Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PAPER
RETINOPATI DIABETIK
Disusun oleh:
140100145
Pembimbing:
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan paper ini dengan
judul “Retinopati Diabetik”. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima
kasih kepada dokter pembimbing dr Vanda Virgayanti, M.Ked(Oph), Sp. M yang
telah meluangkan waktunya dan memberikan bimbingan serta masukan dalam
penyusunan paper ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh dari
kesempurnaan baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan
paper selanjutnya.
Paper ini diharapkan bermanfaat bagi yang membaca dan dapat menjadi
referensi dalam pengembangan wawasan di bidang medis.
Penulis
i
PAPER NAMA : Nanda R Javanda
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100145
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
DAFTAR ISI
ii
PAPER NAMA : Nanda R Javanda
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100145
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
DAFTAR GAMBAR
iii
PAPER NAMA : Nanda R Javanda
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100145
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
BAB I
PENDAHULUAN
1
PAPER NAMA : Nanda R Javanda
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100145
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
2
PAPER NAMA : Nanda R Javanda
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100145
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Retina adalah lembaran jaringan saraf berlapis yang tipis dan semitransparan
yang melapisi bagian dalam dua pertiga posterior dinding bola mata. Retina
adalah lapisan paling dalam mata dan berasal dari neuroektodem. Fungsi retina
dapat disamakan dengan film dalam kamera, yaitu untuk menangkap gambaran
bayangan yang di pancarkan melalui lensa mata. Pada retina terdapat ora serrata,
makula lutea dan fovea sentralis. Ora serrata merupakan bagian terminal dari
anterior retina yang terhubung dengan epitel badan siliaris. Makula lutea
merupakan area dengan diameter 1,5 mm yang terletak di bagian posterior, sekitar
3 mm ke sisi temporal diskus optik. Fovea sentralis adalah bintik di tengah
makula, sel kerucut mendominasi daerah ini. Fovea adalah bagian paling sensitif
dari retina.2,5
Retina tersusun dari 10 lapisan serta mengandung sel batang (rods) dan sel
kerucut (cones), yang merupakan reseptor penglihatan, ditambah empat jenis
neuron yaitu sel bipolar, sel ganglion, sel horizontal dan sel amakrin. Ketebalan
retina bervariasi mulai dari 0,4 mm di dekat saraf optik hingga 0,15 mm di
anterior ora serrata. Bagian tengah retina (makula lutea) terdiri dari sel kerucut
untuk penglihatan disiang hari dan untuk penglihatan warna sedangkan bagian
tepi retina terdiri dari sel batang untuk penglihatan pada malam hari.5,6
Retina terdiri dari dua lapisan utama yaitu epitel pigmen retina luar dan
lapisan saraf bagian dalam. Retina terdiri dari sepuluh lapisan yaitu:6
1. Lapisan pigmen epitel : Lapisan tunggal sel heksagonal yang
mengandung pigmen melanin yang terletak di bagian luar
retina.
2. Lapisan sel batang dan kerucut : Ini adalah organ untuk sensasi visual.
4
PAPER NAMA : Nanda R Javanda
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100145
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
adalah arteri terminal, oklusi akan menyebabkan retina infark. Bagian ekternal
retina disuplai oleh lamina kapiler koroid. Dari delapan arteri siliar posterior
(cabang arteri oftalmika) 6 arteri siliaris posterior yang pendek secara langsung
mensuplai koroid dan memberi nutrisi pada lapisan terluar retina nonvaskular.
Dua arteri siliaris posterior yang panjang , satu pada masing – masing bulbus
okuli, melewati sklera dan koroid untuk mengadakan anastomosis dengan arteri
siliaris anterior untuk mensuplai pleksus siliaris.6,7
Drainase vena melalui vena oftalmika superior dan inferior yang melewati
fisura orbital superior dan memasuki sinus kavernosus. Vena oftalmika inferior
juga mengalir ke plexus pterygoid. Vena retina sentral mengalirkan darah dari
retina dan bagian prelamina dari saraf optik ke sinus kavernosa.7
Arteri, arteriol dan vena di lapisan superfisial retina dekat permukaan
vitreos dapat dilihat melalui oftalmoskop. Gambaran Arteri retina biasanya cerah
merah, memiliki strip refleks merah terang akan tetapi menjadi lebih pucat pada
usia lanjut. Vena retina berwarna merah gelap dengan strip refleks sempit.
Diameter vena biasanya 1,5 kali lebih besar dari diameter arteri dengan rasio arteri
2.2.1 Definisi
Retinopati diabetik ialah suatu kelainan mata pada pasien diabetes yang
disebabkan karna kerusakan kapiler retina dalam berbagai tingkatan, sehingga
menimbulkan gangguan penglihatan mulai dari yang ringan sampai berat bahkan
sampai terjadi kebutaan total dan permanen.9
2.2.2 Epidemiologi
Prevalensi semua jenis retinopati diabetik pada populasi diabetes meningkat
sejalan dengan lama nya terkena diabetes dan usia pasien. Retinopati diabetik
jarang ditemukan pada anak anak dibawah usia 10 tahun. Resiko terjadinya
diabetes meningkat setelah pubertas.10
Tingkat prevalensi retinopati untuk semua orang dewasa dengan diabetes
berusia 40 tahun ke atas di Amerika serikat adalah 28,5% ( 4,2 juta orang ), di
seluruh dunia, tingkay prevalensi diperkirakan 34,6% ( 93 juta orang ). Perkiraan
tingkat prevalensi untuk retinopati diabetik yang mengancam penglihatan (VTDR)
di America serikat adalah 4,4% ( 0,7 juta orang . Diseluruh dunia tingkat
prevalensi ini telah dierkirakan 10,2 % (28 juta orang)11
2.2.3 Klasifikasi
6
PAPER NAMA : Nanda R Javanda
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100145
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
7
PAPER NAMA : Nanda R Javanda
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100145
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
a. NPDR minimal : Terdapat satu atau lebih tanda berupa dilatasi vena,
mikroaneurisma, perdarahan intraretina yang kecil atau eksudat keras.
b. NPDR ringan sampai sedang :Terdapat satu atau lebih tanda berupa dilatasi
vena derajat ringan perdarahan, eksudat keras, eksudat lunak atau IRMA.
c. NPDR berat : Terdapat satu atau lebih tanda berupa perdarahan dan
mikroaneurisma pada 4 kuadran retina, dilatasi vena pada 2 kuadran, atau
IRMA ekstensif minimal pada 1 kuadran.
d. NPDR sangat berat : Ditemukan dua atau lebih tanda pada retinopati NPDR
berat.
intraokular. Kebutaan dapat terjadi apabila ditemukan pembuluh darah baru yang
meliputi satu per empat daerah diskus, adanya perdarahan preretina, pembuluh
darah baru yang terjadi dimana saja (neovascularization elsewhere) yamg disertai
perdarahan atau terdapat perdarahan di lebih separuh pada daerah diskus atau
vitreus.9
9
PAPER NAMA : Nanda R Javanda
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100145
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
A B
A B
C D
E F
Gambar 2.5 A, Mild NPDR; B, Moderate NPDR; C, Severe NPDR; D, Very severe NPDR; E, Early PDR; F, High risk
PDR13
10
PAPER NAMA : Nanda R Javanda
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100145
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
2.3.5 Patofisiologi
Retinopati diabetik sebagian besar merupakan mikroangiopati dimana
pembuluh darah kecil sangat rentan terhadap kerusakan akibat kadar glukosa
darah yang tinggi. Efek hiperglikemia langsung berperan pada sel retina. Banyak
11
PAPER NAMA : Nanda R Javanda
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100145
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
12
PAPER NAMA : Nanda R Javanda
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100145
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
2.3.6 Diagnosis11
Pemeriksaan awal untuk pasien dm mencakup semua fitur evaluasi mata
medis dewasa komprehensif. Dengan perhatian khusus pada aspek-aspek yang
relevan dengan retinopati diabetik.
Riwayat awal harus mempertimbangkan unsur-unsur berikut :
- Durasi diabetes
- Control glikemik
- Pengobatan
- Riwayat kesehatan (seperti : obesitas, hipertensi sistemik, serum lipid level,
kehamilan, neuropati)
- Riwayat mata (trauma, penyakit mata lain, injeksi mata, operasi, termasuk
perawatan laser retina dan pembedahan refraktif
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan awal harus mencakup unsur2 berikut :
- Aktifitas visual
- Tekanan intraocular
- Gonioskopi sebelum dilatasi, jika diindikasikan. Neovaskularisasi iris paling
dikenal sebelum dilatasi. Ketika dijumpai atau dicurigai neovaskularisasi pada
iris, atau jika tekanan intraokular meningkat, gonioskopi dapat digunakan
untuk mendeteksi neovaskularisasi pada sudut ruang anterior.
- Penilaian papiler untuk disfungsi saraf optik
- Funduskopi menyeluruh termasuk pemeriksaan stereoskopis dari tiang
posterior
- Pemeriksaan retina perifer dan vitreous
13
PAPER NAMA : Nanda R Javanda
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100145
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
Jadwal pemeriksaan
Diabetes tipe 1
Banyak penelitian pasien dengan diabetes tipe satu telah melaporkan
hubungan langsung antara prevalensi dan keparahan retinopati dan durasi
diabetes.
Perkembangan retinopati yang mengancam penglihatan jarang terjadi pada
anak-anak sebelum pubertas. Di antara pasien dengan diabetes tipe satu, retinopati
subasional dapat menjadi jelas sedini 6 tahun 7 tahun setelah timbulnya penyakit.
Pemeriksaan mata direkomendasikan mulai 5 tahun setelah diagnosis diabetes tipe
satu dan setiap tahun sesudahnya, yang akan mendeteksi sebagian besar pasien
tipe satu yang membutuhkan terapi. Pengetahuan pasien tentang dampak visual
dari kontrol glukosa dini adalah penting dan harus dimulai dengan timbulnya
penyakit.11
Diabetes tipe 2
Waktu timbulnya diabetes tipe 2 seringkali sulit untuk ditentukan dan dapat
mendahului diagnosis dalam beberapa tahun. hingga 3% dari pasien yang
diabetesnya didiagnosis pertama kali pada usia 30 tahun atau lebih akan memiliki
makular edema atau fitur berisiko tinggi pada saat diagnosis awal diabetes. sekitar
14
PAPER NAMA : Nanda R Javanda
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100145
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
30% pasien akan memiliki manifestasi retinopati diabetik pada saat diagnosis.
oleh karena itu, pasien harus dirujuk untuk evaluasi oftalmologis pada saat
diagnosis.11
Tes tambahan
Jika digunakan dengan tepat, sejumlah tes tambahan untuk pemeriksaan klinis
dapat meningkatkan perawatan pasien. tes paling umum meliputi yang berikut:
- Color and red-free fundus photography
- Optical Coherence Tomography (OCT)
- Fluorescein Angiography (FA)
- Usg
1. Color Fundus Photography
Fotografi fundus adalah teknik yang dapat direproduksi untuk mendeteksi
retinopati diabetik dan telah digunakan dalam studi penelitian klinis besar.
Fotografi fundus juga berguna untuk mendokumentasikan keparahan dari
15
PAPER NAMA : Nanda R Javanda
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100145
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
2.3.7 Tatalaksana
Npdr biasanya dikelola dengan mengoptimalkan kesehatan umum pasien.
Pengobatan terbaik untuk diabetik retinopati adalah pencegahan dari
perkembangannya dengan kontrol glukosa yang ketat. Pasien yang harus dirawat
adalah hbac <7%. Manajemen tekanan darah juga telah terbukti mengurangi
16
PAPER NAMA : Nanda R Javanda
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100145
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
18
PAPER NAMA : Nanda R Javanda
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100145
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
BAB III
KESIMPULAN
Retinopati diabetik ialah suatu kelainan mata pada pasien diabetes yang
disebabkan karna kerusakan kapiler retina dalam berbagai tingkatan, sehingga
menimbulkan gangguan penglihatan mulai dari yang ringan sampai berat bahkan
sampai terjadi kebutaan total dan permanen.
Patofisiologi retinopati diabetik sebagian besar merupakan mikroangiopati
dimana pembuluh darah kecil sangat rentan terhadap kerusakan akibat kadar
glukosa darah yang tinggi. Ada beberapa penjelasan teori mengenai patofisiologi
dari diabetik retinopati yang pertama yaitu aldose reduktase akan menghasilkan
sorbitol dan galaktitol tetapi sorbitol dan galaktitol tidak bisa berdifusi dengan
mudah untuk keluar dari sel sehingga menyebabkan peningkatan konsentrasi
intraselluler. Tekanan osmotik kemudian menyebabkan air berdifusi ke dalam sel.
Teori kedua yaitu faktor vasoproliferatif, dimana faktor vasoproliferatif seperti
VGEF akan menginduksi neovaskularisasi. Teori ketiga yaitu trombosit dan
viskositas darah yangd apat menyebabkan oklusi kapiler fokal dan akan
menyebabkan area iskemi pada retina.
Diagnosis ditegakkan melalui beberapa pemeriksaan yaitu pemeriksaan
tekanan intraokular, pemeriksaan gonioskopi, pemeriksaan funduskopi
menyeluruh, namun bisa juga dilakukan beberapa tes tambahan seperti Color and
red-free fundus photography, Optical Coherence Tomography (OCT), Fluorescein
Angiography (FA) dan Usg.
Terapi yang paling penting adalah mencegah NPDR menjadi PDR dengan
mengontrol kadar gula darah dengan ketat. Terapi laser juga bisa digunakan pada
pasien mikroaneurisma kausatif. Ada juga tersedia beberapa obat seperti suntikan
triamcinolone intravitreous dan antibodi terhadap VEGF seperti lucentis atau
avastin. Vitrektomi bisa dilakukan pada pasien dengan ablasi retina.
19
PAPER NAMA : Nanda R Javanda
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100145
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas HS dan Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata Edisi kelima. Badan Penerbit
FK UI : Jakarta. 2015.
2. Riordan-Eva P, Cunningham E. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology,
17th Edition [Internet]. 2014.
3. Harahap AAL, Hiswani, Lubis SN. Karakteristik Penderita Retinopati Diabetik
yang Dirawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2013-2016.
Medan 2015.
4. Fitriani, Sihotang DS, Delfi. Prevalensi Retinopati Diabetik. Jurnal Kesehatan
Prima. 2017; 11(2):137-140.
5. Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi ke-22. Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta. 2013
20
PAPER NAMA : Nanda R Javanda
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100145
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
China.2007. pp 566-583
15. Tanto C, Liwang F, Hanifati S, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi
Keempat. Media Aesculapis : Jakarta. 2014. pp. 383-384, 394-396.
16. Kanski JJ. Clinical Opthalmology A Systemic Approach edisi 8.
China.2016. pp 520-537
21
PAPER NAMA : Nanda R Javanda
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100145
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN