Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOSISTEM PESISIR DAN LAUT


PENGUKURAN SALINITAS, SUHU, pH, DAN OKSIGEN TERLARUT
(DO) AIR LAUT PADA EKOSISTEM ESTUARI DI DESA LOHGUNG

Disusun oleh :

Kelompok 1

1. Fiki Andriyan ( 1310170012 / Ilmu Kelautan 2017)


2. Agung Adi Prasetia ( 1310170020 / Ilmu Kelautan 2017)
3. Fendi Agus C. ( 1310170018 / Ilmu Kelautan 2017)
4. Ketut Nugroho ( 1310170002 / Ilmu Kelautan 2017)
5. Nova Ariana ( 1310170006 / Ilmu Kelautan 2017)
6. Amalina Afiqoh ( 1310170011 / Ilmu Kelautan 2017)
7. Reza Syafitri ( 1310170017 / Ilmu Kelautan 2017)

FAKULTAS ILMU PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE (UNIROW) TUBAN

2019
KATA PENGANTAR

‫بسم ا هلل ا لر حمن الر حيم‬

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyusun Laporan dengan baik.
Dalam Laporan ini kami membahas tentang mata kuliah Ekosistem Pesisir dan Laut
dengan materi “PENGUKURAN SALINITAS, SUHU, pH, DAN OKSIGEN TERLARUT (DO)
AIR LAUT PADA EKOSISTEM ESTUARI”

Laporan ini di buat atas dasar praktik lapangan langsung dengan beberapa bantuan
dari berbagai sumber untuk membantu menyelesaikan hambatan selama mengerjakan
laporan ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih dan permohonan maaf
apabila kurang sempurna atas penyusunan laporan ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada laporan
ini. Akhir kata semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Tuban , 09 Februari 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………............ 1


Daftar Isi …………………………………………………………...……..... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................…..….....…………………………....... 3
1.2 Tujuan praktikum ......……………………..……..…...................... 4
1.3 Manfaat praktikum ..........….……………..…………………..…...... 4
1.4 Batasan masalah .....................................................................................5
1.5 Waktu dan tempat...................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran umum lokasi…………………………….............................6
2.2 Pengertian ekosistem estuari...................................................................6
2.3 Klasifikasi Estuari …………………………..….…........................….8
2.4 Karakteristik Estuari .............................................................................9
2.5 Tipe-tipe Estuari...................................................................................11
2.6 Produktifitas hayati estuari...................................................................11
2.7 Peran ekologis Estuari ........................................................................12
BAB III METODOLOGI
3.1 Waktu dan lokasi..................................................................................15
3.2 Alat dan bahan ………….....…………….......….................................15
3.3 Metode kerja........ ................................................................................15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penyajian Data......................................................................................17
4.2 Analisis Data.........................................................................................18
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 kesimpulan..............................................................................................20
5.2 saran........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................21
LAMPIRAN............................................................................................................22

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Estuari adalah jenis perairan yang memiliki variasi yang tinggi ditinjau dari faktor
fisik, kimia, biologi, ekologi dan jenis habitat yang terbentuk di dalamnya. Oleh
karena itu interaksi antara komponen fisik, kimia dan biologi yang membentuk suatu
ekosistem sangat kompleks. Hal ini disebabkan karena dinamika dari estuari sangat
besar, baik dalam skala waktu yang pendek karena adanya pasang surut maupun
dalam skala waktu yang panjang karena adanya pergantian musim.

Pada ekosistem estuari ini terbentuk habitat-habitat yang memiliki ciri khas
tersendiri dengan organisme-organisme penyusunnya yang spesifik seperti Habitat
Rawa Asin. Oleh karena itu ekosistem estuary sangat erat kaitannya dengan habitat
rawa asin. Hal ini disebabkan karena organisme tersebut harus mampu untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Respon dari tingkah laku organisme
tersebut dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya juga beragam dan memiliki
ciri khas tersendiri. Pada batas ambang toleransi organisme terhadap lingkungan
membatasi keberadaannya di suatu organisme. Organisme yang mampu bertahap
pada kondisi fisik dan kimia perairan dapat tetap hidup dan tinggal nyaman di
habitatnya, tetapi bagi organisme yang tidak mampu bertahan pada ambang
toleransinya akan menjadi organisme pengunjung transisi, dimana pada saat sesuai
dengan batas ambangnya organisme ini akan masuk ke habitat di estuari, tetapi jika
tidak maka organisme ini akan meninggalkan daerah estuari ini.

Seperti halnya pada setiap ekosistem, pada ekosistem estuari ini juga dibentuk
oleh komponen biotic dan abiotik yang saling berinteraksi satu sama lain.
Keanekaragaman komponen biotic dan abiotik yang terdapat didalamnya
menyebabkan terjadinya interaksi yang cukup kompleks dan menarik untuk diteliti.
Namun ekosistem estuary ini ternyata tidak cukup dikenal oleh masyarakat pada
umumnya dan jarang sekali dibahas atau disosialisasikan, padahal ekosistem estuary
ini memiliki keanekaragaman yang cukup tinggi.

3
1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui dan
menjelaskan fenomena yang terdapat dikawasan Ekosistem Estuari yang berkaitan
dengan bidang keilmuan lainnya, secara khusus tujuan dari praktikum ini adalah:

 Memperoleh gambaran kualitatif dari parameter fisika, parameter biologi dan


parameter kimia
 Dapat mengetahui dan menjelaskan sebab dan akibat dari nilai kualitatif
parameter fisika dan kimia yang diukur
 Untuk mengetahui keanekaragaman organisme dan adaptasi organisme ( makhluk
hidup ) yang terdapat dalam daerah estuary terhadap lingkungannya.
 Memperkenalkan dan memberikan informasi mengenai ekosistem estuary
 Dapat memberikan kesimpulan data kualitatif yang telah didapatkan

Adapun tujuan diadakan field trip Praktik Lapangan Mata Kuliah Ekosistem
Pesisir dan Laut ini adalah:

 Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat dari perkuliahan


 Mahasiswa dapat membandingkan teori-teori yang didapatkan dari perkuliahan
dengan kenyataan yang ada di alam
 Mahasiswa terampil dalam hal-hal yang bersifat aplikasi

1.3 Manfaat Praktikum

Adapun manfaat Praktik Lapangan Mata Kuliah Ekosistem Pesisir dan Laut ini
adalah:

 Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat dari perkuliahan



 Mahasiswa dapat membandingkan teori-teori yang didapatkan dari perkuliahan
dengan kenyataan yang ada di alam

 Mahasiswa terampil dalam hal-hal yang bersifat aplikasi

4
1.4 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah yang diterapkan dalam praktikum ini adalah :

1. Tinjauan hanya sebatas pengukuran terhadap salinitas, pH, suhu dan oksigen
terlarut (DO) pada kondisi air di kawasan Ekosistem Estuari.
2. Dapat menentukan klasifikasi estuari pada kawasan tersebut, akibat dari perubahan
salinitas yang fluktuatif.

1.5 Waktu Dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 29 November 2018 pukul 08.00 –


12.00 WIB. Tempat praktikum yaitu Kawasan lokasi Ekosistem Estuari berada di
sungai Desa Lohgung Kec. Brondong Kab. Lamongan. Dan untuk pengukuran
oksigen terlarut (DO), dilakukan pada tanggal 29 November 2018 pukul 14.00 –
selesai WIB di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas PGRI
Ronggolawe Tuban.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Umum Lokasi

Kawasan lokasi Ekosistem Estuari berada di sungai Desa Lohgung Kec.


Brondong Kab. Lamongan. Kawasan Ekosistem Estuari ini mempunyai daya tarik
tersendiri di bandingkan dengan lokasi lainnya. Keindahan kawasan ini tidak hanya
pada aliran sungainya yang kondisi airnya asin dan payau, tetapi juga di beberapa
titik di sekitar kawasan sungai ini banyak terdapat beberapa jenis tumbuhan
mangrove.

Untuk menuju lokasi ini, jalur masuk melalui TPI Desa Lohgung. Kegiatan
perikanan di sekitar pulau ini adalah budidaya ikan antara lain kerapu bebek,
bandeng dan juga tambak garam yang kebanyakan pengelolaannya masih bersifat
tradisional.

Lokasi ini memiliki lumpur yang cukup tebal, dan agak berlempung. Namun,
keindahan lokasi ini tertutupi karena terdapat banyak sampah rumah tangga
terbawa arus dan gelombang. Selain tumbuhan mangrove, lokasi ini juga
mempunyai luasan sungai yang cukup luas dengan banyak ikan dan juga
makrobentos yang hidup di sekitar lokasi ini.

2.2. Pengertian Ekosistem Estuari

Ekosistem estuari merupakan bagian dari ekosistem air laut yang terdapat
dalam zona litoral ( kelompok ekosistem pantai ). Estuaria merupakan tempat
pertemuan air tawar dan air asin. Estuaria adalah suatu perairan semi tertutup yang
terdapat di hilir sungai dan masih berhubungan dengan laut, sehingga
memungkinkan terjadinya percampuran air laut dan air tawar dari sungai atau
drainase yang berasal dari muara sungai, teluk, rawa pasang surut.

Ekosistem estuaria terdapat pada wilayah pertemuan antara sungai dan laut.
Tempat ini berperan sebagai daerah peralihan antara kedua ekosistem akuatik.

6
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering
dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Salinitas air
berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga
dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut airnya. Nutrien dari sungai
memperkaya daerah estuari.

Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam,
ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing,
kerang kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut
yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju
habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata
semi air, yaitu unggas air.

Bentuk estuaria bervariasi dan sangat bergantung pada besar kecilnya air
sungai, kisaran pasang surut, dan bentuk garis pantai. Kebanyakan estuaria
didominasi subtrat lumpur yang berasal dari endapan yang dibawa oleh air tawar
maupun air laut. Karena partikel yang mengendap kebanyakan bersifat organik,
subtrat dasar estuaria biasanya kaya akan bahan organik. Bahan organic ini menjadi
cadangan makanan utama bagi organisme estuaria.

Dengan kondisi lingkungan fisik yang bervariasi dan merupakan daerah


peralihan antara darat dan laut, estuari mempunyai pola pencampuran air laut dan
air tawar yang tersendiri. Menurut (Kasim, 2005), pola pencampuran sangat
dipengaruhi oleh sirkulasi air, topografi , kedalaman dan pola pasang surut karena
dorongan dan volume air akan sangat berbeda khususnya yang bersumber dari air
sungai. Berikut pola pencampuran antara air laut dengan air tawar:

1. Pola dengan dominasi air laut (Salt wedge estuary) yang ditandai dengan
desakan dari air laut pada lapisan bawah permukaan air saat terjadi pertemuan
antara air sungai dan air laut. Salinitas air dari estuaria ini sangat berbeda antara
lapisan atas air dengan salinitas yang lebih rendah dibanding lapisan bawah yang
lebih tinggi.

2. Pola percampuran merata antara air laut dan air sungai (well mixed estuary).
Pola ini ditandai dengan pencampuran yang merata antara air laut dan air tawar

7
sehingga tidak terbentuk stratifikasi secara vertikal, tetapi stratifikasinya dapat
secara horizontal yang derajat salinitasnya akan meningkat pada daerah dekat laut.

3. Pola dominasi air laut dan pola percampuran merata atau pola percampuran
tidak merata (Partially mixed estuary). Pola ini akan sangat labil atau sangat
tergantung pada desakan air sungai dan air laut. Pada pola ini terjadi percampuran
air laut yang tidak merata sehingga hampir tidak terbentuk stratifikasi salinitas baik
itu secara horizontal maupun secara vertikal.

Pada beberapa daerah estuaria yang mempunyai topografi unik, kadang


terjadi pola tersendiri yang lebih unik. Pola ini cenderung ada jika pada daerah
muara sungai tersebut mempunyai topografi dengan bentukan yang menonjol
membetuk semacam lekukan pada dasar estuaria. Tonjolan permukaan yang
mencuat ini dapat menstagnankan lapisan air pada dasar perairan sehingga, terjadi
stratifikasi salinitas secara vertikal. Pola ini menghambat turbulensi dasar yang
hingga salinitas dasar perairan cenderung tetap dengan salinitas yang lebih tinggi

2.3. Klasifikasi Estuari

Berdasarkan stratifikasinya, estuaria diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Estuaria berstratifikasi nyata atau baji garam

Dicirikan oleh adanya batas yang jelas antara air tawar dan air laut, didapatkan
dilokasi dimana aliran air tawar lebih dominan dibanding penyusupan air laut.

2. Estuaria bercampur sempurna atau estuaria homogen vertical

Pengaruh pasang surut sangat dominant dan kuat sehingga air bercampur sempurna
dan tidak membentuk stratifikasi.

3. Estuaria berstratifikasi sebagian (moderat)

Aliran air tawar seimbang dengan masuknya air laut bersama arus pasang.

8
Berdasarkan salinitas ( kadar garamnya ), estuaria dibedakan menjadi tiga jenis,
yaitu :

1. Oligohalin yang berkadar garam rendah ( 0,5% – 3 % )

2. Mesohalin yang berkadar garam sedang ( 3% – 17 %)

3. Polihalin yang berkadar garam tinggi, yaitu diatas 17 %

2.4. Karakteristik Estuari

Karakteristik ( ciri – ciri ) ekosistem estuaria adalah sebagai berikut :

1. Keterlindungan

Estuaria merupakan perairan semi tertutup sehingga biota akan terlindung


dari gelombang laut yang memungkinkan tumbuh mengakar di dasar estuaria
dan memungkinkan larva kerang-kerangan menetap di dasar perairan.

2. Kedalaman

Kedalaman estuaria relatif dangkal sehingga memungkinkan cahaya matahari


mencapai dasar perairan dan tumbuhan akuatik dapat berkembang di seluruh
dasar perairan, karena dangkal memungkinkan penggelontoran (flushing)
dengan lebih baik dan cepat serta menangkal masuknya predator dari laut
terbuka (tidak suka perairan dangkal).

3. Salinitas Air

Air tawar menurunkan salinitas estuaria dan mendukung biota yang padat.
Salinitas merupakan penentu sedimen, penentu kandungan mineral, dan
indikator penentu arah dan kecepatan arus laut. Karena salinitas air di
kawasan estuari masih dipengaruhi air laut, maka salinitas estuari masih di
dominasi oleh salinitas air laut, salinitas air laut menyatakan ukuran untuk
kandungan garam air laut. Rata-rata kadar garam air laut adalah 34,5%,
artinya dalam satu liter air laut mengandung 34,5 gram garam. Salinitas 30
ppt adalah tingkat kadar garam normal pada air laut, pada salinitas ini induk
ikan bandeng dipelihara dan dipijahkan. Salinitas 23 ppt adalah kisaran

9
salinitasi media air laut – payau, sementara salinitas 16 ppt mewakili air
payau (Murtidjo,2002).

4. pH

pH adalah ukuran keseimbangan antara Hidrogen (H +) dan hidroksida (OH)


ion dalam air. Skala pH bernilai dari 0-14. Seperti yang kita tahu, nilai pH
7,0 berarti bahwa pH air netral, dengan pembacaan 0-6, sebagai asam, dan 8-
14 Basa. Air kawasan ekosistem estuari umumnya memiliki nilai PH di atas 7
yang berarti bersifat basa, namun dalam kondisi tertentu nilainya dapat
menjadi lebih rendah sehingga menjadi bersifat asam. Perubahan nilai PH
yang demikian berpengaruh terhadap kualitas perairan yang pada akhirnya
berdampak terhadap kehidupan biota di dalamnya (Ruyitno et al., 2003).

5. Suhu

Suhu adalah kapasitas panas yang merupakan beberapa sifat fisis air di
kawasan estari. Suhu air di kawasan estari berkisar antara -18,7oC hingga

42oC. Di Indonesia ada tiga lapisan suhu laut, yaitu (1) Lapisan Epilimnion
atau lapisan hangat dimana terjadi perubahan gradien suhu secara perlahan,
(2) Lapisan Termoklin dimana terjadi perubahan gradien suhu secara cepat
terhadap pertambahan kedalaman, (3) Lapisan Hipolimnion atau lapisan
dingin dimana suhu air konstan 4oC. Suhu menurun sesuai dengan
kedalaman. Semakin dalam suhu akan semakin rendah. Hal ini diakibatkan
karena kurangnya intensitas matahari yang masuk ke dalam laut.

6. Sirkulasi Air

Perpaduan antara air tawar dari daratan, pasang surut dan salinitas
menciptakan suatu sistem gerakan dan transport air yang bermanfaat bagi
biota yang hidup tersuspensi dalam air, yaitu plankton.

7. Pasang

Energi pasang yang terjadi di estuaria merupakan tenaga penggerak yang


penting, antara lain mengangkut zat hara dan plangton serta mengencerkan
dan meggelontorkan limbah.

10
8. Penyimpanan dan pendauran zat hara

Kemampuan menyimpan energi daun pohon mangrove,lamun serta alga


mengkonversi zat hara dan menyimpanya sebagai bahan organik untuk
nantinya dimanfaatkan oleh organisme hewani.

2.5. Tipe – tipe Estuari

Pembagian tipe-tipe estuari dapat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu, kekuatan
gelombang, pasang surut dan keberadaan sungai. Kuat lemahnya ketiga faktor ini
tergantung dari bentuk geomorfologinya.

Secara umum tipe-tipe estuari dapat dibagi menjadi tujuh tipe, yaitu:

1. Embayments and drown river valleys (Teluk dengan sungai dari lembah bukit)

2. Wave-dominated estuaries (Estuari dengan dominasi gelombang)

3. Wave-dominated deltas (Delta dengan dominasi gelombang)

4. Coastal lagoons and strandplains (Lagun dengan hamparan tanah datar)

5. Tide-dominated estuaries (Estuari dengan dominasi pasang surut)

6. Tide-dominated deltas (Delta dengan dominasi pasang surut)

7. Tidal creeks (Daerah pasang surut dengan banyak anak sungai)

2.6. Produktivitas Hayati Estuari

Ekosistem estuaria merupakan ekosistem yang produktif. Produktivitas


hayatinya setaraf dengan prokduktivitas hayati hutan hujan tropik dan ekosistem
terumbu karang. Produktivitas hayati estuaria lebih tinggi dibandingkan dengan
produktivitas hayati perairan laut dan perairan tawar. Hal ini disebabkan oleh factor
– factor berikut :

1. Estuaria berperan sebagai penjebak zat hara.

Jebakan ini bersifat fisik dan biologis. Ekosistem estuaria mampu


menyuburkan diri sendiri melalui :

11
 Dipertahankanya dan cepat didaur ulangnya zat-zat hara oleh hewan-
hewan yang hidup di dasar esutaria seperti bermacam kerang dan cacing.

 Produksi detritus, yaitu partikel- partikel serasah daun tumbuhan akuatik
makro (makrofiton akuatik) seperti lamun yang kemudian dimakan oleh
bermacam ikan dan udang pemakan detritus.

 Pemanfaatan zat hara yang terpendam jauh dalam dasar lewat aktivitas
mikroba (organisme renik seperti bakteri ), lewat akar tumbuhan yang
masuk jauh kedalam dasar estuary atau lewat aktivitas hewan penggali
liang di dasar estuaria seperti bermacam cacing.

2. Di daerah tropik estuaria memperoleh manfaat besar dan kenyataanya


bahwa tetumbuhan terdiri dari bermacam tipe yang komposisinya sedemikian
rupa sehingga proses fotosintesis terjadi sepanjang tahun. Estuaria sering
memiliki tiga tipe tumbuhan, yaitu tumbuhan makro (makrofiton) yang hidup di
dasar estuary atau hidup melekat pada daun lamun dan mikrofiton yang hidup
melayang-layang tersuspensi dalam air (fitoplankton). Proses fotosintesis yang
berlansung sepanjang tahun ini menjamin bahwa tersedia makanan sepanjang
tahun bagi hewan akuatik pemakan tumbuhan. Dalam hal ini mereka lebih baik,
dinamakan hewan akuatik pemakan detritus, karena yang dimakan bukan daun
segar melainkan partikel-partikel serasah makrofiton yang dinamakan detritus.

3. Aksi pasang surut (tide) menciptakan suatu ekosistem akuatik yang


permukaan airnya berfluktuasi. Pasang umumnya makin besar amplitudo pasang
surut, makin tinggi pula potensi produksi estuaria, asalkan arus pasang tidak
tidak mengakibatkan pengikisan berat dari tepi estuaria. Selain itu gerak bolak-
balik air berupa arus pasang yang mengarah kedaratan dan arus surut yang
mengarah kelaut bebas, dapat mengangkut bahan makanan, zat hara, fitoplanton,
dan zooplankton.

2.7. Peran Ekologis Estuari

Secara singkat peran ekologi estuaria yang penting adalah sebagai berikut:

1. Merupakan sumber zat hara dan bahan organik bagi bagian estuari yang jauh
dari garis pantai maupun yang berdekatan denganya lewat sirkulasi pasang
surut (tidal circulation).

12
2. Menyediakan habitat bagi sejumlah spesies ikan yang ekonomis penting
sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makan (feeding ground).

3. Memenuhi kebutuhan bermacam spesies ikan dan udang yang hidup dilepas
pantai, tetapi bermigrasi keperairan dangkal dan berlindung untuk
memproduksi dan/atau sebagai tempat tumbuh besar (nursery ground) anak
mereka.

4. Sebagai potensi produksi makanan laut di estuaria yang sedikit banyak


didiamkan dalam keadaan alami. Kijing yang bernilai komersial (Rangia
euneata) memproduksi 2900 kg daging per ha dan 13.900 kg cangkang per ha
pada perairan tertentu di texas.

5. Perairan estuaria secara umum dimanfaatkan manusia untuk tempat


pemukiman,

6. Tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan

7. Jalur transportasi, pelabuhan dan kawasan industry

Ada tiga komponen fauna di estuaria yaitu komponen lautan,air tawar


dan air payau.Binatang laut stenohalin merupakan tipe yang tidak mampu
mentolerir perubahan salinitas. Komponen ini terbatas pada mulut estuaria.
Binatang laut eurihalin membentuk subkelompok kedua. Spesies ini mampu
menembus hulu estuaria. Komponen air payau terdiri atas polikaeta Nereis
diversicolor,berbagai tiram(crassostrea), kerang(Macoma balthica), siput kecil
(hydrobia) dan udang (palaemonetes). Komponen terakhir berasal dari air
tawar. Organisme ini tidak dapat mentolerir salinitas di atas 5‰ dan terbatas
hulumestuaria.

Spesies yang tinggal di estuaria untuk sementara seperti larva, beberapa


spesies udang dan ikan yang setelah dewasa berimigrasi ke laut.Spesies ikan
yang menggunakan estuaria sebagai jalur imigrasi dari laut ke sungai dan
sebaliknya seperti sidat dan ikan salmon.

Jumlah spesies yang mendiami estuaria sebagaimana yang dikemukakan


Barnes (1974), pada umumnya jauh lebih sedikit daripada yang mendiami
habitat air tawar atau air asin di sekitarnya. Hal ini karena ketidakmampuan
organisme air tawar mentolerir kenaikan salinitas dan organisme air laut
mentolerir penurunan salinitas estuaria.

13
2.7.1 Tumbuhan

Hampir semua bagian esturaria terendam terdiri dari subtract lumpur dan
tidak cocok untuk melekatnya makroalga. Selain karena subtract,pengaruh
sinar cahaya yang minim menyebabkan terbentuknya dua lapisan. Lapisan
bawah tanpa tumbuhan hidup dan lapisan atas mempunyai tumbuhan yang
terbatas. Di daerah hilir estuaria terdapat padang rumput laut(Zostera dan
Cymodeca).

Selain itu terdapat padang lamun. Lamun didefinisikan sebagai satu-


satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang mampu beradaptasi secara
penuh di perairan yang salinitasnya cukup tinggi atau hidup terbenam di dalam
air dan memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati. Beberapa ahli juga
mendefinisikan lamun (Seagrass) sebagai tumbuhan air berbunga, hidup di
dalam air laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar, serta berbiak
dengan biji dan tunas.

2.7.2 Plankton

Plankton estuaria miskin dalam jumlah spesies. Dengan demikian,yang


ditemukan hanya jenis diatom dan diflagellata.Jenis diatom yang dominan
adalah Skeletonema,Asterionella dan Melosira.Sedangkan diflagellta yang
melimpah adalah Gymnodinium,Gonyaulax dan Ceratium.Banyaknya
zooplankton yang berkembang membuktikan bahwa terjadi keterbatasan
produktivitas fitoplankton.

14
BAB III
METODOLOGI

3.1. Waktu dan Lokasi

Praktikum ini dilakukan pada hari kamis, Tanggal 29 November 2018,


bertempatdilaksanakan di Desa Lohgung, Kec. Brondong Kab. Lamongan, dan
dilaksanakan dalam waktu tertentu sehingga maksud dan tujuan kegiatan dapat
tercapai dengan baik.

3.2. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Ekosistem Pesisir dan
Laut, yaitu :

1. Termometer 1 buah

2. Plankton net 1 buah

3. Botol air mineral 600ml 5 buah

4. Spidol permanen 1 buah

5. DO meter 1 buah

6. pH meter 1 buah

7. Refrakto meter 1 buah

3.3. Metode Kerja

3.3.1. Salinitas

Pengukuran salinitas menggunakan sebuah alat yaitu refraktometer.


Langkah pertama refraktometer di kalibrasi menggunakan aquades, lalu
dikeringkan dengan tisu. Setelah dikalibrasi beri satu tetes sampel air laut,
kemuadian dibaca nilai salinitas yang ada pada skala refraktometer. Percobaan
dilakukan sebangak lima kali ulangan pada titik yang berbeda dalam tiap satu jam.

15
3.3.2. pH

Pengukuran pH menggunakan pH meter. pH meter dicelupkan kedalam air,


lalu diamati perubahan kadarnya. Pengukuran pH dilakukan lima kali ulangan
dengan titik yang berbeda dalam tiap satu jam.

3.3.3. Suhu

Pengukuran suhu air laut pada praktikum ini menggunakan jenis


thermometer terbuka. Termometer terbuka pada bagian atas diberi tali dan pada
bagian bawah diberi pemberat. Pengukuran suhu dilakukan lima kali ulangan
dengan titik yang berbeda dalam tiap 100 meter. Termometer tersebut dimasukkan
kedalam air laut dengan kedalaman 2m dan dibiarkan selama beberapa detik.
Kemudian catat suhunya.

3.3.4. Oksigen Terlarut (DO)

Pengukuran oksigen terlarut dalam air laut pada praktikum ini


menggunakan DO meter. Dengan cara mengambil sample air, kemudian
mencelupkan alat DO meter pada sample air tersebut. Pengukuran DO dilakukan
lima kali ulangan dengan titik yang berbeda dalam tiap satu jam.

16
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Penyajian Data

4.1.1 Salinitas

Tabel 1. Hasil Pengukuran Salinitas

Ulangan Titik A Titik B Titik C Titik D Titik E

ke- 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00

1 30 29 33 32 32

2 30 34 34 32 32

4 30 34 34 32 32

5 30 34 34 32 32

4.1.2 pH (Derajad Keasaman)

Tabel 2. Hasil Pengukuran pH

Ulangan Titik A Titik B Titik C Titik D Titik E

ke- 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00

1 7 7,3 7,1 7,3 7,3

2 7 7,2 7,2 7,3 7,3

3 7 7,2 7,2 7,3 7,3

4 7 7,2 7,2 7,3 7,3

17
4.1.3 Suhu

Tabel 3. Hasil Pengukuran suhu

Ulangan Titik A Titik B Titik C Titik D Titik E

ke- 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00

1 33°𝐶 32°𝐶 33°𝐶 33°𝐶 33°𝐶

2 33°𝐶 32°𝐶 33°𝐶 33°𝐶 33°𝐶

3 33°𝐶 32°𝐶 33°𝐶 33°𝐶 33°𝐶

4 33°𝐶 32°𝐶 33°𝐶 33°𝐶 33°𝐶

4.1.4 Oksigen Terlarut (DO)

Tabel 4. Hasil Pengukuran Oksigen Terlarut (DO)

Ulangan Titik A Titik B Titik C Titik D Titik E

Ke 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00

1 1 1 2,8 0,9 0,9

2 1 1 2,8 0,9 0,9

3 1 1 2,8 0,9 0,9

4 1 1 2,8 0,9 0,9

4.2. Analisis Data

1. Salinitas

Data yang di peroleh adalah data real hasil praktikum di lapangan.


Yang di mulai pada pukul 08.00 – 12.00 dengan titik yang berbeda. Pada saat
pelaksanaan praktikum cuaca tidak stabil dan berubah-ubah, sehingga dapat
mempengaruhi hasil dari praktikum. Dari contoh hasil pengukuran salinitas,
yaitu pada pukul 08.00-10.00 dengan cuaca stabil memperoleh data salinitas
34 ppt, namun pada pukul 11.00-12.00 cuaca berubah mendung sehingga

18
kadar salinitas menurun yaitu 32 ppt. Jika cuaca stabil dan tidak berubah-ubah,
seharusnya data yang didapatkan pada pukul 11.00-12.00 terjadi kenaikan.
Sehingga dapat disimpulkan dari data yang diperoleh pada kawasan tersebut
memiliki kadar garam yang tinggi.

2. Suhu
Pengukuran suhu dilakukan lima kali ulangan dengan titik yang
berbeda dalam tiap 100 meter. Oleh itu suhu meningkat karena adanya sinar
matahari dan disitu terjadi proses penguapan dan suhu pada wilayah tersebut
stabil. Berdasarkan sifat fisis tergolong Lapisan Epilimnion atau lapisan
hangat dimana terjadi perubahan gradien suhu secara perlahan. Suhu menurun
sesuai dengan kedalaman. Semakin dalam suhu akan semakin rendah. Hal ini
diakibatkan karena kurangnya intensitas matahari yang masuk ke dalam laut.

3. pH

Dari pengukuran Setiap lima titik yang ditentukan dalam kawasan


tersebut memiliki pH yang lebih dominan adalah pH 7,3 setiap mengukur
selang satu jam hanya meningkat sedikit. Jadi air kawasan ekosistem estuari
ini memiliki nilai pH di atas 7 yang berarti bersifat basa. Kondisi perairan
dikawasan Lohgung tergolong tidak tercemar.

4. DO ( Oksigen Terlarut)

Semakin banyak jumlah DO (Oksigen Terlarut) maka kualitas air


semakin baik. Jika kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan
menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobic yang mungkin
saja terjadi.

5. Kawasan perairan estuari yang ada dilohgung memiliki peluang untuk


dijadikan tempat pariwisata sehingga disana perlu adanya pembersihan
sampah, karena dipinggir kawasan perairan tersebut banyak sampah yang
sehingga mengakibatkan perairan tersebut tercemar. Jamban yang ada
dipinggir-pinggir kawasan tersebut harus dihilangkan dan dipindahkan
ketempat yang lebih layak sehingga tidak mengakibatkan kawasan tersebut
menjadi kotor. Karena dapat menganggu pemandangan jika kawasan tersebut

19
nantinya dijadikan tempat pariwisata. Perahu yang dipakai untuk menjelajahi
kawasan tersebut tidak menggunakan bahan biogas seperti solar dll, karena
dapat mencemari kulaitas air dan juga kelangsungan hidup biota yang ada
dikawasan tersebut.
6. Grafik perubahan salinitas, suhu, pH dan DO
180

160

140

120
Titik E
100
Titik D
80 Titik C

60 Titik B
Titik A
40

20

0
salinitas suhu pH DO(Oksigen
Terlarut)

7. Peta lokasi pengambilan sample

Titik B
Titik D

ulai
ulai

Mulai

ulai

Titik A
Titik C

ulai
ulai

20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Ekosistem estuaria terdapat pada wilayah pertemuan antara sungai dan laut.
Tempat ini berperan sebagai daerah peralihan antara kedua ekosistem akuatik.
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering
dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Salinitas air
berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga
dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut airnya. Nutrien dari sungai
memperkaya daerah estuari. air kawasan ekosistem estuari memiliki nilai pH di atas
7 yang berarti bersifat basa.

Dari hasil pengambilan sample di kawasan estuari perairan Lohgung ini dapat
disimpulkan bahwa bisa saja dijadikan potensi sebagai tempat ekowisata tetapi perlu
dilakukan pembersihan terhadap sampah-sampah yang ada dilingkungan tersebut,
selain itu masyarakat dihimbu untuk menjaga lingkungan dengan tidak membuang
sampah dilingkungan perairan estuari tersebut.

5.2. Saran
1. Kawasan perairan estuari yang ada dilohgung memiliki potensi untuk dijadikan
tempat ekowisata sehingga disana perlu adanya pembersihan sampah, karena
dipinggir kawasan perairan tersebut banyak sampah yang sehingga mengakibatkan
perairan tersebut tercemar.
2. Jamban yang ada dipinggir-pinggir kawasan tersebut harus dihilangkan dan
dipindahkan ketempat yang lebih layak sehingga tidak mengakibatkan kawasan
tersebut menjadi kotor. Karena dapat menganggu pemandangan jika kawasan
tersebut nantinya dijadikan tempat pariwisata.
3. Perahu yang dipakai untuk menjelajahi kawasan tersebut tidak menggunakan
bahan biogas seperti solar dll, karena dapat mencemari kulaitas air dan juga
kelangsungan hidup biota yang ada dikawasan tersebut.

21
DAFTAR PUSTAKA

http://biologinatural.blogspot.com/2013/12/ekosistem-estuari.html

22
LAMPIRAN

23
24

Anda mungkin juga menyukai