Anda di halaman 1dari 7

Hari/Tanggal : Kamis/14 Maret 2018

Waktu : Pukul 08.30-11.00 WIB


Dosen : Dr. Drh Koekoeh Santoso
Asisten : Ida Handayani Ritonga

KARDIOVASKULAR III
Kelompok 4

Febri Ramadhan B04140018


Vanitha Balakrishnan B04168012
Lalu Faris Naufal Makhroja B04160109
Hadzash Peppyrhanggasidhi S. B04160144
Anggia Murni Wijiati B04160148

DEPARTEMEN ANATOMI FISIOLOGI DAN FARMAKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
PENDAHULUAN

A. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung

Tekanan darah merupakan suatu ukuran daya yang mengarahkan darah


untuk mengalir melalui sirkulasi tubuh. Tekanan darah diperlukan tubuh untuk
membawa oksigen dan zat gizi lain ke jaringan tubuh. Tanpa tekanan darah, energi
dan nutrisi penting untuk jantung, otak, ginjal, dan organ-organ lain tidak dapat
terpenuhi (Townsend,2010).
Dampak negatif kinerja pekerja akibat tekanan darah tinggi dapat dilihat
dari menurunnya stamina, kecepatan kerja, dan kesigapan pekerja. Hal inilah yang
memicu turunnya produktivitas pekerja dan dapat merugikan perusahaan. Seorang
tenaga kerja dinilai produktif jika ia mampu menghasilkan barang atau jasa yang
lebih banyak dari tenaga kerja lain untuk satuan waktu yang sama.
Terdapat dua macam kelainan tekanan darah yaitu hipertensi atau tekanan
darah tinggi dan hipotensi atau tekanan darah rendah (Anggara dan Nanang,
2013). Seseorang dikatakan memiliki tekanan darah normal berkisar 100-140
mmHg untuk tekanan sistolik dan 60-90 mmHg untuk tekanan diastolic (Arief
2008). Tekanan darah selalu diukur dalam milimeter (mmHg) karena manometer
air raksa merupakan standar manometer yang dipakai dalam pengukuran tekanan
darah.
Pengukuran tekanan darah dapat diukur dengan 2 cara yaitu dengan cara
langsung dan tidak langsung. Secara langsung dilakukan dengan memasukkan
kanula atau jarum steril intra arteri sehingga perubahan tekanan dapat diukur
secara langsung dengan manometer atau dengan oskilografi yang hasilnya dapat
dibaca grafik yang tercatat di kertas. Sedangkan tidak langsung menggunakan
sphygmomanometer atau tensimeter. Suara yang timbul (suara Korotkoff) adalah
akibat dari pembuluh darah yang menyempit karena ditekan oleh manset. Cara
yang digunakan biasanya dengan auskultasi untuk mendengar suara aliran
turbulensi darah, dan cara palpasi untuk meraba kembalinya aliran darah di bagian
bawah titik tempat pemberian tekanan. Keuntungan metode gabungan ini dapat
menghindari tekanan darah palsu.

B. Elektrokardiografi (EKG)

Aktivitas listrik jantung merupakan perubahan permeabilitas membran sel,


yang menyebabkan terjadinya pergerakan ion yang keluar-masuk melalui saluran
ion khusus pada membran sel tersebut. Pada saat potensial membran terpolarisasi,
terjadi distribusi yang tidak seimbang dari ion-ion dimana Na+ dan Cl- lebih
banyak berkumpul di luar, sedangkan K+ dan anion organik lebih banyak
berkumpul di dalam membran sel (Cunningham 2002). Ion-ion yang sejenis
cenderung membentuk persamaan elektron di dalam dan di luar sel mengakibatkan
distribusi yang tidak seimbang, sehingga timbul suatu gaya tarik menarik antara
ion-ion, dimana pada bagian dalam sel, ion cenderung bermuatan negatif,
sedangkan pada bagian luar sel, ion cenderung bermuatan positif (terutama Na+ ).
Membran sel otot jantung menjadi permeabel terhadap K+ dan Cl-, sedikit
permeabel terhadap Na+ , dan tidak permeabel terhadap anion organik. Untuk
mempertahankan gradien tertentu agar ion-ion dapat berdifusi terus melalui kanal
ion, pada membran sel terdapat suatu carrier transport sistem (Na+ -K +ATP-ase)
yang dikenal sebagai pompa sodium, dimana fungsinya adalah memompa Na+ ke
luar dan K+ masuk ke dalam sel (Thaler 2013).
Dengan menempatkan elektrode pada permukaan kulit dapat ditangkap dan
dicatat aktivitas listrik seluruh permukaan jantung sebelum kontraksi dimulai.
Dengan mengukur perubahan potensial di berbagai arah melintasi jantung,
memungkinkan dideteksinya berbagai kelainan jantung. Rekaman aktivitas
elektrik akibat proses depolarisasi dan repolarisasi pada jantung
(elektrokardiogram) terekam pada sebuah kertas grafik panjang dengan garis
peneraan tipis berukuran 1x1 mm dan garis peneraan tebal 5x5 mm yang berjalan
secara vertikal dan horizontal (Battaglia 2007). Grafik rekaman ini menyatakan
tegangan listrik terhadap waktu. Kecepatan pencatatan mesin EKG ada yang 25
mm/detik dan 50 mm/detik, dengan penggunaannya disesuaikan kebutuhan. Untuk
kecepatan 25 mm/detik, dapat memudahkan memperkirakan frekuensi jantung, dan
pada kertas EKG setiap 1 mm mewakili tegangan 0,1 mV (pada sumbu vertikal)
membutuhkan waktu 0,04 detik (pada sumbu horizontal) untuk menghasilkan
gelombang P, Q, R, S, dan T. Sedangkan untuk kecepatan 50 mm/detik, digunakan
untuk memudahkan pengukuran gelombang P, kompleks QRS, dan gelombang T,
dan pada kertas EKG setiap 1 mm mewakili tegangan 0,5 mV (pada sumbu
vertikal) membutuhkan waktu 0,02 detik untuk menghasilkan gelombang P, Q, R,
S, dan T ( Thaler 2013).

METODE
Lokasi dan Waktu
Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Farmasi Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Waktu dilaksanakan praktikum ini
adalah Kamis 14 Maret 2018, pukul 08.30-11.00 WIB.

Alat dan Bahan

A. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah spigmomanometer dan
stetoskop, sementara bahan yang digunakan adalah orang percobaan.

B. Elektrokardiografi (EKG)
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah elektrokardiograf beserta
perlengkapannya, kapas alcohol dan larutan elektrolit, kertas perekam, spidol.
Sementara bahan yang digunakan adalah orang percobaan.

Prosedur Pekerjaan

A. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung

1. Pengukuran Tekanan Darah Arteri Dengan Cara Palpasi


Orang percobaan diperintahkan untuk duduk dan lengannya diletakkan
pada meja serta dipasangkan manset pada bagian lengan atas bagian bawah dengan
memastikan bagian medial lengan tertekan oleh manset sehingga a. brakhialis
dapat tertekan, kemudian pompa karet ditutup dengan memutar searah jarum jam.
Setelah itu di pastikan a. radialis teraba di pergelangan tangan.
Udara di pompa ke dalam manset dan diperhatikan beberapa tekanan
denyut a. radialis menghilang dan dipompa kembali udara hingga tekanan naik
sekitar 20 mmHg. Kemudian secara perlahan tekanan diturunkan dengan cara
memutar katup karet berlawanan arah jarum jam. Tekanan beberapa denyut a.
radialis tetap di perhatikan dan teraba kembali. Tekanan yang terbaca adalah
tekanan sistol yaitu tekanan tertinggi di dalam arteri. Setelah itu, semua udara
dikeluarkan dari manset, dan membiarkan op beristirahat. Tekanan darah sistole
yang dibaca dengan cara palpasi biasanya 5 mm Hg lebih rendah dari hasil
pengukuran dengan cara auskultasi. Dengan cara palpasi ini tidak dapat ditentukan
tekanan diastole.

2. Pengukuran Tekanan Darah Arteri Dengan Cara Auskultasi


Orang percobaan diperintahkan untuk duduk dan lengannya diletakkan
pada meja serta dipasangkan manset pada bagian lengan atas bagian bawah dengan
memastikan bagian medial lengan tertekan oleh manset sehingga a. brakhialis
dapat tertekan, kemudian pompa karet ditutup dengan memutar searah jarum jam
dan corong stetoskop ditempatkan dibawah manet dan diatas a. brakhialis pada
percabangannya menjadi a. radialis dan a. ulnaris. Tanpa adanya udara dalam
manset tidak ada suara yang dapat didengar.Lalu a. radialis di raba tepatnya di
pergelangan tangan.
Udara dipompakan ke dalam manset dan diperhatikan tekanan berapa
denyut a. radialis menghilang. Kemudian udara di pompakan lagi sampai tekanan
naik sekitar 20 mmHg diatas titik tidak terasanya denyut a. radialis tadi.
Selanjutnya secara perlahan tekanan diturunkan dengan memutar katup karet
pompa berlawanan arah jarum jam. Dengan berkurangnya tekanan udara dalam
manset pada suatu tekanan tertentu akan terdengar 4 fase perubahan suara yang
pertama kali ditemukan oleh Korotkoff pada tahun 1905 dan disebut sebagai suara
Korotkoff. Setelah terdengar 4 fase perubahan, udara di lepaskan dari manset dan
membiarkan op beristirahat.

B. Elektrokardiografi (EKG)

1. Persiapan orang percobaan


Orang percobaan diperintahkan untuk berbaring tenang dan telanjang dada,
kemudian dibebaskan dari benda yang dapat menghantarkan listrik. Kulit di kedua
pergelangan tangan dan kaki serta pada bagian dada sebelah kiri dibersihkan
dengan alcohol 70% karena untuk menempelkan elektroda. Kemudian permukaan
elektroda dibasahi dengan pasta/larutan elektrolit dan dipasangkan pada bagian
tubuh op. Kawat penghubung pasien dengan elektroda dihubungkan sebagai
berikut:
 Kawat RA (warna merah) dihubungkan dengan elektroda yang dipasang di
pergelangan tangan kanan.
 Kawat LA (warna kuning) dihubungkan dengan elektroda yang dipasang di
pergelangan tangan kiri.
 Kawat LL (warna hijau) dihubungkan dengan elektroda yang dipasang di
pergelangan kaki kiri.
 Kawat RL (warna hitam) dihubungkan dengan elektroda yang dipasang pada
pergelangan kaki kanan.
 Kawat C (warna putih) dihubungkan dengan elektroda pada dinding sebelah kiri
rongga dada (saat akan melaukan perekaman hantaran prekordial.

2. Pencatatan EKG
Pencatatan EKG akan di demonstrasikan oleh dosen pembimbing. Pertama
sebelum digunakan, kecepatan perekaman dan peneraan kepekaan alat diatur
terlebih dahulu. Kecepatan kertas rekam diatur 25 mm/detik, sedangkan kepekaan
alat adalah 10 mm/mv. Alat EKG dihidupkan namun kertas belum dijalankan.
Jarum perekam dipastikan sudah berada di tengah kertas rekam.
Alat EKG diatur dengan menempatkan tombol pengatur pada
posisi netral. Kertas dijalankan dan dibuat pencatatan 3 kali rekamam kemudian
kertas perekam dihentikan. Hantaran standard Einthoven: I, II dan III, yaitu
dengan memindahkan tombol pengatur ke arah I, menjalankan kertas rekam untuk
merekam 5 siklus jantung, kemudian kertas perekam dihentikan. Hantaran
augmented extremity: aVR, aVL dan aVF, yaitu dengan memindahkan tombol
pengatur pada hantaran yang diinginkan dan rekam seperti perekaman Einthoven.
Kawat C dihubungkan dengan electrode isap dan di tempelkan pada tempat-tempat
yang sesuai untuk V1 – V6 di dada bagian kiri. Dengan memindahkan tombol
pengatur ke V1 – V6, dicatat hantaran prekordial V1 – V6 sama dengan pencatatan
Einthoven
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tekanan darah dapat diukur secara langsung dan tidak langsung.
Pengukuran darah secara langsung..., pengukuran darah secara tidak langsung,......
Dilakukan pengukuran tekanan darah secara palpasi dan auskultasi dengan
pengulangangan sebanyak tiga kali pada orang percobaan dan didapatkan hasil
sebagai berikut.
Table 1. Hasil pengukuran tekanan darah palpasi dan auskultasi
Tekanan Darah
Perhitungan Rata-rata
1 2 3

Palpasi (sistole) 110 115 114 113

Auskultasi
110/70 112/78 114/74 112/74
(sistole/diastole)

Tekanan darah yang didapatkan dari hasil perhitungan dengan rata-rata


sistole 113 pada pengukuran palpasi dan 112/74 pada pengukuran auskultasi.
Hail tersebut menunjukkan bahwa tekanan darah orang percobaan normal,
karena tekanan darah normal saat beristirahat yaitu 120/80 (Kodrat 2011). Pada
pengukuran palpasi hanya didapatkan sistole karena...., ditunjukkan dengan.....
Pada pengukuran palpasi sistole dan diastole dapat diukur. Kedua hal tersebut
ditunjukkan dengan adanya bunyi korotkof....
Pemeriksaan EKG dilakukan setelah pengukuran tekanan darah dengan
palpasi dan auskultasi. Pemeriksaan EKG adalah.... Pemeriksaan EKG
dilakukan dengan memasangkan tiga elektroda pada orang percobaan yaitu
pada pergelangan tangan kanan dan kiri serta pergelangan kaki kiri. Dari
pengukuran tersebut didapatkan hasil pengukuran tekanan darah sebesar 125/78
dan berikut adalah hasil pemeriksaan elektrokardiografi.
Tabel 2. Hal Pemeriksaan Elektrokardiografi

Parameter Pengamatan Normal Kesimpulan

70-150
Frekuensi Jantung 80 kali /menit Normal
kali/menit

Irama Regular Regular Normal


Tinggi 10 mm 5-30mm Normal
Gel P
Durasi 0,08 s 0.06-0.1s Normal

Di atas rentang
Tinggi 12 mm 2-3mm
Komplek Normal

QRS Di atas rentang


Durasi 0.2 s 0.06-0.12s
Normal

Interval PR 0.16 s 0.12-0.2s normal

Interval QT 0.36 s 0.36-0.44s Normal

Segmen PR 0.08 s 0.12-0.20s Di bawah Normal

Isoelektris
Di atas rentang
Segmen ST 4mm atau -0.5 s/d
Normal
+1mm

Gelombang T normal Normal

Simpulan
Daftar Pustaka

Townsend, Raymond R. 2010. 100 Tanya Jawab Mengenai Tekanan Darah Tinggi
(Hipertensi). Jakarta (ID): PT. Indeks.
Anggara, FDM and Nanang Prayitno. 2013. Related Factors with High Blood
Pressure at Telaga Murni Puskesmas, West Cikarang Year 2012 . Journal of
Health Sciences. Vol.5. No. 1. January 2013.
Arief M. 2008. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu Kesehatan. Surakarta
(ID): LPP UNS pp 71-3.
Cunningham JG. 2002. Textbook of Veterinary Physiology. Ed ke-3. Philadelphia
(USA): WB. Saunders Company.
Thaler MS (2013). Satu-satunya buku EKG yang anda perlukan. Ed ketujuh,
Jakarta (ID): EGC
Battaglia AM. 2007. Small Animal Emergency and Critical Care for Veterinary
Technicians. 2nd Ed. Philadelpia. Saunders Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai