Ampas Tahu
Ampas Tahu
Salah satu bahan pakan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyusun ransum adalah ampas
tahu. Ampas tahu merupakan sisa hasil pembuatan tahu yang memiliki kandungan gizi yang
cukup baik dengan protein kasar sekitar 21,29% (Airirsyah, 2001). Menurut Sudigdo (1983),
ampas tahu dapat diawetkan dengan mengubahnya menjadi tepung.
Ampas tahu diperoleh dari hasil pembuatan tahu yang dimulai dari perendaman kedelai selama
24 jam, kemudian dicuci dan digiling. Hasil gilingan kedelai itu merupakan bubur pada proses
pembuatan tahu yang kemudian dimasak lebih kurang 10 menit dan disaring sehingga diperoleh
bagian filtrat yang berupa susu kedelai dan ampas tahu (Sudigno, 1983).
Ampas tahu dalam bentuk aslinya dapat menimbulkan dampak atau permasalahan lingkungan
karena hasil degradasinya dapat menimbulkan persenyawaan yang berbau busuk jika ampas tahu
tidak dimanfaatkan.
Potensi ampas tahu cukup tinggi, kacang kedelai di Indonesia tercatat pada Tahun 1999 sebanyak
1.306.253 ton, sedangkan Jawa Barat sebanyak 85.988 ton. Bila 50% kacang kedelai tersebut
digunakan untuk membuat tahu dan konversi kacang kedelai menjadi ampas tahu sebesar 100-
112%, maka jumlah ampas tahu tercatat 731.501,5 ton secara nasional dan 48.153 ton di Jawa
Barat. Potensi ini cukup menjanjikan sebagai bahan pakan ternak.
Ampas tahu merupakan limbah dalam bentuk padatan dari bubur kedelai yang diperas dan tidak
berguna lagi dalam pembuatan tahu dan cukup potensial dipakai sebagai bahan makanan ternak
karena ampas tahu masih mengandung gizi yang baik dan dapat digunakan sebagai ransum
ternak besar dan kecil. Penggunaan ampas tahu masih sangat terbatas bahkan sering sekali
menjadi limbah yang tidak termanfaatkan sama sekali (Wiriano 1985).
Ampas tahu dalam keadaan segar berkadar air sekitar 84,5% dari bobotnya. Kadar air yang tinggi
dapat menyebabkan umur simpannya pendek. Ampas tahu kering mengandung air sekitar 10,0-
15,5%, sehingga umur simpannya lebih lama dibandingkan dengan ampas tahu segar
(Widyatmoko,1996). Ampas tahu basah akan segera menjadi asam dan busuk dalam 2-3 hari
sehingga tidak disukai oleh ternak. Masalah itu dapat ditanggulangi dengan cara menjemur di
bawah panas matahari atau dimasukkan dalam oven.
Menurut Listiyowati dan Roospitasari (1992), zat-zat makanan yang dibutuhkan puyuh adalah
protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan air. Setiap aktivitas ternak, baik itu berjalan,
bernafas, bertelur, dan lain-lain membutuhkan energi. Energi dipenuhi dari karbohidrat, lemak,
dan protein yang semuanya itu berasal dari makanan di dalam tubuh. Energi digunakan untuk
hidup pokok, gerak otot, sintesa jaringan baru, aktivitas kerja dan menjaga temperatur tubuh.
Pada hewan muda, energi diberikan untuk kebutuhan pokok, untuk membentuk protein,
sedangkan pada hewan dewasa kelebihan energi dibentuk menjadi lemak (Anggorodi, 1985).
Vitamin dan mineral merupakan unsur gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah sedikit
tetapi mutlak.
% % % % % % % % % %
Ampas 13,3 21,0 23,58 10,49 51,93 25,63 2,96 0,53 0,24 47,30
tahu
Sumber: Pulungan, dkk., (1985)
*) Sutardi dkk, 1976
**) Arianto (1983)
Prabowo dkk., (1983) menyatakan bahwa protein ampas tahu mempunyai nilai biologis lebih
tinggi daripada protein biji kedelai dalam keadaan mentah, karena bahan ini berasal dari kedelai
yang telah dimasak. Ampas tahu juga mengandung unsur-unsur mineral mikro maupun makro
yaitu untuk mikro; Fe 200-500 ppm, Mn 30-100 ppm, Cu 5-15 ppm, Co kurang dari 1 ppm, Zn
lebih dari 50 ppm (Sumardi dan Patuan, 1983). Di samping memiliki kandungan zat gizi yang
baik, ampas tahu juga memiliki antinutrisi berupa asam fitat yang akan mengganggu penyerapan
mineral bervalensi 2 terutama mineral Ca, Zn, Co, Mg, dan Cu, sehingga penggunaannya untuk
unggas perlu hati-hati (Cullison, 1978).
Jika kita mengkaji lebih lanjut dalam ampas sisa tadi masih bisa dimanfaatkan sebagai pakan
ternak yang banyak kandungan proteinya. Saat ini belum banyak peternak yang memanfaatkan
ampas tahu tadi sebagai pakan tambahan bagi ternaknya selain konsentrat.
Pertumbuhan ternak yang di beri pakan ampas tahu lebih cepat dari pada yang tidak diberi. Jika
dikalkulasi nilai ekonomi peternak akan mendapat untung yang lebih. Selama ini stok ampas
tahu masih melimpah, harganyapun masih sangat murah. Lebih murah jika dibandingkan dengan
harga konsentrat. Harganya kira kira sekitar 9-12 ribu per karung(±60-80kg). Sehingga masih
sangat menguntungkan bagi para peternak.
Peternak mengalani keuntungan yang lebih karena dengan sedikit pengeluaran tambahan buat
membeli ampas tahu tetapi hasil yang di dapat akan lebih banyak. Waktu
perawatan/pertumbuhan lebih cepat karena asupan protein bagi ternak lebih tinggi. Ampas tahu
dapat dijadikan pakan bagi berbagai jenis ternak diantaranya:
Surtleff dan Aoyagi (1979) melaporkan bahwa penggunaan ampas tahu sangat baik digunakan
sebagai ransum ternak sapi perah. Di Jawa Barat ampas tahu telah banyak dan sudah biasa
digunakan oleh peternak sebagai makanan ternak sapi potong untuk proses penggemukan. Di
Taiwan ampas tahu digunakan sebagai pakan sapi perah mencapai 2-5 kg per ekor per hari
(Heng-Chu, 2004), sedangkan di Jepang penggunaan ampas tahu untuk pakan ternak terutama
sapi dan babi dapat mencapai 70% (Amaha, et al., 1996).
Pemberian ampas tahu sampai 10% tidak mempengaruhi palatabilitas pakan dan tidak
menurunkan berat badan. Kesegaran dan palatabilitas serta tingkat energi dalam ransum
menentukan banyaknya makanan yang dikonsumsi. Telur yang dihasilkan pun beratnya semakin
meningkat seiring dengan bertambahnya umur induk.
Menurut wahyu (1992), pertumbuhan dipengaruhi oleh jumlah ransum yang dikonsumsi dan
kualitas ransum itu sendiri. Pertambahan berat badan sangat dipengaruhi oleh kualitas dan
kuantitas pakan yang diberikan.
Hal ini menunjukan pemberian ampas tahu sampai 10% masih cukup palatabel dan tidak
mengurangi efisiensi pakan serta konsumsi ransum. Menurut Rasyaf (1985), mineral-mineral
yang dibutuhkan oleh puyuh adalah Ca, P, Na, dan Mg. Mineral Ca dan P berperan dalam
pembentukan tulang pada saat puyuh sedang tumbuh, dan berperan juga dalam pembentukan
kulit telur pada puyuh yang sedang berproduksi. Ransum puyuh mengandung 0,8% phospor dan
2,53% kalsium akan memberikan produksi telur maksimum sebesar 90% dan daya tetas yang
baik, dibandingkan dengan ransum puyuh yang mengandung phospor 0,8% dan kalsium 1-2%.
Barang limbah tidak selamanya merugikan atau tidak brguna. Hanya saja bagaimana kita dapat
mensiasati limbah tadi menjadi sesuatu yang berguna. Oleh karena itu sebenarnya limbah limbah
atau sisa sisa hasil produksi yang masih dinilai kurang memiliki nilai ekonomis dengan sedikit
pemikiran maka akan berubah menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis.seperti halnya
ampas tahu, dahulu dipandang sebelah mata tetapi sekarang punya nilai jual. Hal ini
menguntungkan bagi semua pihak, bagi pemilik pabrik pembuat tahu dapat uang tambahan dari
sisa produksi tahu (ampas tahu) yang dulunya dibuang, dan bagi peternak beruntung karena
dapat mendapat pakan ternak murah dengan kandungan protein tinggi.
Penggunaan tepung ampas tahu sampai level 10% pada ternak puyuh tidak memberikan efek
negatif terhadap performans puyuh serta produksi telur puyuh. Pada ternak entok pun
penggunaan tepung ampas tahu sebanyak 30% tidak memberikan efek negatif. Namun demikian,
pemberian ampas tahu sebesar 30% dalam ransum menghasilkan performan entok yang terbaik
ditunjukkan dengan nilai konversi ransum yang paling efisien. Dan pada ternak ruminansia,
pemberian ampas tahu sebagai ransum memberikan pengaruh yang baik terhadap performans
ternak ruminansia.
Daftar Pustaka
1. Tarmidi, A.R. 2009. Penggunaan Ampas Tahu dan Pengaruhnya pada Pakan Ruminansia.
Karya Ilmiah. Universitas Padjadjaran.
2. Tanwiriah, Wiwin, dkk. 2009. Pengaruh Tingkat Pemberian Ampas Tahu dalam Ransum
terhadap Performan Entok (Muscovy Duck) pada Periode Pertumbuhan. Karya Ilmiah. Fakultas
Peternakan, Universitas Padjadjaran.
3. Suparyanto. 2000. Pengaruh Pemberian Tepung Ampas Tahu dalam Ransum terhadap
Produksi Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) Umur 20-32 minggu. Skipsi. Jurusan
Peternakan, Universitas Bengkulu.
4. Syaiful, F. L. 2000. Pengaruh Pemberian Tepung Ampas Tahu dalam Pakan terhadap
Performans Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) Umur 1-6 minggu. Skipsi. Jurusan Peternakan,
Universitas Bengkulu.
5. Purbosrianto, Titis. 2009. Pemanfaatan Ampas Tahu untuk Pakan Ternak. Artikel Ilmiah.
6. Tarmidi, Ana. R. 2010. Penggunaan Ampas Tahu dan Pengaruhnya pada Pakan
Ruminansia. Artikel Ilmiah.
7. Dijaya, A.S. 2003. Penggemukan Itik Jantan Potong. Penebar Swadaya. Cetakan Pertama.
Jakarta.
Sumber: DISNAK JATIM
Bonus:
Cara Membuat Pakan Lele dari Ampas Tahu:
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam membuat pakan lele alternatif dari ampas tahu. Bahan-
bahan yang diperlukan
1. Ampas Tahu ±5 Kg
2. Dedak Halus ±5 Kg
3. Tepung Ikan ±1 Kg
4. Tetes Tebu/Molase 1 liter
5. Probiotik 200 ml
6. Ragi Tempe ±2 sdm
Cammpurkan seluruh bahan dan aduk rata. Selanjutnya masukkan ke dalam tempat penyimpanan
(drum/ember). Tutup tempat penyimpanan dengan memberikan lubang udara menggunakan
selang yang ujungnya di tutup dengan plastik atau bekas air mineral dan jangan terlalu rapat
untuk memungkinkan keluar masuknya udara. Simpan secara 5 hari untuk melakukan
fermentasi.
Setelah 5 hari, pakan lele alternatif dari ampas tahu ini sudah bsa diberikan kepada lele dengan
beberapa ketentuan berikut:
1. Bisa diberikan langsung ke Lele dengan cara dikepalkan sehingga lele bisa
mengkonsumsi secara langsung
2. Disarankan diberikan ke Lele yang umurnya diatas 1 bulan dari penebaran ukuran benih
5-7, sebelumnya bisa diberikan dari hasil fermentasi dan pakan alami pupuk kandang
3. Pemberiannya jangan bersamaan dengan pemberian pellet ikan
4. Prosentase pemberian 5% dari Biomas Ikan (1,5 – 2 kali jumlah pemberian pakan Pellet).
5. Frekuensi pemberian pakan lele organik dari ampas tahu ini bisa 2 – 3 kali sehari
diberikan pada pagi/siang hari
(Sumber: matapencaharian.com)
loading...