Anda di halaman 1dari 4

V.

1 Faktor Risiko dan Etiologi KDRT


Kekerasan dalam rumah tangga merujuk pada viktimisasi seseorang yang
telah memiliki hubungan dengan pelaku yang telah memiliki hubungan dekat, intim
atau pasangan.
Menurut Belsky pada tahun 1980, faktor risiko KDRT terhadap anak dan
rumah tangga suami istri memiliki konsep antara lain sebagai berikut:
Perkembangan ontogenetik, yaitu apa yang orang tua berikan atau ajarkan (peran
pengasuhanan) kepada mereka (anak) pada lingkungan keluarga yang berprilaku
secara kasar, mikrosistem, yaitu faktor dari dalam keluarga, eksosistem, yaitu unit
sosial yang lebih besar dan telibat dalam lingkungan anak dan keluarga seperti
tetangga dan lingkungan kerja, makrosistem, yaitu budaya pada individu, keluarga,
dan komunitas terlibat seperti perilaku penduduk terhadap kekerasan, dan sosio-
ekonomi, yaitu seperti edukasi dan pemasukan ekonomi yang rendah terutama bagi
orang tua tunggal atau bisa juga dari perilaku anak sendiri yang memicu kekerasan
(Edleson, J 2006, hlm. 963).
a. Faktor terjadinya kekuasaan yang tidak seimbang antara Pasutri:
1) Adanya hubungan kekuasaan yang tidak seimbang antara suami dan istri
Anggapan bahwa suami lebih berkuasa daripada istri telah terkonstruksi
sedemikian rupa dalam keluarga dan kultur serta struktur masyarakat bahwa
istri adalah milik suami oleh karena harus melaksanakan segala yang
diinginkan oleh yang memiliki. Hal ini menyebabkan suami menjadi merasa
berkuasa dan akhirnya bersikap sewenang-wenang terhadap istrinya.
2) Ketergantungan ekonomi
Faktor ketergantungan istri dalam hal ekonomi kepada suami memaksa istri
untuk menuruti semua keinginan suami meskipun ia merasa menderita.
Bahkan, sekalipun tindakan keras dilakukan kepadanya ia tetap enggan
untuk melaporkan penderitaannya dengan pertimbangan demi
kelangsungan hidup dirinya dan pendidikan anaknya. Hal ini dimanfaatkan
oleh suami untuk bertindak sewenang-wenang kepada istri.
3) Kekerasan sebagai alat untuk menyelesaikan konflik
Faktor ini merupakah faktor dominan ketiga dari kasus kekerasan dalam
rumah tangga. Biasanya kekerasan ini dilakukan sebagai pelampiasan dari
ketersingungan ataupun kekecewaan karena tidak dipenuhi keinginannya,
kemudian dilakukan tindakan kekerasan dengan tujuan istri dapat
memenuhi keinginannya dan tidak melakukan perlawanan. Hal ini didasari
oleh anggapan bahwa jika perempuan rewel maka harus diperlakukan secara
keras agar ia penurut. Anggapan di atas membuktikan bahwa suami sering
menggunakan kelebihan fisiknya dalam menyelesaikan masalah rumah
tangganya.
4) Persaingan
Jika di muka telah diterangkan mengenai faktor pertama kekerasan dalam
rumah tangga adalah ketimpangan hubungan kekuasaan antara suami dan
istri. Maka disisi lain, perimbangan antara suami dan istri, baik dalam hal
pendidikan, pergaulan, penguasaan ekonomi baik yang mereka alami sejak
masih kuliah, di lingkungan kerja, dan lingkungan masyarakat di mana
mereka tinggal, dapat menimbulkan persaingan dan selanjutnya dapat
menimbulkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Bahwa di satu sisi
suami tidak mau kalah, sementara di sisi lain istri juga tidka mau
terbelakang dan dikekang.
5) Frustasi
a) Belum siap menikah.
b) Suami belum memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap yang
mencukupi kebutuhan rumah tangga.
c) Masih serba terbatas dalam kebebasan karena masih menampung pada
orang tua atau mertua.
Dalam kasus ini, biasanya suami mencari pelarian kepada mabuk-mabukan
dan perbuatan negatif lain yang berujung pelampiasan terhadap istri dapat
berupa kemarahan verbal ataupun fisik (memukul, menampar).
6) Kesempatan yang kurang bagi perempuan dalam proses hukum
Pembicaraan tentang proses hukum dalam kasus kekerasan dalam rumah
tangga tidak terlepas dari pembicaraan hak dan kewajiban suami istri. Hal
ini penting karena bisa jadi laporan korban kepada aparat hukum dianggap
buksan sebagai tindakan kriminal tapi hanya kesalahpahaman dalam
keluarga. Hal ini juga terlihat dari minimnya KUHAP membicarakan
mengenai hak dan kewajiban istri sebagai korban, karena posisi dia hanya
sebagai saksi pelapor atau saksi korban.
b. Faktor terjadinya KDRT terhadap anak
1) Status ekonomi rendah.
2) Stressor.
3) Kurangnya akses perawatan medis, perawatan anak dan sosial.
4) Kurangnya dukungan sosial.
5) Kekerasan komunitas.
DAFTAR PUSTAKA

Edleson, J. Ellerton, A. Seagren, E 2007, ‘Asseseing Child Exposure to


Adult Domestic Volume’ Children and Youth Services Review, 29,
961 – 971.
Pengemaran Diana Ribka, Tindakan Kekerasan Terhadap Perempuan
dalam Keluarga, Hasil Penelitian di Jakarta: Program Studi Kajian
Wanita Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, 1998

Anda mungkin juga menyukai