06 Filsafat Nihilisme
06 Filsafat Nihilisme
06 Filsafat Nihilisme
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar
Sarjana Ilmu Sosial
oleh:
LILIS WIDYASARI
NIM. 106083002819
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
Hidayatullah Jakarta.
Lilis Widyasari
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi ini menganalisis dinamika hubungan Korea Selatan dan Korea Utara dalam
mewujudkan reunifikasi di Semenanjung Korea periode 2003-2008. Dalam
mewujudkan reunifikasi di Semenajung Korea, terdapat hambatan-hambatan yang
menjadi penghalang terwujudnya Negara Korea yang satu. Hambatan-hambatan
tersebut tidak lebih dari faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal
tersebut terdiri dari keadaan domestik dua Negara Korea baik dikarenakan
permasalahan perbedaan ekonomi, ideology kedua Negara Korea, ancaman nuklir
Korea Utara maupun kebijakan reunifikasi kedua Korea. sedangkan pada faktor
eksternal terdiri dari adanya hegemoni Amerika Serikat di Semenanjung Korea, dan
kepentingan Cina, Jepang, dan Rusia di Semenanjung Korea, dan hal tersebut yang
menjadi Latar belakang reunifikasi di Semenanjung Korea.
Penelitian ini menggunakan konsep politik luar negeri, konsep keamanan, konsep
diplomasi dan reunifikasi. Skripsi ini menggunakan metode kualitatif yaitu jenis
penulisan melalui pengumpulan data-data dan pemahaman data dengan menggunakan
studi pustaka. Hasil penelitian ini diketahui bahwa dinamika hubungan yang terjadi
pada tahun 2003-2008 masih memiliki hambatan-hambatan yang cukup serius baik
secara faktor internal maupun faktor eksternal. Diantara faktor-faktor inilah yang
menjadi fokus penulis dalam penelitian ini.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah serta izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “ Dinamika Hubungan Korea Selatan Dan Korea Utara Dalam
mewujudkan Reunifikasi Di Semenanjung Korea Periode 2003-2008 ”.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Papa dan Mama Tercinta, Iwan Hartawan dan Tini selaku orang tua penulis yang
telah memberikan dorongan dan semangat, yang tidak kenal lelah
mengumandangkan ayat suci, berdoa untuk kebaikan putrinya, dukungan baik
moral maupun material selama penulis menuntut ilmu.
2. Prof. Dr.Bachtiar Effendy sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dina Afrianty, Ph.D., sebagai Ketua Jurusan Hubungan Internasional,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Adian Firnas, S.IP, M.Si sebagai Pembimbing Skripsi penulis yang telah
memberikan arahan, data-data skripsi, saran, dan ilmunya hingga penulisan
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik
5. Bapak Agus Nilmada Azmi, S.Ag, MSi., sebagai Sekretaris Jurusan Hubungan
Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
6. Bapak Nazaruddin Nasution, SH, MA., sebagai Dosen Pembimbing Akademik
penulis.
7. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
ii
mengajarkan berbagai ilmu dan telah membantu penulis dalam meyelesaikan
tugasnya sebagai mahasiswi.
8. Terimakasih untuk Perpustakaan Utama UIN Jakarta, Perpustakaan FISIP UI,
Perpustakaan IISIP, Perpustakaan LIPI, Perpustakaan Universitas Budi Luhur.
9. Bapak Hj. Sunandar dan Ibu Etih selaku paman dan bibi bagi penulis yang selalu
memberi semangat dan doa terus-menurus yang tidak henti-hentinya selama
penulis menuntut ilmu.
10. Terima kasih untuk Bapak Sutarman dan Ibu Raminah selaku mertua penulis yang
telah memberikan dorongan dan semangat, yang tidak kenal lelah
mengumandangkan ayat suci, berdoa untuk kebaikan putrinya.
11. Yang tercinta suami Mario Sugantoro yang sudah menemani penulis sejak awal
kuliah sampai menyelesaikan skripsi selalu memberikan semangat dan dorongan
setiap saat. Teruntuk anak-ku Muhammad Satrio Sugantoro, makasih ya
sayang...Love you dari bunda buat Satrio.
12. Sahabat-sahabatku : Riana Amelia, Kristya anyarani, Rosy Kamalia, Chairunnisa.
Makasih ya sahabatku, Makasih banyak ya sudah mau berjuang bersama-sama.
13. Teman-teman HI UIN angkatan 2006 dan 2007 lainnya yang tidak dapat di
sebutkan satu-persatu oleh penulis, makasih banyak buat masukan-masukan dan
saran-saran kalian yang sangat bermanfaat bagi penulis. Terima Kasih ya kawan.
Semoga dengan segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat
imbalan di sisi Allah SWT sebagai amal ibadah, Amin. Penulis menyadari skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari
pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan-perbaikan ke depan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK……………………………………………………………………… i
PENGANTAR………………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………... iv
DAFTAR TABEL……………………………………………………..………. vi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………..…… vii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………... 1
iv
2.4 Kebijakan Policy for Peace and Prosperity Presiden Roh Moo
Hyun…................................................................................................ 32
BAB III GAGASAN REUNIFIKASI DI SEMENANJUNG KOREA…...... 36
3.1 Latar Belakang Reunifikasi di Semenanjung Korea………………... 37
3.2 Kebijakan Reunifikasi di Semenanjung Korea……………………... 39
3.3 Perkembangan Reunifikasi di Semenanjung Korea………………… 41
BAB V KESIMPULAN……………………………………………………... 75
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
menghubungkan Asia Timur Laut dengan dunia luar. Posisi geografis Korea
strategis. Hal ini karena Semenanjung Korea terletak di tengah tiga negara besar
yaitu Jepang, Cina, dan Rusia.1 Di masa lampau Cina, Jepang dan, Rusia menjadi
sedangkan di masa modern Amerika Serikat ikut serta mencampuri urusan negara
Korea. Terpecahnya Korea menjadi dua Negara yang berdaulat merupakan akibat
dari Perang Dunia II yang pada akhirnya dijustifikasi melalui Perang Dingin
hingga saat ini. Kedua Korea merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
(Amerika) dan Blok Timur (Uni Soviet). Kedua belah pihak saling mencari daerah
1
Yang Seung-Yoon, dan Mohtar Mas’oed, Masyarakat, Politik, dan Pemerintahan
Korea : Sebuah Pengantar, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2005, h. 1
2
Ibid, h. 4
1
Pasca Perang Dingin, stabilitas politik dan keamanan di Semenanjung
negara anggota PBB untuk berperang sebagai sekutu Korea Selatan melawan
Cina dan Uni Soviet dari blok komunis.3 Berakhirnya Perang Korea ditandai
dengan gencatan senjata yang menghasilkan garis gencatan senjata sepanjang 155
mil yang membagi Semenanjung Korea. Masalah utama di Semenanjung ini pada
umumnya adalah ancaman nuklir Korea Utara. Kegiatan reaktor nuklir yang tidak
Pengembangan nuklir Korea Utara sudah dilakukan sejak akhir tahun 1970-an.
perhatian dari dunia internasional, hingga pada tahun 1980-an, Korea Utara mulai
Kim II Sung. Menurut Kim Il Sung, Korea Utara tidak perlu lagi tergantung
teknologi yang dibutuhkan dalam jangka panjang untuk mewujudkan Korea Utara
yang kuat dan makmur. Sesuai dengan definisi strategi nuklir sebagai
bagi Korea Utara dapat menjadi alat penting dalam perundingan internasional.5
3
Ibid.
4
Ibid, h. 121
5
Riri Dwianto,”kerjasama Keamanan Asia Timur”dalam Agenda dan Penataan
Keamanan di Asia Pasifik, Bartarto Bandoro (Penyuting), CSIS, Jakarta,1999-2000, h. 185
2
program nuklir Korea Utara dan tidak lama sesudahnya, tepatnya di tahun 1986,
dengan penarikan diri Korea Utara dari perjanjian non-proliferasi nuklir pada
bulan Maret 1993. Korea Utara menjadi ancaman bagi stabilitas regional dan
Di sisi lain, Korea Utara sejak terpecahnya negara Korea, berubah menjadi
sebuah negara yang sangat tertutup, sehingga komunikasi antara Korea Utara dan
dunia luar terutama Korea Selatan sangat minim dan dikontrol dengan ketat.
kemampuan rudal dengan serangkaian uji coba serta memburuknya situasi politik
dan ekonomi Korea Utara pada saat itu. Melihat keadaan tersebut Korea Selatan
6
Hezel Smith, Bad, Sad or Rational Actor? Why the ‘Securitization’ Paradigma Makes
for Poor Policy Analysis of North Korea, International Affairs, Vol. 76, No. 3, Europe: Where
Does It Begin and End? (Jul,2000), h. 610.
7
Fakta-fakta tentang Korea, Pelayanan Kebudayaan dan Informasi Korea, Kementerian
Kebudayaan Olah Raga dan Pariwisata, 2002, hal 59
8
Rizal Sukma,”Dua Korea dan Prospek Perdamaian di Asia Timur”, dalam Analisa,
CSIS, Jakarta, 1992-1993, h. 265.
3
mengambil sebuah kebijakan yang ingin memberikan terobosan yang revolusioner
untuk mencairkan hubungan antara kedua Negara Korea dan merubah persepsi
Korea Utara.
Perubahan sikap Korea Selatan terhadap Korea Utara menjadi angin segar
landasan pembuatan kebijakan Korea Selatan adalah bahwa bangsa Korea adalah
tidak bisa menyelasaikan permasalahan tersebut. Lebih dari setengah abad, Korea
Selatan berusaha mencari cara untuk menyatukan kembali daerah yang terbagi di
sekitar Semenanjung Korea sejak berdirinya Republik Korea pada tahun 1948.
proses dialog yang bersahabat sebagai senjata utama dalam menghadapi Korea
untuk memberikan dorongan bagi perubahan cara pandang rejim otoriter Korea
Utara terhadap dunia luar. Proses dialog antara Korea semakin intensif dilakukan,
9
Yang Seung-Yoon dan Aini Setiawati, sejarah Korea Awal Abad Hingga Masa
Kontemporer, Ghajah Mada University Press, Yogyakarta, 2003, h. 190.
4
rangkaian pertemuan tingkat Perdana Menteri yang hingga akhir 1992 telah
kali pertemuan di Panmunjom yang dihadiri oleh para pejabat tinggi dari kedua
Korea Utara terhadap Korea Selatan yang melakukan latihan militer bersama AS
pemerintahan Korea Selatan sejak masa Presiden Roh Tae Woo, Kim Yong Sam,
Kim Dae Jung dan Roh Moo Hyun selalu menggunakan tiga pondasi kebijakan
kebekuan dan kekakuan antara Korea Selatan dan Korea Utara. Kerjasama
dilakukan dalam dua hal, yaitu kerjasama dalam bidang ekonomi dan kerjasama
keamanan dengan menjadikan isu nuklir tidak lagi sebagai isu yang dominan di
Semenanjung Korea.11
Negara maka dari itu, dibawah pemerintahan Kim Dae Jung (1998-2002) dan Roh
Moo Hyun (2003-2008), Korea Selatan membuat suatu kebijakan yang lebih
10
Pramudito, “Tinjauan Prospek Perdamian di Semenanjung Korea”, dalam Jurnal
Caraka Vol.I/No. 5, February-Maret 1998, h. 90.
11
Kim Young Sam, Three-Phase Unification Formula for Building Korean National
Community, Pidato pada tanggal 15 Agustus 1994, didalam Korean Focus, Vol. 2, No. 4 (July-
Agustus 1994), h. 174
5
tersebut, tertuang didalam sebuah kebijakan yang dikenal dengan Sunshine Policy
(kebijakan Kim Dae Jung) dan Policy Peace and prosperity (Kebijakan Roh Moo
Hyun). Melalui Sunshine Policy, Kim Dae Jung mencoba untuk mengikutsertakan
Korea Utara didalam setiap kerjasama ekonomi. Untuk itu, pemerintahan Kim
Dae Jung tidak henti-hentinya berusaha keras untuk lebih menciptakan suasana
damai, rukun dan menuju kerjasama antar dua negara daripada hubungan yang
Korea Utara dan hubungan persaingan yang menelan biaya politik yang sia-sia.12
sehingga kebijakan secara damai yang dicetuskan Kim Dae Jung tidak dapat
antara Korea Selatan dan Korea Utara adalah perbedaan ideologi yang dianut
reunifikasi antara kedua Negara adalah masalah senjata pemusnah masal (nuklir,
biokimia, dan peluru kendali) yang sedang dikembangkan oleh Korea Utara.
Selain itu, adanya ancaman kemanusiaan yang dihadapi Korea Utara seperti
ini muncul dari realitas bahwa tidak ada konsensus di antara negara-negara
bertertangga yang mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung oleh tiap
manuver Pyongyang.13
12
Yang Seung-Yoon dan Mohtar Mas’oed, Politik Luar Negeri Korea Selatan:
Penyesuaian Diri Terhadap Masyarakat Interasional. Ghajah Mada University Press, Yogyakarta,
2002, h. 41.
13
Diakses dari http://www.kompas.com/kompas-cetak/0406/02/opini/1056776.htm.
“Menjawab Tantangan di Semenanjung Korea“,pada 16 Desember 2010
6
Dibawah kepemimpinan Roh Moo Hyun, upaya dialog dengan Korea
Utara dilakukan dengan pendekatan Policy for Peace and Prosperity. Kebijakan
Policy. Namun selama krisis Semenanjung Korea tahun 2003, dan Korea Utara
sejak 1 Januari 2003, setelah bertekad terus mengembangkan program nuklir dan
peluncuran peluru kendali Korea Utara, 5 Juli 2006. Peluncuran beberapa rudal di
Selatan, Jepang, Amerika Serikat, dan Australia mengecam tindakan itu. Dewan
Keamanan PBB pada 5 Juli 2006 telah membicarakan hal ini atas permintaan
perwakilan Jepang di PBB. Peluncuran rudal itu dapat diartikan Korea Utara
ingin mendapat posisi lebih kuat dalam perundingan damai soal nuklir Korea
Utara bersama enam negara (Six Party Talks), yang mengalami kebuntuan. Korea
Utara juga kian frustrasi dengan jalan damai setelah mengikuti Six Party Talks
bersama AS, Korea Selatan, Jepang, China, dan Rusia, dan hingga kini belum
mendapat hasil.14
Hal ini yang menyebabkan Roh Moo Hyun mengambil sikap tegas.
7
“ancaman” karena Jepang dan sekutu-sekutu Pyongyang, seperti Cina dan Rusia,
Policy for Peace and Prosperity, Roh mengadakan pertemuan dengan Kim Jung Il
Selatan dan Korea Utara yang berlangsung pada tanggal 2-4 Oktober 2007 di
Namun bila dilihat perospek yang ada, perbaikan hubungan yang langgeng
domestik kedua Negara Korea maupun faktor ekternal seperti hegemoni Amerika
sebuah hal yang harus dicari penyelesaiannya. Rakyat Korea memang tidak
15
Diakses dari http://www.suarapembaruan.com/News/2003/02/06/Editor/edi01.html
“Dambaan Presiden Korsel, Perdamaian, dan Pusat Ekonomi“, pada 12 Desember 2010
16
Ibid.
8
seberuntung rakyat Jerman yang bersatu kembali tahun 1990, setelah terbagi
hampir 30 tahun atas Jerman Barat dan Jerman Timur tahun 1961. Namun harapan
untuk bersatunya kembali terus diwujudkan demi menjadi Korea yang satu.
Korea, namun banyak penelitian yang unit analisanya dikaitkan secara langsung
terdapat dua penelitian yang penulis anggap cukup relevan untuk dijadikan bahan
dalam Isu Reunifikasi Pasca Perang Dingin”, 2001, karya I Wayan Setia Jaya,
pola hubungan Korea Utara-Korea Selatan dalam isu reunifikasi secara garis
besar.17 Dimana keberadaan faktor hegemoni Amerika Serikat, Cina, Jepang, dan
17
I Wayan Setia Jaya, “Faktor-faktor Determinan yang menyebabkan Pergeseran Pola
Hubungan Korea Utara-Korea Selatan dalam Isu Reunifikasi Pasca Perang Dingin”, (Skripsi S1
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Ilmu Politik,Universitas Indonesia Jakarta, 2001) h. 15-30.
9
hubungan tersebut membuat beberapa kebijakan yang telah ada mengalami
Selain itu, penelitian juga dilakukan oleh Lee young Sun, “Is Korean
faktor baik dalam faktor domestik dua Negara Korea tersebut maupun hubungan
antar Negara di Asia Timur dan hubungan dengan Negara besar seperti Amerika
Korea memiliki kesulitan yang cukup tinggi mengingat perbedaan tersebut dilihat
dari keadaan ekonomi maupun politik. secara garis besar penelitian ini melihat
pergeseran hubungan antar Korea. Penulis skripsi ini lebih memfokuskan pada
faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan Korea Selatan dan Korea Utara pasca
krisis nuklir kedua pada tahun 2003 sampai 2008. Serta menekankan hambatan-
melihat dengan terjadinya krisis nuklir kedua pada tahun 2003 membuat pola
18
Lee young Sun, “Is Korean Reunification Possible?”, Vol. 3, No.3, Korean Focus,
1995, h. 15.
10
hubungan antara kedua Negara Korea menjadi memanas. Sehingga kebijakan
yang dibuat oleh kedua Negara Korea tersebut sering kali mengalami perubahan
KERANGKA TEORI
Konsep politik luar negeri mengandung unsur tindakan, yaitu hal-hal yang
dilakukan oleh suatu pemerintah tertentu kepada pihak lain untuk menghasilkan
Dalam kaitan ini, tindakan suatu Negara merupakan bentuk komunikasi yang
dan memperjuangkan kepentingan nasional terhadap dunia luar.20 Dalam hal ini,
19
KJ. Holsti, Politik Internasional: Kerangka Untuk Analisa, M. Tahrir Azhary (pent)
Erlangga, 1983, h. 158.
20
Chris Brown, Understanding International Relation, 2nd edition, London,
Palgrave,2001, h. 68-86, Dikutip dari Politik Luar Negeri Indonesia “Di Tengah Pusaran Politik
Domestik” , Genewati Wuryandari (ed), Pustaka Pelajar, Jakarta, 2008, h. 14.
11
perhitungan untung rugi yang jelas.21 Menurut Kenneth Waltz, aktor diasumsikan
Politik luar negeri cenderung berubah dari waktu ke waktu tanpa indikasi
yang jelas. Meskipun demikian, untuk memahami perilaku politik luar negeri
politik luar negeri.23 Pertama, adalah konteks internasional, artinya, situasi politik
bagaimana Negara itu akan berperilaku. Dalam hal ini, Coplin menyatakan bahwa
ada tiga elemen penting dalam membahas dampak konteks internasional terhadap
politik luar negeri suatu Negara, yaitu geografis, ekonomis, dan politik. Geografi
merupakan suatu hal yang konstan keberadaannya. Namun tidak lagi terpenting
seperti yang diberikan oleh para pendukung geopolitik pada masa lalu.
Faktor kedua yang menjadi determinan dalam politik luar negeri adalah
21
Hans J. Morgenthau, Politik Antar Bangsa, S. maimon (pent), Yayasan Obor Indonesia,
Jakarta. 1990, h. 4-18.
22
Kenneth N. Waltz, Theory Of International Politics, New York: McGraw-Hill Inc,
1979, h. 125-127.
23
Lihat William D. Coplin, Pengantar Politik Internasional : Suatu Telaah Teoritis,
Bandung, Penerbit Sinar Baru, 1992, h. 165.
12
pemerintahannya menjadi faktor penting dalam penentuan kebijakan luar negeri.
yang memepengaruhi politik luar negeri adalah politik dalam negeri. Dalam hal
ini, situasi politik yang terjadi dalam negeri akan memberikan pengaruh dalam
keputusan Korea Utara, Kim Jung II memainkan peran yang sangat penting. Sikap
Kim Jung Il untuk memelihara rejim dan sekaligus membangun ekonomi nasional
pertumbuhan ekonomi, Korea Utara secara efektif berubah menjadi “negara yang
perang salah satunya dapat diakibatkan oleh adanya perlombaan senjata yang
secara strategis tidak stabil dan secara politis tidak dapat terkendali.24
menimbulkan pecahnya perselisihan dan konflik dari pihak lawan yang sudah
terjadi sebelumnya. Dengan kata lain, kondisi yang ada akan memperparah
24
Walter S. Jones, Logika Hubungan Internasional: Kekuasaan Ekonomi-Politik
Internasional, Tatanan Dunia, Jilid 2, Gramedia Utama, Jakarta, 1993, h. 196-199.
13
1.4.2 Diplomasi
Dalam arti luas diplomasi meliputi seluruh kegiatan politik luar negeri
suatu Negara dalam hubungannya dengan bangsa atau Negara lain. Diplomasi
meliputi kegiatan:
bangsa lain dengan kepentingan nasional sesuai dengan daya dan tenaga
dengan kata lain, permusuhan diantara Negara sekawasan bisa dihilangkan apabila
25
Soemarsono Mestoko, Indonesia dan Hubungan Antar Bangsa, Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta, 1985, h. 25-26
26
K.J Holsti, Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis, M. Tahrir Azhary (pent),
Erlangga, Jakarta, 1987, h.241
27
Barry Buzan, People States and Fear: An Agenda For International Security Studies in
The Post Cold War Era, 2nd edition, Harvester Wheatsheaf, London, 1991, h. 53.
14
Unifikasi ini merupakan hasil refleksi terhadap opini publik. Operasionalisasi dari
konsep ini adalah melakukan unifikasi diantara kedua Negara secara bertahap
utama.
(non-state actor) di bawah identitas negara. Isu keamanan secara tradisional dapat
keamanan hanya terbatas pada pemahaman dimensi militer dalam hubungan antar
negara yang berarti tidak adanya ancaman militer terhadap kedaulatan sebuah
mana hubungan antar negara selalu bersifat zero-sum yaitu setiap upaya untuk
(security dilemma).29 Namun pada pasca Perang Dingin pemahaman keamanan ini
1.4.4 Reunifikasi
Istilah reunifikasi berdasar dari kata unifikasi yang berarti hal menyatukan,
28
Barry Buzan, Ole Waefer, dan Jaap de Wilde, A New Frame Work For Analysis,
London: Lynne Rienner Publisher.1998, h. 21
29
Yayan Moch. Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung: Rosda Karya,
2006. h.126
15
menyatukan, hal yang menjadikan seragam.30 Reunifikasi dari kata re + unify
yaitu, “ to restore the unity or intergrity of (As a divided country) “. Dari kata
divided country)” yang dapat diartikan sebagai tindakan atau proses penyatuan
fact, the world reunification it self was often replaced by the term einheit or until.
Einheit did not necessarily mean unification in a legal or political sense but
sering digantikan dengan einheit atau persatuan. Einheit atau persatuan tidak perlu
berarti penyatuan dalam pengertian hukum atau politik tetapi cukup pada
sebenarnya sudah sejak lama ada. Namun harapan itu terhalang oleh pemerintahan
Dunia Kedua. Pada saat kekuatan besar tesebut meninggalkan Korea, usaha-usaha
kongkret untuk mewujudkan Negara Korea yang bersatu kembali digiatkan oleh
kedua Negara Korea. Terbukti reunifikasi secara damai melalui jalur diplomasi
30
Tim Penyusun Kamus Bahasa, Kamus Besar Indonesia, Edisi ke-3 Cetakan Pertama,
Balai Pustaka, Jakarta, 2001, h. 954.
31
Almond and Schuster, Websters’s, New Twentieth Century Dictionary Of the English
Language : unabridged, edisi ke-2, New York, 1983, h. 15.
32
Baca tulisan Thomas A. Baylis, The Germanys or One? The Return The “German
Question”, dalam Ursula Hoffman-Lange (ed), Social and Political Structure in The West
Germany, “From Authori Tarianism to Post Industrial Democracy”, West View Special Studies in
West European Politics and Society, Munich, 1998, h.190.
16
dilakukan secara terang-terangan oleh Korea Selatan sejak terbentuknya Republik
Korea tahun 1948 dan masih terus diupayakan sampai saat ini baik dilakukan
dengan cara perundingan, kerjasama, maupun dialog. Hal yang sama juga
dilakukan oleh Korea Utara dalam mewujudkan Negara Korea yang satu,
walaupun dalam kenyataannya kebijakan luar negeri Korea Utara baik dengan
Namun saat ini, Korea Utara mulai mempertimbangkan dan menjalankan upaya
Korea karena pada awalnya mereka adalah bangsa yang satu namun terpisakan
oleh persaingan antara Negara super power pada masa Perang Dingin. Namun
justru dari dalam negeri dan berkaitan dengan upaya kedua Negara tersebut dalam
kesenjangan ekonomi yang cukup besar, perbedaan ideology dan adanya isu
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat kualitatif yaitu jenis penulisan melalui pengumpulan
data-data dan pemahaman data berupa data tertulis sepertu buku, jurnal, bulletin
dan sumber tertulis lainnya. Sumber data yang digunakan penelitian ini adalah
dengan menggunakan data-data skunder yakni ada dikumpulkan dan dipilih serta
diolah sesuai dengan kebutuhan penelitian ini. adapun studi perpustakaan yaitu
17
pembelajaran bagaimana dinamika hubungan kedua Negara Korea tahun 2003-
nantinya juga akan membuat sebuah satu pemikiran dalam memprediksi keadaan
Permasalahan ini menjadi pusat penelitian yang cukup menarik bagi penulis yang
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
Korea.
18
1.7 Sistematika Penulisan
BAB II PASANG SURUT HUBUNGAN ANTARA KOREA SELATAN
DAN KOREA UTARA
2.1 Hubungan Antara Korea Selatan dan Korea Utara Era Perang Dingin
2.2 Hubungan Antara Korea Selatan dan Korea Utara Pasca Perang
Dingin
2.3 Kebijakan Sunshine Policy Kim Dae Jung
2.4 Kebijakan Policy for Peace and Prosperity Presiden Roh Moo Hyun
BAB V KESIMPULAN
19
BAB II
PASANG SURUT HUBUNGAN
ANTARA KOREA SELATAN DAN KOREA UTARA
2.1 Hubungan Antara Korea Selatan dan Korea Utara Era Perang Dingin
Pembagian Semenanjung Korea merupakan salah satu bukti jelas yang
Semenanjung Korea dibagi dua oleh Uni Soviet dan Amerika Serikat pada garis
besar dan kuat, seperti Cina, Jepang, dan Rusia. Sejarah mencatat bahwa sejak
jaman kerajaan kuno hingga Negara modern, Negara Korea pernah mengalami
lima kali masa penjajahan atau penguasaan, seperti Cina, Bangsa Mongol, Jepang
dan Amerika Serikat serta Uni Soviet pasca Perang Dingin Kedua.33 Semenanjung
Korea memiliki lokasi yang strategis, sehingga Negara-negara besar yang menjadi
1.100 kilometer kearah selatan daratan Asia kontinental hingga Samudra Pasifik
dan dikelilingi Laut Jepang di timur, Laut China Timur di Selatan, dan Laut
yang bisa diusahakan untuk lahan pertanian lebih kecil. Jajaran pegunungan
berbaris di wilayah sebelah utara dan timur, dengan puncak tertinggi adalah
33
Yang Seung-Yoon dan Mohtar Mas’eod, “Politik Luar Negeri Korea Selatan :
Penyesuaian Diri Terhadap Masyarakat Internasional”, Gadjah Mada University Press, 2002, h.
15
34
Ibid.
20
Gunung Baekdu (2.744 m) di wilayah perbatasan dengan Republik Rakyat Cina.
Bila melihat latar belakang sejarah Korea, kedua negara merupakan satu
Negara Korea. Namun pada tahun 1910-1945 merupakan masa penjajahan Jepang
dari segi politik luar negerinya hampir sama dengan hubungan Cina dan Korea
yaitu antar raja dan raja bawahannya. Semenanjung Korea dalam hubungan
tersebut memiliki fungsi sebagai jembatan antara Cina Daratan dengan Kepulauan
36
Jepang sampai abad ke-16. Seiring berjalan waktunya, beberapa negara Asia
dan Eropa yang memiliki ambisi bersaing satu dengan yang lainnya untuk meraih
menduduki Korea setelah menang melawan Cina dan Rusia. Secara paksa
35
Diakses dari,
http://indonesiaseoul.org/pictures/korea.jpg&w=396&h=425&ei=eWxdT5qnBIfTrQf884WjDA&z
oom=1, pada 12 Maret 2012
36
Yang Seung-Yoon dan Mohtar Mas’eod, “Politik Luar Negeri Korea Selatan :
Penyesuaian Diri Terhadap Masyarakat Masyarakat Internasional”, Gadjah Mada University
Press, 2002, h. 10
21
menganeksasi Korea dan mendirikan pemerintahan kolonial pada tahun 1910.37
sebuah pemerintahan yang kejam di Korea. Sampai akhirnya, pada tahun 1941
terjadi perang antara Jepang dengan Amerika dan perang tersebut dimenangkan
ideologi antar mereka sendiri. Hal itulah yang dimanfaatkan oleh kedua Negara
adikuasa yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet. Keberadaan ke dua Negara
Perang Dunia II, Tentara Uni Soviet melancarkan serbuan terhadap Korea dari
arah Utara untuk memusnahkan sisa-sisa kekuatan tentara Jepang yang masih ada
di Korea pada 12 Agustus 1945, dan pada bulan September 1945, Amerika Serikat
Korea terdapat dua kedudukan, yaitu Korea Utara di duduki oleh Uni Soviet dan
Korea Selatan diduduki oleh Amerika Serikat. Dengan batas di antara keduanya
adalah 38 o. 39
37
Fakta Tentang Korea, Pelayana Informasi Korea, Badan Informasi Nasional, 2003,
Seoul, Republik Korea, h. 31
38
Ibid. h. 33
39
I Wayan Badrika, Sejarah Nasional dan Umum , Erlangga, Jakarta, 2005, h. 227
22
pada bulan Mei 1948, Pemilu yang diadakan dibawah pengawasan PBB hanya
Utara yang dipimpin Uni soviet.40 Pasca Pemilu tahun 1948, dibawah pengawasan
dan dukungan positif Pasukan Uni Soviet, Kim II Sung mendirikan pemerintahan
Republik Korea (Korea Selatan) pada tahun yang sama. Dalam mewujudkan
didukung oleh kemampuan perangnya. Hal ini terbukti dengan tidak mampunya
didukung oleh Uni Soviet pada tahun 1950. Sejak pembagian Korea setelah lebih
dari satu milenium sebagai Korea yang bersatu, dipandang tidak dapat diterima
dan bersifat sementara oleh masing-masing rezim. Sejak 1948 hingga awal perang
saudara pada 25 Juni 1950, angkatan bersenjata dari masing-masing pihak terlibat
sementara.
Tetapi, masalah reunifikasi semakin menjadi isu yang serius yang harus
dipikirkan oleh pihak lain yang memiliki ideologi berbeda, hingga pembagian itu
40
Sukmawarsini Djelantik, Perang Dingin di Asia Timur Laut; Kasus Rivalitas Barat-
Timur dalam Perang Korea (1950-1953), Jurnal FISIP Potensia, Tahun VII, No. 16, 2006, h. 92.
41
Yang Seun-Yoon dan Nur Aini Setiawati, Sejarah Korea , Gajah Mada University
Press, 2003, h. 189.
23
semakin berubah, yaitu bersifat bermusuhan. Pecahnya Perang Korea bisa
reunifikasi yang saling berbeda antar Korea. Pasukan Rakyat Korea (nama
pasukan Korea Utara) tumbuh cepat atas dukungan penuh dari Uni Soviet, mulai
derajat.42 Pasukan Rakyat Korea dapat mengalahkan pasukan Korea Selatan pada
tahap awal perang. Dengan dibantu pasukan PBB yang dipimpin oleh Amerika di
Saudara itu berakhir pada tahun 1953, sebelum Cina menjebatani kedua Korea
kedua belah pihak sepakat untuk membuat zona penyangga selebar tiga mil di
antara kedua negara, di mana tidak seorang pun boleh memasukinya. Daerah ini
tiga juta orang Korea tewas atau terluka dan jutaan lainnya kehilangan rumah dan
terpisah dari sanak keluarga mereka. Perang tersebut juga merusak infrastruktur
sesama orang Korea. Sepanjang tahun 50-an dan 60-an kedua Korea di
42
Young Jeh Kim, North Korea’s Nuclear Program and Its Impact On Neighboring
Countries, dalam Korea and World Affairs, Vol. 17, No. 3, Fall 1993, h. 482.
43
Diakses “ Sinar Matahari di Selatan dan Utara”, dari, http://kompas.com/kompas -
cetak/0209/30/or/sina31.html, pada 26 Septemeber 2009
44
Fakta Tentang Korea, Pelayana Informasi Korea, Badan Informasi Nasional, 2003,
Seoul, Republik Korea, h. 46.
24
pemerintahan sama sekali tidak diakui oleh lawanya, sedangkan semua rakyat di
masing.45
musuh dan ancaman. Bagi Korea Utara, Korea Selatan merupakan ancaman
Selatan. Bagi Korea Selatan, pengalaman invasi yang dilakukan pada waktu
Selama dua dasawarsa, kekuatan ekonomi Korea Utara lebih unggul dibandingkan
sempat untuk dikembangkan. Namun setelah terpilihnya Park Chung Hee, Korea
25
yang sah di Semenanjung Korea dengan unifikasi sebagai perpanjangan
akomondasi antara kedua belah pihak sulit untuk dilakukan sampai tahun 1960-
an.47
perubahan penting dalam sikap mereka terhadap reunifikasi. Pada tahun 1970,
seruan dari Selatan untuk melakukan kompetisi perdamaian secara jujur dengan
hubungan antar-Korea mencapai titik balik yang penting. Tahun 1985, sebuah
peristiwa yang sangat berkesan yang merupakan hasil pembicaraan Palang Merah
2.2 Hubungan Antara Korea Selatan dan Korea Utara Pasca Perang Dingin
dengan hubungan antara kedua Negara Korea dalam proses dialog reunifikasi di
Semenanjung Korea. Pergantian Chun Doo Hwan kepada Roh Tae Woo,
47
Fakta-fakta Tentang Korea, Pelayanan Kebudayaan dan Informasi Korea Kementerian
kebudayaan Olahraga dan Pariwisata, 2002, h. 46.
48
Ibid
49
Ibid, h. 47
26
membuat beberapa kemajuan dalam dialog antar Korea dan Semenanjung Korea
pada pertengahan 1980-an. Pada bulan Agustus tahun 1980, telah ditandanganinya
bagi kerjasama antar Korea. Dan pada tahun 1989, juga Roh Tae Woo
Tujuannya melalui tiga tahap, yaitu: Confidence Building dan Kerjasama antar
Kebijakan ke Utara (Northern Policy) pada masa Roh Tae Woo memiliki
sasaran yaitu untuk meredakan situasi ketegangan diantara kedua Negara Korea.
Korea Selatan mengajukan sebuah konferensi puncak dengan Kim II Sung dan
sebuah deklarasi yang berisi tentang kesepakatan non agresi atau larangan
Korea, plus empat Negara kunci (AS, Rusia, Cina dan Jepang) sebagai wahana
belah pihak.
50
Young Sun Ji,”Conflicting Visison For Korean Reunification”, Fellow, Weatherhead
Center For International Affairs, Harvard University, Juni 2001, h. 7. Diakses dari
http://www.wcfia.harvard.edu, pada 8 Oktober 2010.
51
Young Jeh Kim, North Korea’s Nuclear Program and Its Impact On Neighboring
Countries, dalam Korea and World Affairs, Vol. 17, No. 3, Fall 1993, h. 482.
27
Basic Agreement ini berlaku efektif bersamaan dengan Joint Declaration
Dalam pelaksanaan Basic Agreement, telah disusun suatu protocol pada tanggal
Korea. Memasuki tahun 1993, dalam mengakhiri era otoriterisme Korea Selatan,
Presiden Kim Young Sam dilantik menjadi Presiden Korea yang secara aktif
yaitu dengan mengembalikan seorang mata-mata Korea Utara yang ditahan Korea
Selatan tanpa syarat apapun. Namun usaha Kim Young Sam kembali mengalami
kegagalan dengan adanya konflik antar AS dengan Korea Utara. Krisis ini
Agreed Framework sebagai bukti bahwa Korea Utara setuju untuk membekukan
program nuklirnya selama delapan tahun. Akan tetapi dalam perjanjian Agreed
untuk membangun dua reaktor air raksasa untuk kepentingan energi, sebagai
nuklirnya. Selain itu, dari pertemuan tersebut terbentuk pula KEDO, Organisasi
52
Ibid, h. 7.
53
Mohtar Masóed, dan Yang Seung-Yoon, “Politik Luar Negeri Korea Selatan :
Penyesuaian Diri Terhadap Masyarakat Masyarakat Internasional”, h. 67.
28
Energi di Semenanjung Korea.54 melalui organisasi ini,Korea Selatan, AS, dan
reaktor Light-water di Korea Utara. Namun dilain pihak, KTT antara Korea
mengalami masalah kembali. Hal ini disebabkan, pada masa berkabung di Korea
Utara, Korea Selatan tidak menunjukan sikap yang kurang baik yaitu dengan tidak
lemahnya rejim Korea Utara tersebut maka akan membuka kesempatan bagi
Korea Utara. Namun prediksi bahwa proses pengantian akan melemahkan rejim
Korea Utara tidak terjadi.55 Kim Jong Il naik tahta dan menggantikan mendiang
ayahnya sebagai pemimpin Korea Utara. Sementara itu, Korea Selatan merasa
tidak nyaman dengan hubungan antara Korea Utara dengan AS. Dalam hal ini,
Korea Selatan takut bila nantinya AS Tidak akan mendukung Korea Selatan dan
bahkan akan mendukung Korea Utara dalam hubungan bilateralnya dengan AS.
merupakan saat dimana untuk pertama kalinya sebuah kebijakan yang cukup
54
Ibid, h.122.
55
Keun-Sik Kim, Inter-Korean Relation and Thr Future of the Sunshine Policy, the
Journal of East Asian Affairs, Vol. XVI, No. 1 Spring/Summer 2002, (The Research Institute for
International Affairs, Seoul, Korea 2002), h. 100.
29
paradigma baru. Pada masa jabatannya, Kim Dae Jung mengeluarkan sebuah
Korea yang didasari oleh rasa saling menghargai yang akan memberikan pengaruh
Declaration pada tanggal 15 Juni 2000 yang mempertemukan pertama kali kedua
Negara Korea dalam KTT tersebut. Di dalam pertemuan ini Korea Utara dan
kedua Negara Korea semakin tinggi frekuensinya. Tercatat telah beberapa kali
56
Hong Nack Kim, The Kim Dae Jung Government’s North Korea Policy Problems and
Prospects, Korea and World Affairs, Vol XXIII, No. 3, Fall 1999 (Korea; Research Center for
Peace and Unification of Korea, 1999), h. 9.
30
Gaesong.57 Hubungan perdagangan diantara kedua Negara Korea pun mengalami
peningkatan drastis. Pada tahun 2001 tercatat nilai perdagangan diantara kedua
Negara mencapai angka US$ 425 juta. Namun hubungan kedua Negara korea
mngalami tantangan dengan adanya isu terorisme internasional dan rejim Korea
Bush sebagai Negara anggota “poros setan” (Axis of Evil States) dan Korea Utara
2.4 Kebijakan Policy for Peace and Prosperity Presiden Roh Moo Hyun
Terpilihnya Roh Moo Hyun menjadi Presiden Korea Selatan pada tahun
2003 menjadi kondisi yang kurang menguntungkan bagi Roh Moo Hyun yang
baru dilantik. Dalam hal ini, pada tahun 2003 telah terjadi krisis nuklir untuk yang
kedua kalinya setelah krisis nuklir tahun 1994. Krisis meningkat pada awal 2002
ketika Korea Utara secara resmi tidak menyangkal pernyataan Asisten Militer
tersebut menjadi tantangan bagi pemerintahan Roh Moo Hyun, upaya dialog
Korea Selatan dan Korea Utara pada masa Roh Moo Hyun dijalankan melalui
pendekatan Policy for Peace an Prosperity.59 Melalui kebijakan ini Roh Moo
57
Keun-Sik Kim, Inter-Korean Relation and Thr Future of the Sunshine Policy, the
Journal of East Asian Affairs, Vol. XVI, No. 1 Spring/Summer 2002, (The Research Institute for
International Affairs, Seoul, Korea 2002), h. 105.
58
James T. Laney and Jason T. Shaplen, How to Deal with North Korea, Foreign Affairs,
Vol. 82, No. 2 (Mar-Apr, 2003), h. 28
59
Hyoeng Jung Park, First Year of the Roh Moo Hyun Administration, Korea and World
Affairs, Vol. XXXIV, No. 4, Winner 2003, (Korea : Research Center for Peace and Unification of
Korea 2003), h. 9.
31
Semenanjung Korea. Fokus dari kebijakan ini adalah mencari jalan keluar krisis
nuklir yang terjadi di Semenanjung Korea dan merupakan upaya reunifikasi antara
memperluas ruang lingkup dan isi dari reconciliation and cooperation policy
terhadap Korea Utara yang telah dipromosikan pada masa Kim Dae Jung
sebelumnya.
pandangan kepada rekonsiliasi dan kerjasama antar Korea dan juga perdamaian di
bahwa semua masalah termasuk di dalamnya program nuklir Korea Utara harus
budaya.
menjadi Negara yang memiliki posisi sejajar dengan Amerika Serikat mewarnai
kebijakan pada masa Roh Moo Hyun. Terbukti dalam membina hubungan
32
diplomatik dengan Amerika Serikat membuat Korea Selatan bersikap lebih tegas
dan jelas bila dibandingkan dengan pemerintahan sebelumnya yang masih terlihat
memicu Korea Selatan untuk memulai berjalan secara madiri dan sedikit demi
sedikit melepaskan diri dari intervensi asing. Termasuk juga untuk menyelesaikan
Dalam upaya untuk menuju pernyelesaian secara damai atas krisis yang
terjadi ditempuh Roh Moo Hyun dengan diplomasi secara maraton kesejumlah
Cina.60 Upaya yang ditawarkan oleh Roh Moo Hyun dalam setiap kesempatan
dalam upaya penyelesaian konflik antara Amerika Serikat dan Korea Utara, Roh
Moo Hyun menawarkan agar lima pihak juga ikut bergabung dalam
menyelesaikan konflik tersebut. Lima pihak tersebut antara lain adalah Amerika
Serikat, Korea Utara, Korea Selatan, Jepang, dan RRC.61 Pada KTT Tokyo
tanggal 7 Juni 2003, Roh Moo Hyun mengusulkan Kepada Mitra PM. Koizumi
agar Jepang dan Korea Selatan bisa menekan Korea Utara melalui dialog dan
tekanan politik.
upaya membangun hubungan dilakukan dengan itikad yang cukup baik untuk
menyumbangkan 200.000 ribu ton pupuk ke Korea Utara untuk memulai dialog
antar kedua Negara Korea. Pada KTT yang berlangsung pada tanggal 2-4 Oktober
60
Suara Pembaruan, “Diplomasi Roh dan Stabilitas Semenanjung Korea”, 30 Juli 2003,
h. 10.
61
Koran Tempo,”Korea Selatan Mendesak Segerakan Perundingan”, 16 April 2003, h.
11.
33
2007 di Pyongyang telah mengasilkan “Deklarasi untuk Pembangunan Hubungan
Antar-Korea serta Perdamaian dan Kesejahteraan” yang terdiri dari delapan butir.
Setelah pertemuan tersebut baik Korea selatan maupun Korea Utara telah
62
Kompas, “Korea Selatan Menerima Tawar Menawar Korut”. 22 April 2003, h. 4.
34
BAB III
GAGASAN REUNIFIKASI DI SEMENANJUNG KOREA
adikuasa seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet.63 Setelah terbaginya kedua
Korea, masalah kebijakan reunifikasi Semenanjung Korea itu adalah titik yang
sangat penting bahwa Korea Utara dan Korea Selatan adalah bangsa Korea yang
sama. Kedua negara memiliki leluhur yang sama, latar belakang budaya dan
sejarah yang sama tradisi, bahasa yang sama dan modus kira-kira sama berpikir
dan karakter.
yang cukup rumit selama beberapa dekade. Ketika Korea Utara menginginkan
unifikasi komunis didasarkan pada logikanya yang disebut “Satu Joseong”, namun
kedua belah pihak mustahil untuk dilakukan sampai tahun 1960-an.64 Pasca
cukup signifikan terlihat pada Penyatuan Jerman pada tahun 1989 adalah salah
63
Paul A. Papayoanou, Great Powers Regional Orders : Possibilities and Prospects After
Cold War, dalam David Lake and Patrick M. Morgan, Regional Order Bulding Security in a New
World, (United States of American; Pennsylvania State University Press, 1997), h. 27.
64
Fakta Tentang Korea, Pelayana Informasi Korea, Badan Informasi Nasional, 2003,
Seoul, Republik Korea, h. 47.
35
satu peristiwa sentral dari proses penyegelan akhir Perang Dingin. Sejak itu,
Jerman telah mengalami proses yang ditandai dengan positif. Pengalaman Jerman
Korea yang masih tetap melakukan konfrontasi militer yang berakibat mengarah
memperuncing hubungan kedua Negara tersebut. Isu nuklir Korea Utara mulai
menjadi tidak pasti. Keterlibatan masalah senjata nuklir lebih disebabkan oleh
masih adanya kecurigaan diantara kedua Korea tentang adanya invansi dari
kawasan Asia Timur masih belum stabil, hingga dikhawatirkan potensi nuklir
senjata nuklir.
65
Banyak analis yang berpendapat bahwa reunifikasi Korea dapat dilakukan dengan
melihat pengalaman reunifikasi Jerman, di mana Jerman Barat dengan kekuatan ekonominya
sangat aktif mengkampanyekan reunifikasi Jerman melalui absorption. Strategi absorption
pemimpin Jerman Barat Kanselir Hemut Kohl dilakukan dengan menunda-nunda bantuan ekonomi
Jerman Barat dan membiarkan ekonomi Jerman Timur hancur. Bantuan ekonomi pun di berikan
dengan syarat-syarat yang tidak dapat ditolak oleh Jerman Timur
36
Usaha-usaha untuk meredakan ketegangan atau konflik kedua Korea tetap
1990-an telah dimulai kembali dialog unifikasi antar Korea. Proses tersebut
Negara Korea yang satu.67 Dalam hal ini, wacana reunifikasi juga dilakukan
reunifikasi antar dua Negara Korea. Menurut survey pada tahun 1995, 92 persen
percaya bahwa korea akan bersatu, 4 persen mengatakan Korea akan tetap terbagi
bahwa 2.1 persen reunifikasi akan berhasil diprediksikan tahun depan, dan 8.3
persen reunifikasi akan berhasil paling lambat tahun 2000. Sisanya hampir
66
Yang Seung-Yoon dan Mohtar Mas’oed, “Politik Luar Negeri Korea Selatan :
Penyesuaian Diri Terhadap Masyarakat Masyarakat Internasional”, Op Cit, h. 123
67
Fakta-fakta Tentang Korea , Pelayanan Kebudayaan dan Informasi Korea Kementerian
kebudayaan Olahraga dan Pariwisata, h.
68
Lee Young Sun,”Is Korean Reunification Possible?”, Korea Focus, Vol. 3, No. 3,
1995, h. 10.
37
Hasil survey tersebut menunjukan bahwa reunifikasi Korea menunjukan
akan mengalami perubahan yang signifikan pada tahun 2000. Perubahan ini akan
terjadi pada kekuatan sistem ekonomi Korea Selatan akan tumbuh secara
mengalami reformasi yang cukup baik dari terdahulunya. Presiden Kim Dae-Jung
memprakarsai dialog dengan Utara. Kebijakan tersebut disambut baik oleh Kim
tersebut bertemu di Pyongyang pada Juni 2000, dan menghasilkan beberapa poin
menempatkan secara jelas tujuan dan hasil akhir yang ingin dicapai dari
Utara dan Korea Selatan tampak jelas bahwa terdapat beberapa pokok perbedaan
utama mereka. Kedua pemimpin dan rakyat Korea percaya bahwa reunifikasi
adalah sebuah tugas nasional yang penting bagi politik, ekonomi, dan struktur
social mereka. Kedua, walaupun ungkapan secara terperinci dapat berbeda, kedua
69
Ibid.
70
Kim Hak Joon, A Comparison of Unification Policies of South and North Korea,
National Unification Board, Seoul, 1990, h. 100-101.
38
Korea memiliki pandangan yang sama bahwa pertanyaan reunifikasi merupakan
masalah domestic yang penting dan reunifikasi harus dicapai tanpa adanya
reunifikasi dicapai dalam suatu cara damai. Tentu saja, Korea pernah berusaha
disisi lain, paling tidak Korea Utara menginginkan reunifikasi secara damai
Masih butuh waktu lama bagi Korea Selatan dan Korea Utara untuk
mencapai unifikasi secara damai. Sebab, menurut mantan Presiden Kim Dae Jung,
tahun lebih ”, kedua belah pihak sudah tidak menghendaki peperangan lagi.
Namun sama seperti halnya Korea Selatan, Pemimpin Korea Utara Kim Il Sung
depan dari reunifikasi Korea secara damai sangat tergantung pada keinginan dan
kemampuan dari kedua negara Korea tersebut untuk dapat mencoba dan
menemukan titik temu ataupun celah-celah konsepsi atau formulasi yang dapat
dikompromikan. Namun dengan catatan baik Korea Selatan maupun Korea Utara
dapat memiliki sikap nothing to loose dalam kompromi yang nantinya akan
dicapai. Ini berarti dilakukan tanpa adanya paksaan dan berasal dari hati nurani
dari bangsa Korea akan harapan dalam terwujudnya sebuah bangsa Korea yang
satu.
Selatan dilakukan dengan berbagai skenario (Lihat gambar 3.1). Skenario pertama
71
Kompas,”Kim Dae Jung: Unifikasi Korea Perlu 20 Tahun lagi”, 20 Oktober 2000, h. 15
39
adalah dengan cara paksa, dalam hal ini penyatuan Korea dilakukan dengan cara
terjadinya perebutan atau mengambil ahli paksa kekuasaan baik oleh Korea
Selatan atau Korea Utara dengan cara perang. Namun, scenario ini tidak akan
dapat menyatukan kedua negara. Skenario kedua adalah mengambil ahli Korea
Saat ini Korea Utara sedang mengalami kemunduran ekonomi yang sangat
parah dan harus membuka diri dengan masyarakat internasional serta harus
ini, Korea Utara mampu menyesuaikan diri dan akan mampu untuk menghindar
dari pengaruh luar seperti kemakmuran barat, ide-ide demokrasi, dan kebebasan
pribadi. Dalam hal ini, pengaruh tersebut akan mempengaruhi dan melemahkan
dasar ideologi yang berpusat pada dokrin Juche. Ideologi telah djadikan alat
penilaian dan pembenaran dalam realitas yang selama ini dihadapi oleh Korea
Utara. dan pada saat yang sama djadikan sebagai ideologi yang mengatur
kehidupan rakyat Korea Utara. Namun pada akhirnya, Korea Utara akan runtuh
dan reunifikasi di Korea akan terwujud. Runtuhnya Korea Utara mungkin juga
disebabkan oleh berbagai hal seperti kudeta militer. Namun hal tersebut sepertinya
persen dari peserta survey. Terdapat dua alasan mendukung skenario ini. Pertama
adalah perbedaan luas dalam sistem kedua Korea. Kedua, mengingat keterlibatan
kekuatan sekitar dalam situasi politik di semenanjung Korea. Kedua negara Korea
tersebut ingin mempertahankan sesuatu yang status quo. Untuk kedua alasan
40
tersebut, reunifikasi Korea mungkin akan terlaksana apabila
apabila terdapat persetujuan
kedua negara
egara Korea. dan reunifikasi pun
pun akan terlaksana dari kedua sk
skenario
pertama. Perjanjian antara kedua Korea tersebut dapat diharapkan akan terjadi jika
Korea Utara terus membuat kemajuan ekonomi secara bertahap dan memperlua
memperluas
lama, mengingat sikap Korea Utara yang masih menutup diri dengan masyarakat
internasional.
melihat reunifikasii sebagai sebuah peristiwa yang sulit dicapai. Mengingat pada
72
Lee Young Sun,
Sun ,”Is Korean Reunification Possible?”, Korea Focus
Focus, Vol. 3, No. 3,
1995, h. 12.
41
Sumber: Lihat pada lee young sun,”Is Korean Reunification Possible?”, Korea Focus,
Banyak orang Korea menyadari bahwa sampai saat ini tidak mudah dan
Utara reunifikasi Korea adalah jawaban yang paling tepat untuk mengembalikan
harkat dan martabat bangsa Korea. Dalam hal ini harus dilalui tanpa campur
perpecahan Korea. Unifikasi juga akan mengubah hubungan di timur laut Asia.
kemungkinan akan moderat dan pragmatis sebagai kebijakan luar negeri Korea
internasional, hal itu telah menjadi masalah politik akut, penyatuan kembali Korea
adalah sesuatu yang setiap Korea di kedua mimpi Selatan dan Utara. Masalah
utama dalam reunifikasi adalah kedua negara memiliki kebijakan dan pandangan
yang berbeda tentang negara Korea yang satu. Korea Utara menginginkan sebuah
Negara federasi dengan dua sisitem berbeda untuk Korea bersatu. Sedangkan
Korea Selatan menginginkan sebuah negara dengan satu sistem yang demokrasis
42
Kedua pandangan ini secara fudamental berlawanan dan ini akan sangat
menyulitkan negosiasi antar dua negara, terlebih jika paham demokrasi yang
dimaksudkan Korea Selatan adalah demokrasi liberal, hal ini pasti ditolak oleh
tantangan tersendiri bagi Korea Selatan. Korea Selatan mampu memanfaatkan isu
persaudaraan antar negara untuk merangkul Korea Utara. Namun kendala yang
dihadapi dalam proses tesebut adalah sikap Korea Utara yang tidak rasional dan
selalu memiliki pandangan curiga terhadap dunia luar. Seperti sifat Korea Utara
yang melakukan standar ganda dalam hal program nuklirnya. Disatu sisi Korea
Utara dapat menunjukan sikap yang positif dalam setiap perjanjian apabila
perubahan interprestasi dan interaksi, terutama dari pola hubungan yang saling
kebijakan Sunshine Policy oleh Kim Dae Jung, hubungan antar kedua negara
73
Daniel A. Pinkston and Philip C. Saunders, Seeing North Korea Clearly, Survival, (The
Internasional Institute for Strategic Studies) Vol. 45, No. 3, Autumn 2003, h. 80.
74
Ada dua scenario yang diajukan oleh para analis tentang penyatuan Korea, yaitu hard
landing dan soft landing. Hard landing merupakan scenario kehancuran rejim komunis Korea
Utara yang akan berdampak pada agresi militer Korea Utara ke Korea Selatan. sedangkan soft
landing dapat berarti engagement Korea Utara melalui kerjasama dan rekonsiliasi. Moon Chang
43
Kemudian dari sudut ekonomi, keamanan dipahami sebagai jaminan
konflik secara damai. Hubungan ekonomi Korea Selatan dan Korea Utara
Juni 2000. Dari pertemuan ini terbentuk “The South-North Joint Declaration”,
dimana salah satu kesepakatan yang dicapai adalah kesanggupan Korea Selatan
dari tahun ke tahun. Sejak tahun 1996, Korea Utara telah banyak menerima
besar yang melanda Korea Utara di tahun 1995. Di tahun 2001, AS, Korea
Selatan, Jepang, dan Uni Eropa memberikan bantuan pangan ke Korea Utara
senilai kurang lebih 300 juta dolar AS, termasuk tambahan bantuan dari PBB.75
(Lihat Tabel 3)
In, “The Sunshine Policy and The Korean Summit: Assessment and Prospect”, dalam East Asian
Review, Vol. 12, No. 4, Winner 2000. Diakses dari http://www. Ieas.or.kr/ pada tanggal 26 Juni
2009.
75
Ismah Tita Ruslin, “ Krisis Nuklir Korea Utara: Studi Amplikasi Pengembangan Nuklir
Korea Utara TerhadapPerimbangan Kekuatan Militer Di Kawasan Asia Timur”, Spektrum, Jurnal
Ilmu Politik Hubungan Internasional, Vol. 1, No. 2, Oktober, 2004, h. 26.
44
Tabel 3. Bantuan Negara-negara dan Indivindu ke Korea Utara
(Dollar AS)
1998 1999 2000
USA 173.13 USA 160.700 ROK 71.410
EU 45.540 ROK 38.550 Japan 35.230
China 28.000 EU 8.320 USA 29.230
ROK 27.770 Sweden 4.400 Austri 6.610
Chung 11.900 Canada 3.400 EU 5.000
Source: United Nations Office for The Coordination of Humanitarian Affair
Dalam hal ini dapat disimpulkan beberapa hal yang menjadi latar belakang
1. Latar belakang sejarah yang sama; Dalam hal ini Korea merupakan
satu. Secara garis besar Mereka memiliki leluhur yang sama, latar
belakang budaya dan sejarah yang sama tradisi, bahasa yang sama;
2. Adanya faktor ekonomi; yang menjadi tujuan utama dalam reunifikasi.
Dalam hal ini Korea Selatan berfikir dengan memberikan bantuan
ekonomi secara terus-menerus kepada Korea Utara agar rakyat dan
pemerintah negara itu belahan-lahan mau mengubah sikap dan
kebijakan mereka dan bersedia membuka pintu negaranya bekerjasama
dengan masyarakat internasional.
3. Adanya faktor politik; Dalam hal ini situasi politik di Semenanjung
Korea masih mengalami masalah terutama masalah pembentukan
struktur kekuatan politik yang baru di sekitar Semenanjung Korea,
masalah perbedaan pendapat umum terhadap sistem pemerintahan
Korea Utara, serta cara reunifikasi dan kebingungan ideologi.
4. Adanya faktor keamanan; Dalam hal ini situasi kemanan di
Semenanjung Korea masih menjadi topik dalam penyelesaian konflik
antar dua negara Korea. Isu nuklir yang dikembangkan oleh Korea
Utara menjadi ancaman bagi keamanan di Asia Timur terutama Korea
Selatan yang masih berada dekat dengan Korea Utara.
Dengan kata lain, secara teori terdapat dua pilihan kebijakan bagi Korea Selatan
terhadap Korea Utara. kebijakan tersebut biasa dilakuakan dengan menutup semua
akses yang berhubungan Korea Utara dengan Negara lain. Seperti, dengan
45
membuka hubungan diplomatik antara Korea Selatan dengan Negara-negara
sekutu Korea Utara seperti Cina dan Rusia. Korea Selatan menawarkan kerjasama
dalam bidang ekonomi dengan Cina dan Rusia. Dengan kerjasama ini dapat
program nuklir Korea Utara. Namun, resiko penerapan kebijakan tersebut dapat
senjata. Jadi, kebijakan tersebut dirasa kurang, karena resiko dari pelaksanaannya
sebagai mitra dialog dengan tujuan agar Korea Utara mau membuka diri dengan
bilateral Negara Korea. Namun sikap ketertutupan dari Korea Utara tidak bisa
Perang Korea dijadikan sebuah landasan bagi pemimpin Korea Utara untuk
76
Keun-Sik Kim, Inter-Korean Relation and Thr Future of the Sunshine Policy, the
Journal of East Asian Affairs, Vol. XVI, No. 1 Spring/Summer 2002, (The Research Institute for
International Affairs, Seoul, Korea 2002), h. 100.
77
Young Choi, The North Military Buildup and Its Impact on North Korean Military
Strategy in The 1980s, Asian Survey, Vol. 25, No. 3, (Maret 1985), (University of California
Press), h. 343.
46
menjalankan program nuklir dan mengembangkan kemampuan rudalnya. Namun
hal tersebut tidak menyurutkan Korea Selatan dalam mengambil kebijakan untuk
merangkul Korea Utara dalam sebuah dialog yang dilakukan secara lebih hangat
dan bersahabat.
47
BAB IV
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HUBUNGAN ANTAR-KOREA
DALAM PROSES REUNIFIKASI DI SEMENANJUNG KOREA
pembangunan senjata nuklir Korea Utara membawa pengaruh besar bagi kawasan
kawasan menjadi perendam konflik. Terbukti sejak tahun 1998, hubungan antar-
melibatkan sebuah kompleks industri bersama dan sebuah zona wisata di Korea
Utara tidak termasuk dalam daftar kesepakatan yang terkena sanksi, namun
78
Laporan Tahunan Departemen Luar Negeri, Tahun 1999, buku 1, Seoul, h. 25.
48
subsidi antara pemerintah kedua Korea mungkin akan mempertimbangkan
kembali. Dalam setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh kedua negara Korea untuk
hambatan. Salah satu hambatan tersebut adalah adanya program nuklir yang
dikembangkan oleh Korea Utara sejak Presiden Kim Il Sung menjabat sebagai
Presiden Korea Utara. Menurut Kim Il Sung, Korea Utara tidak perlu lagi
dengan senjata nuklir tersebut, dapat diharapkan posisi tawar Korea Utara
mewujudkan Korea Utara yang kuat dan makmur. Sampai saat ini,
pengembangan Nuklir oleh Korea Utara masih menjadi masalah dalam hubungan
antara kedua Negara Korea. Dalam bab ini, penulis akan menjelaskan hambatan-
hambatan yang mempengaruhi hubungan Korea Selatan dan Korea Utara dalam
menuju proses reunifikasi di Semenanjung Korea. Hal ini di lihat dari faktor
beberapa kali mengalami kemajuan yang cukup signifikan dalam hubungan antar
korea. diantaranya telah terjadi pertemuan antara dua negara pada tahun 2000 dan
79
Ching Hyun-Joon, “Internal Changes in North Korea: Reality and Prospect”, Korean
Focus, Vol. 8, No. 5, September-October 2000, h. 94
49
telah terjadi kesepakatan kerjasama diberbagai bidang. Dibawah kepemimpinan
memiliki banyak rintangan pada awal pemerintahannya, Kebijakan yang Roh buat
dari Kim Dae Jung. Masa tiga bulan pemerintahannya, Roh mengalami masalah
dalam bidang ekonomi. Presiden Roh mengalami juga tuduhan mengenai skandal
mencoba untuk memecatnya melalui impeachment pada tahun 2004. Presiden Roh
diberhentikannya Roh Moo Hyun dari Jabatannya, Perdana Menteri Bon Kun
impeachment tersebut. Hal ini terjadi karena oposisi konservatif pada waktu itu
didominasi oleh parlemen Korea Selatan yang mengatakan bahwa presiden tidak
melanggar aturan pemungutan suara dan dengan terbuka mendukung Partai URI.81
80
Hyoeng Jung Park, Firt Year of The Roh Moo-Yhun Administration, Korea and World
Affairs, Vol. XXXIV, No. 4, Winter 2003, (Korean: Research Center for Peace and Unification of
Korea 2003), h. 9
81
Partai URI merupakan partai yang didirikan oleh Roh Moo-hyun dan pendukungannya
pada saat satu bulan setelah terpilihnya Roh menjadi presiden Korea Selatan, diakses dari
http://www.news.bbc.co.uk./2/hl/asia-pasific/2535143.stm, pada19 September 2011.
50
mempunyai kapasitas untuk menanggulangi berbagai akibat atau resiko yang
timbul akibat dari penyatuan tersebut.82 Kemudian dari segi ideologi, Korea
Sehingga bila dibandingkan Korea Utara, Korea Selatan sedikit lebih maju
dalam dua hal yaitu bagi negara dan rakyat Korea. Sepanjang sejarahnya, Negara
dan rakyat Korea dididik berdasarkan ajaran mengenai sistem politik yang jauh
berbeda dengan demokrasi, baik dari segi sistem pemerintahan, ideologi, konsep
dikatakan sebagai model musyawarah. Hal ini dasarkan pada musyawarah sipil
Namun hal yang terpenting bagi Korea Selatan saat ini adalah mengetahui
lama didambakan bagi kedua negara Korea. Dalam hal ekonomi, Korea Selatan
menjadi Negara industri yang maju dan berkembang, hal ini berkat bantuan
ekonomi yang diberikan Amerika Serikat. Sehingga Korea Selatan lebih maju
dalam pertumbuhan ekonomi. Peran Chaebol juga memiliki adil yang cukup besar
82
“Penjelasan Presiden Roh Moo Hyun tentang 4 tahap penyatuan Korea”, Diakses dari,
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0006/16/utama/temb0l.htm, pada 14 Februari 2011
83
Mohtar Mas’oed dan Yang Seung-Yoon, Masyarakat,Politik, dan Pemerintahan
Korea: Sebuah Pengantar, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2004, h. 58.
84
Robert Jacson dan Georg Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, 2005, h. 176
51
4.1.2 Faktor Domestik Korea Utara
global serta transformasi sistem internasional. Yang unik di sini adalah bagaimana
Korea Utara sebagai negara sosialis dikelilingi oleh negara dengan ekonomi
liberal yang berpendapatan tinggi, namun Korea Utara sendiri tidak terpengaruh
dimiliki Korut adalah ideologi juche. Juche adalah panduan utama Democratic
People’s Republic of Korea (DPRK: Korea Utara) yang diciptakan oleh Kim Il
Sung dengan dasarnya bahwa pemilik revolusi dan pembangunan adalah rakyat.
Kunci utama untuk memahami sistem politik dan struktur kekuasaan Korea
Utara adalah melalui ideology Juche. Ideologi ini merujuk pada konsep
rakyatnya. Ideologi ini juga menjadi semacam alat ukur, bahkan agama, untuk
menentukan yang baik dan buruk.85 Istilah Juche pertama kali diperkenalkan oleh
Kim Il Sung sebagai kritik terhadap sosialisme gaya Cina atau Uni Soviet.
ideology ini dalam prakteknya digunakan oleh kim untuk menyingkirkan lawan-
lawan politiknya.
85
Lee Sangu, “Political Thought, Changes in Society and Pyongyang’s Southward
Strategy”, Today and Tomorrow of North Korea, , 1982 (Seoul: Bommunsa), h. 194.
86
Secara filosofi Juche dikatakan berasal dari pemahaman bahwa manusia adalah mahluk
yang sangat lengkap yang mampu melakuakn segalanya. Manusia adalah mahluk social yang
52
kepemimpinan tunggal secara resmi dimulai tahun 1972 saat konstitusi baru
Korea Utara diresmikan. Konstitusi yang diberi nama “konstitusi sosialis” ini
dirancang untuk menaikan posisi Kim Il Sung dari seorang perdana menteri dan
sekretaris jenderal partai menjadi presiden Korea Utara. Konstitusi baru ini
Kepemimpinan monolitik pun terbentuk.87 Empat garis besar militer Korea Utara
oleh putranya, Kim Jong Il. Namun berbeda dengan sang ayah, Kim junior lebih
tidak memiliki karisma sebesar Kim Il Sung sehingga diperlukan usaha ekstra
untuk mengangkat citranya di mata rakyat. Disamping itu, Kim juga harus
memiliki independesi, kreatifitas, dan kesadaran. Oleh para idolog Korea Utara, Juche disebut-
sebut sebagai ajaran yang pertama kali dalam sejarah memberikan penjelasan yang sempurna
tentang manusia sebagai mahluk social, sebuah penjelasan yang menurut mereka gagal diberikan
Marxisme.
87
Lee Sangmin, “North Korea’s Political Structure and Hereditary Succession”, North
Korea Research Autumn, 1991 (Seoul: Continental Reseach Institute), h. 10-11.
53
memudar dan isu ekonomi juga mengambil ahli perhatian Masyarakat
internasional.
diplomatiknya dengan Rusia dan Cina. Pola hubungan kooperatif ini mengusik
Korea Utara yang sampai saat ini masih memegang teguh ideologi Juche yang
Ancaman ini juga diperkeruh oleh situasi ekonomi Korea Utara yang
bidang, mulai dari bahan makanan, energi, bahan baku industri, mata uang asing,
statistik resmi, musibah kelaparan ini diperkirakan menelan korban jiwa jutaan
orang.88 kenyataan ini tentu menghawatirkan Kim Jong Il karena bisa menganggu
ideology Juche yang mereka anut. Oleh karena itu, Kim menggunakan militer
Utara sejak negeri ini berdiri. Bahkan hampir 25 % dari Gross National Product
(GDP) Korea Utara dihabiskan untuk personel dan persenjataan. Padahal lima
persen saja (sekitar 300 juta dollar) dari jumlah itu bisa digunakan untuk membeli
88
Ching Hyun-Joon, “Internal Changes in North Korea: Reality and Prospect”, Korean
Focus, Vol. 8, No. 5, September-October 2000, h. 94.
54
Isu yang mencuat dari anggaran militer yang terlalu besar adalah Korea
Utara tengah mengembangkan senjata nuklir. Sebenarnya isu ini sudah muncul
sejak tahun 1989 ketika satelit Amerika Serikat memotret adanya pipa
sekitarnya dan muncul sebagai negara penting di kwasan Asia Timur. Dengan
nuklir Pyongyang berharap akan bisa menahan tekanan eksternal bagi liberalisasi
dan kepemilikan nuklir akan dijadikan alat untuk memperkuat posisi tawar
dengan adanya nuklir di Korea Utara, kecil kemungkinannya pihak lawan akan
melakukan serangan terhadap Negara tersebut.90 Dari Uraian diatas terlihat bahwa
tujuan Kim Jong Il saat ini adalah mempertahankan rejim yang dipimpinnya. Kim
ingin mengarahkan politik luar negeri Korea Utara lebih defensive. Ia ingin
bagi hubungan kedua negara Korea. Korea Utara merasa bahwa Amerika Serikat
merupakan ancaman. Korea Utara merasa terancam dan takut dengan kemampuan
militer Amerika Serikat. Terutama ketika kekuatan persenjataan dan nuklir maka
89
Tong Whan Park, “Issues of Arms Control Between the Two Koreans “, Asian Survey,
Vol. XXXII, No. 4, April 1992, h. 358-9
90
Ibid.
91
Hak Soon Paik, “ North Korea’s Unification Policy”, dalam Kwak Tae-Hwan, ed., The
Four Powers and Korean Unification Strategies (Seoul: Kyungman University Press, 1997), h.
124.
55
Amerika Serikat hadir untuk melindungi Korea Selatan membuat Korea Utara
Sejak Korea terbagi menjadi dua, Amerika Serikat secara mendalam telah
masa depan Korea bukanlah sekedar masalah bilateral antar Korea Utara dan
Korea Selatan, melainkan isu yang menyentuh banyak aspek yang berkaitan
dengan peran dan kepentingan nasional negeri ini.93 Berangkat dari kepentingan
pertahanan dengan Korea Selatan.94 Sementara itu, jika dilihat dari pandangan
dan Cina. Hal inilah yang membuat Semenanjung Korea memiliki dimensi
92
Andrew Mack, The Nuclear Crisis on The Korean Peninsula, Asian Survey, Vol. 33,
No. 4 (April, 1993), (United States: California Press, 1993), h. 342.
93
Lee Hong Yung,”The Korean Summit Meeting and The Internasional Environment”,
Korean Journal, Vol. 41, No. 2, Summer 2001, h. 54.
94
Oknim Chung,” Regional Perpectives and Role on The Korean Peninsula”, Korean and
World Affairs, Vol. 22, No. 2, Summer 2001, h. 34.
95
Sharif M. Shuja,” US and Japan’s Trends in Attitudes Toward The Korean Peninsula”,
East Asian Studies, Vol. 16, No. 1-2, Spring/Summer 1997, h. 68.
56
Seperti yang telah dijelaskan pada bab kedua dalam skripsi ini, dijelaskan
terlebih dahulu Semenanjung Korea pada bagian Utara. Pengikat hubungan antara
negara di Semenanjung Korea dengan Negara adikuasa pada masa Perang Dingin
kepada Korea Selatan pada masa pemulihan pasca Perang Korea. Begitu pun
dengan Korea Utara dan Uni Soviet. Namun dalam kasus security complex di
Pasca Perang Korea berakhir, Amerika Serikat dan Korea Selatan menbuat
aliansi kedua negara yang sampai saat ini masih terjalin. Seiring perkembangan
zaman, hubungan aliansi yang terjadi diantara Korea Selatan dan Amerika Serikat
mulai dikaji ulang. Pasca insiden 11 September 2001, Amerika Serikat telah
mengubah kebijakannya menjadi lebih keras dan menjadi kurang toleran terhadap
mencangkup kedua Korea dan Amerika Serikat. Selama ini aliansi yang dilakukan
antara Korea Selatan dan Amerika Serikat hanya berpihak kepada Amerika
96
Paul A Papayoanou, Great Powers Regional Orders : Possibilities and Prospects After
Cold War, dalam David Lake and Patrick M. Morgan, Regional Order Bulding Security in a New
World, (United States of American; Pennsylvania State University Press, 1997), h. 129.
97
Ibid.
57
Serikat saja. Dalam hal ini, Seoul hanya dituntut untuk mengikuti kepentingan
The Joong Ang Ilbo, Korea Selatan pada bulan September 2003, menilai bahwa
Serikat dengan Korea Selatan sangat penting untuk Korea, akan tetapi 45,4 %
responden menilai cukup baik, dan hanya 0,5 % saja yang menyatakan bahwa
hubungan yang dilakukan oleh kedua Negara tidak penting untuk kepentingan
Korea.98 Dari hasil polling tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian masyarakat
negaranya sendiri dari ancaman yang datang dari luar, Khususnya Korea Utara.
Sehingga aliansi antara kedua negara tersebut masih sangat dibutuhkan demi
harus berusaha menangani isu nuklir Korea Utara yang menjadi masalah utama di
arogansi dan uniliteralisme Amerika Serikat, dan tidak berdampak buruk bagi
98
David W. Shin, “Future of The US-ROK Aliance: Manangin The Perception Gap”,
dalam KNDU Review of National Security Affairs, Vol. 10, No. 1, June, Research Institute On
National Security Affairs, Seoul, 2005, h. 93.
99
Ibid.
58
sesungguhnya masih diperlukan untuk menciptakan stabilitas keamanan di Asia
Pasifik.
tidak memiliki peran sepenting Korea Utara atau pun Amerika Serikat untuk
armistis, telah mengundurkan diri dari Semenanjung Korea. Namun Cina ikut lagi
terlibat pada masalah Korea sejak diikutsertakan dalam perundingan empat pihak.
Pada permasalahan unifikasi ini, Cina mengalami ambiguitas. Disatu sisi, Cina
sangat mendukung unifikasi Korea. tetapi disisi lain, Cina khawatir bila dalam
upaya mencapai unifikasi tersebut, maka stabilitas dan perdamaian di Asia Timur
yang selama ini ada akan rusak. Cina juga khawatir jika kenyataan Korea yang
merugikan Cina.100 Karena alasan inilah Cina mempertahankan status quo dalam
maka Cina meningkatkan hubunganya dengan Korea Utara dengan tujuan agar
pengaruh Cina lebih terasa di Semenanjung Korea. Generasi keempat dari para
sesama komunis tidak lagi bisa diandalkan, maka untuk memaksimalkan Peranan
Cina di Semenanjung Korea, Cina ikut terlibat dalam proses dialog multilateral
100
Fei-Ling Wang, “Joining the Major Powers for The Status Quo; China’s Views and
Policy on Korean Reunification”, Pasific Affairs, Vol. 72, No. 2 (Summer 1999), (University of
British Columbia: Canada, 1999), h. 173-176.
59
Semenajung Korea merupakan “problem inti” (core problem atau hexin wenti) di
Asia Timur.101
Semenanjung Korea merupakan ujian awal bagi Cina jika ingin dianggap sebagai
sebuah kekuatan global dan hegemon di kawasan.102 Ujian bagi Cina untuk bisa
Amerika Serikat. Sehingga hal inilah yang menjadi tantangan bagi Cina untuk
Jepang sebagai Negara tertangga terdekat dan pernah menduduki Korea jelas
terutama Jepang. Jepang sangat takut terhadap dampak runtuhnya Korea Utara,
seperti membanjirnya pengungsi Korea Utara ke Jepang dan juga permintaan dana
ganti rugi. Oleh karena itu, posisi Jepang terhadap unifikasi juga tergantung
dengan posisi Amerika Serikat dan Korea Selatan. Dengan kata lain, Jepang
101
Samuel S. Kim, The Making of China’s Korean Policy in the Era of Reform, dalam
David Lampton, (ed), The Making of Chinese Foreign and Security Policy in The Era of Reform,
2001 (standford, CA: Standford University press), h. 372
102
Xiaoxing Yi, A Neutralized Korea? The North-South Rapprochment and China’s
Korean Policy, Korean Journal of Defense Analysis, Vol. XIII, No. 2, Winter 2000, h. 79
60
mewujudkan ekonominya untuk mewujudkan stbilitas di Semenanjung Korea
apabila Korea Utara mau berkerjasama dengan Amerika dan Korea Selatan.103
unifikasi Korea, apabila terjadi unifikasi Korea yang akan memiliki 70 juta
penduduk, ekonomi dan militer yang kuat. Maka akan muncul nasionalisme
bersatu, dan terjadi konflik antara Jepang dan Korea, maka aka nada kemungkinan
bahwa Korea akan berpaling pada Cina untuk membangun militernya. Disisi lain,
Jepang merasa khawatir kehilangan dominasi ekonomi di Asia jika kedua Negara
kekhawatiran besar. Oleh karena itu, Jepang telah mengandalkan militer AS untuk
melindungi kepentingannya dan akses ke pasar luar negeri, seperti jalur laut
komunikasi melalui Timur Tengah, Asia Tenggara, dan Selat Taiwan. Dalam
Jepang memberikan dukungan politik dan bantuan ekonomi pada Korea Selatan.
103
Charles E. Morrison, Asia Pasific Security outlook, 2003, (Tokyo: Japan Center for
International Exchange., Inc, 2003), h. 49
104
Byung-Joon Ahn, “Semenanjung Korea dan Keamanan Asia Timur”, dalam Robert A.
Scanlapino, Selzaburo Sato dan Yusuf Wanandi, “Masalah Keamanan Asia”, CSIS, Jakarta, 1990,
h. 169
105
Ibid.
61
Lain halnya dengan Rusia, kepentingan utama Uni Soviet di Korea
merupakan negara Eropa, termasuk negara Asia Timur dengan wilayah yang
cukup luas di kawasan ini. Meskipun Rusia bukan satu negara adikuasa seperti
Uni Soviet dulu, namun kekuatan dan potensinya cukup besar dan tidak boleh
diabaikan. Dalam bidang militer Rusia tetap masih kedua terkuat di dunia setelah
AS. Dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi Rusia termasuk negara maju,
alam, khususnya minyak dan gas bumi menjadi andalan bagi Rusia. Oleh karena
itu, Cina begitu dekat dengan Rusia. Sebab Cina memerlukan teknologi militer
Russia yang belum mampu menjadikan dirinya memiliki kekuatan teknologi yang
Korea Utara dalam menuju reunifikasi, Rusia lebih memilih cara untuk tidak
begitu terlibat didalam masalah penyatuan kedua Negara Korea, walaupun secara
pribadi Rusia mendukung upaya terjadinya penyatuan diantara Korea Selatan dan
Korea Utara.106 Selain itu rusia menganggap bahwa masalah yang terjadi diantara
pendekatan ideologi dengan Korea Utara, Rusia tidak merasa terancam jika
106
Chung In-Moo and David I. Steinberg (ed), Kim Dae Jung Government and Sunshine
Policy Promises and Challenges, Seoul: Yonsei University Press, 1999, h. 102
62
keterlibatannya didalam enam negara yang membahas mengenai masalah nuklir di
Korea Utara.
4.3 Hubungan Korea Selatan dan Korea Utara Dalam Menuju Reunifikasi
di Semenanjung Korea Periode 2003-2008
dilakukan oleh Korea Selatan secara damai. Pada tahun 1972 proses dialog antar-
berdasarkan tiga prinsip, yaitu independen dari campur tangan asing, cara-cara
damai, dan persatuan nasional. Namun gagal karena adanya permintaan Korea
Selatan, dan permintaan ini tidak dihiraukan oleh Korea Selatan. Pada tahun
menteri dari dua Korea bertemu di Seoul pada bulan September 1990 untuk
Kerjasama, dan Pertukaran Antara Utara dan Selatan”. Hal ini membuat harapan
baru di antara warga Korea namun harus dihancurkan lagi ketika kedua belah
tersebut dikarenakan adanya krisis nuklir pada tahun 1994. Krisis dicairkan
63
Pasca krisis nuklir 1994, hubungan antar-Korea dicairkan dengan kebijakan
Sunshine Policy yang merupakan kebijakan Kim Dae Jung. Sebuah kebijakan
yang menciptakan paradigma baru hubungan antara kedua negara Korea yang
didasari oleh saling menghargai dengan ide utama perdamaian, rekonsiliasi dan
kerjasama. Pada tanggal 15 Juni 2000, untuk pertama kalinya kedua negara Korea
pertemuan puncak antar kedua negara Korea tersebut adalah kerjasama dalam
yang selama ini memutuskan jalur kereta api antara kedua negara tersebut.107
perbatasan, bahkan sempat uji coba pada thun 2005. Namun uji coba tersebut
mengalami kendala pada tahun 2006 karena militer Korea Utara tidak mau
tersebut.108 Pada tanggal 17 Mei 2007, sebuah perjalanan percobaan kereta api
telah melintasi perbatasan kedua negara Korea. Masing-masing kereta api itu
membawa 100 orang Korea Selatan dan 50 orang Korea Utara. kereta tersebut
demiliterasi) yang berdinding tinggi dan berkawat duri.109 Pada masa Roh Moo
Hyun, Korea Selatan menawarkan Korea Utara bantuan besar saluran listrik besar
107
Laporan Tahuanan Kedutaan Besar RI untuk Korea Selatan, 2000, h. 35-36.
108
Kompas, ”Rekonsiliasi Korea Melalui Kereta Api”, 9 Mei 2007
109
Kompas, “Kereta Api Pertama Melewati Perbatasan Perang Dingin”, 18 Mei 2007
64
jalan buntu tahun 2002. Upaya diplomatik terus dilakukan menjelang pertemuan
melibatkan sebuah kompleks industri bersama dan sebuah zona wisata di Korea
Utara tidak termasuk dalam daftar kesepakatan yang terkena sanksi, namun
Korea Selatan setuju untuk mengirim 400.000 ton beras ke Korea Utara, setelah
soal program nuklir Korea Utara yang menjadi fokus perundingan internasional.
Bantuan sempat terlantar setelah Korea gagal memenuhi batas waktu untuk
menutup reaktor nuklir yang merupakan bagian penting dari kesepakatan yang
dicapai pada tanggal 13 Februari 2003, yang ditandatangani oleh Korea Selatan,
Korea Utara, Jepang, Cina, Rusia dan Amerika Serikat. Dalam kesepakatannya
Korea Utara setuju untuk menutup reaktor Yongbyon dalam waktu 60 hari dengan
imbalan bantuan, dan kesepakatan akhir yang dicapai adalah Korea Selatan akan
Oktober 2003, dimana Amerika Serikat menaruh kecurigaan terhadap Korea Utara
Serikat mengirim 500.000 ton BBM pengganti energi nuklir ke Korea Utara.
110
” Korea Selatan Kirim Beras ke Korut”, Diakses dari, http://www.BBCIndonesia.com.
pada tanggal 12 Januari 2011
65
Korea Utara mengaktifkan kembali program senjata nuklir rahasia yang kaya
Korea Utara dan berlaku sejak 15 Desember 2002. Korea Utara kemudian
nuklir PBB di Yongbyon, pusat pengembangan nuklir di Korea Utara, dan diikuti
Utara.111
Korea Utara oleh Angkatan Laut Spanyol yang mengangkut paket rudal Scud ke
negara barat dan tetangganya di Asia Timur. Selain itu, Korea Utara terbukti tidak
internasional, tidak terkecuali Korea Selatan, yang menilai bahwa tindakan Korut
telah merusak upaya normalisasi hubungan kedua negara yang sempat mengalami
bidang, diantaranya ekonomi dan pertahanan, pada tahun 2000 lalu. Korea Selatan
ambisi nuklir Korea Utara. Dalam diplomasinya Korea Selatan terus menolak
menghadapi Korea Utara. Namun dengan tidak ada perubahan prinsip bahwa
ini sudah mengancam perdamaian bukan hanya di wilayah Asia Timur Laut tapi
111
Faustinus Andrea, Krisis Semenanjung Korea, Koran Tempo, Selasa 25 Maret 2003.
112
Kompas, “Korea Selatan Miliki Kartu Hadapi Korea Utara”, 17 Mei 2003
66
juga internasional. Dalam kesempatan ini, Roh juga sekali lagi menegaskan
perlunya usaha bersama untuk menuntaskan masalah nuklir Korea melalui dialog,
dan tanpa menggunakan kekerasan termasuk aksi militer. Oleh karena itu, Korea
Jepang, Cina, Rusia, dan EU.113 Dalam upaya dialog dengan Korea Utara, Roh
Moo Hyun menjalankan pendekatan dengan Policy for Peace and Prosperity.
menjelaskan kebijakannya yang khas tentang penyatuan Korea yang sama sekali
Penyatuan Korea akan terlaksana hanya bila kedua Korea membangun struktur
perdamaian dan melengkapi segala persiapan tersebut. Dengan kata lain Seoul
tidak akan mengambil resiko untuk membayar mahal jatuhnya rezim Korea Utara
secara tiba-tiba.
113
Fokus: “Ancaman Nuklir Korea Utara dan Sikap EU“,Diakses dari ,
http://www.indonesia-eu.com, pada 24 Januari 2011
114
,“Penjelasan Presiden Roh Moo Hyun tentang 4 tahap penyatuan Korea”, Diakses
dari, http://www.kompas.com/kompas-cetak/0006/16/utama/temb0l.htm, pada 14 Februari 2011
67
kunjungan tiga hari, kedua pemimpin menandatangani beberapa poin kesepakatan,
dilaksanakan dengan baik, maka akan lahir sebuah babak baru hubungan negara
Korea. Namun sikap Korea Utara yang sulit ditebak dan seringnya mengingkari
115
Media Indonesia, “Dua Korea Menuju Damai (Deklarasi Monumental Kim dan
Roh)”, 5 Oktober 2007
68
kesepakatan-kesepakatan yang telah disepakati oleh kedua pihak menjadi kendala
kerjasama tersebut.116
geopolitik, ekonomi, dan politik. Tiap masalah yang timbul sedikit banyak
merupakan hasil dari faktor-faktor yang saling berhubungan, tetapi geopolitik dan
politik dalam negeri umumnya lebih penting daripada faktor-faktor lain. Secara
historis pembagian Korea merupakan hasil Perang Dunia II dan Perang Dingin.
Keputusan Amerika Serikat dan Uni Soviet untuk menduduki Semenanjung Korea
pada akhir Perang Dunia II membuka jalan bagi pembagian ini. Banyaknya
Beberapa kesulitan dalam proses ini dikarenakan adanya perbedaan politik dan
ekonomi yang besar antara kedua negara. Pada permasalah jangka pendek
unifikasi harus dicapai untuk mewujudkan keinginan bebas 70 juta rakyat Korea
116
Republika, “Dua Korea Sepakati Komitmen Bagi perdamaian”, 5 Oktober 2007
117
Suara Pembaruan, “Korea Selatan Perkuat Upaya Diplomatik Hadapi Korea Utara”,
14 Mei 2007
69
Hal lain yang menjadi hambatan dalam reunifikasi di Semenanjung Korea
adalah sikap Korea Utara yang melakukan standar ganda dalam program
nuklirnya. Disatu sisi Korea Utara menunjukan sikap positif dalam setiap
perjanjian yang disepakati, namun disisi lain, Korea Utara masih menyimpan dan
nuklir pada tahun 2003 menunjukan Korea Utara masih setengah hati untuk
masalah yang serius dan dapat membahayakan keamanan Korea Selatan. Selain
dari negara-negara besar yang bisa saling bertentangan. Sehingga dengan adanya
Salah satu perbedaan antara Korea Utara dan Korea Selatan adalah bahwa
hampir tidak ada perubahan dalam pimpinan Korea Utara sedangkan Korea
sedangkan Korea Utara harus mengalami krisis penggantian kekuasaan besar jika
Kim Jong Il meninggalkan ajang politik. Bila melihat prospek tersebut, untuk
118
Kompas, “Pertemuan Dua Korea Belum Membuahkan Hasil”, 19 Mei 2007
119
Park Young Ho,”International Perceptions of Korean Unification Issue”, Korean
Focus, Vol. 6, No.1, 1998, h. 147-8.
70
perbedaan ideologi kedua negara tersebut serta keadaan perang yang hanya
diakhiri suatu gencatan senjata dan bukan oleh suatu perjanjian damai permanen.
Dalam hal bidang ekonomi, dua Korea terpisah oleh jembatan kesenjangan
ekonomi yang sangat lebar. Korea Selatan yang menjadi sekutu Amerika, Jepang
dan negara Barat lainnya kini menjadi negara dengan ekonomi terkuat di Asia.
negara tersebut serta keadaan perang yang hanya diakhiri suatu gencatan senjata
secara permanen, akan sangat terkait dengan status akhir kedua negara. Selain itu,
kesejahteraan ekonomi. Korea Selatan muncul sebagai salah satu negara dengan
pendapatan per kapita tertinggi (2006: US$ 24,500) sebaliknya Korea Utara
diperkirakan merupakan salah satu negara termiskin saat ini (GDP tahun 2006:
reunifikasi.120
120
Byung-Joon Ahn,“Semenanjung Korea dan Keamanan Asia Timur”, dalam Robert A.
Scanlapino, Selzaburo Sato dan Yusuf Wanandi, “Masalah Keamanan Asia”, CSIS, Jakarta, 1990,
h. 187.
71
Namun keadaan perekonomian Korea Utara yang sangat lemah, Korea
Selatan terus mencapai pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam beberapa dekade.
Ini telah membawa suatu kesenjangan pendapatan yang semakin besar. Saat ini,
pendapatan per kapita di Selatan paling tidak lima kali ukuran Utara. Ini saja akan
membuat integrasi ekonomi antara Utara dan Selatan suatu tugas yang sangat sulit
dan kompleks. Dalam sebuah survei ekonomi yang dilakukan Organisasi Kerja
Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) untuk Korea Selatan, pada 2010
terlihat bahwa jurang kesenjangan antara dua Korea itu semakin luas. OECD
melansir, meski populasi Korea Utara untuk tahun 2008 tercatat 23,3 juta jiwa,
atau sekitar 48 persen dari populasi penduduk Korea Selatan, produk domestik
bruto (GDP)-nya berada pada angka USD 24,7 miliar. Jumlah tersebut hanya
sekitar 2,7 persen dari GDP Korea Selatan. Data tersebut berpengaruh kepada
pendapatan per kapita rakyatnya. OECD menyebut, GDP per kapita rakyat Korea
Utara itu sekitar USD 1.060 per tahun. Atau hanya 5,6 persen GDP per kapita
Korea Selatan.121
utara. OECD juga memperingatkan bahwa biaya unifikasi akan meningkat drastis
akibat perluasan kesenjangan sosial dan ekonomi antara kedua Korea. Namun,
harapan untuk melihat kedua Korea kembali rukun untuk membangun hubungan
121
“Kembar Beda Nasib”, Diakses dari,
http://www.rimanews.com/read/20100629/1196/kembar-tapi-beda-nasib, pada 14 Februari 2011
122
Yang Seung-Yoon dan Mohtar Mas’oed, “Politik Luar Negeri Korea Selatan :
Penyesuaian Diri Terhadap Masyarakat Masyarakat Internasional”, Ghajah Mada University
Press, Yogyakarta, 2002, h. 69
72
BAB V
KESIMPULAN
2003-2008 telah mengalami dinamika yang cukup rumit. Dengan adanya krisis
nuklir kedua pada tahun 2003 dan permasalahan antara Korea Utara dengan
Amerika Serikat membuat posisi Korea Selatan serba salah. Sejak 2003
pertemuan enam pihak yang melibatkan AS, Jepang, Rusia, dan RRC, di samping
Korea Selatan dan Korea Utara. Dalam rangka penyelesaian berbagai masalah di
besar di Semenanjung Korea. Korea Selatan memberikan cara pandang yang lain
dengan menjadikan proses dialog yang bersahabat sebagai senjata utama dalam
berbagai masalah yang cukup besar. Beberapa kesulitan dalam proses ini
dikarenakan adanya perbedaan politik dan ekonomi yang besar antara kedua
besar yang bermigrasi dari Korea Utara serta ketidakstabilan politik dan ekonomi
Korea Utara perlu diatasi. Sedangkan masalah jangka panjang seperti perbedaan
73
budaya, kontras ideologi politik dan diskriminasi mungkin juga perlu untuk
diselesaikan.
adalah sikap Korea Utara yang melakukan standar ganda dalam program
nuklirnya. Disatu sisi Korea Utara menunjukan sikap positif dalam setiap
perjanjian yang disepakati, namun disisi lain, Korea Utara masih menyimpan dan
dibawah satu kesatuan serta hidup damai berdampingan ini bukanlah pekerjaan
yang mudah dan diperlukan waktu yang cukup lama. Hambatan dimulai dari
perbedaan yang mendasar yaitu ideologi yang dianut oleh kedua Korea yang telah
memberikan kesan bahwa penyatuan dua Korea ini bukanlah perkara yang mudah
unggul. Apalagi Korea Utara saat ini menjadi ancaman baru bagi kawasan Asia
Timur dengan program nuklirnya. Selain itu, adanya ancaman kemanusiaan yang
mangatasi aneka tantangan ini muncul dari realitas bahwa tidak ada konsensus di
Cina dan Rusia juga menjadi sebuah masalah bagi kelangsungan hubungan kedua
Negara tersebut. Pada umumnya negara-negara besar melihat Korea dari persektif
global dan regional mereka. Bila Amerika dan Jepang, melihat Korea Selatan
penting dalam arti positif bagi hubungan bilateral mereka. Di lain pihak, RRC dan
74
Rusia memandang Korea Utara sebagai wilayah penting bagi rivalitas mereka. Hal
ini diperkuat dengan adanya pakta pertahanan antara Amerika Serikat dengan
Korea Selatan sejak tahun 1953. Sedangkan pada tahun 1961, RRC dan Uni
Roh Moo Hyun dalam menjalankan pendekatan dengan Korea Utara dilakukan
dalam negeri maupun luar negeri. Dalam permasalahan domestik, Roh Moo Hyun
saat pemilu serta dugaan skandal keuangan. Sedangkan pada permasalahan politik
luar negeri, hubungan antara Korea Selatan dan Korea Utara mengalami masalah
Moo Hyun mengambil sikap tegas dengan menyatakan Seoul akan meneruskan
kebijakannya yang khas tentang penyatuan Korea yang sama sekali berbeda
penyatuan atau reunifikasi. Korea Selatan tidak akan pernah mencoba untuk
75
melengkapi segala persiapan tersebut. Dengan kata lain, Seoul tidak akan
mengambil resiko untuk membayar mahal jatuhnya rezim Korea Utara secara
tiba-tiba.
tinggi. Kedua pihak juga sepakat menutup program nuklir Korea Utara mulai
akhir tahun ini secara bertahap. Tindakan ini akan dilanjutkan dengan penyerahan
bahan-bahan pembuat senjata nuklir mulai tahun depan. Namun Bagi Roh Moo-
sangat rendah di kalangan publik Korea Selatan. Masa jabatannya pun tinggal
tidak ada jaminan presiden selanjutnya akan menghargai konsesi atau kesepakatan
76
Daftar Pustaka
Buku:
Ahn, Byung-Joon, “Semenanjung Korea dan Keamanan Asia Timur”, dalam
Robert A. Scanlapino, Selzaburo Sato dan Yusuf Wanandi, “Masalah
Keamanan Asia”, CSIS, Jakarta, 1990
Badrika, I Wayan, Sejarah Nasional dan Umum , Erlangga, Jakarta, 2005.
Brown, Chris, Understanding Internasional Relation, 2nd edition, London,
Palgrave,2001, hal 68-86, Dikutip dari Politik Luar Negeri Indonesia “Di
Tengah Pusaran Politik Domestik” , Genewati Wuryandari (ed), 2008,
Pustaka Pelajar: Jakarta.
Buzan, Barry, People States and Fear: An Agenda For International Security
Studies in The Post Cold War Era, 2nd edition, Harvester Wheatsheaf,
London, 1991.
, Ole Waefer, dan Jaap de Wilde, A New Frame Work For
Analysis, London: Lynne Rienner Publisher.1998
Coplin, William D. 1992 Pengantar Politik Internasional : Suatu Telaah Teoritis,
Penerbit Sinar Baru,: Bandung.
Chung In-Moo and David I. Steinberg (ed), Kim Dae Jung Government and
Sunshine Policy Promises and Challenges, Seoul: Yonsei University
Press, 1999
Dwianto, Riri, ”kerjasama Keamanan Asia Timur” dalam Agenda dan Penataan
Keamanan di Asia Pasifik, Bartarto Bandoro (Penyuting), CSIS, Jakarta,
1999-2000.
Fakta-fakta tentang Korea, Pelayanan Kebudayaan dan Informasi Korea,
Kementerian Kebudayaan Olah Raga dan Pariwisata. 2002, Seoul,
Republik Korea.
Fakta Tentang Korea, Pelayanan Informasi Korea, Badan Informasi Nasional,
2003, Seoul, Republik Korea
Holsti, KJ. 1983, Politik Internasional: Kerangka Untuk Analisa, M. Tahrir
Azhary (pent) Erlangga: Jakarta.
viii
Jacson, Robert, dan Georg Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005
Kim, Samuel S., The Making of China’s Korean Policy in the Era of Reform,
dalam David Lampton, (ed), The Making of Chinese Foreign and Security
Policy in The Era of Reform, 2001 (standford, CA: Standford University
press),
Morgenthau, Hans J., Politik Antar Bangsa, S. maimon (pent), Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta. 1990.
, Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis, M. Tahrir
Azhary (pent), Erlangga, Jakarta, 1987
Mestoko, Soemarsono, Indonesia dan Hubungan Antar Bangsa, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta, 1985
Morrison, Charles E., Asia Pasific Security outlook, 2003, (Tokyo: Japan Center
for International Exchange., Inc, 2003)
Jones, Walter S. 1993, Logika Hubungan Internasional: Kekuasaan Ekonomi-
Politik Internasional, Tatanan Dunia, Jilid 2, Gramedia Utama: Jakarta.
Mas’oed , Mohtar dan Yang Seung-Yoon, Politik Luar Negeri Korea Selatan :
Penyesuaian Diri Terhadap Masyarakat Internasional, Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 2002.
, Masyarakat, Politik, dan Pemerintahan Korea: Sebuah Pengantar.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005.
, Memahami Politik Korea, Gadjah Mada University Press, 2005.
Papayoanou, Paul A.,” Great Powers Regional Orders : Possibilities and Prospects
After Cold War”, dalam David Lake and Patrick M. Morgan, Regional
Order Building Security in a New World, (United States of American;
Pennsylvania State University Press, 1997)
Seung-Yoon, Yang dan Nur Aini Setiawati, Sejarah Korea , Gajah Mada
University Press, 2003.
, sejarah Korea Awal Abad Hingga Masa Kontemporer,
Ghajah Mada University Press, Yogyakarta, 2003
Sukma, Rizal,”Dua Korea dan Prospek Perdamaian di Asia Timur”, dalam
Analisa, CSIS, Jakarta, 1992-1993
ix
Schuster, Almond and., Websters’s, New Twentieth Century Dictionary Of the
English Language : unabridged, edisi ke-2, New York, 1983.
Tim Penyususn Kamus Bahasa, Kamus Besar Indonesia, Edisi ke-3 Cetakan
Pertama, Balai Pustaka, Jakarta, 2001
Waltz, Kenneth N. Theory of International Politics, New York: McGraw-Hill Inc,
1979.
Yani, Yayan Moch., Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung: Rosda
Karya, 2006.
x
Kim, Keun-Sik, Inter-Korean Relation and Thr Future of the Sunshine Policy, the
Journal of East Asian Affairs, Vol. XVI, No. 1 Spring/Summer 2002, (The
Research Institute for Internasional Affairs, Seoul, Korea 2002).
Kim, Young Jeh,” North Korea’s Nuclear Program and Its Impact On
Neighboring Countries, Korea and World Affairs, Vol. 17, No. 3, Fall
1993
Kim, Hong Nack,”The Kim Dae Jung Government’s North Korea Policy
Problems and Prospects, Korea and World Affairs, Vol XXIII, No. 3, Fall
1999 (Korea; Research Center for Peace and Unification of Korea, 1999)
Mack, Andrew, The Nuclear Crisis On The Korean Peninsula, Asian Survey, Vol.
33, No. 4 (April 1993), (United States: University of California Press,
1993).
Paik, Hak Soon, “ North Korea’s Unification Policy”, dalam Kwak Tae-Hwan,
ed., The Four Powers and Korean Unification Strategies (Seoul:
Kyungman University Press, 1997)
Park, Hyoeng Jung, FirstbYear of the Roh Moo Hyun Administration, Korea and
World Affairs, Vol. XXXIV, No. 4, Winner 2003, (Korea : Research
Center for Peace and Unification of Korea 2003).
Park, Tong Whan,“ Issues of Arms Control Between the Two Koreans “, Asian
Survey, Vol. XXXII, No. 4, April 1992
Pinkston Daniel A. and Philip C. Saunders, Seeing North Korea Clearly, Survival,
(The Internasional Institute for Strategic Studies) Vol. 45, No. 3, Autumn
2003
Pramudito,”Tinjauan Prospek Perdamaian di Semenanjung Korea”, dalam Jurnal
Caraka Vol.I/No. 5, February-Maret 1998.
Ruslin, Ismah Tita, “Krisis Nuklir Korea Utara: Studi Implikasi Pengembangan
Nuklir Korea Utara Terhadap Perimbangan Kekuatan Militer di Kawasan
Asia Timur”, SPEKTRUM , Vol. 1, No. 2, Oktober 2004
Sam, Kim Young, Three-Phase Unification Formula for Building Korean National
Community, Pidato pada tanggal 15 Agustus 1994, didalam Korean
Focus, Vol. 2, No. 4 (July-Agustus 1994).
xi
Sangu, Lee, “Political Thought, Changes in Society and Pyongyang’s Southward
Strategy”, Today and Tomorrow of North Korea (Seoul: Bommunsa,
1982),
Sangmin, Lee, “North Korea’s Political Structure and Hereditary Succession”,
North Korea Research Autumn, 1991 (Seoul: Continental Reseach
Institute)
Shuja, Sharif M.,” US and Japan’s Trends in Attitudes Toward The Korean
Peninsula”, East Asian Studies, Vol. 16, No. 1-2, Spring/Summer 1997
Shin, David W., “Future of The US-ROK Aliance: Manangin The Perception
Gap”, dalam KNDU Review of National Security Affairs, Vol. 10, No. 1,
June, Research Institute On National Security Affairs, Seoul, 2005
Smith, Hezel Bad, Sad or Rational Actor? Why the ‘Securitization’ Paradigma
Makes for Poor Policy Analysis of North Korea, International Affairs,
Vol. 76, No. 3, Europe: Where Does It Begin and End? (Jul,2000)
sun, Lee young, ”Is Korean Reunification Possible?”, Korea Focus, Vol. 3, No. 3,
1995
Wang, Fei-Ling, “Joining the Major Powers for The Status Quo; China’s Views
and Policy on Korean Reunification”, Pasific Affairs, Vol. 72, No. 2
(Summer 1999), (University of British Columbia: Canada, 1999)
Yi, Xiaoxing,”A Neutralized Korea? The North-South Rapprochment and China’s
Korean Policy”, Korean Journal of Defense Analysis, Vol. XIII, No. 2,
Winter 2000
Yung, Lee Hong,”The Korean Summit Meeting and The Internasional
Environment”, Korean Journal, Vol. 41, No. 2, Summer 2001
Laporan Tahunan Departemen Luar Negeri, Tahun 1999, buku 1, Seoul
Laporan Tahuanan Kedutaan Besar RI untuk Korea Selatan, 2000
Jaya, I Wayan Setia, “Faktor-faktor Determinan yang menyebabkan Pergeseran
Pola Hubungan Korea Utara-Korea Selatan dalam Isu Reunifikasi Pasca
Perang Dingin”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Ilmu
Politik,Universitas Indonesia Jakarta, 2001)
xii
Surat Kabar:
Koran Tempo,”Korea Selatan Mendesak Segerakan Perundingan”, 16 April 2003.
Kompas, “Korea Selatan menerima Tawar Menawar Korut”. 22 April 2003
, “Korea Selatan Miliki Kartu Hadapi Korea Utara”, 17 Mei 2003.
Suara Pembaruan, “Diplomasi Roh dan Stabilitas Semenanjung Korea”, 30 Juli
2003.
Kompas, ”Rekonsiliasi Korea Melalui Kereta Api”, 9 Mei 2007
, “Kereta Api Pertama Melewati Perbatasan Perang Dingin”, 18 Mei
2007
, Kompas, “Pertemuan Dua Korea Belum Membuahkan Hasil”, 19 Mei
2007
Republika, “Dua Korea Sepakati Komitmen Bagi Perdamian”, 5 Oktober 2007.
Koran Tempo,” Krisis Semenanjung Korea”, Selasa 25 Maret 2003
Media Indonesia, “Dua Korea Menuju Damai (Deklarasi Monumental Kim dan
Roh)”, 5 Oktober 2007
Suara Pembaruan, “Korea Selatan Perkuat Upaya Diplomatik Hadapi Korea
Utara”, 14 Mei 2007
Lain-lainnya :
Tangker Minyak Menuju Korut, diakses dari: http://www.BBCIndonesia.com,
diakses pada tanggal 21 januari 2011
“Penjelasan Presiden Roh Moo-hyun tentang 4 tahap penyatuan Korea”, diakses
dari diakses pada tanggal 14 Februari 2011.
”KTT Dua Korea - Simbolis atau Berhasil Kongkrit?”, diakses dari
http://www.kabarindonesia.com,, diakses pada tanggal 20 Februari 2011.
“Menjawab Tantangan di Semenanjung Korea“, Diakses dari
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0406/02/opini/1056776.htm, pada
16 Desember 2010.
“Dambaan Presiden Korsel, Perdamaian, dan Pusat Ekonomi“, diakses dari
http://www.suarapembaruan.com/News/2003/02/06/Editor/edi01.html.,
pada 12 Desember 2010
xiii
Peta Korea Diakses,
http://indonesiaseoul.org/pictures/korea.jpg&w=396&h=425&ei=eWxdT5
qnBIfTrQf884WjDA&zoom=1, pada 12 Maret 2012
“Sinar Matahari di Selatan dan Utara”, Diakses dari,
http://kompas.com/kompas -cetak/0209/30/or/sina31.html, pada 26
Septemeber 2009
Partai URI merupakan partai yang didirikan oleh Roh Moo-hyun dan
pendukungannya pada saat satu bulan setelah terpilihnya Roh menjadi
presiden Korea Selatan, diakses dari http://www.news.bbc.co.uk./2/hl/asia-
pasific/2535143.stm, pada19 September 2011
“Penjelasan Presiden Roh Moo Hyun tentang 4 tahap penyatuan Korea”,
Diakses dari, http://www.kompas.com/kompas-
cetak/0006/16/utama/temb0l.htm, pada 14 Februari 2011
Fokus: “Ancaman Nuklir Korea Utara dan Sikap EU“, Diakses dari ,
http://www.indonesia-eu.com,pada 24 Januari 2011
“Kembar Beda Nasib”, Diakses dari,
http://www.rimanews.com/read/20100629/1196/kembar-tapi-beda-nasib,
pada 14 Februari 2011
xiv