Anda di halaman 1dari 23

PANDUAN

SUB KOMITE DISIPLIN DAN ETIKA


KOMITE MEDIK

KOMITE MEDIK
RSU PURBOWANGI
2018

i
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PURBOWANGI
NOMOR : ......./SK-DIR/RSUP /……../2018

TENTANG

PEMBERLAKUAN PANDUAN SUB KOMITE DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI


KOMITE MEDIK RSU PURBOWANGI

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM PURBOWANGI

Menimbang : a. Bahwa masyarakat khususnya pasien berhak untuk mengetahui hak


dan kewajibannya serta mendapatkan perlindungan atas tindakan
medis yang dilakukan terhadap dirinya;
b. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan adanya
Panduan Hak Pasien dan Keluarga Rumah Sakit Umum Purbowangi
guna melindungi Hak Pasien dan Keluarga;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan ketentuan huruf ( a ) dan huruf ( b
) maka perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit;


2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran;
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 772/Menkes/SK/VI/2002
Tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
1438/MENKES/PER/IX/2010 tentang Standar Pelayanan
Kedokteran di Indonesia
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
755/MENKES/PER/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite
Medik Di Rumah Sakit
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK03.05/I/424 Tentang
Penetapan Kelas RSU Purbowangi;
7. Keputusan Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu
i
Kabupaten Kebumen Nomor 503/02.03/Kep/II/2016 Tentang Ijin
Operasional RSU Purbowangi;
8. Keputusan Direktur PT. Griya Medika Nismara Nomor
01/GMN/SK.DIR/IV/2017 Tentang Pengangkatan Direktur RSU
Purbowangi.
9. Keputusan Direktur PT. Griya Medika Nisamara Nomor 001.A/SK-
GMN/IV/2017 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja RSU
Purbowangi;

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama Memberlakukan Panduan Sub Komite Disiplin Dan Etika Profesi
Komite Medik Rumah Sakit Umum Purbowangi.
Kedua Panduan Sub Komite Disiplin Dan Etika Profesi Komite Medik
Rumah Sakit Umum Purbowangi berlaku bagi semua petugas medis
Rumah Sakit Umum Purbowangi dalam melayani pasien.
Ketiga Menetapkan Panduan Sub Komite Disiplin Dan Etika Profesi Komite
Medik Rumah Sakit Umum Purbowangi sebagaimana terlampir dalam
Keputusan ini.
Keempat Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di
kemudian hari terdapat kekeliruan akan dilakukan perbaikan
sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Gombong
Pada tanggal : ……. 2018
Direktur RSU Purbowangi,

dr. Grata Vendy Pradhana


NIK. 201609264
i
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
TUJUAN ............................................................................................................................................. 1
KONSEP ............................................................................................................................................. 1

BAB II ..................................................................................................................................................... 3
KODE ETIK PROFESI TENAGA KEDOKTERAN ............................................................................. 3
A. KODE ETIK DOKTER INDONESIA ........................................................................................ 3
B. HAK DAN KEWAJIBAN ..........................................................................................................6

BAB III ................................................................................................................................................... 8


MEKANISME KERJA ........................................................................................................................... 8
A. Dasar Tindakan Disiplin Kedokteran ........................................................................................... 8
B. Penelitian Dugaan Pelanggaran Disiplin Etika Profesi Kedokteran............................................. 8
C. Pembentukan Tim AD-HOC Penelitian Dugaan Pelanggaran Disiplin Etika Profesi
Kedokteran .................................................................................................................................. 9
D. Klasifikasi Pelanggaran .............................................................................................................. 10
1. Pelanggaran Ringan ............................................................................................................ 10
2. Pelanggaran Sedang ........................................................................................................... 11
3. Pelanggaran Berat............................................................................................................... 12
E. Mekanisme Penanganan Masalah Etika ..................................................................................... 13
F. Berikut ini penanganan masalah etika sesuai dengan jenis- jenis pelanggaran .......................... 14
G. Sistem Pencatatan dan Pelaporan ............................................................................................... 15
H. Penomoran Pelanggaran ............................................................................................................. 15

BAB IV ................................................................................................................................................. 16
ALUR PENANGANAN PELANGGARAN ETIK .............................................................................. 16
LAMPIRAN

i
BAB I
PENDAHULUAN

Komite medik memegang peran utama dalam menegakkan profesionalisme staf medis
yang bekerja di rumah sakit. Peran tersebut meliputi rekomendasi pemberian izin melakukan
pelayanan medis di rumah sakit (clinical appointment) termasuk rinciannya (delineation of
clinical privilege), memelihara kompetensi dan etika profesi, serta menegakkan disiplin
profesi. Untuk itu kepala/direktur rumah sakit berkewajiban agar komite medik senantiasa
memiliki akses informasi terinci tentang masalah keprofesian setiap staf medis di rumah
sakit.
Dalam melaksanakan tugas menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf medis
komite Etika dan disiplin profesi memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Pembinaan etika dan disiplin profesi kedokteran;
2. Pemeriksaan staf medis yang diduga melakukan pelanggaran disiplin;
3. Rekomendasi pendisiplinan pelaku profesional di rumah sakit; dan
4. Pemberian nasehat/pertimbangan dalam pengambilan keputusan etis pada asuhan
pasien

A. TUJUAN
Subkomite etika dan disiplin profesi pada komite medik di rumah sakit dibentuk
dengan tujuan:
1. Melindungi pasien dari pelayanan staf medis yang tidak memenuhi syarat
(unqualified) dan tidak layak (unfit/unproper) untuk melakukan asuhan klinis
(clinical care).
2. Memelihara dan meningkatkan mutu profesionalisme staf medis di rumah sakit.

B. KONSEP
Setiap staf medis dalam melaksanakan asuhan medis di rumah sakit harus
menerapkan prinsip-prinsip profesionalisme kedokteran kinerja profesional yang baik
sehingga dapat memperlihatkan kinerja profesi yang baik. Dengan kinerja profesional
yang baik tersebut pasien akan memperoleh asuhan medis yang aman dan efektif.
Upaya peningkatan profesionalisme staf medis dilakukan dengan melaksanakan
program pembinaan profesionalisme kedokteran dan upaya pendisiplinan berperilaku

1
profesional staf medis di lingkungan rumah sakit.
Dalam penanganan asuhan medis tidak jarang dijumpai kesulitan dalam
pengambilan keputusan etis sehingga diperlukan adanya suatu unit kerja yang dapat
membantu memberikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan etis tersebut.
Pelaksanaan keputusan subkomite etika dan disiplin profesi di rumah sakit
merupakan upaya pendisiplinan oleh komite medik terhadap staf medis di rumah sakit
yang bersangkutan sehingga pelaksanaan dan keputusan ini tidak terkait atau tidak ada
hubungannya dengan proses penegakan disiplin profesi kedokteran di lembaga
pemerintah, penegakan etika dokter di organisasi profesi, maupun penegakan hukum.
Pengaturan dan penerapan penegakan disiplin profesi bukanlah sebuah penegakan
disiplin kepegawaian yang diatur dalam tata tertib kepegawaian pada umumnya.
Subkomite ini memiliki semangat yang berlandaskan, antara lain:
1. Peraturan internal rumah sakit
2. Peraturan internal staf medis
3. Etik rumah sakit
4. Norma etika medis dan norma-norma bioetika.
Tolak ukur dalam upaya pendisiplinan perilaku profesional staf medis, antara lain:
1. Pedoman pelayanan kedokteran di rumah sakit;
2. Prosedur kerja pelayanan di rumah sakit;
3. Daftar kewenangan klinis di rumah sakit;
4. Pedoman syarat-syarat kualifikasi untuk melakukan pelayanan medis (white
paper) di rumah sakit;
5. Kode etik kedokteran Indonesia;
6. Pedoman perilaku profesional kedokteran (buku penyelenggaraan praktik
kedokteran yang baik);
7. Pedoman pelanggaran disiplin kedokteran yang berlaku di Indonesia;
8. Pedoman pelayanan medis /klinik;
9. Standar prosedur operasional asuhan medis.

2
BAB II
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA

Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, dengan maksud untuk lebih nyata menjamin dan
mewujudkan kesungguhan dan keluhuran ilmu kedokteran sebagaimana dimaksud di atas,
kami para dokter Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Dokter Indonesia, membakukan
dan membukukan nilai-nilai tanggungjawab profesional profesi kedokteran dalam suatu Kode
Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI), yang diuraikan dalam pasal-pasal berikut :

KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dan atau janji
dokter.

Pasal 2
Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan profesional secara
independen, dan mempertahankan perilaku profesional dalam ukuran yang tertinggi.

Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh
sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.

Pasal 4
Seorang dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.

Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun -
fisik, wajib memperoleh persetujuan pasien/ keluarganya dan hanya diberikan untuk
kepentingan dan kebaikan pasien tersebut.

Pasal 6
Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan atau menerapkan setiap
penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan terhadap hal-hal

3
yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.

Pasal 7
Seorang dokter waajib hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa
sendiri kebenarannya.

Pasal 8
Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan secara
kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang
(compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.

Pasal 9
Seorang dokter wajib bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan
berupaya untuk mengingatkan sejawatnya pada saat menangani pasien dia ketahui memiliki
kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau
penggelapan.

Pasal 10
Seorang dokter wajib menghormati hak-hak- pasien, teman sejawatnya, dan tenaga kesehatan
lainnya, serta wajib menjaga kepercayaan pasien.

Pasal 11
Setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya melindungi hidup makhluk
insani.

Pasal 12
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter wajib memperhatikan keseluruhan aspek
pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif ), baik fisik maupun psiko-
sosial-kultural pasiennya serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi sejati masyarakat.

Pasal 13
Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para pejabat lintas sektoral di bidang kesehatan,
bidang lainnya dan masyarakat, wajib saling menghormati.

4
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN
Pasal 14
Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruh keilmuan dan
ketrampilannya untuk kepentingan pasien, yang ketika ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan, atas persetujuan pasien/ keluarganya, ia wajib merujuk pasien
kepada dokter yang mempunyai keahlian untuk itu.

Pasal 15
Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pasiennya agar senantiasa dapat berinteraksi
dengan keluarga dan penasihatnya, termasuk dalam beribadat dan atau penyelesaian masalah
pribadi lainnya.

Pasal 16
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien,
bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

Pasal 17
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu wujud tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT


Pasal 18
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.

Pasal 19
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan
persetujuan keduanya atau berdasarkan prosedur yang etis.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI


Pasal 20
Setiap dokter wajib selalu memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.
Pasal 21
Setiap dokter wajib senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran/ kesehatan.
5
HAK DAN KEWAJIBAN DOKTER
UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 50 dan 51

HAK DOKTER
1. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai standar profesi
dan standar operasional prosedur.
2. Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar operasional prosedur.
3. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya.
4. Menerima imbalan jasa.

KEWAJIBAN DOKTER
1. Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar operasional prosedur
serta kebutuhan medis.
2. Apabila tidak tersedia alat kesehatan atau tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan/pengobatan, bisa merujuk pasien ke dokter/sarana kesehatan lain yang
mempunyai kemampuan lebih baik.
3. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan setelah pasien itu
meninggal dunia.
4. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada
orang lain yang mampu melakukannya.
5. Mengikuti perkembangan ilmu kedokteran.

HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN


UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 52 dan 53

HAK PASIEN
1. Mendapatkan penjelasan lengkap tentang rencana tindakan medis yang akan dilakukan
dokter.
2. Bisa meminta pendapat dokter lain (second opinion).
3. Mendapat pelayanan medis sesuai dengan kebutuhan.
4. Bisa menolak tindakan medis yang akan dilakukan dokter bila ada keraguan.
5. Bisa mendapat informasi rekam medis.

6
KEWAJIBAN PASIEN
1. Memberikan informasi yang lengkap, jujur dan dipahami tentang masalah kesehatannya.
2. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter.
3. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan.
4. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

7
BAB III
MEKANISME KERJA

A. Dasar Tindakan Disiplin Kedokteran


Keadaan dan situasi yang dapat digunakan sebagai dasar dugaan pelanggaran
disiplin profesi kedokteran oleh Dokter adalah hal-hal yang menyangkut:
1. Kompetensi Klinis
2. Asuhan Medis
3. Dugaan penyimpangan etika profesi
4. Pelanggaran Prosedur Tetap
5. Hal-hal lain yang oleh Komite medik sepatutnya dianggap menyangkut disiplin
profesi kedokteran
Setiap Dokter wajib memberitahukan adanya dugaan pelanggaran kepada Ketua
Komite medik secara tertulis dalam suatu formulir yang disediakan untuk itu, dan
menyampaikan formulir pemberitahuan tersebut kepada atasan yang bersangkutan
untuk selanjutnya disampaikan kepada Ketua Komite medik melalui Direksi.
Ketua Komite medik wajib meneliti, menindak-lanjuti dan memberikan kesimpulan
serta keputusan atas setiap laporan yang disampaikan oleh Dokter. Ketua Komite medik
dapat menugaskan Sub-Komite terkait di bawah Komite medik untuk meneliti dan
menindak-lanjuti setiap laporan sebagaimana dimaksud. Ketua Komite medik
memberikan kesimpulan dan keputusan sebagaimana berdasarkan hasil penelitian dan
rekomendasi Sub Komite terkait yang dapat berbentuk:
1. Saran kepada Dokter dan terkait serta manajemen Rumah Sakit.
2. Keputusan untuk melakukan penelitian lanjutan guna menentukan adanya
pelanggaran disiplin profesi dan kode etik.
Semua keputusan yang dimaksud diatas di dokumentasikan secara lengkap oleh
sekertaris komite medis dan diperlakukan secara konfidensial dan pengungkapan
dokumen hanya dapat ditentukan oleh direksi setelah memperoleh persetujuan dari
Ketua Komite Medik.

B. Penelitian Dugaan Pelanggaran Disiplin Etika Profesi Kedokteran


Penelitian dugaan pelanggaran disiplin profesi kedokteran dan etika kedokteran
dimulai berdasarkan keputusan Ketua Komite medik untuk melakukan penelitian

8
lanjutan sebagaimana dimaksud dalam Statuta ini dan dilaksanakan oleh Sub-Komite
terkait. Sub Komite Disiplin melaksanakan penelitian berdasarkan tata cara yang telah
ditetapkan dalam Statuta ini. Ketua Sub-Komite Disiplin menyampaikan hasil
penelitian dan rekomendasinya kepada Ketua Komite medik untuk ditetapkan sebagai
keputusan Komite medik yang memuat:
1. Ringkasan kasus atau kejadian
2. Kesimpulan tentang ada atau tidak adanya pelanggaran
3. Rekomendasi tindakan korektif
Ketua Komite medik wajib menetapkan keputusan sebagaimana dimaksud dengan
memperhatikan masukan dari Sub-Komite lain dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari
kerja setelah diterimanya keputusan Sub-Komite Disiplin. Keputusan Komite medik
disampaikan kepada Direksi dengan tembusan kepada yang bersangkutan dalam waktu
paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah ditetapkannya keputusan tersebut untuk segera
ditindak-lanjuti oleh Direksi.

C. Pembentukan Tim AD-HOC Penelitian Dugaan Pelanggaran Disiplin Etika


Profesi Kedokteran
Dalam hal Ketua Komite medik menyampaikan putusan untuk melakukan
penelitian lanjutan Statuta ini, maka Ketua Sub-Komite Disiplin atau yang mewakilinya
mengusulkan kepada Ketua Komite medik untuk menetapkan Tim Ad-Hoc dengan
suatu Surat Keputusan.
Penetapan Tim Ad-Hoc dilakukan setelah dilakukan penelitian pendahuluan sesuai
dengan tata cara yang telah ditetapkan oleh Komite medik Sub-Komite Disiplin. Tim
Ad-Hoc menyelenggarakan sidang dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah
diterbitkannya Surat Keputusan.
Ketua Komite medik atau Staf lain yang ditunjuk, didampingi Ketua Sub-Komite
Disiplin atau Staf lain yang ditunjuk, memimpin sidang pertama Tim Ad- Hoc untuk
menentukan Ketua dan Wakil Ketua Tim Ad-Hoc dan menjelaskan tata cara
persidangan kepada anggota Tim Ad-Hoc. Kepada Tim Ad-Hoc diperbantukan
Sekretaris yang ditunjuk oleh Komite medik untuk melancarkan persidangan. Tim Ad-
Hoc bertugas melakukan pengkajian dan penelitian atas kasus yang diterimanya dan
melaksanakan persidangan sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan dalam Satuta
ini. Dalam rangka melakukan pengkajian, Tim Ad-Hoc berwenang meminta informasi

9
kepada “yang teradu” dan semua pihak di Rumah sakit, termasuk meneliti rekam medis
dan bila diperlukan, meminta bantuan pihak lain di luar Rumah Sakit dengan peretujuan
Komite medik. Tim Ad-Hoc wajib melaksanakan rapat-rapat/persidangan untuk
menyimpulkan/memutuskan suatu kasus yang diserahkan kepadanya dalam suatu Surat
Kesimpulan yang ditandatangani oleh Ketua bersama segenap anggota Tim Ad-Hoc
untuk diserahkan kepada Ketua Sub-Komite Disiplin melalui suatu keputusan yang
memuat:
1. Ringkasan kasus atau kejadian
2. Kesimpulan tentang ada atau tidak adanya pelanggaran
3. Rekomendasi tindakan korektif
Ketua Sub-Komite Disiplin menerbitkan Surat Keputusan pembubaran Tim Ad-
Hoc sebagaimana dimaksud setelah menerima surat kesimpulan keputusan dan semua
berkas persidangan secara lengkap. Ketua Sub-Komite Disiplin menyerahkan hasil
rapat Tim Ad-Hoc kepada Ketua Komite medik untuk ditindaklanjuti. Komite medik
menyelenggarakan rapat khusus untuk menentukan tindak lanjut Keputusan Komite
medik disampaikan kepada Direksi sebagai usulan.

D. Klasifikasi Pelanggaran
Jenis-Jenis Pelanggaran
Jenis-jenis pelanggaran ada 3 (tiga) yaitu
1. Pelanggaran Ringan
2. Pelanggaran Sedang
3. Pelanggaran Berat
D1. Pelanggaran Ringan
1. Tanggung Jawab Dokter Terhadap Pasien
a. Memberi informasi yang tidak optimal.
b. Tidak mencuci tangan setiap kali akan dan selesai berkontak dengan
pasien atau melakukan tindakan.
c. Kurang menunjukan sikap empati.
d. Tidak memberi informasi pasien saat akan melakukan tindakan
Medis.
e. Melakukan tindakan / perilaku yang dapat mengganggu kenyamanan
atau ketenangan kerja (berbicara keras, menghidupkan radio, TV, dll)

10
2. Tanggung Jawab Dokter Terhadap Tugas
Tidak berusaha memahami berbagai prosedur dan kebijakan rumah sakit
yang terkait dengan tugas sebagai dokter.
3. Tanggung Jawab Dokter Terhadap Sesama Dokter dan Profesi Lain
a. Kurang menghargai privacy, hasil kerja, martabat dokter lain atau
profesi lain.
b. Tidak menghargai kelebihan / prestasi dokter lain atau profesi lain.
c. Tidak menghormati hak sesama dokter dan atau tenaga kesehatan lain.
4. Tanggung Jawab Dokter Terhadap Profesi Kedokteran
Berpenampilan tidak rapi, rambut tidak rapi / gondrong, tidak memakai
pakaian dinas / seragam sesuai yang ditetapkan.

D2. Pelanggaran Sedang


5. Tanggung Jawab Dokter Terhadap Pasien
a. Memberi informasi yang tidak bertanggung jawab yang membuat
kecemasan pada pasien dan keluarga.
b. Melakukan tindakan medis tidak sesuai dengan protap yang dapat
merugikan pasien tetapi tidak membahayakan jiwa.
c. Tidak melakukan prosedur teknik aseptik / antiseptik yang
mengakibatkan terjadi infeksi.
6. Tanggung Jawab Dokter Terhadap Tugas
a. Menjalankan tugas tidak sesuai dengan prosedur tetap dan kebijakan
rumah sakit yang berlaku.
b. Tidak memelihara mutu pelayanan dan asuhan medis secara optimal.
c. Tidak melakukan evaluasi setelah melakukan tindakan medis (respon
pasien, kondisi pasien dll).
d. Tidak mawas diri dalam melaksanakan tugas dokteran.
7. Tanggung Jawab Dokter Terhadap Sesama Dokter dan Profesi Lain
a. Tidak mau bekerjasama dalam tugas dengan sesama dokter atau
profesi lain.
b. Tidak mau membantu dokter lain dalam menjalankan tugas saat
dibutuhkan.
c. Tidak memelihara suasana kerja yang harmonis dan kondusif.

11
d. Melemparkan tanggung jawab kepada dokter lain.
e. Tidak mau memberi / transformasi ilmu, keterampilan dan
pengalaman kepada dokter lain atau profesi lain.
f. Tidak mau menerima pengetahuan, pengalaman, keterampilan dari
semua dokter dan profesi lain dalam rangka peningkatan keterampilan
medis.
g. Membicarakan kekurangan / keburukan dokter lain di depan / kepada
pasien / keluarga.
8. Tanggung Jawab Dokter Terhadap Profesi Kedokteran
a. Menolak untuk meningkatkan pendidikan formal dan non formal.
b. Tidak berupaya meningkatkan kemampuan profesional.
c. Tidak menjunjung tinggi nama baik profesi dengan menunjukan
perilaku dan sifat pribadi yang tercela, merokok diruang dokter, tidak
menggunakan seragam lengkap, menjelekkan profesi dokter atau
organisasi profesi, mengeluarkan kata-kata kotor saat berdinas.

D3. Pelanggaran Berat


9. Tanggung Jawab Dokter Terhadap Pasien
a. Tidak bertindak pada saat pasien dalam keadaan sekarat / henti
jantung / pain (kecuali keinginan keluarga).
b. Melakukan tindakan Medis yang tidak sesuai prosedur tetap yang
dapat menyebabkan kematian / kecacatan.
c. Memberikan informasi yang tidak benar / tidak dapat dipertanggung
jawabkan.
d. Meminta imbalan kepada pasien / keluarga.
e. Bersikap judes dan tidak ramah dalam melayani pasien / keluarga
(laporan tertulis / lisan / kotak saran).
f. Tidak menjaga kerahasiaan pasien / keluarga pada profesi / orang
yang berhak mengetahui.
g. Komunikasi yang tidak baik dan dimuat dimedia massa.
h. Tidak melakukan prosedur aseptik / antiseptik.
i. Tidak menghargai agama pasien / keluarga.
j. Membedakan pelayanan medis terhadap pasien berdasarkan status

12
sosial dan martabat pasien.
10. Tanggung Jawab Dokter Terhadap Tugas
a. Berulang kali melakukan tugas yang tidak sesuai dengan prosedur
tetap dan kebijakan rumah sakit yang dapat merugikan pasien secara
fisik / mental.
b. Tidak memegang teguh rahasia jabatan.
c. Bekerja dengan mempertimbangkan kesukuan, jenis kelamin, aliran
politik, agama dan status sosial sesuai dengan keinginan pribadi.
11. Tanggung Jawab Dokter Terhadap Sesama Dokter dan Profesi Lain
a. Bertengkar dengan semua dokter atau profesi lain.
b. Melakukan tindakan tidak etis terhadap sesama dokter atau profesi lain.
c. Menjelakakan dokter dan profesi lain.
d. Mengadu domba sesama dokter atau profesi lain.
e. Melindungi perbuatan teman yang tidak etis / praktek legal.
12. Tanggung Jawab Dokter Terhadap Profesi Kedokteran
a. Mengkomersialkan / memperjual belikan harta rumah sakit untuk
kepentingan pribadi atau profesi Medis.
b. menjual nama organisasi profesi Kedokteran untuk kepentingan
pribadi, mencari dana atas nama profesi lain untuk kepentingan
pribadi, promosi produk tertentu dikaitkan dengan profesi untuk
kepentingan pribadi.
c. Menggunakan obat-obat terlarang / alkohol saat bertugas.
d. Meninggalkan / tidak dinas selama 7 hari berturut-turut dalam satu
bulan tanpa izin.

E. Mekanisme Penanganan Masalah Etika


Penanganan masalah etika Kedokteran merupakan penanganan masalah yang
dilakukan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan
pelanggaran masalah Kode Etik Kedokteran Indonesia.
Yang bertanggung jawab dalam masalah etik adalah :
1. Direktur RSU Purbowangi.
2. Kepala Bidang Pelayanan Medis.
3. Ketua Kelompok Staf Medik.

13
4. Ketua Komite medik melalui Sub Komite Disiplin dan Etika Komite medik.
Untuk mekanisme penyelesaian masalah etika meliputi:
a. Membuat kronologis kejadian.
b. Menilai bobot masalah (pelanggaran ringan, sedang, berat).
c. Penyelesaian masalah secara berjenjang yaitu : Ketua Kelompok Staf
Medik, Kepala Bagian Pelayanan Medis, Direktur Rumah Sakit dengan
melibatkan sub komite etik komite medik, dan organisasi profesi (IDI).

F. Berikut ini penanganan masalah etika sesuai dengan jenis-jenis pelanggaran


1. Pelanggaran Ringan
a. Pelanggaran ini ditangani / diselesaikan oleh ketua Kelompok Staf Medik.
b. Dokter yang melakukan pelanggaran diberi teguran lisan
c. ketua Kelompok Staf Medik membuat laporan / menyerahkan kronologis ke
kepala bidang pelayanan medis dan harus diketahui oleh sub komite disiplin
dan etik komite medik
2. Pelanggaran Sedang
a. Ketua Kelompok Staf Medik membuat laporan / menyerahkan kronologis
ke kepala bidang pelayanan medis
b. Pelanggaran ini ditangani oleh kepala bidang pelayanan medis dan harus
diketahui oleh sub komite etik komite medik.
c. Kepala bidang Pelayanan medis memanggil dokter yang melakukan
pelanggaran dan wajib / harus membuat surat pernyataan, serta memberikan
sangsi tertulis kepada dokter yang membuat pelanggaran.
d. Pelanggar dialihkan tanggungjawabnya
3. Pelanggaran Berat
a. Ketua Kelompok Staf Medik membuat laporan / menyerahkan kronologis ke
kepala bidang pelayanan medis.
b. Kepala bidang pelayanan medis menyerahkan laporan yang sebelumnya sudah
diketahui oleh sub komite etik komite medik ke Direktur.
c. Kepala bidang pelayanan medis, Ketua Kelompok Staf Medik, Sub komite etik
komite medik serta Direktur bersidang untuk menentukan hukuman yang akan
diberikan.

14
G. Sistem Pencatatan dan Pelaporan
Setiap terjadi pelanggaran Kode Etik Kedokteran dilakukan pencatatan dan
pelaporan menggunakan formulir baku sebagai berikut :
1. Formulir Peringatan Lisan (Lampiran 1)
Formulir ini ditujukan untuk dokter yang melakukan pelanggaran kode etik
kedokteran yang diisi oleh Ketua Kelompok Staf Medik.
2. Formulir Laporan Kejadian Pelanggaran Kode Etik Kedokteran (Lampiran 2)
Formulir ini berfungsi untuk mencatat laporan kejadian pelanggaran kode etik
kedokteran yang diisi oleh Ketua Kelompok Staf Medik.
3. Formulir Pengarahan/Konseling (Lampiran3)
Formulir ini berfungsi bahwa dokter/ yang bersangkutan telah melakukan
pelanggaran sebagai pengakuan dan telah diberikan pengarahan. Formulir ini
diisi oleh yang telah memberikan pengarahan (konselor) dan ditandatangani
oleh dokter/ yang bersangkutan.

H. Penomoran Pelanggaran
Setiap pelanggaran Kode Etik Kedokteran terdapat nomor pelanggaran yang sesuai
jenis pelanggaran etika kedokteran. Contoh penomoran tersebut adalah:
Bila terjadi kasus : Seorang dokter tidak melakukan prosedur aseptik /
antiseptik. Maka nomor pelanggaran dokter tersebut adalah C1l yaitu pelanggaran
Berat (C), pada tanggung jawab dokter terhadap pasen (1), dipoint tidak melakukan
prosedur aseptik / antiseptic (l).

15
BAB IV
ALUR PENANGANAN PELANGGARAN ETIK

PENGADUAN LISAN / TERTULIS

DIREKTUR

KOMITE MEDIK

SUB KOMITE KREDENSIAL SUB KOMITE ETIKA DAN DISIPLIN SUB KOMITE MUTU PROFESI

PEMBENTUKAN TIM AD-HOC UNTUK - Pengumpulan


MENELITI PELANGGARAN LEBIH LANJUT data
- Pemanggilan
yang
bersangkutan

RAPAT

REKOMENDASI
PELANGGARAN

16
Lampiran 1

PERINGATAN LISAN

Peringatan Lisan ini diberikan kepada :


Nama :
Tenpat Bekerja :
Jenis Pelanggaran :
Nomor Pelanggaran :
Hari Terjadinya Pelanggaran :
Tanggal Terjadinya Pelanggaran :
Jam Terjadinya Pelanggaran :
Pelanggaran Tersebut Disaksikan Oleh :

Bahwa pada waktu tersebut Saudara / i telah melakukan pelanggaran yang dimaksud.
Sebagai peringatan bahwa pada waktu yang akan datang saudara / i dapat memperbaiki
tingkah laku / memelihara suasana kerja / hubungan kerja yang lebih baik. Bilamana
dikemudian hari saudara/ i berbuat kesalahan / pelanggaran yang serupa atau lainnya, maka
saya selaku Ketua Kelompok Staf Medik akan mengambil tindakan yang lebih tegas sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
Kebumen, 20
Yang Diberi Peringatan Yang Memberi Peringatan

( ) ( )

Tembusan :
1. Kepala Bidang Pelayanan Medis
2. Dokter Yang Bersangkutan

17
Lampiran 3

PENGARAHAN / KONSELING

Telah dilakukan pengarahan/konseling kepada:


Nama :
TempatBekerja :
Hari :
Tanggal :
Jam :
JenisPelanggaran : Ringan, Sedang, Berat *)
Nomor Pelanggaran :
Pengarahan Yang diberikan :

Tanggapan Dokter Yang Dikonseling :

Kebumen, 20
Yang Diberi Pengarahan Yang Memberi Pengarahan

( ) ( )

Tembusan :
1. Kepala Bidang Pelayanan Medis
2. Ketua Kelompok Staf Medik
3. Dokter Yang Bersangkutan

*) Lingkari JenisPelanggaran yang Dimaksud

18
Lampiran 2

LAPORAN KEJADIAN PELANGGARAN


KODE ETIK KEDOKTERAN

Yang bertanda tangan dibawah ini saya Ketua Kelompok Staf Medik, Melaporkan bahwa
yang namanya tersebut dibawah ini telah melakukan pelanggaran, yaitu:
Nama :
Tempat Bekerja :
Hari / Tanggal Kejadian :
Jam Kejadian :
Jenis Pelanggaran : Ringan, Sedang, Berat *)
Nomor Pelanggaran :
Tindakan yang segera dilakukan :

Demikian laporan ini disampaikan, sebagai pemberitahuan.


Kebumen, 20
Ketua Kelompok Staf Medik

( )

Tembusan :
1. Kepala Bidang Pelayanan Medis
2. Dokter Yang Bersangkutan

*) Lingkari JenisPelanggaran yang Dimaksud

19

Anda mungkin juga menyukai