Disusun oleh:
Cindravia Kapele 17111101077
Christian Mokosolang 17111101079
Gideon Putra Rio 17111101180
Jeanette Matindas 17111101090
Steven Mandagi 17111101093
Mega Porajow 17111101098
Leony Pantas 17111101121
Lovelly Raule 17111101147
Alda Pojoh 17111101150
Kelas 4B
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah suatu sistem pengelolaan data dan
informasi kesehatan di semua tingkat pemerintahan secara sistematis dan terintegrasi untuk
mendukung manajemen kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat Perturan perundang undangan. Bagian atau ranah yang menyebutkan sistem
informasi kesehatan adalah Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan
dan strategi desentralisasi bidang kesehatan dan Kepmenkes Nomor
932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk pelaksanaan pengembangan sistem laporan
informasi kesehatan kabupaten/kota.Kebutuhan akan data dan informasi disediakan melalui
penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan, yaitu dengan cara pengumpulan, pengolahan,
analisis data serta penyajian informasi.
Sistem informasi gizi merupakan salah satu sistem informasi tingkat nasional yang
dikelola oleh Direktorat Bina Gizi kementrian Kesehatan Republik indonesia Demikian juga
dengan data yang disediakan berbagai data tentang kegiatan pembinaan gizi seperti
penimbangan balita di posyandu, data masalah gizi buruk, data yang mendukung tablet
pemherian tablet Fe pada ibu hamil, dan cakupan konsumsi garam beriodium, data cakupan
pemberlan vitamin A dan data Prioritas ASI eksklusif. Informasl yang tersedia dari sistem
tersebut sangat membanu para pengambil keputusan untuk dapat berkoordinasi dengan
daerah, meningkatkan kinerja pelaksana dan program serta sebagai hahan evaluasi dan
perencanaan kegiatan. Dalam penyediaan data dan informasi mengenai status gizi tidak dapat
dilakukan secara parsial, oleh karena itu Pemeritah Pusat perlu melakukarı koordinasi dengan
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten / Kota dan Pelayanan Kesehatan seperti
puksesmas dan posyandu. (Direktorat Bina Gizi, 2013)
Sistem informasi untuk pprogram kesehatan HIV/AIDS yang sedang dikembangkan
oleh Kemenkes yaitu Sistem Informasi HIV dan AIDS (SIHA). Sistem ini diharapkan dapat
menyatukan semua pencatatan dan pelaporan yang dilakukan oleh pelaksana program
penanggulangan AIDS di Indonesia. SIHA sendiri telah disatukan dalam program Sistem
Informasi Kesehatan Nasional (Siknas) dibawah naungan Pusdtin, Kemenkes. Hal ini
mengindikasikan bahwa SIHA menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan sistem
informasi Kesehatan. SIHA masih terfokus pada pencatatan dan pelaporan di sektor unit
pelayanan kesehatan. Pelaksanaan program yang terkait dengan penjangkauan dan
pendampingan populasi kunci belum dimasukkan dalam SIHA. Sehingga kegiatan yang
sebagian besar dilakukan oleh LSM untuk menjangkau dan mendorong perubahan perilaku
populasi kunci tidak diakomodasi dalam SIHA. Padahal kegiatan tersebut menjadi pintu
masuk yang penting dalam program pencegahan dan promosi penanggulangan AIDS.
Sistem informasi dalam program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) bertujuan memantau
perkembangan pelayanan KIA di tempat pelayanan. Evaluasi hasil program KIA di
Puskesmas dilakukan berdasarkan laporan bulanan KIA, kelahiran dan kematian per
desa, penemuan kasus Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) per desa, penemuan kasus tetanus
neonatorum per desa, kematian ibu, register kematian perinatal (0-7) hari, rekapitulasi
pelacakan kematian neonatal, Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA indikator ibu,
PWS KIA indikator anak serta laporan bulanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) KIA.
SPM KIA salah satu fungsinya yaitu sebagai alat monitoring dan evaluasi serta tolok ukur
untuk mengukur kinerja penyelenggara kewenangan daerah berkaitan dengan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat dibidang KIA meliputi : Cakupan kunjungan ibu hamil
K4, Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan, ibu hamil risiko tinggi yang dirujuk, cakupan kunjungan neonatus,
cakupan kunjungan bayi, dan cakupan BBLR yang ditangani. Sumber data untuk membuat
laporan pelayanan kesehatan ibu dan bayi di Puskesmas diperoleh dari hasil kegiatan
KIA di Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Pondok Bersalin Desa (Polindes), Posyandu,
bidan praktek swasta, dokter praktek swasta, Rumah Bersalin dan Rumah Sakit Pemerintah
maupun Rumah Sakit Swasta, selanjutnya data dikumpulkan dan dilakukan pengolahan
data sebulan sekali oleh petugas pengolah data KIA di Puskesmas.
Sistem Informasi Penanggulangan Malaria terdiri dari tiga kegiatan (Depkes, 2002)
yaitu terdiri dari Pengumpulan data meliputi sumber data berasal dari puskesmas, pustu,
bidan didesa RS, dll, yang kedua jenis data, data kependudukan, data epidemiologi data
entomologi data hasil kegiatan dan sumber daya. Serta waktu, bisa bermacam-macam sesuai
kebutuhan misalnya laporan khusus setiap ada kejadian , perjam, harian, mingguan, bulanan,
triwulanan, semester dan tahunan. Dan yang ketiga pengolahan data yang meliputi
pencatatan, semua data yang diterima dicatat dalam buku catatan tertentu, untuk mengetahui
jenis data apa yang belum diterima dan dari unit kegiatan mana. Hal ini penting dilakukan
sebagai pemantauan tentang ketepatan, kelengkapan dan kebenaran data yang diterima.
Pengecekan, setelah laporan dicatat kemudian isi laporan itu diteliti ada tidaknya kesalahan.
Apabila ada kesalahan atau ketidakjelasan dapat segera diumpan balik atau dimintakan
penjelasan kepada unit kegiatan yang mengirimkan.