Anda di halaman 1dari 14

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Hati


2.1.1 Anatomi
Hati merupakan sistem utama yang terlibat dalam pengaturan fungsi hati.
Hati adalah salah satu organ terbesar dalam tubuh, yang terletak dibagian teratas
dalam rongga abdomen di sebelah kanan di bawah diafragma dan hati secara luas
dilindungi oleh iga-iga, berat hati rata-rata sekitar 1500 gram 2,5% dari berat
tubuh pada orang dewasa normal, hati dibagi menjadi 4 lobus yaitu lobus kanan
sekitar ¾ hati, lobus kiri 3/10 hati, sisanya 1/10 ditempati oleh ke 2 lobus
caudatus dan quadatus. Lobus hati terbungkus oleh lapisan tipis jaringan ikat yang
membentang ke dalam lobus itu sendiri dan membagi masa hati menjadi unit-unit
yang kecil dan unit-unit itu disebut lobulus ( Pearce, 2006). Hati mempunyai dua
jenis peredaran darah yaitu arteri hepatica dan vena porta. Arteri hepatica keluar
dari aorta dan member 1/5 darah pada hati, darah ini mempunyai kejenuhan 95-
100% masuk ke hati akan akhirnya keluar sebagai vena hepatica. Sedangkan vena
porta terbentuk dari lienalis dan vena mensentrika superior menghantarkan 4/5
darahnya ke hati, darah ini mempunyai kejenuhan 70% darah. Ini membawa zat
makanan ke hati yang telah diabsorbsi oleh mukosa dan usus halus. Cabang vena
porta arteri hepatica dan saluran membentuk saluran porta (Potter & Perry, 2006).

2.1.2 Fisiologi
Hati mempunyai fungsi sangat beraneka ragam, sirkulasi vena porta yang
menyuplai 75% dari suplai asinus memang peranan penting dalam fisiologis hati,
mengalirkan darah yang kaya akan nutrisi dari traktus gastrointestinal. Bagian lan
suplai darah tersebut masuk dalam hati lewat arteri hepatica dan banyak
mengandung oksigen. Vena porta yang terbentuk dari vena linealis dan vena
mesenterika superior, menghantarkan 4/5 darahnya ke hati, darah ini mempunyai
kejenuhan oksigen haya 70% sebab beberapa oksigen telah di ambil oleh limpa
dan usus.

5
Selain merupakan organ parenkim yang berukuran terbesar, hati juga sangat
penting untuk mempertahankan hidup dan berperan pada setiap metabolic tubuh.
Adapun fungsi hati menurut (Pearce, 2006) sebagai berikut :
2.1.2.1 Fungsi vaskuler untuk menyimpan dan filtrasi darah
Aliran darah melalui hati sekitar 1100 ml darah mengalir dari vena porta
kesinosoid hati tiap menit, dan tambahan sekitar 350 ml lagi mengalir ke sinusoid
dari arteri hepatica, dengan total rata-rata 1450 ml/menit.
2.1.2.2 Fungsi metabolisme yang berhubungan dengan besar sistem metabolisme
tubuh
Hepar melakukan fungsi spesifik dalam metabolisme karbohidrat,
mengubah galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa, glukoneogenesis memberntuk
banyak senyawa kimia penting dan hasil perantara metabolisme karbohidrat serta
menyimpan glikogen.
2.1.2.3 Fungsi sekresi dan ekskresi yang berperan membentuk empedu yang
mengatur melalui saluran empedu ke saluran pencernaan
2.1.2.4 Tempat metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
2.1.2.5 Tempat sintesis protein-protein yang berkaitan dengan koagulasi darah
2.1.2.6 Tempat menyimpan beberapa vitamin (vitamin A,D,E,K), mineral
(termasuk zat besi)
2.1.2.7 Mengontrol produksi serta ekskresi kolesterol
2.1.2.8 Empedu yang dihasilkan oleh sel hati membantu mencerna makanan dan
menyerap zat gizi penting
2.1.2.9 Menetralkan dan menghancurkan substansi beracun serta metabolisme
alcohol
2.1.2.10 Membantu menghambat infeksi

2.2 Konsep Hepatitis A


2.2.1 Definisi Hepatitis A virus
Hepatitis adalah proses peradangan difus pada sel hati. Hepatitis A adalah
hepatitis yang disebabkan oleh infeksi hepatitis A virus
(http://eprints.undip.ac.id/44531/3/ohaneswara_adhyatama_w_22010110120016_
Bab2KTI.pdf).

6
2.2.2 Etiologi Hepatitis A Virus
Hepatitis A disebabkan oleh hepatitis A virus. Virus ini termasuk virus
RNA, serat tunggal dengan berat molekul 2,25x2,28x106 dalton, simetri
ikosahedral, diameter 27-32 nm dan tidak mempunyai selubung. Mempunyai
protein terminal VPg pada ujung 5’nya dan poli (A) pada ujung 3’nya, panjang
genom HAV : 7500-8000 pasang basa. Hepatitis A virus diklasifikasikan dalam
famili picornavirus dan genus hepatovirus.

2.2.3 Manifestasi Klinis Hepatitis A Virus


Gejala hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap yaitu fase inkubasi, fase
prodromal (pra interik), fase ikterus dan fase konvalesen ( penyembuhan).
1) Fase Inkubasi
Merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala atau
ikterus. Fase ini berbeda-beda lamanya untuk tiap virus hepatitis. Panjang fase ini
tergantung pada dosis inokulum yang ditularkan dan jalur penularan, makin besar
dosis inokulum, makin pendek fase inkubasi ini. Pada hepatitis A fase inkubasi
dapat berlangsung selama 14-50 hari, dengan rata-rata 28-30 hari
2) Fase Prodromal (pra interik)
Fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan timbulnya gejala
ikterus. Awitannya dapat singkat atau insidious di tandai dengan malaise, nyeri
otot, nyeri sendi, mudah lelah, gejala saluran napas atas dan anoreksia. Mual
muntah dan anoreksi berhubungan dengan perubahan penghidu dan rasa kecap.
Demam derajat rendah umumnya terjadi hepatitis A akut. Nyeri abdomen
biasanya ringan dan menetap di kuadran kanan atas atau epigastrium.
3) Fase Ikterus
Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul bersamaan
dengan munculnya gejala. Pada banyak kasus fase ini tidak terdeteksi. Setelah
timbul ikterus jarang terjadi perburukan gejala prodromal, tetapi justru akan
terjadi perbaikan klinis yang nyata.

7
4) Fase Konvalesen (Penyembuhan)
Diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan lain, tetapi
hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap ada. Muncul perasaan sudah lebih
sehat dan abnormalitas fungsi hati tetap ada. Muncul perasaan sudah lebih sehat
dan kembalinya nafsu makan. Keadaan akut biasanya akan membaik dalam 2-3
minggu pada hepatitis A perbaikan klinis dan laboratorium lengkap terjadi dalam
9 minggu. Pada 5-10% kasus perjalanan klinisnya mungkin lebih sulit ditangani,
hanya <1% yang menjadi fulminant.
(Nurarif dan Kusuma, 2015)

8
2.2.4 WOC Hepatitis
Pengaruh alkohol, reaksi toksik (racun), genetik, obat-obatan, bahan kimia dan virus hepatitis
Inflamasi Hepar

B1 (Breath) B2 (Blood)
Mual, muntah, diare Proses inflamasi
TD menurun
Pengikatan O2 menurun Respon infeksi Hepatomegali
Sesak suplai O2 Penurunan fungsi hepar Kadar Bilirubin meningkat
menurun MK: Hipertermi Pembentukan protrombin Ikterus
MK: Pola Nafas RR meningkat
Tidak Efektif
MK : Potensial MK: Gangguan
Komplikasi Perdarahan Integritas Kulit

9
B3 (Brain) B4 (Bladder) B5 (Bowel) B6 (Bone)
Reseptor nyeri Kerusakan sel hepar Hepatomegali Kerusakan sel parenkim hepar
Impuls nyeri Obstruksi Nyeri di kuadran kanan atas Gangguan metabolisme
Ditransmisikan ke otak Kerusakan sel ekskresi Mual, muntah, anoreksia Glikogenesis & glukogenesis menurun
Nyeri akut Retensi Bilirubin Glikogen dalam hepar berkurang
Larut dalam air Mudah lelah
Ekskresi ke vesika urinaria MK: Perubahan
MK: Gangguan
Warna urine kecoklatan Nutrisi Kurang Dari
Rasa Nyaman
Kebutuhan Tubuh MK : Keletihan
(nyeri)

MK : Perubahan
Eliminasi Urine

(www.academia.edu/7552478/woc-hepatitis)

10
2.2.5 Penatalaksanaan
Penanganan dan pengobatan hepatitis A adalah penderita yang
menunjukkan gejala hepatitis A diharapkan untuk tidak banyak beraktivitas serta
segera mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan
pengobatan dari gejala-gejala yang timbul. Dapat diberikan pengobatan
simptomatik seperti antipiretik dan analgetik serta vitamin untuk meningkatkan
daya tahan tubuh dan nafsu makan serta obat-obatan yang mengurangi rasa mual
dan muntah (Nurarif dan Kusuma, 2015).

2.2.6 Pemeriksaan Penunjang


2.2.6.1 Laboratorium
1) Enzim-enzim serum AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH : meningkat pada
kerusakan sel hati dan pada keadaan lain terutama infark miokardium.
2) Bilirubin direk : meningkat pada gangguan eksresi bilirubin terkonjugasi
3) Bilirubin indirek : meningkat pada gangguan hemolitik dan sindrom
gilbert
4) Bilirubin serum total : meningkat pada penyakit hepatoseluler
5) Protein serum total : kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati
6) Masa protrombin : meningkat pada penurunan sintesis protrombin akibat
kerusakan sel hati
7) Kolesterol serum : menurun pada kerusakan sel hati, meningkat pada
obstruksi duktus biliaris.
2.2.6.2 Radiologi :
1) Foto rontgen abdomen
2) Kolestogram dan kalangiogram
(Nurarif dan Kusuma, 2015)

11
2.3 Asuhan Keperawatan Secara Teori
2.3.1 Pengkajian
2.3.1.1 Identitas
Perlu ditanyakan : nama, umur, jenis kelamin, alamat, suku, agama, pendidikan,
tanggal MRS, serta pekerjaan
2.3.1.2 Keluhan Utama
Pasien dengan hepatitis A mengeluh nyeri pada perut kanan atas
2.3.1.3 Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang meliputi beberapa informasi seperti tanggal
dan dimana terjadi masalah, gejala yang ditimbulkan seperti nyeri,
kualitas, keparahan dan durasi
2) Riwayat penyakit kesehatan dahulu : pasien di opname di rumah sakit atau
tidak dan saat kapan pasien di opname, penyakit apa.
3) Riwayat kesehatan keluarga : di tanya untuk penyakit yang mungkin
diturunkan dan menular
2.3.1.4 Pengkajian Pola Fungsional
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise
2) Sirkulasi
Gejala : bradikardi, ikterik pada sclera
3) Makanan/cairan
Gejala : anoreksia, penurunan BB, mual, muntah
4) Nyeri
Gejala : kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas, gatal
5) Eliminasi
Gejala : urine gelap, feses warna tanah liat, diare/konstipasi
(Doenges, 2004)

12
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
2.3.2.1 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbs dan metabolisme
pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolic
karena anoreksia, mual dan muntah.
2.3.2.2 Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar
yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
2.3.2.3 Hipertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah
sekunder terhadap inflamasi hepar
2.3.2.4 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan
kekuatan atau ketahanan
2.3.2.5 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kadar bilirubin meningkat
2.3.2.6 Resiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular
dari agent virus
2.3.2.7 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan suplai oksigen menurun
2.3.2.8 Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan kerusakan sel ekskresi

2.3.3 Intervensi Keperawatan


2.3.3.1 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbs dan metabolisme
pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolic
karena anoreksia, mual dan muntah.
Hasil yang diharapkan : menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan
dengan nila laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda malnutrisi
Intervensi :
1) Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan
R/ : keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan
2) Awasi pemasukan diet jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering dan
tawarkan pagi paling sering
R/ : adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastrointestinal dan
menurunkan kapasitasnya

13
3) Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan
R/: Akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baud an rasa tak sedap
yang menurunkan nafsu makan
4) Anjurkan makan pada posisi tegak
R/: menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan
5) Berikan diit tinggi karbohidrat, rendah lemak
R/: glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan energi, sedangkan
lemak sulit untuk diserap/di metabolisme sehingga akan membebani hepar
2.3.3.2 Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar
yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Hasil yang diharapkan : menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam
nyeri ( tidak meringis kesakitan dan menangis)
Intervensi :
1) kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan
untuk intensitas nyeri
R/: nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh karena
terdapat peregangan kapsula hati, melalui pendekatan kepada individu yang
mengalami perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif mengurangi
nyeri
2) berikan infromasi akurat dan jelaskan penyebab nyeri
R/: klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang
sesungguhnya akan dirasakan cenderung lebih tenang dibandungkan klien
penjelasan kurang
3) kolaborasi dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek
hepatotoksi
R/: kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk mengurangi
nyeri
4) ajarkan teknik nafas dalam dan distraksi

14
2.3.3.3 Hipertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah
sekunder terhadap inflamasi hepar
Hasil yang diharapkan : tidak terjadi peningkaatan suhu
1) monitor tanda-tanda vital : suhu badan
R/: sebagai indikator untuk mengetahui status hipertermi
2) ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya
2000L/hari) untuk mencegah dehidrasi
R/: dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya
dehidrasi
3) berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur
R/: menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit
dengan merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui
penguapan
4) anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
R/: kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur
dan mencegah timbulnya ruam kulit
2.3.3.4 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan
kekuatan atau ketahanan
Kriteria hasil :
a. menunjukkan teknik/perilaku yang mampu kembali melakukan aktivitas
b. melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas
Intervensi:
1) meningkatkan tirah baring/ duduk dan lingkungan yang tenang
R/: meningkatkan istirahat dan ketenangan dapat menyediakan energi utnuk
penyembuhan
2) mengubah posisi dengan sering
R/: meningkatkaan fungsi pernapasan dan meminimalkan tekanan
3) mendorong penggunaan teknik manajemen stress
R/: meningkatkan relaksasi dan penghematan energy, meningkatkan koping
4) meningkatkan aktivitas sesuai toleransi
R/: keterbatasan aktivitas dapat mengganggu periode istirahat

15
2.3.3.5 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kadar bilirubin meningkat
Hasil yang diharapkan : kadar bilirubin dalam batas normal ( 0,2-11,0 mg/dl),
kulit tidak berwarna kuning/ warna kuning mulai berkurang, tidak timbul lecet
akibat penekanan kulit yang terlalu lama.
Intervensi :
1) monitor warna dan keadaan kulit setiap 4-8 jam
R/: warna kulit kekuningan sampai jingga menandakan konsentrasi bilirubin
indirek tinggi
2) ubah posisi miring atau tengkurap
R/: menghindari adanya penekanan pada kulit yang terlalu lama
3) jaga kebersihan kulit dan kelembaban
R/: kulit yang bersih dan lembab membantu rasa nyaman
4) kolaborasi untuk pemeriksaan kadar bilirubin
R/: untuk mencegah pemajanan sinar yang terlalu lama
2.3.3.6 Resiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular
dari agent virus
Hasil yang diharapkan : tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
Intervensi :
1) gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat untuk
menangani semua cairan tubuh
a. cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan semua klien atau specimen
b. gunakan sarung tangan untuk kontak dengan darah dan cairan tubuh
R/: pencegahan tersebut dapat memutuskan metode transmisi virus hepatitis
2) jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien, keluarga dan
pengunjung klien dan petugas kesehatan
R/: mencuci tangan menghilangkan organisme yang merusak rantai transmisi
infeksi
2.3.3.7 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan suplai oksigen menurun
Kriteria Hasil :
a. frekuensi, irama, kedalam pernapasan dalam batas normal
b. tidak menggunakan otot-otot bantu pernapasan
c. tanda-tanda vital dalam rentang normal

16
Intervensi :
1) posisikan pasien semi fowler
R/: untuk memaksimalkan potensial ventilasi
2) auskultasi suara nafas, catat hasil penurunan daerah ventilasi
R/: memonitor kepatenan jalan napas
3) mempertahankan jalan napas pasien
R/: menjaga keadekuatan ventilasi
4) kolaborasi dengan pemberian oksigen terapi
R/: meningkatkan ventilasi dan asupan oksigen
5) monitor pola nafas
R/: memonitor keadaan pernapasan klien
2.3.3.8 Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan kerusakan sel
ekskresi
Kriteria hasil :
a. pola urine kembali normal 6-7 kali/ hari
b. produksi urine 30cc/menit
c. warna jernih tidak ada darah
Intervensi :
1) observasi perubahan urine : warna, jumlah, bau
R/: untuk mendeteksi adanya infeksi lebih awal
2) kaji keluhan tidak bisa berkemih
R/: untuk mengetahui adanya peradangan pada kandung kemih
3) beri intake minum 2-2,5 liter per hari
R/: untuk membantu pengeluaran kuman dari kandung kemih
( http://fadillahriska.files.wordpress.com//askep-pada-pasien-hepatitis.doc)

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik (Nursalam, 2013). Penatalaksanaan asuhan
keperawatan hepatitis A tentunya merujuk pada rencana keperawatan yang telah
dirumuskan.

17
Dalam tahap pelaksanaan ini perawat berperan sebagai pelaksana
keperawatan memberi dorongan, pendidikan, advokasi, konselor dan
penghimpunan data.

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sedah berhasil dicapai.

18

Anda mungkin juga menyukai