Anda di halaman 1dari 4

Nama : Lusida.F.

Rumsory
NIM : 201621132
Kelas : VI C

Aliran Hukum Alam

Aliran hukum alam adalah aliran yang tertua dalam sejarah pemikiran manusia tentang hukum.
Menurut aliran ini, selain daripada hukum positif (hukum yang berlaku dimasyarakat) yang
merupakan buatan manusia, masih ada hukum yang lain yaitu hukum yang berasal dari Tuhan
yang disebut hukum alam. Pengertian hukum alam dipandang sebagai hukum yang berlaku
universal dan abadi. Hukum alam dianggap lebih tinggi dari hukum yang sengaja dibuat oleh
manusia.
Hukum alam mempunyai beberapa arti:
1. Hukum alam merupakan ideal-ideal yang menuntun perkembangan hukum dan pelaksanaannya.
2. Suatu dasar hukum yang bersifat “moral” yang menjaga jangan sampai terjadi suatu pemisahan
secara total antara yang ada sekarang dengan yang seharusnya.
3. Suatu metode untuk menemukan hukum yang sempurna.
4. Isi hukum yang sempurna yang dapat dideduksikan melalui akal
5. Suatu kondisi yang harus ada bagi kehadiran hukum.
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum alam dapat dibedakan:
1) Hukum alam sebagai suatu metode
2) Hukum alam sebagai suatu substansi.
Hukum alam sebagai metode artinya: Hukum alam dipakai sebagai sarana untuk
menciptakan peraturan-peraturanyang mampu untuk menghadapi keadaan yang berlain-lainan.
Hukum alam sebagai substansi artinya: hukum alam justru merupakan isi dari suatu norma.

Sociologycal Jurisprudence
G. W Paton lebih suka menggunakan istilah metode fungsional untuk menggantikan istilah
Sociologycal jurisprudence. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya kerancuan antara
“Sociologycal Jurisprudence” dengan “sosiologi Hukum” (Sociology of law). Menurut Lily
Rasjidi, ada perbedaan antara keduanya, sosiologi hukum memandang hukum sebagai gejala
soaial belaka, dengan pendekatan dari masyarakat ke hukum, untuk sosiological jurisprudence
mendekati hubungan hukum dengan masyarakat, mulai dari hukum ke masyarakat.1[6] Pelopor
aliran S.J.adalah Eugen Ehrlich dan Roscoe Pound.

Eugen Ehrlich (1862-1922)


Ia melihat adanya perbedaan antara hukum positif di satu pihak dengan hukum yang hidup dalam
masyarakat di pihak yang lain. Titik pusat perkembangan hukum tidak terletak pada undang-
undang, putusan hukum atau ilmu hukum, tetapi pada masyarakat itu sendiri. Menurutnya hukum
positif baru akan memiliki daya berlaku yang efektif apabila berisikan atau selaras dengan
hukum yang hidup dalam masyarakat.

Roscoe Pound (1870-1964)


Pound adalah orang yang pertama kali mencetuskan gagasan bahwa hukum tidaklah semata-mata
sebagai sarana untuk mengendalikan ketertiban dalam masyarakat, tetapi hukum juga dapat
berfungsi sebagai sarana untuk merekayasa masyarakat untuk mencapai tujuan tertentu (law as a
tool of social engineering). Hal ini tidak lepas dari hubungan timbal balik antara hukum dan
masyarakat. Pemikirannya ini dikembangkan oleh orang Indonesia antara lain: Mochtar
Kusumaatmadja, Satjipto Raharjo dan lain-lain.

Aliran Madzab Sejarah


Munculnya aliran madzab sejarah setidaknya dilatar belakangi oleh tiga hal :
1. Rasionalisme abad XVIII yang didasarkan pada hukum alam yang dipandang tidak
memperhatikan fakta sejarah.
2. Semangat revolusi Perancis yang menentang tradisi dan lebih mengutamakan rasio.
3. Adanya larangan penafsiran oleh hakim karena undang-undang dipandang telah dapat
memecahkan semua masalah hukum.
Sebagaimana diketahui abad XVII adalah abad rasionalisme. Pemikiran rasionalisme
mengajarkan universalisme dalam berpikir. Cara pandang inilah yang menjadi sebab utama
munculnya madzab sejarah yang menentang universalisme. Madzab sejarah lebih memfokuskan
pada keberadaan suatu bangsa tepatnya adalah jiwa bangsa. (volkgeist).
Tokoh penting aliran sejarah: Von Savigny, Puchta dan Henry Summer Maine.

Aliran Hukum positivis (Positivisme hukum)


memisahkan antara hukum dengan moral: memisahkan antara hukum yang berlaku (das sein)
dengan hukum yang seharusnya (das sollen). Menurut aliran positif, tidak ada hukum lain
kecuali perintah penguasa (law is command of the souverign). Bahkan bagian dari aliran
hukumpositif (yaitu legisme) berpendapat lebih tegas: Hukum ialah undang-undang. Aliran
hukum positif dapat dibedakan: 1). Aliran hukum positif Analitis (Analytical jurisprudence)
yang dipelopori oleh John Austin (1790): dan 2). Aliran hukum Murni (Reine Rechtslere-The
Pure of Law) yang dipelopori oleh Hans Kelsen.
1. Aliran hukum positif Analitis (Analitycal jurisprudence)-John Austin (1730-1859)
Menurut aliran ini hukum adalah perintah dari penguasa negara. Hakekat hukum terletak pada
unsur “perintah” itu. Hukum dipandang sebagai suatu sistem yang tetap, Logis, dan tertutup.
Dalm bukunya Austin mengatakan “A Law is a command which obliges a person or
person……laws and other commands are said to proceed from superiors, and to bind or oblige
inferiors”. Austin membedakan hukum dalam dua jenis : 1). Hukum dari Tuhan untuk manusia
dan 2). Hukum yang dibuat oleh manusia. Austin membedakan lagi: 1). Hukum yang
sebenarnya, dan 2). Hukum yang tidak tidak sebenarnya. Hukum yang sebenarnya adalah hukum
yang dibuat oleh penguasa dan hukum yang dibuat oleh manusia individu untuk melaksanakan
hak-hak yang diberikan kepadanya (hukum positif). Sedangkan hukum yang tidak sebenarnya
adalah hukum yang tidak dibuat oleh penguasa, sehingga tidak memenuhi persyaratan sebagai
hukum. Hukum menurut aliran ini harus memiliki empat unsur: 1. Perintah (command); 2.
Sanksi (sanction); 3. Kewajiban (duty); 4. Kedaulatan (sovereignty).
2. Aliran Hukum Murni-Hans Kelsen (1881-1973)
Menurut aliran hukum murni: hukum harus dibersihkan dari anasir-anasir non hukum, seperti
sosiologis, politis, historis bahkan etis. Itulah sebabnya aliran ini disebut aliran murni tentang
hukum.
Hukum adalah kategori keharusan (sollenskatagorie) bukan seinkatagorie (katagori Faktual).
Hukum adalah suatu keharusan yang mengatur tingkah laku manusia. Dalam hal ini yang
dipersoalkan oleh hukum bukanlah “bagaimana hukum itu seharusnya” (what the law ought to
be), tetapi ”apa hukumnya “ (what the law is).
Kelsen adalah penganut Kant, karena ia menggunakan pemikiran Kant tentang pemisahan
“bentuk” (form) dan “isi” (material). Bagi Kelsen, hukum hanya berurusan dengan bentuk, tidak
dengan isi. Jadi keadilan sebagai isi dari hukum berada di luar hukum.
Dengan demikian bisa saja hukum bersifat tidak adil, namun toh ia tetap merupakan hukum
karena ia dikeluarkan oleh penguasa. Kelsen dikenal sebagai orang yang mengembangkan “teori
jenjang” (stuffentheory). Teori ini melihat hukum sebagai suatu sistem terdiri dari susunan norma
yang berbentuk piramida. Di Indonesia mengikuti Kelsen tentang jenjang ini. Bisa dilihat pada
TAP MPR No. XX/MPRS/1966 tentang Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia dan tata
urutan perundang-undangan Indonesia.

Aliran Utilitarian (Utilitarianisme)


Aliran ini meletakkan kemanfaatan sebagai tujuan dari hukum. Yang dimaksud kemanfaatan
disini adalah kebahagiaan (happiness). Hukum dinilai baik atau tidak baik sangat bergantung
apakah ia membahagiakan atau tidak bagi umat manusia. Tokohnya adalah Jeremy Bentham,
John Stuart, Mill, dan Rudolf Von Jhering.

Jeremy Bentham (1748-1832)


Berpendapat : Bahwa alam memberikan kebahagiaan dan kerusakan. Tugas hukum adalah
memelihara kebahagiaan dan mencegah kejahatan. Menurutnya pemidanaan haruslah bersifat
spesifik untuk tiap jenis kejahatan, dan seberapa besar pidana itu boleh diberikan, hal ini tidak
boleh melebihi jumlah yang dibutuhkan untuk mencegah timbulnya kejahatan.

John Stuart Mill (1806-1873)


Pemikirannya dipengaruhi oleh pertimbangan psikologi. Ia menyatakan bahwa tujuan manusia
mencari kebahagiaan. Yang ingin dicapai manusia bukanlah benda atau sesuatu hal tertentu,
tetapi kebahagiaan yang dapat ditimbulkannya. Ia dalam pemikirannya menjelaskan hubungan
antara keadilan, kegunaan, kapentingan individu dan kepentingan umum.

Rudolf Von Jhering (1818-1892)


Jhering mengajarkan tentang utilitarian sosial. Mulanya ia penganut paham sejarah (yang
dikembangkan oleh Savigny). Namun pada akhirnya ia justru menentang pendapat dari Savigny.
Menurut Savigny hukum Romawi adalah pernyataan dari jiwa bangsa Romawi, dan oleh karena
itu ia adalah hukum nasional (Romawi). Hal inilah yang dibantah oleh Jhering, Jhering
mengatakan Seperti dalam hidup sebagai perkembangan biologis, senantiasa terdapat asimilasi
dari unsur-unsur yang mempengaruhinya. Demikian pula dalam bidang kebudayaan. Hukum
Romawi pada hakekatnya juga mengalami hal ini. Suatu barang tentu lapisan tertua hukum
Romawi adalah bersifat nasionalis tetapi pada tingkat-tingkat perkembangan berikutnya hukum
itu makin mendapat ciri universal. Lebih lanjut Jhering mengatakan bahwa hukum Romawi
dapat menjadi dasar hukum Jerman bukan karena hukum Romawi bersifat nasional, akan tetapi
justru karena hukum Romawi dalam perkembangannya sudah berhadapan dengan aturan hidup
lain, sehingga hukum tersebut lebih bersifat universal daripada nasional.

Aliran Realisme Hukum


Realisme hukum berasal dari pengaruh pemikiran modern yang berkembang di Amerika dan di
Skandinavia. Realisme hukum pada dasarnya merupakan aliran yang meninggalkan pembicaraan
mengenai hukum yang abstrak. Realisme hukum lebih menitikberatkan pada kajian terhadap
pekerjaan-pekerjaan hukum yang praktis dalam menyelesaikan problem-problem dalam
masyarakat.
Pokok-pokok pendekatan kaum realis menurut Liewelyn adalah sebagai berikut:
1. Hendaknya konsepsi hukum itu menyinggung hukum yang berubah-ubah dan hukum yang
diciptakan pengadilan.
2. Hukum adalah alat untuk mencapai tujuan sosial tertentu.
3. Masyarakat berubah lebih cepat daripada hukum, dan oleh karena itu selalu ada kebutuhan untuk
menyelidiki bagaimana hukum itu menghadapi problem-problem sosial yang ada.
4. Untuk studi dipisahkan antara yang ada dan yang seharusnya.
5. Tidak mempercayai bahwa peraturan-peraturan dan konsep-konsep hukum itu sudah mencukupi
untuk menunjukkan apa yang harus dilakukan pengadilan.
6. Menolak peraturan hukum sebagai faktor utama dalam pengambilan keputusan.
7. Mempelajari hukum hendaknya dalam lingkup yang lebih sempit sehingga lebih nyata.
8. Hendaknya hukum itu dinilai dari efektifitasnya dan kemanfaatannya.

Anda mungkin juga menyukai