermis dan subkutis. Saraf sensori
lebih banyak jumlahnya pada daerah yang erotik.
 Badan Ruffini di dermis dan subkutis => peka rangsangan panas
 Badan Krause di dermis => peka rangsangan dingin
 Badan Taktik Meissner di papila dermis => peka rangsangan rabaan
 Badan Merkel Ranvier di epidermis => peka rangsangan rabaan
 Badan Paccini di epidemis => peka rangsangan tekanan
5. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi) => dengan cara mengeluarkan keringat dan
mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya pembuluh darah sehingga
mendapat nutrisi yang baik. Tonus vaskuler dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada
bayi, dinding pembuluh darah belum sempurna sehingga terjadi ekstravasasi cairan dan membuat
kulit bayi terlihat lebih edematosa (banyak mengandung air dan Na).
6. Fungsi Pembentukan Pigmen => karena terdapat melanosit (sel pembentuk pigmen) yang terdiri
dari butiran pigmen (melanosomes).
7. Fungsi Keratinisasi => Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan, sel basal
yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel
makin menjadi gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti makin
menghilang dan keratinosit menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung 14-21 hari dan
memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
8. Fungsi Pembentukan Vitamin D => kulit mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan
sinar matahari. Tapi kebutuhan vit D tubuh tidak hanya cukup dari hal tersebut. Pemberian vit D
sistemik masih tetap diperlukan.

Warna kulit
Warna kulit sangat beragam, dari yang berwarna putih mulus, kuning, coklat, kemerahan atau hitam. Setiap
warna kulit mempunyai keunikan tersendiri yang jika dirawat dengan baik dapat menampilkan karakter yang
menarik. Warna kulit terutama ditentukan oleh :
1) Oxyhemoglobin yang berwarna merah
2) Hemoglobin tereduksi yang berwarna merah kebiruan
3) Melanin yang berwarna coklat
4) Keratohyalin yang memberikan penampakan opaque pada kulit, serta
5) Lapisan stratum corneum yang memiliki warna putih kekuningan atau keabu-
6) abuan.

8
Dari semua bahan-bahan pembangun warna kulit, yang paling menentukan warna kulit adalah pigmen
melanin. Banyaknya pigmen melanin di dalam kulit ditentukan oleh faktor-faktor ras, individu, dan lingkungan.
Melanin dibuat dari tirosin sejenis asam amino dan dengan oksidasi, tirosin diubah menjadi butir-butir melanin
yang berwarna coklat, serta untuk proses ini perlu adanya enzim tirosinase dan oksigen. Oksidasi tirosin menjadi
melanin berlangsung lebih lancar pada suhu yang lebih tinggi atau di bawah sinar ultra violet. Jumlah, tipe,
ukuran dan distribusi pigmen melanin ini akan menentukan variasi warna kulit berbagai golongan ras atau
bangsa di dunia. Proses pembentukan pigmen melanin kulit terjadi pada butir-butir melanosom yang dihasilkan
oleh sel-sel melanosit yang terdapat di antara sel-sel basal keratinosit di dalam lapisan benih.

Jenis kulit
Upaya untuk perawatan kulit secara benar dapat dilakukan dengan terlebih dahulu harus mengenal jenis-
jenis kulit dan ciri atau sifat-sifatnya agar dapat menentukan cara-cara perawatan yang tepat, memilih kosmetik
yang sesuai, menentukan warna untuk tata rias serta untuk menentukan tindakan koreksi baik dalam perawatan
maupun dalam tata rias. Kulit yang sehat memiliki ciri :
1) Kulit memiliki kelembaban cukup, sehingga terlihat basah atau berembun
2) Kulit senantiasa kenyal dan kencang
3) Menampilkan kecerahan warna kulit yang sesungguhnya
4) Kulit terlihat mulus, lembut dan bersih dari noda, jerawat atau jamur
5) Kulit terlihat segar dan bercahaya
6) Memiliki sedikit kerutan sesuai usia.

Pada umumnya jenis kulit manusia dapat dikelompokkan menjadi :

1) Kulit Normal
Kulit normal cenderung mudah dirawat. Kelenjar minyak (sebaceous gland) pada kulit normal
biasanya ‘tidak bandel’, karena minyak (sebum) yang dikeluarkan seimbang, tidak berlebihan ataupun
kekurangan. Meski demikian, kulit normal tetap harus dirawat agar senantiasa bersih, kencang, lembut dan
segar. Jika tidak segera dibersihkan, kotoran pada kulit normal dapat menjadi jerawat. Selain itu kulit yang
tidak terawat akan mudah mengalami penuaan dini seperti keriput dan tampilannya pun tampak lelah.
Ciri-ciri kulit normal adalah kulit lembut, lembab berembun, segar dan bercahaya, halus dan mulus,
tanpa jerawat, elastis, serta tidak terlihat minyak yang berlebihan juga tidak terlihat kering. Meskipun jika
dilihat sepintas tidak bermasalah, kulit normal tetap harus dijaga dan dirawat dengan baik, karena jika tidak
dirawat, kekenyalan dan kelembaban kulit normal akan terganggu, terjadi penumpukan kulit mati dan
kotoran dapat menyebabkan timbulnya jerawat.
2) Kulit Berminyak
Kulit berminyak banyak dialami oleh wanita di daerah tropis. Karena pengaruh hormonal, kulit berminyak
biasa dijumpai pada remaja puteri usia sekitar 20 tahunan, meski ada juga pada wanita usia 30-40 tahun
yang mengalaminya. Penyebab kulit berminyak adalah karena kelenjar minyak (sebaceous gland) sangat
produktif, hingga tidak mampu mengontrol jumlah minyak (sebum) yang harus dikeluarkan. Sebaceaous
gland pada kulit berminyak yang biasanya terletak di lapisan dermis, mudah terpicu untuk bekerja lebih
aktif. Pemicunya dapat berupa faktor internal atau faktor eksternal, yaitu :
A. Faktor internal meliputi :
a) Faktor genetis : anak dari orang tua yang memiliki jenis kulit berminyak, cenderung akan memiliki
kulit berminyak pula.
b) Faktor hormonal : hormon manusia sangat mempengaruhi produksi keringat. Karena itulah pada
wanita yang sedang menstruasi atau hamil akan lebih sering berkeringat. Selain itu stres dan
banyak gerak juga dapat menjadi pemicu keringat berlebihan.
B. Faktor eksternal meliputi :
a) Udara panas atau lembab.
b) Makanan yang dapat merangsang keluarnya keringat seperti makanan yang terlalu pedas baik
karena cabai atau merica, makanan yang terlalu asin, makanan yang berbumbu menyengat seperti
bawang putih, makanan yang terlalu berminyak serta makanan dan minuman yang terlalu panas.
Kulit berminyak memerlukan perawatan khusus dibandingkan kulit normal. Pada jenis kulit ini,

9
minyak berlebihan yang dibiarkan akan menjadi media yang baik bagi pertumbuhan bakteri yang
pada saat selanjutnya akan menjadi jerawat, radang atau infeksi.

Merawat kulit berminyak bukan berarti membuat kulit benarbenar bebas minyak, karena minyak pada
kulit tetap diperlukan sebagai alat pelindung alami dari sengatan sinar matahari, bahanbahan kimia yang
terkandung dalam kosmetika maupun terhadap polusi. Yang perlu dilakukan adalah menjaga agar kadar
sebum tetap seimbang dan kulit tetap dalam keadaan bersih agar bakteri penyebab jerawat dapat
terhambat. Memiliki jenis kulit berminyak, memiliki kelebihan yaitu membantu menjaga kelembaban
lapisan dermis hingga memper-lambat timbulnya keriput.
Ciri-ciri kulit berminyak yaitu : minyak di daerah T tampak berlebihan, tekstur kulit tebal dengan pori-
pori besar hingga mudah menyerap kotoran, mudah berjerawat, tampilan wajah berkilat, riasan wajah
seringkali tidak dapat melekat dengan baik dan cepat luntur serta tidak mudah timbul kerutan.
3) Kulit Kering
Kulit kering memiliki karakteristik yang cukup merepotkan bagi pemiliknya, karena pada umumnya
kulit kering menimbulkan efek yang tidak segar pada kulit, dan kulitpun cenderung terlihat berkeriput. Kulit
kering memiliki kadar minyak atau sebum yang sangat rendah dan cenderung sensitif, sehingga terlihat
parched karena kulit tidak mampu mempertahankan kelembabannya. Ciri dari kulit kering adalah kulit
terasa kaku seperti tertarik setelah mencuci muka dan akan mereda setelah dilapisi dengan krim pelembab.
Kondisi kulit dapat menjadi lebih buruk apabila terkena angin, perubahan cuaca dari dingin ke panas atau
sebaliknya. Garis atau kerutan sekitar pipi, mata dan sekitar bibir dapat muncul dengan mudah pada wajah
yang berkulit kering. Berbagai faktor yang menjadi penyebab kulit menjadi kering, diantaranya :
a. Faktor genetic
Faktor genetik merupakan kondisi bawaan seseorang, termasuk kondisi kulit wajah yang kering.
b. Kondisi struktur kulit
Kondisi kelenjar minyak yang tidak mampu memberi cukup lubrikasi untuk kulit, menimbulkan dehidrasi
pada kulit.
c. Pola makan
Pola makan yang buruk, kekurangan nutrisi tertentu seperti vitamin A dan vitamin B merupakan salah
satu pemicu kulit menjadi kering.
d. Faktor lingkungan
Pengaruh lingkungan seperti terpapar sinar matahari, angin, udara dingin, radikal bebas atau paparan
sabun yang berlebihan saat mandi atau mencuci muka pun akan sangat berpengaruh pada
pembentukan kulit kering
e. Penyakit kulit
Kondisi lainnya yang sangat berpeluang menjadi penyebab kulit kering adalah karena kulit terserang
penyakit tertentu seperti eksim, psoriasis dan sebagainya. Kulit kering merupakan bentuk lain dari
tanda tidak aktifnya kelenjar thyroid dan komplikasi pada penderita diabetes. Kulit kering terjadi jika
keseimbangan kadar minyak terganggu. Pada kulit berminyak terjadi kelebihan minyak dan pada kulit
kering justru kekurangan minyak. Kandungan lemak pada kulit kering sangat sedikit,sehingga mudah
terjadi penuaan dini yang ditandai keriput dan kulit terlihat lelah serta terlihat kasar. Kulit kering
memerlukan perawatan yang bersifat pemberian nutrisi agar kadar minyak tetap seimbang dan kulit
dapat selalu terjaga kelembabannya.
Kulit kering memiliki ciri-ciri : kulit halus tetapi mudah menjadi kasar, mudah merekah dan terlihat
kusam karena gangguan proses keratinisasi kulit ari, tidak terlihat minyak berlebihan di daerah T yang
disebabkan oleh berkurangnya sekresi kelenjar keringat dan kelenjar palit atau kelenjar minyak. Ciri lainnya
yaitu mudah timbul kerutan yang disebabkan oleh menurunnya elastisitas kulit dan berkurangnya daya
kerut otot-otot, mudah timbul noda hitam, mudah bersisik, riasan yang dikenakan tidak mudah luntur,
reaktivitas dan kepekaan dinding pembuluh darah terhadap rangsangan-rangsangan berkurang sehingga
peredaran darah tidak sempurna dan kulit akan tampak pucat, suram dan lelah.
4) Kulit Sensitif
Diagnosis kulit sensitif didasarkan atas gejala-gejala penambahan warna, dan reaksi cepat terhadap
rangsangan. Kulit sensitif biasanya lebih tipis dari jenis kulit lain sehingga sangat peka terhadap hal-hal yang
bisa menimbulkan alergi (allergen). Pembuluh darah kapiler dan ujung saraf pada kulit sensitif terletak
sangat dekat dengan permukaan kulit. Jika terkena allergen, reaksinya pun sangat cepat. Bentuk-bentuk
reaksi pada kulit sensitif biasanya berupa bercak merah, gatal, iritasi hingga luka yang jika tidak dirawat
secara baik dan benar akan berdampak serius. Warna kemerahan pada kulit sensitif disebabkan allergen
10
memacu pembuluh darah dan memperbanyak aliran darah ke permukaan kulit. Berdasarkan sifatnya tadi,
perawatan kulit sensitif ditujukan untuk melindungi kulit serta mengurangi dan menanggulangi iritasi.
Kulit sensitif seringkali tidak dapat diamati secara langsung, diperlukan bantuan dokter kulit atau
dermatolog untuk memeriksanya dalam tes alergi-imunologi. Dalam pemeriksaan alergi, biasanya pasien
akan diberi beberapa allergen untuk mengetahui kadar sensitivitas kulit. Kulit sensitif memiliki ciri-ciri
sebagai berikut : mudah alergi, cepat bereaksi terhadap allergen, mudah iritasi dan terluka, tekstur kulit
tipis, pembuluh darah kapiler dan ujung saraf berada sangat dekat dengan permukaan kulit sehingga kulit
mudah terlihat kemerahan. Faktor-faktor yang dapat menjadi allergen bagi kulit sensitif antara lain :
makanan yang pedas dan berbumbu tajam, kafein, nikotin dan minuman beralkohol, niasin atau vitamin B3,
kandungan parfum dan pewarna dalam kosmetika, sinar ultraviolet dan gangguan stres. Kulit sensitif
berbeda dengan kulit reaktif. Meski timbul bercak kemerahan atau gatal-gatal akibat penggunaan
kosmetika tertentu, belum tentu menjadi gejala atau tanda kulit sensitif. Kemungkinan bercak kemerahan
tadi hanya menandakan iritasi ringan, yang akan hilang sendiri. Kulit reaktif seperti ini dapat menjadi
sensitif jika iritasi kemudian meluas dan sukar sembuh. Untuk membedakannya perlu dilakukan tes alergi-
imunologi oleh dokter kulit.

5) Kulit Kombinasi atau Kulit Campuran

Faktor genetis menyebabkan kulit kombinasi banyak ditemukan di Asia. Banyak wanita timur
terutama di daerah tropis yang memiliki kulit kombinasi : kering-berminyak atau normal-berminyak. Pada
kondisi tertentu kadang dijumpai kulit sensitif-berminyak. Kulit kombinasi terjadi jika kadar minyak di wajah
tidak merata. Pada bagian tertentu kelenjar keringat sangat aktif sedangkan daerah lain tidak, karena itu
perawatan kulit kombinasi memerlukan perhatian khusus. Area kulit berminyak dirawat dengan perawatan
untuk kulit berminyak dan di area kulit kering atau normal dirawat sesuai dengan jenis kulit tersebut. Kulit
kombinasi atau kulit campuran memiliki ciri-ciri sebagai berikut : kulit di daerah T berminyak sedangkan di
daerah lain tergolong normal atau justru kering atau juga sebaliknya. Di samping itu tekstur kulit sesuai
jenisnya yakni di area kulit berminyak akan terjadi penebalan dan di area normal atau kering

Definisi
Kelainan kulit yang dapat dilihat dengan mata telanjang (secara obyektif), dan bila perlu dapat
diperiksa dengan perabaan

Dibagi :
* Efloresensi primer
* Efloresensi sekunder

Efluoresensi Primer

 Makula  Bula
 Papula  Pustula
 Plaque (plakat)  Purpura
 Nodul  Kista
 Urtika  Teleangiektasis
 Papiloma  Komedo
 Vesikel

 MAKULA
Perubahan warna kulit yang tegas dengan ukuran dan
bentu bervariasi tanpa disertai perubahan konsistensi
dan permukaannya. Makula berukuran < 1 cm, jika > 1
cm : patch

 PAPULA
Penonjolan kulit yang solid dengan diameter < 1 cm dan bagian
terbesarnya berada diatas permukaan kulit .
11
 PLAQUE
Kelainan kulit seperti papula dgn permukaan datar & diameter > 1 cm
Plak dapat terjadi karena perluasan suatu papula, tetapi juga
dapat karena gabungan dari beberapa papula

 NODUL
Penonjolan pada kulit berbatas tegas, letaknya dalam, diameternya
> 1 cm .

 URTIKA
Penonjolan kulit dengan batas tegas, timbulnya cepat dan
hilangnya juga cepat. Biasanya berwana kemerahan dan
pucat di bagian tengah .

 PAPILOMA
Penonjolan kulit yang berbentuk seperti jari-jari tangan yang
disebabkan karena meningginya papilla dermis dan ditutupi oleh
epidermis yang mengalami hiperplasi.

 VESIKEL
Penonjolan kulit berbatas tegas, berisi cairan &
diameternya < 1 cm. Bila pecah menjadi Erosi, bila
bergabung menjadi Bula.

 BULA
Penonjolan kulit berbatas tegas, seperti vesikel dengan ukuran > 1 cm

 PUSTULA
Penonjolan kulit berbatas tegas, diameter < 1 cm,
berisi cairan pus/ nanah.

 PURPURA
Perubahan warna kulit menjadi kemerahan yang terjadi karena
perdarahan di dalam kulit.
Berdasarkan diameter :
12
a. Petechie :<1 cm
b. Echymosis :>1 cm
Tes : Diaskopi

 KISTA
Suatu rongga yang dibatasi oleh epitel dan di
dalamnya berisi massa cair atau solid.

 Teleangiektasis
Terjadinya pelebaran pembuluh darah kapiler, venulae, atau arteriole
yang nampak pada permukaan
kulit .

 KOMEDO
Penonjolan kulit karena adanya pelebaran
infundibulum folikel rambut yang terisi masa
keratin, sebum & mikroorganisme ttt.

Efluoresensi Sekunder

 Skuama
 Krusta
 Erosi
 Ulkus
 Ekskoriasi
 Fisura
 Atrofi
 Sikatriks
 Sklerosis
 Likenifikasi
 Sinus
 Abses
 Kunikulus

13
 SKUAMA

Stratum korneum yang terkelupas dan tampak pada


permukaan . Dapat kering/ berminyak, tipis/ tebal,
warna putih keabuan kuning coklat .

 KRUSTA

Bahan cair, eksudat, darah atau serum maupun jaringan nekrotik yang
mengering .

 EROSI
Defek pada sebagian atau seluruh
epidermis tetapi tidak sampai pada
membrana basalis, sehingga pada proses
penyembuhannya tidak meninggalkan bekas
sikatrik .
 ULKUS
Defek yang mengenai seluruh
epidermis dan melebihi membrana basalis, bahkan mungkin
sampai dermis atau subkutis, sehingga pada proses
penyembuhannya sering meninggalkan sikatriks .

 EKSKORIASI
Hilangnya jaringan sampai dengan
stratum papilare

 FISURA
Retakan kulit/ defek linier yang dapat mulai dari permukaan sampai
lapisan dermis .

 ATROFI
Penipisan kulit, baik epidermis maupun dermis. Kulit
yang mengalami atropi tanpak mengkilat, putih,
dengan gambaran permukaan yang hilang, mengkerut
& tidak
mempunyai
adneksa lagi.

14
 SIKATRIKS
Pembentukan jaringan baru yang sifatnya lebih banyak mengandung jaringan ikat untuk
mengganti jaringan yang rusak akibat penyakit atau trauma pada dermis yang lebih dalam

 SKLEROSIS
Mengerasnya kulit yang hanya dapat ditemukan dengan palpasi

 LIKENIFIKASI
Penebalan kulit yang ditandai dengan penegasan
gambaran garis-garis permukaan kulit baik
longitudinal maupun transfersal, biasanya disertai
hiperpigmentasi. Proses likenifikasi terjadi sebagai
akibat garukan
kronis dan hebat.

 SINUS
Saluran yang dibatasi oleh epitel dan bermuara pada kulit.

 ABSES
Kumpulan pus pada jaringan yang
terlokalisir

 KUNIKULUS
Suatu lorong yang terdapat pada stratum korneum atau stratum
spinosum, yang biasanya terjadi karena adanya infestasi larva
suatu parasit tertentu .

KONFIGURASI LESI

 Diskret : tersebar satu- satu/ terpisah dari yang lain


 Unilateral : mengenai sebelah badan
 Universalis : mengenai hampir seluruh tubuh

15
 Generalisata : tersebar hampir seluruh tubuh (90-100%)
 Herpetiformis : vesikel berkelompok spt pd herpes zoster
 Anuler/ Sirsinar : seperti lingkaran
 Linier, arkuata : seperti garis lurus
 Arsiner : seperti bulan sabit
 Serpiginosa : proses menjalar ke satu jurusan diikuti penyembuhan pd bagian yg
ditinggalkan
 Konfluens : dua atau lebih lesi yang menjadi satu

BATAS LESI
 Sirkumskripta : Batas tegas

 Difus : Batas tidak tegas

 Batas tepi meninggi

 Batas tepi aktif

UKURAN LESI
 Milier : sebesar kepala jarum pentul

 Lentikuler : sebesar biji jagung

 Numuler : sebesar uang logam 100 rupiah

Memahami dan Menjelaskan Dermatomikosis


1.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Dermatomikosis
Dermatomikosis adalah penyakit pada kulit, kuku, rambut, dan mukosa yang disebabkan infeksi jamur
(Madani, 2000). Dermatomikosis mempunyai arti umum, yaitu semua penyakit jamur yang menyerang kulit
(Buldimulja, 2007).
1.2 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Dermatomikosis
A. Dermatofitosis
Dermatofitosis adalah penyakit jamur pada jaringan yang menjadi zat tanduk, seperti kuku, rambut, dan
sratum korneum pada epidermis yang disebabkan oleh jamur dermatofita (Mawarli, 2000).
Dermatofitosis (Tinea) adalah infeksi jamur dermatofit ( species microsporum, trichophyton, dan
epidermophyton) yang menyerang epidermis bagian superfisial (stratum korneum), kuku dan rambut.
Microsporum menyerang rambut dan kulit. Trichophyton menyerang rambut, kulit dan kuku.
Epidermophyton menyerang kulit dan jarang kuku (Sutomo, 2007). Menurut Emmons, 1994 (dalam Juanda,
2005) dermatofita penyebab dermatofitosis. Golongan jamur ini bersifat mencernakan keratin, dermatifita
termasuk kelas fungi imperfecti. Gambaran klinik jamur dermatofita menyebabkan beberapa bentuk klinik
yang khas, satu jenis dermatofita menghasilkan klinis yang berbeda tergantung lokasi anatominya. Bentuk –
Bentuk gejala klinis Dermatofitosis
a) Tinea Kapitis
Adalah kelainan kulit pada daerah kepala rambut yang disebabkan jamur golongan dermatofita.
Disebabkan oleh species dermatofita trichophyton dan microsporum . Gambaran klinik keluhan
penderita berupa bercak pada kepala, gatal sering disertai rambut rontok ditempat lesi. Diagnosis
ditegakkan berdasar gambaran klinis, pemeriksaan lampu wood dan pemeriksaan mikroskopis dengan
KOH, pada pemeriksaan mikroskopis terlihat spora diluar rambut atau didalam rambut. Pengobatan
pada anak peroral griseofulvin 10-25 mg/kg BB perhari, pada dewasa 500 mg/hr selama 6 minggu.
16
b) Tinea Favosa
Adalah infeksi jamur kronis terutama oleh trychophiton schoen lini, trychophithon violaceum, dan
microsporum gypseum. Penyakit ini mirip tinea kapitis yang ditandai oleh skutula warna kekuningan bau
seperti tikus pada kulit kepala, lesi menjadi sikatrik alopecia permanen. Gambaran klinik mulai dari
gambaran ringan berupa kemerahan pada kulit kepala dan terkenanya folikel rambut tanpa kerontokan
hingga skutula dan kerontokan rambut serta lesi menjadi lebih merah dan luas kemudian terjadi
kerontokan lebih luas, kulit mengalami atropi sembuh dengan jaringan parut permanen. Diagnosis
dengan pemeriksaan mikroskopis langsung, prinsip pengobatan tinea favosa sama dengan pengobatan
tinea kapitis, hygiene harus dijaga.
c) Tinea Korporis
Adalah infeksi jamur dermatofita pada kulit halus (globurus skin) di daerah muka, badan, lengan dan
glutea. Penyebab tersering adalah T. rubrum dan T. mentagropytes. Gambaran klinik biasanya berupa
lesi terdiri atas bermacam-macam efloresensi kulit, berbatas tegas dengan konfigurasi anular, arsinar,
atau polisiklik, bagian tepi lebih aktif dengan tanda peradangan yang lebih jelas. Daerahsentral biasanya
menipis dan terjadi penyembuhan, sementara tepi lesi meluas sampai ke perifer. Kadang bagian
tengahnya tidak menyembuh, tetapi tetap meninggi dan tertutup skuama sehingga menjadi bercak yang
besar. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinik dan lokalisasinya serta kerokan kulit dengan
mikroskop langsung dengan larutan KOH 10-20% untuk melihat hifa atau spora jamur. Pengobatan
sistemik berupa griseofulvin 500 mg sehari selama 3-4 minggu, itrakenazol 100mg sehari selama 2
minggu, obat topikal salep whitfield.
d) Tinea Imbrikata
Adalah penyakit yang disebabkan jamur dermatofita yang memberikan gambaran khas berupa lesi
bersisik yang melingkar-lingkar dan gatal. Disebabkan oleh dermatofita T. concentricum. Gambaran
klinik dapat menyerang seluruh permukaan kulit halus, sehingga sering digolongkan dalam tinea
korporis. Lesi bermula sebagai makula eritematosa yang gatal, kemudian timbul skuama agak tebal
terletak konsensif dengan susunan seperti genting, lesi tambah melebar tanpa meninggalkan
penyembuhan dibagian tangahnya. Diagnosis berdasar gambaran klinis yang khas berupa lesi konsentris.
Pengobatan sistemik griseofulvin 500 mg sehari selama 4 minggu, sering kambuh setelah pengobatan
sehingga memerlukan pengobatan ulang yang lebih lama, ketokonazol 200 mg sehari, obat topikal tidak
begitu efektif karena daerah yang terserang luas.
e) Tinea Kruris
Adalah penyakit jamur dermatifita didaerah lipat paha, genitalia dan sekitar anus, yang dapat meluas
kebokong dan perut bagian bawah. Penyebab E. floccosum, kadang-kadang disebabkan oleh T. rubrum.
Gambaran klinik lesi simetris dilipat paha kanan dan kiri mula-mula lesi berupa bercak eritematosa, gatal
lama kelamaan meluas sehingga dapat meliputi scrotum, pubis ditutupi skuama, kadang-kadang disertai
banyak vesikel kecil-kecil. Diagnosis berdasar gambaran klinis yang khas dan ditemukan elemen jamur
pada pemeriksaan kerokan kulit dengan mikroskopis langsung memakai larutan KOH 10-20%.
Pengobatan sistemik griseofulvin 500 mg sehari selama 3-4 minggu, ketokonazol, obat topikal salp
whitefield, tolsiklat, haloprogin, siklopiroksolamin, derivat azoldan naftifin HCL.
f) Tinea Manus et Pedis
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita didaerah kilit telapak tangan dan
kaki, punggung tangan dan kaki, jari-jari tangan dan kaki serta daerah interdigital. Penyebab tersering T.
rubrum, T. mentagrophytes, E. floccosum. Gambaran klinik ada 3 bentuk klinis yang sering dijumpai
yaitu:
a. Bentuk intertriginosa berupa maserasi, deskuamasi, dan erosi pada sela jari tampak warna
keputihan basah terjadi fisura terasa nyeri bila disentuh, lesi dapat meluas sampai ke kuku dan kulit
jari. Pada kaki lesi sering mulai dari sela jari III, IV dan V.
b. Bentuk vesikular akut ditandai terbentuknya vesikula-vesikula dan bila terletak agak dalam
dibawah kulit sangat gatal, lokasi yang yang sering adalah telapak kaki bagian tengah melebar serta
vesikulanya memecah.
17
c. Bentuk moccasin foot pada bentuk ini seluruh kaki dan telapak tepi sampai punggung kaki terlihat
kulit menebal dan berskuama, eritema biasanya ringan terutama terlihat pada bagian tepi lesi.
Diagnosis ditegakkan berdasar gambaran klinik dan pemeriksaan kerokan kulit dengan larutan KOH
10-20% yang menunjukkan elemen jamur. Pengobatan cukup topikal saja dengan obat-obat anti
jamur untuk interdigital dan vesikular selama 4-6 minggu.
g) Tinea unguium
Adalah kelainan kuku yang disebabkan infeksi jamur dermatofita. Penyebab tersering adalah T.
mentagrophites, T. rubrum. Gambaran klinik biasanya menyertai tinea pedis atau manus penderita
berupa kuku menjadi rusak warna menjadi suram tergantung penyebabnya, distroksi kuku mulai dari
dista, lateral, ataupun keseluruhan. Diagnosis ditegakkan berdasar gejala klinis pada pemeriksaan
kerokan kuku dengan KOH 10-20 % atau biakan untuk menemukan elemen jamur. Pengobatan infeksi
kuku memerlukan ketekunan, pengertian kerjasama dan kepercayaan penderita dengan dokter karena
pengobatan sulit dan lama. Pemberian griseofulvin 500 mg sehari selama 3-4 bulan untuk jari tangan
untuk jari kaki 9-12 bulan. Obat topical dapat diberikan dalam bentuk losion atau crim.
h) Kandidiasis
Adalah suatu penyakit kulit akut atau subakut, disebabkan jamur intermediate yang menyerang kulit,
kuku, selaput lendir dan alat-alat dalam. Penyebab jamur golongan candida yang patogen dan
merupakan kandidiasis adalah candida albicans. Gambaran klinik berbentuk kandidiasis sistemik dan
lokal, kandidiasis lokal terdiridari:
a. Kandidiasis oral dimana kelainan ini sering terjadi pada bayi berupa bercak putih seperti membran
pada mukosa mulut dan lidah bila membran tersebut diangkat tampak dasar kemerahan dan erosif.
b. Perleche berupa retakan sudut mulut, pedih dan nyeri bila tersentuh makanan atau air.
c. Kandidiasis vaginal kelainan berupa bercak putih diatas mukosa yang eritematosa erosif, mulai dari
servik sampai introitus vagina, didapatkan fluor albus putihkekuningan disertai semacam butiran
tepung kadan seperti susu pecah terasa gatal serta dispareuni karena ada erosi.
d. Balanitis biasanya terjadi pada laki-laki yang tidak sunat, terasa gataldisertai timbulnya membran
atau bercak putih pada gland penis.

Kandidiasis kulit terdiri dari:


a. Kandidiasis intertriginosa sering terjadi pada orang gemuk menyerang lipatan kulit yang besar
seperti inguinal, aksila, lipat payudara, yang khas adalah bercakkemerahan agak lebar dengan
dikelilingi oleh lesi-lesi satelit.
b. Kandidiasis kuku infeksi jamur pada kuku dan jaringan sekitar terasa nyeri dan peradangan sekitar,
kuku rusak dan menebal lesi berwarna kehijauan.
c. Kandidiasis granulomatosa bentuk ini jarang dijumpai, manifestasi berupa granuloma terjadi akibat
penumpukan krusta serta hipertropi setempat, biasa terdapat dikepala atau ektremitas. (d) Kandidid
adalah suatu alergi terhadap elemen jamur atau metabolit candida SSP.

Diagnosis dengan pemeriksaan langsung kerokan kulit atau usap mukokutan dengan larutan KOH 10%
atau pewarnaan gram yang terlihat sel ragi, blastospora atau hifa semu. Pengobatan kandidiasis kulit
dan kandidiasis selaput lendir yang lokal dengan memberi obat anti jamur topikal. Pengobatan
kandidiasis oral berupa lozenges atau oral gel yang mengandung nistatin atau mikonazole, pengobatan
kandidiasis vaginal obat yang dipakai adalh preparat khusus intravaginal yang mengandung imidasol
selama 1-5 hari, terapi oral juga diberikan 1-5 hari.
B. Non Dermatofitosis
a) Pitiriasis versikolor (Panau)
Adalah penyakit jamur superfisial yang kronik biasanya tidak memberikan keluhan subjektif berupa
bercak skuama halus warna putih sampai coklat hitam, meliputi badan kadang-kadang menyerang
18
ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka, kulit kepala yang berambut. Menurut Ballon (1889
dalam Juanda 2005) Disebabkan oleh malassezia furfur robin. Gambaran klinik kelainan terlihat bercak-
bercak warna warni, bentuk teratur sampai tidak teratur batas jelas sampai difus kadang penderita
merasa gatal ringan. Diagnosis pada sediaan langsung kerokan kulit dengan larutan KOH 20 % terlihat
campuran hifa pendek dan spora-spora bulat yang dapat berkelompok. Pengobatan harus dilakukan
menyeluruh tekun dan konsisten. Obat yang dapat dipakai suspensi selenium sulfida ( selsun ) dipakai
sebagai sampo 2-3x seminggu. Obat lain derivat azol misal mikonazole, jika sulit disembuhkan
ketokonazole dapat dipertimbangkan dengan dosis 1x 200 mg sehari selama 10 minggu.
(http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-epimulyani-6151-2-bab2.pdf)

3. MM. Dermatofitosis
3.1 Definisi
DERMATOFITOSIS : penyakit jamur pada jaringan yang mengandung keratin seperti: kuku, rambut
& stratum korneum pada epidermis, yg disebabkan oleh jamur dermatofita.
3.2 Etiologi
1. Genus Microsporum: M. canis menyerang kulit dan rambut
2. Genus Trichophyton :
 T. schoenleini,
 T. rubrum,
 T. concentricum  menyerang kulit, rambut dan kuku
3. Genus Epidermophyton : E. flocosum menyerang kulit saja

Menjelaskan etiopatogenesis dermatomikosis

Menurut Petrus 2005 & Utama 2004 faktor yang mempengaruhi adalah udara yang lembab, lingkungan yang
padat, sosial ekonomi yang rendah, adanya sumber penularan disekitarnya, obesitas, penyakit sistemik,
penggunaan obat antibiotik, steroid, sitostatika yang tidak terkendali.

Ada 3 (tiga) cara penularan pada dermatofitosis, yaitu :


a) Antropofilik (dari manusia ke manusia)
Spesies antropofilik ( E. floccosum, M. audouinii, M. ferrugineum, T. mentagrophytes var. interdigitale = T.
interdigitale, T. rubrum, T. tonsurans) mengakibatkan reaksi radang ringan dan kronis/kambuh - kambuhan.
b) Zoofilik (dari binatang ke manusia)
Spesies Zoofilik (M. Canis pada anjing dan kucing, T. Mentagrophytes var. Mentagrophytes = T.
Mentagrophytes pada binatang engerat) mengakibatkan reaksi radang hebat/akut, sembuh jarang kambuh.
c) Geofilik (dari tanah ke manusia)
Spesies Geofilik ( M. Gypseum) mengakibatkan reaksi radang hebat/akut,
Reaksi peradangan tergantung pada : Tempat infeksi, imunitas penderita, rambut halus (velus) folikelnya sebagai
reservoir hingga sering kambuh. Terjadi hanya di lapisan keratin oleh karena adanya serum sebagai faktor
penghambat jamur dermatofita memasuki ruangan ekstravaskuler yang berfungsi melindungi jaringan sehingga
mencegah penetrasi ke lapisan lebih dalam.
Faktor predisposisi : Higiene sanitasi jelek, kelembaban, daerah tropis panas, faktor penyebab maserasi
di pelipatan, sakit berat dan lama, penderita diabetes mellitus, neurodermatitis, leukorrhoe, obesitas

19
3.4 Klasifikasi
1. Tinea kapitis : kulit dan rambut kepala
Grey patch Kerion Black dot
M. canis,
M. gypseum, T. tonsurans,
Etio M. canis, M. audouini
T. tonsurans, T. violaceum
T. violaceum
- papul merah sekitar
- radang berat - rambut patah tepat di muara
rambut, melebar, bercak
seperti sarang folikel
Klnis pucat berskuama
lebah - ujung rambut penuh spora 
- rambut abu-abu, suram,
2. - alopesia hitam (black dot) Tinea
mudah patah, alopesia
WL : hijau kekuningan,
Lab. hifa panjang, - -
spora
barbae : dagu dan jenggot
3. TINEA KRURIS : GENITOKRURAL, SEKITAR ANUS, BOKONG, PERUT BAGIAN BAWAH
• DEFINISI
Tinea Cruris adalah dermatofitosis pada sela paha, perineum dan sekitar anus. Kelainan ini dapat bersifat akut
atau menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang berlangsun seumur hidup. Lesi kulit dapat terbatas
pada daerah genito-krural saja atau bahkan meluas ke daerah sekitar anus, daerah gluteus dan perut bagian
bawah atau bagian tubuh yang lain.
• Nama lain : eczema marginatum, jockey itch, ringworm of the groin, dhobie itch
• ETIOLOGI
Penyebab utama dari tinea cruris Trichopyhton rubrum (90%) dan Epidermophython fluccosum Trichophyton
mentagrophytes (4%), Trichopyhton tonsurans (6%)
(Boel, Trelia.Drg. M.Kes.2003)
Predileksi : di daerah inguinal, perineum, paha bagian atas, genital, femoro inguinal dan daerah scrotum
bagian atas
Faktor yang sering mempengaruhi adalah kelembaban & panas (hangat), celana yang ketat & kegemukan
• PATOFISIOLOGI
Cara penularan jamur dapat secara angsung maupun tidak langsung. Penularan langsung dapat secara fomitis,
epitel, rambut yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang, atau tanah. Penularan tidak langsung
dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, pakaian debu. Agen penyebab juga dapat ditularkan
melalui kontaminasi dengan pakaian, handuk atau sprei penderita atau autoinokulasi dari tinea pedis, tinea
inguium, dan tinea manum.
Jamur ini menghasilkan keratinase yang mencerna keratin, sehingga dapat memudahkan invasi ke
stratum korneum.
Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya didalam jaringan keratin yang mati.
Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi ke jaringan epidermis dan menimbulkan reaksi
peradangan.
Pertumbuhannya dengan pola radial di stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit dengan batas
yang jelas dan meninggi (ringworm).
Reaksi kulit semula berbentuk papula yang berkembang menjadi suatu reaksi peradangan.

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya kelainan di kulit adalah:


a) Faktor virulensi dari dermatofita

20
Virulensi ini bergantung pada afinitas jamur apakah jamur antropofilik, zoofilik, geofilik. Selain afinitas
ini massing-masing jamur berbeda pula satu dengan yang lain dalam hal afinitas terhadap manusia
maupun bagian-bagian dari tubuh misalnya: Trichopyhton rubrum jarang menyerang
rambut, Epidermophython fluccosum paling sering menyerang liapt paha bagian dalam.
b) Faktor trauma
Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil lebih susah untuk terserang jamur.
c) Faktor suhu dan kelembapan
Kedua faktor ini jelas sangat berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada lokalisasi atau lokal,
dimana banyak keringat seperti pada lipat paha, sela-sela jari paling sering terserang penyakit jamur.
d) Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan
Faktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur dimana terlihat insiden penyakit jamur pada
golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah sering ditemukan daripada golongan ekonomi yang baik
e) Faktor umur dan jenis kelamin (Boel, Trelia.Drg. M.Kes.2003)
• DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Keluhan penderita adalah rasa gatal dan kemerahan di regio inguinalis dan dapat meluas ke sekitar anus,
intergluteal sampai ke gluteus. Dapat pula meluas ke supra pubis dan abdomen bagian bawah. Rasa gatal
akan semakin meningkat jika banyak berkeringat. Riwayat pasien sebelumnya adalah pernah memiliki
keluhan yang sama. Pasien berada pada tempat yang beriklim agak lembab, memakai pakaian ketat,
bertukar pakaian dengan orang lain, aktif berolahraga, menderita diabetes mellitus. Penyakit ini dapat
menyerang pada tahanan penjara, tentara, atlit olahraga dan individu yang beresiko terkena
dermatophytosis.
2. Pemeriksaan Fisik
Efloresensi terdiri atas bermacam-macam bentuk yang primer dan sekunder. Makula eritematosa, berbatas
tegas dengan tepi lebih aktif terdiri dari papula atau pustula. Jika kronis atau menahun maka efloresensi
yang tampak hanya makula hiperpigmentasi dengan skuama diatasnya dan disertai likenifikasi. Garukan
kronis dapat menimbulkan gambaran likenifikasi.
• Manifestasi tinea cruris :
1.Makula eritematus dengan central healing di lipatan inguinal, distal lipat paha, dan proksimal dari
abdomen bawah dan pubis
2.Daerah bersisik
3.Pada infeksi akut, bercak-bercak mungkin basah dan eksudatif
4.Pada infeksi kronis makula hiperpigmentasi dengan skuama diatasnya dan disertai likenifikasi
5.Area sentral biasanya hiperpigmentasi dan terdiri atas papula eritematus yang tersebar dan sedikit
skuama
6.Penis dan skrotum jarang atau tidak terkena
7.Perubahan sekunder dari ekskoriasi, likenifikasi, dan impetiginasi mungkin muncul karena garukan
8.Infeksi kronis bisa oleh karena pemakaian kortikosteroid topikal sehingga tampak kulit eritematus,
sedikit berskuama, dan mungkin terdapat pustula folikuler
9.Hampir setengah penderita tinea cruris
berhubungan dengan tinea pedis (Wiederkehr,
Michael. 2008).
• Manifestasi Klinis khas :
- Biasanya bilateral, lesi sebenarnya anular,
kadang2 tampak elips, kalau lesi terus melebar
sering tampak gambaran 1/2 lingkaran
- Warna lesi kemerahan sampai coklat kehitaman
- Skuama kadang tak jelas terutama kalau ada
intertriginasi
• PEMERIKSAAN PENUNJANG
21
Pemeriksaan mikologik untuk membantu penegakan diagnosis terdiri atas pemeriksaan langsung sediaan
basah dan biakan. Pada pemeriksaan mikologik untuk mendapatkan jamur diperlukan bahan klinis berupa
kerokan kulit yang sebelumnya dibersihkan dengan alkohol 70%.
a.Pemeriksaan dengan sediaan basah
Kulit dibersihkan dengan alkohol 70% → kerok skuama dari bagian tepi lesi dengan memakai scalpel
atau pinggir gelas → taruh di obyek glass → tetesi KOH 10-15 % 1-2 tetes → tunggu 10-15 menit untuk
melarutkan jaringan → lihat di mikroskop dengan pembesaran 10-45 kali, akan didapatkan hifa, sebagai
dua garis sejajar, terbagi oleh sekat, dan bercabang, maupun spora berderet (artrospora) pada kelainan
kulit yang lama atau sudah diobati, dan miselium
b. Pemeriksaan kultur dengan Sabouraud agar
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada medium saboraud dengan
ditambahkan chloramphenicol dan cyclohexamide (mycobyotic-mycosel) untuk menghindarkan
kontaminasi bakterial maupun jamur kontaminan. Identifikasi jamur biasanya antara 3-6
minggu (Wiederkehr, Michael. 2008)

c. biopsi
Dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis namun sensitifitasnya dan spesifisitasnya
rendah. Pengecatan dengan Peridoc Acid–Schiff, jamur akan tampak merah muda atau menggunakan
pengecatan methenamin silver, jamur akan tampak coklat atau hitam (Wiederkehr, Michael. 2008).
Pengecatan dengan Periodic Acid Shiff
Pengecatan dengan (hematoxylin and eosin stain).
d. Penggunaan lampu wood bisa digunakan untuk menyingkirkan adanya eritrasma dimana akan tampak
floresensi merah bata(Wiederkehr, Michael. 2008).
• DIAGNOSIS BANDING
1.Candidosis intertriginosa
Kandidosis adalah penyakit jamur yang disebabkan oleh spesies Candida biasanya oleh Candida
albicans yang bersifat akut atau subakut dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki.Penyakit
ini terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik laki-laki maupun perempuan.
Patogenesisnya dapat terjadi apabila ada predisposisi baik endogen maupun eksogen. Faktor endogen
misalkan kehamilan karena perubahan pH dalam vagina, kegemukan karena banyak keringat, debilitas,
iatrogenik, endokrinopati, penyakit kronis orang tua dan bayi, imunologik (penyakit genetik). Faktor
eksogen berupa iklim panas dan kelembapan, kebersihan kulit kurang, kebiasaan berendam kaki dalam air
yang lama menimbulkan maserasi dan memudahkan masuknya jamur, kontak dengan penderita.
Dapat mengenai daerah lipatan kulit, terutama ketiak, bagian bawah payudara, bagian pusat, lipat
bokong, selangkangan, dan sela antar jari; dapat juga mengenai daerah belakang telinga, lipatan kulit
perut, dan glans penis (balanopostitis). Pada sela jari tangan biasanya antara jari ketiga dan keempat, pada
sela jari kaki antara jari keempat dan kelima, keluhan gatal yang hebat, kadang-kadang disertai rasa panas
seperti terbakar.
Lesi pada penyakit yang akut mula-mula kecil berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah, dan
kemerahan. Kemudian meluas, berupa lenting-lenting yang dapat berisi nanah berdinding tipis, ukuran 2-
4 mm, bercak kemerahan, batas tegas, Pada bagian tepi kadang-kadang tampak papul dan skuama. Lesi
tersebut dikelilingi oleh lenting-lenting atau papul di sekitarnya berisi nanah yang bila pecah
meninggalkan daerah yang luka, dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi utama. Kulit sela
jari tampak merah atau terkelupas, dan terjadi lecet. Pada bentuk yang kronik, kulit sela jari menebal dan
berwarna putih.
2. Erytrasma
Erytrasma adalah penyakit bakteri kronik pada stratum korneum yang disebabkan oleh
Corynebacterium minitussismum, ditandai lesi berupa eritema dan skuama halus terutama di daerah
ketiak dan lipat paha. Gejala klinis lesi berukuran sebesar milier sampai plakat. Lesi eritroskuamosa,
22
berskuama halus kadang terlihat merah kecoklatan. Variasi ini rupanya bergantung pada area lesi dan
warna kulit penderita. Tempat predileksi kadang di daerah intertriginosa lain terutama pada penderita
gemuk. Perluasan lesi terlihat pada pinggir yang eritematosa dan serpiginose. Lesi tidak menimbul dan
tidak terlihat vesikulasi. Efloresensi yang sama berupa eritema dan skuama pada seluruh lesi merupakan
tanda khas dari eritrasma. Skuama kering yang halus menutupi lesi dan pada perabaan terasa
berlemak. Pada pemeriksaan dengan lampu wood lesi terlihat berfluoresensi merah membara (coral
red) (Rasad, Asri, Prof.Dr. 2005)
3. Psoriasis
Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai dengan
adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan,
disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner. Tempat predileksi pada skalp, perbatasan daerah
tersebut dengan muka, ekstremitas ekstensor terutama siku serta lutut dan daerah lumbosakral. Kelainan
kulit terdiri atas bercak eritema yang meninggi (plak) dengan skuama diatasnya. Eritema sirkumskrip dan
merata, tetapi pada stadium penyembuhan sering bagian di tengah menghilang dan hanya terdapat di
pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika, serta transparan. Besar kelainan
bervariasi dapat lentikular, numular atau plakat, dapat berkonfluensi.

4. Dermatitis Seboroik
Dermatitis Seboroik merupakan penyakit inflamasi konis yang mengenai daerah kepala dan badan.
Prevalensi Dermatitis Seboroik sebanyak 1-5% populasi.Lebih sering terjadi pada laki-laki daripada
wanita. Penyakit ni dapat mengenai bayi sampa orang dewasa. Umumnya pda bayi terjadi pada usia 3
bulan sedang pada dewasa pada usia 30-60 tahun. Kelainan kulit berupa eritema dan skuama yang
berminyak dan agak kekuningan dengan batas kurang tegas. Bentuk yang berat ditandai dengan adanya
bercak-bercak berskuama dan berminyak disertai eksudat dan krusta tebal.
• PENATALAKSANAAN
Pada infeksi tinea cruris tanpa komplikasi biasanya dapat dipakai anti jamur topikal saja dari golongan
imidazole dan allynamin. Semuanya memberikan keberhasilan terapi yang tinggi 70-100% dan jarang
ditemukan efek samping. Obat ini digunakan pagi dan sore hari kira-kira 2-4 minggu. Terapi dioleskan
sampai 3 cm diluar batas lesi, dan diteruskan sekurang-kurangnya 2 minggu setelah lesi menyembuh.
Terapi sistemik dapat diberikan jika terdapat kegagalan dengan terapi topikal, intoleransi dengan terapi
topikal. Sebelum memilih obat sistemik hendaknya cek terlebih dahulu interaksi obat-obatan tersebut.
Diperlukan juga monitoring terhadap fungsi hepar apabila terapi sistemik diberikan lebih dari 4 mingggu.
Pengobatan anti jamur untuk Tinea cruris dapat digolongkan dalam emapat golongan yaitu:
golongan azol, golongan alonamin, benzilamin dan golongan lainnya seperti siklopiros,tolnaftan, haloprogin.

 Obat secara topikal yang digunakan dalam tinea cruris adalah:


1.Golongan Azol
a. Clotrimazole (Lotrimin, Mycelec)
Merupakan obat pilihan pertama yang digunakan dalam pengobatan tinea cruris karena bersifat
broad spektrum antijamur yang mekanismenya menghambat pertumbuhan ragi dengan mengubah
permeabilitas membran sel sehingga sel-sel jamur mati. Pengobatan dengan clotrimazole ini bisa
dievaluasi setelah 4 minggu jika tanpa ada perbaikan klinis. Penggunaan pada anak-anak sama
seperti dewasa. Obat ini tersedia dalam bentuk kream 1%, solution, lotion. Diberikan 2 kali sehari
selama 4 minggu. Tidakada kontraindikasi obat ini, namun tidak dianjurkan pada pasien yang
menunjukan hipersensitivitas, peradangan infeksi yang luas dan hinari kontak mata.
b. Mikonazole (icatin, Monistat-derm)
Mekanisme kerjanya dengan selaput dinding sel jamur yang rusak akanmenghambat biosintesis dari
ergosterol sehingga permeabilitas membran sel jamur meningkat menyebabkan sel jamur mati.
Tersedia dalam bentuk cream 2%, solution, lotio, bedak. Diberikan 2 kali sehari selama 4 minggu.
23
Penggunaan pada anak sama dengan dewasa. Tidak dianjurkan pada pasien yang menunjukkan
hipersensitivitas, hindari kontak dengan mata.
c.Econazole (Spectazole)
Mekanisme kerjanya efektif terhadap infeksi yang berhubungan dengan kulit yaitu menghambat
RNA dan sintesis, metabolisme protein sehingga mengganggu permeabilitas dinding sel jamur dan
menyebabkan sel jamur mati. Pengobatan dengan ecnazole dapat dilakukan dalam 2-4 minggu
dengan cara dioleskan sebanyak 2kali atau 4 kali dalam sediaan cream 1%.. Tidak dianjurkan pada
pasien yang menunjukkan hipersensitivitas, hindari kontak dengan mata.
d.Ketokonazole (Nizoral)
Mekanisme kerja ketokonazole sebagai turunan imidazole yang bersifat broad spektrum akan
menghambat sintesis ergosterol sehingga komponen sel jamur meningkat menyebabkan sel jamur
mati. Pengobatan dengan ketokonazole dapat dilakukan selama 2-4 minggu. Tidak dianjurkan pada
pasien yang menunjukkan hipersensitivitas, hindari kontak dengan mata.
e.Oxiconazole (Oxistat)
Mekanisme oxiconazole kerja yang bersifat broad spektrum akan menghambat sintesis ergosterol
sehingga komponen sel jamur meningkat menyebabkan sel jamur mati. Pengobatan dengan
oxiconazole dapat dilakukan selama 2-4 minggu. Tersedia dalam bentk cream 1% atau bedak kocok.
Penggunaan pada anak-anak 12 tahun penggunaan sama dengan orang dewasa. Tidak dianjurkan
pada pasien yang menunjukkan hipersensitivitas dan hanya digunakan untuk pemakaian luar.
f.Sulkonazole (Exeldetm)
Sulkonazole merupakan obat jamur yang memiliki spektrum luas. Titik tangkapnya yaitu
menghambat sintesis ergosterol yang akan menyebabkan kebocoran komponen sel, sehingga
menyebabkan kematian sel jamur. Tersedia dalam bentuk cream 1% dan solutio. Penggunaan pada
anak-anak 12 tahun penggunaan sama dengan orang dewasa (dioleskan pada daerah yang terkena
selama 2-4 minggu sebanyak 4 kali sehari).

2. Golongan alinamin
a.Naftifine (Naftin)
Bersifat broad spektrum anti jamur dan merupakan derivat sintetik dari alinamin yang mekanisme
kerjanya mengurangi sintesis dari ergosterol sehingga menyebabkan pertumbuhan sel amur
terhambat. Pengobatan dengan naftitine dievaluasi setelah 4 minggu jika tidak ada perbaikan klinis.
Tersedia dalam bentuk 1% cream dan lotion. . Penggunaan pada anak sama dengan dewasa (
dioleskan 4 kali sehari selama 2-4minggu).
b. Terbinafin (Lamisil)
Merupakan derifat sintetik dari alinamin yang bekerja menghambat skualen epoxide yang
merupakan enzim kunci dari biositesis sterol jamur yang menghasilkan kekurangan ergosterol yang
menyebabkan kematian sel jamur. Secara luas pada penelitian melaporkan keefektifan penggunaan
terbinafin. Terbenafine dapat ditoleransi penggunaanya pada anak-anak. Digunakan selama 1-4
minggu
3.Golongan Benzilamin
a. Butenafine (mentax)
Anti jamur yang poten yang berhuungan dengan alinamin. Kerusakan membran sel jamur
menyebabkan sel jamur terhambat pertumbuhannya. Digunakan dalam bentuk cream 1%, diberikan
selama 2-4 minggu. Pada anak tidak dianjurkan. Untuk dewasa dioleskan sebanyak 4kali sehari.
4.Golongan lainnya
a. Siklopiroks (Loprox)
Memiliki sifat broad spektrum anti fungal. Kerjanya berhubunan dengan sintesi DNA
b.Haloprogin (halotex)

24
Tersedia dalam bentuk solution atau spray, 1% cream. Digunakan selama 2-4minggu dan dioleskan
sebanyak 3kali sehari.
c.Tolnaftate
Tersedia dalam cream 1%,bedak,solution. Dioleskan 2kali sehari selama 2-4 minggu (Wiederkehr,
Michael. 2008).

 Pengobatan secara sistemik dapat digunakan untuk untuk lesi yang luas atau gagal dengan
pengobatan topikal, berikut adalah obat sistemik yang digunakan dalam pengobatan tinea cruris:
a. Ketokonazole
Sebagai turunan imidazole, ketokonazole merupakan obat jamur oral yangberspektrum luas. Kerja
obat ini fungistatik. Pemberian 200mg/hari selama 2-4 minggu.
b. Itrakonazole
Sebagai turunan triazole, itrakonazole merupakan obat anti jamur oral yang berspektrum luas yang
menghambat pertumbuhan sel jamur dengan menghambat sitokrom P-450 dependent sintetis dari
ergosterol yang merupakan komponen penting pada selaput sel jamur.Pada penelitian disebutkan
bahwa itrakonazole lebih baik daripada griseofulvin dengan hasil terbaik 2-3 minggu setelah
perawatan. Dosis dewasa 200mg po selam 1 minggu dan dosis dapat dinaikkan 100mg jika tidak ada
perbaikan tetpi tidak boleh melebihi 400mg/hari.Untuk anak-anak 5mg/hari PO selama 1 minggu.
Obat ini dikontraindikasikan pada penderita yang hipersensitivitas, dan jangan diberikan bersama
dengan cisapride karena berhubunngan dengan aritmia jantung.
c.Griseofulfin
Termasuk obat fungistatik, bekerja dengan menghambat mitosis sel jamur dengan mengikat
mikrotubuler dalam sel. Obat ini lebih sedikit tingkat keefektifannya dibanding itrakonazole.
Pemberian dosis pada dewasa 500mg microsize (330-375 mg ultramicrosize) PO selama 2-4minggu,
untuk anak 10-25 mg/kg/hari Po atau 20 mg microsize /kg/hari
c.Terbinafine
Pemberian secara oral pada dewasa 250g/hari selama 2 minggu). Pada anak pemberian secara oral
disesuaikan dengan berat badan:
12-20kg :62,5mg/hari selama 2 minggu
20-40kg :125mg/ hari selama 2 minggu
>40kg:250mg/ hari selama 2 minggu

• EDUKASI KEPADA PASIEN DI RUMAH :


1. Anjurkan agar menjaga daerah lesi tetap kering
2. Bila gatal, jangan digaruk karena garukan dapat menyebabkan infeksi.
3. Jaga kebersihan kulit dan kaki bila berkeringat keringkan dengan handuk dan mengganti pakaian yang
lembab
4. Gunakan pakaian yang terbuat dari bahan yang dapat menyerap keringat seperti katun, tidak ketat dan
ganti setiap hari.
5. Untuk menghindari penularan penyakit, pakaian dan handuk yang digunakan penderita harus segera
dicuci dan direndam air panas
• KOMPLIKASI
Tinea cruris dapat terinfeksi sekunder oleh candida atau bakteri yang lain. Pada infeksi jamur yang kronis
dapat terjadi likenifikasi dan hiperpigmentasi kulit.
• PROGNOSIS
Prognosis penyakit ini baik dengan diagnosis dan terapi yang tepat asalkan kelembapan dan kebersihan kulit
selalu dijaga.

4. Tinea pedis et manum : kaki dan tangan


Tinea Pedis
25
Interdigitalis Moccasin foot Subakut
Predileksi Sela jari IV-V Telapak kaki sp Sela jari, telapak,
punggung kaki punggung kaki
Klinis Fisura, ditungkai Eritem ringan, menebal, Vesikel, vesikopustul,
skuama halus, madidans skuama, kadang papul bula
vesikel
Komplikas Infeksi sekunder, - Selulitis erisipelas
i selulitis, limfadenitis,
erisipelas

Tinea Manum
• Definisi : infeksi dermatofita pada satu atau dua tangan
• Etiologi : >>> gol antropofilik ( T. Rubrum, T mentagrophytes & E. Flocosum)
: gol zoofilik (M. Canis & T. Verrucosum)
• Gejala klinis :
1. Dishidrosis / eksematoid : berupa vesikel pada sisi tangan lateral & palmar, disertai gatal & rasa
terbakar.
2. Hiperkeratotik : kronik, tak pernah sembuh spontan. Dapat mengenai sluruh telapak tangan &
terjadi fisura. Bentuk sub akut, berupa makula eritem ditutupi skuama tebal berwarna putih
• Diagnosis banding : dishidrosis

5. Tinea unguium : kuku jari tangan dan kaki


Subungual
Subungual distal Leukonikia trikofita
proksimal
tepi distal atau pangkal kuku bagian
Predileksi lempeng kuku
distolateral kuku proksimal
- proses menjalar ke
kuku bagian distal
proksimal kuku keputihan
Klinis utuh, proksimal
- kuku rapuh dipermukaan kuku
rusak
menyerupai kapur

6. Tinea korporis : yang tidak termasuk di atas


Nama lain : tinea sirsinata
• Penyebab : Trichophyton, Microsporum & Epidermophyton
• Predileksi : pada kulit yg tidak berambut ( sering disebut Tinea Glabrosa)
• Bila kelainan menyerang kulit wajah → Tinea fasialis
• Morfologi kelainan kulit tidak khas → kortikosteroid → istilah Tinea incognito
• Pada penyebab zoofilik → tanda inflamasi akut
• Pada penyebab antropofilik → terdapat di daerah tertutup atau trauma
• Diagnosis banding : dermatitis kontak, dermatitis numularis, dermatitis seboroik, psoriasis, eritema
anulare sentrifugum
• Untuk mendapatkan D/ pasti : tes laboratorium
• Gambaran khas :
1. Bentuk anular
- lesi tersusun melingkar

26
- terdiri atas papula2 dg dasar eritematus & bag tengahnya tampak menyembuh, sedikit skuama
(bag tepi aktif & bag tengah menyembuh)

2. Bentuk Eczematous anular


Hampir sama dg bentuk anular, tetapi dibag tengah eritema dan berskuama, kadang ada
edematous dan intertriginasi.
DD Pityriasis Rosea:
- bentuk lesi anular (elips)
- susunan seperti pohon cemara (punggung)
- gatal bisa hebat pada minggu ke III
- lesi pertama disebut Herald Patch timbul &
- kemudian diikuti lesi2 kecil disekelilingnya.
- Secara cepat lesi2 lain timbul shg seluruh badan
- dapat sembuh spontan sesudah 8 minggu
- punya sifat hanya diderita sekali
- penyebab belum diketahui
3. Bentuk krusta (Crusted type)
- Seperti bentuk anular seluruhnya ditutupi
- krusta seperti pada kerion Celsi
4. Bentuk herpetiformis (Vesicular type)
- Vesikula menggerombol dalam lesi yang
- melingkar (mruntus)
5. Plaque type : seperti pada penyakit Psoriasis
- tapi skuama kecil2 & meluas dg tepi yg tegas
6. Kerion type : seperti no. 3 Krusta > tebal

3.4 Manifestasi Klinis


- Kelainan : berbatas tegas
- ada skuama &/papula (bisa juga polimorfi)
- tersusun/bentuk melingkar (circinate)
- dengan bagian tepi aktif / eritem
- di bagian tengah tampak sembuh
- terasa gatal, terutama kalau berkeringat
- Bila kelainan kulit menahun dapat hiperpigmentasi
3.5 Patogenesis
Jamur menempel pada kulit & keadaan kulit sesuai untuk pertumbuhan jamur

Jamur mengeluarkan suatu enzym keratolitik yang dapat menghancurkan keratin,


Hancuran keratin tersebut merupakan makanan yang baik untuk jamur,
Jamur tumbuh & berkembang dengan subur,
Dengan jamur bertambah maka enzym bertambah, akibatnya makanan jamur juga bertambah dst.
penyakit makin lebar
3.6 Diagnosis
A. Pemeriksaan Fisik dan Lab.
1. Dengan Lampu Wood (Wood’s Lamp)
 Suatu lampu UV (3500 Ao) yang dilengkapi dengan filter khusus terbuat dari nickel oxyde & silica,
shg. sinar yang keluar hanya mempunyai gelombang 320-400 nm

27
 Kalau sinar tsb. mengenai kulit yang mengandung jamur / miselium maka kulit tersebut akan
timbul fluoresensi.
Cara: kulit atau rambut yg akan diperiksa harus bersih, pemeriksaan dilakukan di kamar gelap,
lampu Wood diletakkan dg jarak 10-15 cm dari permukaan kulit.
2. Dengan mikroskopis
 Untuk melihat elemen jamur (skuama,kuku & rambut)
 Menggunakan KOH 10-30 %
 Bahan pemeriksaan: kulit, kuku & rambut , dibersihkan dg alkohol 70% utk mengangkat kotoran.
 Bahan pemeriksaan kulit: skuama diambil dari daerah pinggir lesi yg > aktif, bukan dari tengah
lesi
 Bahan pemeriksaan kuku: diambil dari bagian kuku yg diduga terinfeksi dg skalpel / kuret kulit,
diambil fragmen kuku
 Bahan pemeriksaan rambut: dipilih rambut yg tidak mengkilap atau kusam
Skuama :
 Skuama + KOH (10-20%) biarkan 5` - 10`
 Dilihat dibawah mikroskop dengan pembesaran lemah & diapragma ditutup atau dikecilkan
 (+) : berarti ada jamurnya
Terlihat :
- batang-batang seperti pita panjang
- beruas-ruas
- bercabang
- pada ujungnya ada budding
- fluorescensi kuning kehijauan
- tidak terikat pada batas2 sel str. Corneum
Rambut
 Potongan rambut + KOH 10-20% biarkan 10` - 15`
 sesudah 15` dilihat dibawah mikroskop dengan pembesaran lemah diapragma ditutup atau
dikecilkan.
 Kalau (+) akan tampak spora :
- Endothrix spora berderet-deret diantara cuticula dalam rambut.
- Ectothrix spora menempel pada rambut.

Kuku
 Potongan-potongan kuku direndam dengan KOH 30 % dalam tabung kecil, biarkan selama 48 jam
dalam suhu kamar, kuku akan hancur jadi bubur.
 Dilihat dibawah mikroskop dengan pembesaran lemah dan diapragma ditutup / dikecilkan.
 Kalau (+) : didapat spora dan atau mycelium
3. Dengan cara kultur/biakan
 Biakan diperlukan untuk identifikasi > akurat
 Skuama, kuku & rambut yang telah dipotong kecil, diletakkan media dengan alat (ose) kemudian
tempatkan dalam ruang dengan suhu kamar (udara kamar), kalau (+) akan ada koloni dengan
bentuk & warna yang berbeda tergantung dermatofitanya.
 Kemudian koloni diambil sedikit dilihat dengan mikroskop untuk mencari makrospora.
 Spesifisitas mencapai 98%.
4. Dengan biopsi  histopatologi
 Dilakukan untuk penyakit jamur yang mengenai kulit & jaringan di bawah kulit, seperti misetoma,
kromomikosis & fimomikosis subkutis
 Kulit berpenyakit dibiopsi, kemudian dikirim ke PA

28
 Dengan pulasan hematoksilin eosin dapat dilihat adanya spora atau miselium dalam stratum
korneum
5. Dengan tes kulit
 Bahannya untuk test : Trichophytin
 disuntikkan secara intra kutan
 Hasil :
(-) berarti tidak menderita atau baru saja terkena infeksi
(+) berarti menderita penyakit atau baru saja sembuh
 Tanda (+) : ada urtika pada tempat suntikan

B. Diagnosis Banding
3.7 Tatalaksana
Anti jamur
1. Topikal
Yang ideal adalah: obat aktif dg konsentrasi <,formula beragam, ES minimal / (-),
formula spesifik & ada manfaat tambahan utk kelainan yg menyertai jamur (antiinflamasi,
keratolitik & antibakteri)
asam salisilat 2-4%, asam benzoat 6-12%, sulfur 4-10%, asam undesilenat 2-5%
tolnaftat, ketokonozol, imidazol, haloprogin
Sistemik
Griseofuvin:
- 0,5-1 gr/hari untuk dewasa
- 0,25-0,5 gr/hari untuk anak-anak (diminum bersama makanan berlemak)
Ketokonazol : 200 mg/hari (3-4 minggu)
Nonmedikamentosa
- Perbaiki higiene
- Pakaian diganti 2x/hari

3.8 Komplikasi
3.9 Prognosis
Baik dengan kepatuhan berobat dan menghindari factor resiko yang baik dan tindakan pencegahan
berikutnya untuk menghindari infeksi berulang.
3.10 Pencegahan
Hindari factor-faktor pencetus tumbuhnya jamur di kulit seperti berikut,
Sumber penularan jamur :
1. Berasal dari manusia (anthropophilic)
2. Berasal dari binatang (zoophilic)
3. Berasal dari tanah/sampah (geophilic)
Jamur dapat tumbuh baik di kulit pada :
1. Air (kelembaban)
2. O2 (oksigen) - udara cukup
3. N2 (keratin dari kulit) - squama
4. Garam2 anorganik
5. pH yang lebih tinggi
6. Suhu tubuh - suhu kamar
7. Tempat agak terlindung sinar matahari
8. Pigmen
Cara penularan :
1. Langsung
– kontak dengan penderita
29
– kontak dengan binatang yang sakit jamur
– kontak dengan tanah/sampah yang mengandung jamur
2. Tidak langsung
– Lewat alat-alat, baik alat untuk tidur, mandi, rumah tangga dll. (skuama penderita jamur + )

Menjelaskan pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang pada TINEA:


1) Pemeriksaan Lampu Wood
 Prinsip:
- Sinar Wood diarahkan ke lesi akan dipantulkan berdasarkan perbedaan berat molekul metabolit
organisme penyebab, sehingga menimbulkan indeks bias berbeda, dan menghasilkan pendaran
warna tertentu.
 Alat : Lampu Wood dan ruangan kedap cahaya
 Cara :
- Kulit dan rambut yang akan diperiksa harus dalam keadaan sealamiah mungkin.
- Obat topikal, bahan kosmetik, lemak, eksudat harus dibersihkan terlebih dahulu karena dapat
memberikan hasil positif palsu.
- Pemeriksaan harus dilakukan di dalam ruangan kedap cahaya agar perbedaan warna lebih
kontras.
- Jarak lampu Wood dengan lesi yang akan diperiksa ± 10-15 cm
- Lampu Wood diarahkan ke bagian lesi dengan pendaran paling besar/jelas.
 Interpretasi
 Tinea kapitis (M canis, M. audouinii, M.rivalieri, M. distortum, M. ferrugineum dan M. gypseum) :
hijau terang.
 Pitiriasis versikolor : putih kekuningan, orange – tembaga, kuning keemasan, atau putih kebiruan
(metabolit koproporfirin).
 Tinea favosa (Trichophyton schoenleinii ) : biru suram / hijau suram (akibat metabolit pteridin)
 Eritrasma (Corynebacterium minutissimum) : merah koral (metabolit porfirin).
 Infeksi pseudomonas : hijau (metabolit pioverdin atau fluoresein).
 Hasil positif palsu :
- salep dan krim di kulit atau eksudat : biru - jingga
- tetrasiklin, asam salisilat dan petrolatum : kuning.

2) Pemeriksaan KOH
 Cara pengambilan spesimen :
a) Kulit tidak berambut :
 Dari bagian tepi kulit yang mengalami lesi dikerok ke bagian tengah dengan pisau
tumpul steril
 Menggunakan larutan KOH 10%
b) Kulit yang berambut :
 Rambut yang ada pada daerah lesi dicabut dengan pinset
 Kulit di daerah lesi dikerok untuk dikumpulkan sisik kulitnya
 Gunakan KOH 20% untuk rambut, KOH 10% untuk kulit.

30
c) Kuku
 Potongan bagian belakang kuku terinfeksi atau kerokan daerah hiperkeratotik dan
penebalan dasar kuku di bagian proksimal kutikula atau lipatan kuku proksimal
 Gunakan larutan KOH 40%

 Teknik pemeriksaan preparat KOH :


- Teteskan setetes larutan KOH 10-30 % di atas kaca obyek bersih.
- Tambahkan sejumlah spesimen yang akan diperiksa.
- Tutup dengan kaca penutup.
- Panaskan hati-hati dengan melewatkan di atas api bunsen beberapa kali, tetapi jangan sampai
mendidih (biasanya 2-4 kali).
- Tekan kaca penutup perlahan-lahan agar sediaan yang sudah lisis menipis dan rata.
- Periksa dibawah mikroskop cahaya menggunakan pembesaran 10 kali lalu dikonfirmasi dengan
pembesaran 40 kali.
- Jika diperlukan (preparat belum jernih), dapat dipanaskan kembali sehingga visualisasi menjadi
lebih baik

 Interpretasi
- Dermatofitosis : hifa panjang bersepta, bercabang-cabang dan artrospora
- Pada spesimen rambut terinfeksi dermatofita :
 Jamur di sekeliling batang rambut (ektotriks)
 Jamur di dalam batang rambut (endotriks)
- Pada pemeriksaan, elemen jamur tampak seperti garis dan memiliki indeks bias berbeda dengan
sekitarnya, pada jarak tertentu dipisahkan oleh sekat dan dijumpai butir – butir bersambung
seperti rantai (artrospora).
- Pitiriasis versikolor : spora bulat berdinding tebal, berkelompok dengan miselium kasar dan
terputus-putus/ pendek-pendek (sphaghetti and meatballs)
- Kandidosis : tampak sel ragi berbentuk lonjong atau bulat, blastospora (sel ragi bertunas) dan
pseudohifa.

1.1. menjelaskan tatalaksana dermatomikosis

31
2. Memahami dan menjelaskan menjaga dan memelihara kulit sesuai tuntutan ajaran islam
“….sesungguhnya Allah senang kepada orang yang bertobat, dan senang kepada orang yang membersihkan
diri.” (Surat Al-Baqarah 222;)
“..dan bersihkan pakaianmu serta tinggalkan segala perbuatan dosa.” (Surat Al-Muddatstsir 4-5)
Rasulullah S.A.W telah bersabda : "Bahwa anak perempuan apabila telah cukup umurnya, maka mereka tidak boleh
dilihat akan dia melainkan mukanya dan kedua telapak tangannya hingga pergelangan" (H.R. Abu Daud)
Abu Hurairah radhiyallahu `anhu meriwayatkan bahwa: Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda: "Ada
dua golongan yang termasuk ahli neraka, yang belum pernah aku lihat:
1) Suatu kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi, mereka memukuli orang-orang dengan cambuk itu,
2) Wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang, merayu dan dirayu, kepala mereka bagaikan punuk unta
yang miring.

Mereka tidak masuk surga dan tidak dapat mencium bau surga padahal harumnya surga itu tercium dari jarak yang
sangat jauh." [Hadits riwayat Muslim].
Adab Pakaian Muslimah (untuk lelaki dan wanita) yaitu:
1) Menutup aurat
AURAT lelaki menurut ahli hukum ialah daripada pusat hingga ke lutut. Aurat wanita pula ialah seluruh anggota
badannya, kecuali wajah, tapak tangan dan tapak kakinya. Rasulullah SAW bersabda bermaksud: “Paha itu
adalah aurat.” (Bukhari)
32
2) Tidak menampakkan tubuh
Pakaian Muslimah yang jarang sehingga menampakkan aurat Wanita Muslim tidak memenuhi syarat menutup
aurat. Pakaian jarang bukan saja menampak warna kulit, malah boleh merangsang nafsu orang yang melihatnya.
Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Dua golongan ahli neraka yang belum pernah aku lihat
ialah, satu golongan memegang cemeti seperti ekor lembu yang digunakan bagi memukul manusia dan satu
golongan lagi wanita yang memakai pakaian tetapi telanjang dan meliuk-liukkan badan juga kepalanya seperti
bonggol unta yang tunduk. Mereka tidak masuk syurga dan tidak dapat mencium baunya walaupun bau syurga
itu dapat dicium daripada jarak yang jauh.” (Muslim)
3) Pakaian tidak ketat
TUJUANNYA adalah supaya tidak kelihatan bentuk tubuh badan Wanita Muslim
4) Tidak menimbulkan riak
RASULULLAH SAW bersabda bermaksud: “Sesiapa yang melabuhkan pakaiannya kerana perasaan sombong,
Allah SWT tidak akan memandangnya pada hari kiamat.” Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda bermaksud:
“Sesiapa yang memakai pakaian yang berlebih-lebihan, maka Allah akan memberikan pakaian kehinaan pada
hari akhirat nanti.” (Ahmad, Abu Daud, an-Nasa’iy dan Ibnu Majah)
5) Lelaki, wanita berbeda
MAKSUDNYA pakaian yang khusus untuk lelaki tidak boleh dipakai oleh wanita, begitu juga sebaliknya.
Rasulullah SAW mengingatkan hal ini dengan tegas menerusi sabdanya yang bermaksud: “Allah mengutuk
wanita yang meniru pakaian dan sikap lelaki, dan lelaki yang meniru pakaian dan sikap perempuan.” (Bukhari
dan Muslim)
Baginda juga bersabda bermaksud: “Allah melaknat lelaki berpakaian wanita atau Pakaian Murah Muslim dan
wanita berpakaian lelaki.” ?(Abu Daud dan Al-Hakim).
6) Larangan pakai sutera
ISLAM mengharamkan kaum lelaki memakai sutera. Rasulullah SAW bersabda bermaksud: “Janganlah kamu
memakai sutera, sesungguhnya orang yang memakainya di dunia tidak dapat memakainya di akhirat.” (Muttafaq
‘alaih)
7) Melabuhkan pakaian
CONTOHNYA seperti tudung yang seharusnya dipakai sesuai kehendak syarak Wanita Muslimah yaitu bagi
menutupi kepala dan rambut, tengkuk atau leher dan juga dada. Allah berfirman bermaksud: “Wahai Nabi,
katakanlah (suruhlah) isteri-isteri dan anak-anak perempuanmu serta Wanita Muslimah beriman, supaya mereka
melabuhkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (semasa mereka keluar); cara yang demikian lebih
sesuai untuk mereka dikenal (sebagai perempuan yang baik-baik) maka dengan itu mereka tidak diganggu. Dan
(ingatlah) Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” ?(al-Ahzab:59)
8) Memilih warna sesuai
CONTOHNYA warna-warna lembut termasuk putih kerana ia nampak bersih dan warna Pakaian Muslim ini
sangat disenangi dan sering menjadi pilihan Rasulullah SAW. Baginda bersabda bermaksud: “Pakailah Pakaian
Muslim Putih kerana ia lebih baik, dan kafankan mayat kamu dengannya (kain putih).” (an-Nasa’ie dan al-Hakim)

http://id.88db.com/id/Knowledge/Knowledge_Detail.page?kid=23305

33

Anda mungkin juga menyukai