Anda di halaman 1dari 16

3.

3 Instalasi gedung Bertingkat


3.3.1 Instalasi Kabel Power PHB
Penentuan kabel power saluran utama konsumen adalah minimal 4 mm2
atau ditentukan oleh besarnya beban pada PHB Utama atau MDP (Main Distribution
Panel). Besarnya beban MDP ditentukan oleh besarnya beban sirkit akhir dan Sub
Distribution Panel (SDP) atau Panel Cabang. Besarnya beban SDP akan
mempengaruhi besarnya penghantar Cabang yang dibutuhkan. Sedangkan beban
SDP ditentukan oleh besarnya beban sirkit akhir. Dalam gambar 3.32, 3.33 dan 3.34
ditampilkan gambar instalasi listrik bangunan rumah berlantai 2 dengan beban 1
phasa.
GAMBAR 3.32
INSTALASI RUMAH LANTAI 1

GAMBAR 3.33
INSTALASI RUMAH LANTAI 2

1
GAMBAR 3.34
LEGEND

Berdasarkan gambar instalasi rumah tersebut diatas, maka dibuatlah gambar


one line diagram MDP dan SDP. Gambar 3.35 dan 3.36 menunjukkan gambar one
line diagram beban 1 phasa.
GAMBAR 3.35
ONE LINE DIAGRAM MDP LANTAI 1
BEBAN (W)

GAMBAR 3.36
ONE LINE DIAGRAM SDP LANTAI 2

PERHITUNGAN ARUS RANGKAIAN AKHIR


LANTAI 2 :
Group 1 : I = P = 1000/(220.0,8) = 5,7 A
V. CosQ
Group 2 : I = 1000/(220.0,8) = 5,7 A, MCB yang digunakan 6 A 1 phasa

2
Group 3 : I = 700/(220.0,8) = 3,98 A, MCB yang digunakan 6 A 1 phasa
Group 4 : I = 680/(220.0,8) = 3,86 A, MCB yang digunakan 6 A 1 phasa
Group 5 : I = 950/(220.0,8) = 5,4 A, MCB yang digunakan 6 A 1 phasa
Group 6 : I = 500/(220.0,8) = 2,84 A , MCB yang digunakan 6 A 1 phasa
Induk :I= 4930.0,7/(220.0,8) = 19,6 A , (0,7 adalah faktor keserempakan), MCB
yang digunakan 20 A 1 phasa
Dengan demikian maka saluran cabang (penghantar yang menghubungkan
antara lantai 1 dengan lantai 2) harus mampu menyalurkan arus listrik sebesar 20A
atau di atasnya. Sedangkan jarak dari MDP ke SDP adalah 20 mtr. Dengan demikian
maka besarnya pemampang saluran cabang ini dapat dihitung sebagai berikut :

2.I .l. cos 


A=
 .v
2.20.20.0,8

56.11
 1,038mm 2
Berdasarkan hasil perhitungan maka dipergunakan kabel dengan
penampang di atas 1,038 yaitu 1,5 mm2. Sebelum menentukan penampang penghantar
yang akan dipilih, perlu dipertimbangakan berdasarkan PUIL 2011, seperti tabel di
bawah ini :

3
TABEL 3.1
KHA PENGHATAR 3 KAWAT

Berdasarkan tabel di atas, maka penghantar ditentukan minimal 4 mm2.


Sehingga penghantar yang dipilih untuk penghantar cabang ini adalah agar sesuai
perhitungan dan ketentuan PUIL 2011 adalah sebesar 4 mm2.

LANTAI 1 :
Group 1 : I = P = 1000/(220.0,8) = 5,7 A
V. CosQ
Group 2 : I = 200/(220.0,8) = 1,14 A, MCB yang digunakan 6 A 1 phasa
Group 3 : I = 380/(220.0,8) = 2,16 A, MCB yang digunakan 6 A 1 phasa
Group 4 : I = 800/(220.0,8) = 4,55 A, MCB yang digunakan 6 A 1 phasa
Group 5 : I = 440/(220.0,8) = 2,50 A, MCB yang digunakan 6 A 1 phasa
Group 6 : I = 520/(220.0,8) = 2,95 A , MCB yang digunakan 6 A 1 phasa
Group 7 : I = 560/(220.0,8) = 3,18 A , MCB yang digunakan 6 A 1 phasa
Induk : I = (3900+4930).0,7/(220.0,8) = 35,11 A , (0,7 adalah faktor
keserempakan), MCB yang digunakan 42 A 1 phasa

Jika panjang saluran utama konsumen untuk beban ini adalah 10 meter,
maka dibutuhkan penghantar minimal sebesar adalah sebesar 16 mm2.

4
Prinsip-prinsip instalasi bangunan bertingkat sama seperti di atas.
Perbedaan instalasi akan terjadi tatkala bangunan tersebut dilayani dengan
sambungan rumah tiga phasa. Sambungan tiga phasa diberikan tatkala rumah
tersebut dilayani dengan daya tersambung 6.600 VA, 10.600 VA ke atas (untuk daya
tersambung dibawah 201.000 VA dilayani dengan sambungan tegangan rendah).
Sedangkan untuk daya tersambung 201.000 VA ke atas dilayani oleh PLN
menggunakan tegangan menengah 20 KV.
GAMBAR 3.36
DIAGRAM PANEL 3 PHASA PELANGGAN TEGANGAN RENDAH

GAMBAR 3.37
DIAGRAM PANEL 3 PHASA PELANGGAN TEGANGAN MENENGAH

5
6
BAB IV
SISTEM GROUNDING

4.1 Grounding
Grounding system adalah suatu perangkat instalasi yang berfungsi untuk
melepaskan arus petir kedalam bumi, salah satu kegunaannya untuk melepas muatan
arus petir. Standart kelayakan grounding atau pembumian harus bisa memiliki nilai
tahanan sebaran atau resistansi maksimal 5 Ohm (Bila di bawah 5 Ohm lebih baik).
Material grounding penangkal petir dapat berupa batang tembaga, lempeng tembaga
atau kerucut tembaga, semakin luas permukaan material grounding penangkal petir
yang di tanam ke tanah maka resistansi akan semakin rendah atau semakin baik untuk
mencapai nilai grounding tersebut, tidak semua areal bisa terpenuhi, karena ada
beberapa aspek yang mempengaruhinya, yaitu:
1) Kadar air, bila air tanah dangkal/penghujan maka nilai tahanan sebaran mudah
didapatkan.
2) Mineral/Garam, kandungan mineral tanah sangat mempengaruhi tahanan
sebaran/resistansi karena jika tanah semakin banyak mengandung logam maka
arus petir semakin mudah menghantarkan.
3) Derajat Keasaman, semakin asam PH tanah maka arus petir semakin mudah
menghantarkan.
4) Tekstur Tanah, untuk tanah yang bertekstur pasir dan porous akan sulit untuk
mendapatkan tahanan sebaran yang baik karena jenis tanah seperti ini air dan
mineral akan mudah hanyut.

4.2 Tahanan jenis tanah


Faktor keseimbangan antara tahanan pentanahan dan disekelilingnya adalah
tahanan jenis tanah yang direpresintasikan. Harga tahanan jenis tanah pada daerh
kedalaman yang terbats tergantung dari beberapa faktor yaitu :
1. Jenis tanah : tanah liat, berbatu, dan lain-lain.
2. Lapisan tanah : berlapis-lapis dengan tahanan jenis berlainan atau uniform.
3. Kelembaban tanah.
4. Temperatur.
Tahanan jenis tanah bervariasi dari 500 sampai 50.000 ohm per
cm,kadang-kadang harga ini donyatakan dengan harga ohm/cm. pernyataan ohm/cm
mempresentasikan tahanan antara dua permukaan yang berlawanan dari suatu volume

7
tanah berisi 1 cm³. Untuk mengubah komposisi kimia tanah dapatdilakukan dengan
memberikan larutan asam pada tanah dekat elektroda pentanahan dengan maksud
mendapatkan tahanan jenis tanah yang rendah. Cara ini hanya baik untuk sementara
sebab penggaraman harus dilakukan secara periodic, sedikitnya 6 bulan sekali. Harga
tahanan jenis tanah pada kedalaman yang terbatas sangatlah tergantung dengan
keadaan cuaca. Untuk mendapatkan tahanan jenis tanah rata-rata, maka diperlukan
suatu perencanaan maka diperlukan penyelidikan atau pengukuran dalam jangka
waktu tertentu misalnya selama 1 (satu) tahun. Biasanya tahanan jenis tanah juga
tergantung dari tingginya permukaan air yang kostan. Untuk mengurangi variasi
tahanan jenis tanah akibat pengaruh musim, pentanahan dapat dilakukan dengan
menanamkan elektroda pentanahan mencapaikedalaman dimana terdapat air yang
konstan.
TABEL 4.1
TAHANAN JENIS TANAH

Tahanan Jenis
No Jenis Tanah
Tanah
1 Tanah yang mengandung air garam 5–6
2 Rawa 30
3 Tanah liat 100
4 Pasir Basah 200
5 Batu-batu kerikil basah 500
6 Pasir dan batu krikil kering 1000
7 Batu 3000

Untuk mencapai nilai tahanan tersebut, tidak semua area bisa terpenuhi
karena ada beberapa aspek yang memengaruhinya, yaitu:
1) Kadar air; bila air tanah dangkal/penghujan, maka nilai tahanan sebaran mudah
didapatkan sebab sela-sela tanah mengandung cukup air bahkan berlebih,
sehingga konduktivitas tanah akan semakin baik.
2) Mineral ; kandungan mineral tanah sangat memengaruhi tahanan
sebaran/resistans karena: semakin berlogam dan bermineral tinggi, maka tanah
semakin mudah menghantarkan listrik. Daerah pantai kebanyakan memenuhi ciri
khas kandungan mineral dan garam tinggi, sehingga tanah sekitar pantai akan
jauh lebih mudah untuk mendapatkan tahanan tanah yang rendah.
8
3) Derajat keasaman; semakin asam (PH rendah atau PH<7) tanah, maka arus listrik
semakin mudah dihantarkan. Begitu pula sebaliknya, semakin basa (PH tinggi
atau PH >7) tanah, maka arus ‫־‬listrik sulit dihantarkan. Ciri tanah dengan PH
tinggi: biasanya berwarna terang, misalnya Bukit Kapur.
4) Tekstur tanah; untuk daerah yang bertekstur pasir dan berpori akan sulit untuk
mendapatkan tahanan sebaran yang baik karena jenis tanah seperti ini, air dan
mineral akan mudah hanyut dan tanah mudah kering.

Untuk berbagai tempat tahanan jenis tanah tidaklah sama tergantung pada
beberapa faktor yaitu sebagai berikut :
1) Sifat Geologi Tanah
Sifat geologi tanah merupakan faktor utama yang menentukan tahanan jenis
tanah. Bahan dasar dari pada tanah relatif bersifat bukan penghantar. Tanah liat
umumnya mempunyai tahanan jenis terendah, sedang batu-batuan sebagai
insulator.
2) Komposisi zat kimia dalam tanah
Kandungan zat – zat kimia dalam tanah terutama sejumlah zat organic maupun
anorganik yang dapat larut perlu untuk diperhatikan pula. Didaerah yang
mempunyai tingkat curah hujan tinggi biasanya mempunyai tahanan jenis tanah
yang tinggi disebabkan garam yang terkandung pada lapisan atas larut. Pada
daerah yang demikian ini untuk memperoleh pentanahan yang efektif yaitu
dengan menanam elektroda pada kedalaman yang lebih dalam dimana larutan
garam masih terdapat.
3) Kandungan air tanah
Kandungan air tanah sangat berpengaruh terhadap perubahan tahanan jenis tanah
( ρ ) terutama kandungan air tanah sampai dengan 20%. Dalam salah satu test
laboratorium untuk tanah merah penurunan kandungan air tanah dari 20% ke
10% menyebabkan tahanan jenis tanah naik samapai 30 kali.Kenaikan
kandunganair tanah diatas 20% pengaruhnya sedikit sekali.
4) Temperatur tanah
Temperatur bumi pada kedalaman 5 feet (= 1,5 m) biasanya stabil terhadap
perubahan temperatur permukaan. Bagi Indonesia daerah tropic perbedaan
temperatur selama setahun tidak banyak, sehingga faktor temperatur boleh dikata
tidak ada pengaruhnya.
9
5) Selain itu faktor perubahan musim juga mempengaruhinya.

4.3 Pengaruh Tahanan Tanah Terhadap Tahanan Elektroda


Tahanan elktroda pentanahan ketanah tidak hanya tergantung kedalaman dan
luas permukaan elektroda, tetapi juga pada tahanan tanah. Tahanan tanah merupakan
faktor kunci yang menentukan tahanan elektroda dan pada kedalaman beberapa
elektroda atau pasak harus ditanam agar diperboleh tahanan yang rendah. Tanahan
tanah sangat bervariasi di berbagai tempat, dan berubah tahanannya menurut iklim.
Tahanan tanah ini ditentukan oleh kandungan elektrolit didalamnya, kandungan air,
mineral-mineral, dan garam-garam. Tanah yang kering mempunyai tahanan yang
tinggi, tetapi tanah yang bas dapat juga mempunyai tahanan yang tinggi apabila tidak
mengandung garam-garam yang dapat larut. Karena tahanan tanah berkaitan langsung
dengan air dan suhu, maka dapat saja di asumsikan bahwa tahanan pentanahan suau
sistem akan berubah esuai perubahan iklim setiap tahunnya. Varisai-variasi tersebut
dapat dilihat karena kandungan air dan suhu lebih stabil pada kedalaman yang lebih
besar, maka agar dapat bekerja efektif sepanjang waktu, sistem pentanahan dapat
dikonstruksikan dengan elektroda atau pasak tanah yang ditancapkan cukup dalam di
bawah permukaan tanah. Hasil terbaik akan diperoleh apabila kedalaman elektroda
atau pasak mencapai tingkat kandungan air yang tetap.

4.4 Pengukuran Tahanan Pentanahan

Gambar 4.1 pengukuran menggunakan earth tester

1. Pertama tama kita Periksa kondisi kabel grounding BC yang akan diukur. Bila
kotor bersihkan dahulu permukaan kabel tersebut dengan lap bersih / kertas
amplas, agar jepitan kabel probe dapat menyentuh langsung bagian permukaan
tembaga yang sudah bersih dan untuk mencegah terjadinya kesalahan pembacaan
pada alat ukur.

10
2. Periksa kondisi dan perlengkapan penunjang alat ukur digital earth resistance
digital.
3. Earth Tester mempunyai tiga kabel diantaranya adalah kebel merah, kuning dan
hijau.
4. Silahkan hubungkan kabel ke Earth Tester dengan warna yang sudah di tentukan
pada alat ukur.
5. Hubungkan kabel merah setra kuning ke tanah dengan masing-masing jarak
kurag lebih 5-10 meter dari pentanahan atau grounding.
6. Hubungkan juga kabel hijau ke grounding yang sudah terpasang.
7. Lakukan pengukuran grounding (tahanan pentanahan) dengan memutar knob alat
ukur pada poisisi 200 ohm atau 2000 ohm tergantung dari kondisi tanah pada area
setempat yang akan diukur.
8. Kemudian tekan tombol tester untuk mengetahui resistansi grounding biasanya
berwarna kuning/merah dan pada displai alat ukur akan muncul nilai tahanan
pentanahan.
9. Dan finish nilai resistansi grounding sudah di ketahui. lihat angka yang di tunjuk
oleh jarum tester

4.5 Fungsi dan Syarat Grounding


Sistem grounding pada peralatan kelistrikan dan elektronika adalah untuk
memberikan perlindungan pada seluruh sistem. Untuk lebih jelasnya, berikut ini
adalah beberapa fungsi dari grounding. Untuk keselamatan, grounding berfungsi
sebagai penghantar arus listrik langsung ke bumi atau tanah saat terjadi kebocoran
isolasi atau percikan api pada konsleting, misalnya kabel grounding yang terpasang
pada badan/sasis alat elektronik seperti setrika listrik akan mencegah kita tersengat
listrik saat rangkaian di dalam setrika bocor dan menempel ke badan setrika.
Dalam instalasi penangkal petir, system grounding berfungsi sebagai
penghantar arus listrik yang besar langsung ke bumi. Meski sifatnya sama, namun
pemasangan kabel grounding untuk instalasi rumah dan grounding untuk pernangkal
petir pemasangannya harus terpisah.
Sebagai proteksi peralatan elektronik atau instrumentasi sehingga dapat
mencegah kerusakan akibat adanya bocor tegangan. Grounding di dunia eletronika
berfungsi untuk menetralisir cacat (noise) yang disebabkan baik oleh daya yang

11
kurang baik, ataupun kualitas komponen yang tidak standar. Simbol grounding pada
elektronika dasar maupun pada sistem kelistrikan digambarkan pada gambar dibawah.
Simbol ini diperlukan saat membuat gambar rangkaian elektrik ataupun rangkaian
elektronik. Berikut ini adalah beberapa simbol yang menjelaskan arti grounding pada
gambar teknik.

Gambar 4.2 Simbol Grounding

4.6 Jenis Grounding

Elektroda pembumian ialah suatu penghantar yang biasanya terbuat dari


tembaga dan ditanam dalam bumi/tanah dan membuat kontak secara langsung
dengan bumi. Adapun jenis-jenis elektroda pembumian menurut Persyaratan Umum
Instalasi Listrik (PUIL) 2000, di antaranya elektroda batang, elektroda pelat dan
elektroda pita.

1. Elektroda batang Elektroda batang yaitu elektroda dari batang logam tembaga Cu
(Cupper Rod / Ground Rod ) berdiamater minimum 5/8”, atau batang logam baja
profil / pipa galvanis berdiameter 1,5” yang dipancangkan secara vertikal atau
horizontal dalam tanah sedalam 3 meter. Perlu diperhatikan pula dalam
pemilihan bahan agar terhindar dari korosi. Elektroda ini mampu menyalurkan
arus petir maupun untuk pembumian proteksi yang lain.
Ukuran elektroda yang biasa digunakan adalah : a. Elektroda dengan
diameter 5/8 inch – 3/4 inch b. Panjang 4 feet – 8 feet

12
Gambar 4.3 Elektroda batang
Sumber : https://www.bing.com/images/search?

Spesifikasi dan pemasangan elektroda batang :


a. Berbentuk batang atau pipa padat, dibuat dari baja galvanis atau baja
belapis tembaga berdiameter 15 – 25 mm, dengan panjang setiap
segmen 1 – 1,25 m, atau utuh sepanjang yang tertanam didalam
tanah.
b. Ditanam dalam tanah secara horizontal pada kedalaman 0,5-1 m,
setiap elektroda atau langsung satu batang elektroda.
c. Pada umumnya di tanam dalam tanah yang lembek (tanah rawa atau
sawah) dengan cara dipantek dikarenakan tanah yang lembek tadi.
d. Penanaman elektroda batang ketanah dengan resistansi jenis tanah
100 ohm meter dengan kedalaman 5 meter akan menghasilkan
tahanan pembumian 20 ohm.
Untuk menghasilkan tahanan pembumian yang lebih rendah sesuai
dengan yang diinginkan maka bisa digunakan beberapa elektroda batang yang
diparalel di permukaan tanah. Untuk menetukan besarnya tahanan pembumian
dengan elektroda batang secara horizontal dipergunakan rumus sebagai berikut :

keterangan :

13
Rbt = Tahanan pembumian elektroda batang
ρ = Resistansi jenis tanah [ Ωm ]
L = Panjang elektroda batang yang tertanam [ m ]
a = Jari-jari batang elektroda [ m ]
(sumber : Hutauruk dalam buku “PENGETANAHAN NETRAL SISTEM
TENAGA & PENGETANAHAN PERALATAN”)

2. Elektroda pelat Beberapa elektroda pembumian salah satunya adalah berbentuk


elektroda pelat dan biasanya berdimensi empat persegi panjang dengan ketebalan
yang bervariasi dan terbuat dari tembaga, timah atau pelat baja yang ditanam di
dalam tanah. Cara penanaman biasanya secara vertikal, sebab dengan menanam
secara horizontal hasilnya tidak berbeda jauh dengan vertikal. Penanaman secara
vertikal adalah lebih praktis dan ekonomis.

Gambar 4.4 Elektroda pelat


Sumber : https://www.bing.com/images/search?

Spesifikasi dan pemasangan elektroda pelat :


a. Berbentuk lembaran pelat, dibuat dari baja galvanis tebal 3 mm atau lembaran
pelat tembaga tebal 2 mm dengan luas penampang 0,5 – 1m2.
b. Ditanam dalam tanah verikal dengan kedalaman bagian atau elektroda berkisar
antara 0,5 – 1 m.
c. Pada umumnya ditanam pada tanah mulai yang lembek hingga tanah yang keras
( tanah pasir, kerikil, berbatu) dengan cara menanam vertikal bagian atasnya
dihubungkan dengan kawat BC dengan ukuran luas penampang yang sesuai.
d. Penampang elektroda pelat / 1m2 pada tanah ladang dengan resistansi jenis tanah

14
sekitar 100 ohm-meter menghasilkan tahanan pembumian yang rendah
sebagaimana yang diinginkan maka biasa digunakan beberapa elektroda pelat
yang diparalel dipermukaan tanah.

dipergunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :
R = Tahanan pembumian elektroda plat (ohm)
ρ = Resistansi jenis tanah [ Ωm ]
L = Panjang elektroda plat[ m ]
b = lebar elektroda plat[ m ]
t = kedalaman elektroda plat[ m ]

3. Elektroda pita Elektroda Pita terbuat dari penghantar berbentuk pita atau bulat.
Pemasangannya dipasang secara horizontal pada kedalaman antara 0,5m - 1m dari
permukaan tanah. Elektroda ini bisa dipasang pada struktur tanah yang mempunyai
tahanan jenis rendah pada permukaan dan pada daerah yang tidak mengalami
kekeringan. Hal ini cocok untuk daerah – daerah pegunungan dimana harga tahanan
jenis tanah makin tinggi dengan kedalaman.

Gambar 4.5 Elektroda pita


Sumber : https://www.bing.com/images/search?

Spesifikasi dan pemasangan elektroda pita ;


a. Berbentuk hantaran kawat pilin dari bahan tembaga atau tembaga berlapis
timah dengan luas penampang mulai dari 120 hingga 300 mm2.
b. Ditanam dalam tanah horizontal dengan kedalaman bagian atas elektroda
15
berkisar antara 0,5 – 1 m dan bentangan horizontal, dengan bentuk bentangan
berupa lingkaran berdiagonal atau bentik silang/persilangan satu titik
dihubungkan keluar dengan kawat BC luas penampang minimal sama dengan
luas penampang elektroda.
c. Pada umumnya ditanam pada tanah mulai yang lembek hingga pada tanah
yang keras (tanah pasir, kerikil, berbatu) dengan cara menanam horizontal
pada seluruh bentang panjang elektroda.
Untuk menetukan besarnya tahanan pembumian dengan elektroda pita ipergunakan
rumus sebagai berikut :

Keterangan :
Rpt = Tahanan pembumian elektroda pita
ρ = Resistansi jenis tanah [ Ωm ]
L = Panjang elektroda pita [ m ]
d = Lebar pita/ diameter elektroda pita kalau bulat [ m ]

16

Anda mungkin juga menyukai