MATAKULIAH
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
54236142
Oleh:
R. Eka Murtinugraha, MPd.
NIP 19670316 20011 2 1001
MATAKULIAH
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
54236142
Penyusun :
Ketua : R.Eka Murtinugraha, M.Pd
Anggota : M. Agphin Ramadhan, M.Pd
Mengetahui,
_________________________
NIP. ……………………………..
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
2017
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
(RPS)
135 DESKRIPSI
Mata kuliah ini membahas kosep dasar-dasar K3, K3 Pekerjaan Konstruksi yang meliputi: K3
Pekerjaan Tanah, K3 Pekerjaan Struktur, K3 Pekerjaan Pembongkaran, dan K3 Pekerjaan
Konstruksi Baja, K3 Angkat dan Agkut, K3 Penanggulangan Kebakaran, K3 Listrik, Kesehatan Kerja,
Investigasi Kecelakaan Kerja, Manajemen Risiko K3, dan Penilaian Risiko
D. MATERI
POKOK MATERI SUB-MATERI
1. RPS dan Dasar-Dasar K3 Filosofi K3, Jenis-jenis potensi bahaya; tindakan
pencegahan berdasarkan potensi bahaya; dan
tugas dan profesi yang berkaitan dengan K3
2. K3 Pekerjaan Konstruksi Penyelenggaraan pekerjaan konstruksil;
masyarakat jasa konstruksi; alat pelindung diri;
K3 pekerjaan tanah; K3 pekerjaan struktur; K3
pekerjaan pembongkaran; K3 pekerjaan
konstruksi baja
3. K3 Angkat dan Angkut Jenis pesawat angkat dan angkut; potensi
bahaya pekerjaan angkat dan angkut; dan
tindakan pengendaliannya
4. K3 Penanggulangan Kebakaran Dasar-dasar hukum yang berkaitan dengan K3
penanggulangan kebakaran; manajemen
penanggulangan kebakaran; masalah-masalah
kebakaran pada gedung
5. K3 Listrik Potensi bahaya listrik; proteksi bahaya listrik;
landasan peraturan K3 listrik; dan pengawasan
K3 listrik
6. Kesehatan Kerja Regulasi yang berkaitan dengan kesehatan kerja;
tujuan kesehatan kerja; dan P3K serta proses
evakuasi
7. Investigasi Kecelakaan Kerja Tujuan dan manfaat penyelidikan kecelakaan
kerja; contoh penyelidikan kasus-kasus
kecelakaan; metode dan kegunaan analisis
kecelakaan
8. Manajemen Risiko K3 Pengertian identifikasi bahaya; kegiatan
identifikasi bahaya; analisis kemungkinan
bahaya; dan tindakan pengendalian
9. Penilaian Risiko Langkah umum penilaian risiko; dan contoh
penilaian risiko
0 TUGAS (TAGIHAN)
Ada beberapa tugas (sebagai tagihan) yang harus dikerjakan dan diserahkan oleh mahasiswa,
selama mengikuti perkuliahan, yaitu:
0 Tugas Individu. Soal berkaitan dengan kasus-kasus sesuai dengan materi yang diajarkan.
1 Tugas Kelompok. Pada pertemuan ke-3 sampai ke pertemuan ke-13, kelompok mahasiswa
menyajikan materi sesuai dengan pembahasan materi yang telah ditetapkan. Penyajian
disampaikan dalam bentuk slide dan makalah
2 Tugas Observasi. Pada pertemuan ke-2 mahasiswa melakukan observasi ke lingkungan proyek untuk
mengenal deskripsi kerja bagian K3 di lingkungan industri konstruksi, kecelakaan kerja yang
pernah/sedang terjadi, dan tindakan/upaya pengendalian/pencegahan kecelakaan kerja
3 Tugas Akhir. Melakukan dan membuat laporan observasi yang berkaitan tentang penilaian risiko
pada dunia kerja industri konstruksi.
0 PENILAIAN
Metode:
Tes tulis
Instrumen
Lembar/soal tes
0 Kriteria Kelulusan
TINGKAT PENGUASAAN (%) HURUF ANGKA KETERANGAN
86– 100 A 4 Lulus
81– 85 A- 3,7 Lulus
76– 80 B+ 3,3 Lulus
71– 75 B 3,0 Lulus
66– 70 B- 2,7 Lulus
61– 65 C+ 2,3 Lulus
56– 60 C 2,0 Lulus
51– 55 C- 1,7 Belum Lulus
46 – 50 D 1 Belum Lulus
0 – 45 E 0 Belum Lulus
← SUMBER (REFERENSI)
← Reese, Charles D. 2004. Office Building Safety and Health. Washington DC: CRC Press.
← Glismann, Peter J. 2013. Systems Engineering and Safety: Building The Bridge. Boca Raton:
CRC Press.
← Ridley, John. 2008. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Erlangga.
← Boedi Rijanto. 2010. Pedoman Praktis Keselematan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)
Industri Konstruksi. Jakarta: Mitra Wacana Media.
← Tarwaka. 2016. Dasar-dasar Keselamatan Kerja Serta Pencegahan Kecelakaan di Tempat
Kerja. Surakarta: Harapan Press.
← I Gede Widayana dan I Gede Wiratmaja. 2014. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Singaraja:
Graha Ilmu.
← Rudi Suardi. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PPM
← Paimin Napitupulu, dkk. 2014. Evaluasi Sistem Proteksi Kebakaran Perusahaan. Jakarta: PT.
ALUMNI Bandung.
← Toriq A. Ghuzdewan. 2015. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Proyek Konstruksi. Yogyakarta:
Biro Penerbit KMTS FT UGM
6 Mampu K3 Angkat dan Angkut Jenis pesawat angkat dan Presentasi dan 100’ Bahan Ajar
Tgl...... menjelaskan K3 angkut, potensi bahaya, klarifikasi materi Laptop, LCD
Angkat dan Angkut dan tindakan oleh dosen PPT
pengendaliannya. Diskusi kelas
8
7 Mampu K3 Penanggulangan Dasar-dasar hukum K3 Presentasi dan 100’ Bahan Ajar
Tgl...... menjelaskan K3 Kebakaran penanggulangan klarifikasi materi Laptop, LCD
Penanggulangan kebakaran, manajemen oleh dosen PPT
Kebakaran. penanggulangan Diskusi kelas.
kebakaran, dan masalah
kebakaran pada gedung.
8 Ujian Tengah 100’
Tgl..... Semester
9 Mampu K3 Listrik Potensi bahaya listrik; Presentasi dan 100’ Bahan Ajar
Tgl...... menjelaskan K3 proteksi bahaya listrik; klarifikasi materi Laptop, LCD
Listrik. landasan peraturan K3 oleh dosen PPT
listrik; dan pengawasan K3 Diskusi kelas
listrik
10 Mampu Kesehatan Kerja Regulasi yang berkaitan Presentasi dan 100’ Bahan Ajar
Tgl...... menjelaskan dengan kesehatan kerja; klarifikasi materi Laptop, LCD
kesehatan kerja. tujuan kesehatan kerja; oleh dosen PPT
dan P3K serta proses Diskusi kelas
evakuasi
11 Mampu Investigasi Kecelakaan Tujuan dan manfaat Presentasi dan 100’ Bahan Ajar
Tgl...... menjelaskan Kerja penyelidikan kecelakaan klarifikasi materi Laptop, LCD
investigasi kerja; contoh penyelidikan oleh dosen PPT
kecelakaan kerja. kasus-kasus kecelakaan; Diskusi kelas
metode dan kegunaan
analisis kecelakaan
12 Mampu Manajemen Risiko K3 Pengertian identifikasi Presentasi dan 100’ Bahan Ajar
Tgl...... menjelaskan bahaya; kegiatan klarifikasi materi Laptop, LCD
identifikasi bahaya; oleh dosen PPT
9
manajemen risiko analisis kemungkinan Diskusi kelas
K3. bahaya; dan tindakan
pengendalian
13 Mampu Penilaian Risiko Langkah umum penilaian Presentasi dan 100’ Bahan Ajar
Tgl...... menjelaskan risiko; dan contoh klarifikasi materi Laptop, LCD
penilaian risiko penilaian risiko oleh dosen PPT
Diskusi kelas
14 Mampu Observasi K3 (kedua) Melaksanakan praktik Observasi mandiri 100’
Tgl...... melaksanakan penilaian risiko pada
penilaian risiko dunia kerja industri
konstruksi.
15 Mampu Presentasi Tugas Akhir Menjelaskan hasil Presentasi dan 100’ Bahan Ajar Pemaparan
Tgl...... mempresentasikan penilaian risiko K3 pada klarifikasi materi Laptop, LCD dalam bentuk
hasil penilaian pertemuan sebelumnya oleh dosen PPT PPT
risiko K3 di salah Diskusi kelas Laporan
satu proyek Tugas Akhir
16 Ujian Akhir Semester 100’
Tgl......
Mengetahui: mengetahui/menyetujui: Jakarta, Agustus 2017
10
PETUNJUK TUGAS AKHIR
Mata kuliah : K3
Semester : 107
Sks : 2
Tugas ke : -
Tujuan tugas : Melaksanakan praktik penilaian risiko di dunia kerja industri konstruksi
Waktu Pelaksanaan : Pertemuan ke-14
tugas
Waktu penyerahan Pertemuan ke-16 (UAS)
tugas
Uraian tugas : Mahasiswa diminta untuk mengobservasi proyek konstruksi, kemudian
melaksanakan praktik penilaian risiko di beberapa pekerjaan pada proyek
tersebut
CATATAN:
Jika tugas membutuhkan uraian atau prosedur yang lebih rumit, maka dapat dituangkan ke
dalam panduan atau pedoman pelaksanaan tugas. Misalnya “pedoman tugas praktikum”,
‘pedoman tugas studi kasus’, ‘pedoman tugas observasi’ dan
11
Kesehatan dan
Keselamatan
Kerja
Bidang Konstruksi
Bangunan
Student Edition
Teaching Materials_only used in Faculty of Engineering
Universitas Negeri Jakarta
M. Agphin
Ramadhan
Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
Bidang Konstruksi Bangunan
Fakultas Teknik
isi buku ini dalam bentuk apapun, baik secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotocopy, merekam
atau dengan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari penulis.”
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 12 Tahun
1997 Pasal 44 Tentang Hak Cipta Pasal 72 :
← Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu
ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah), atau pidana
penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.5.000.000.000,- (lima
miliar rupiah).
← Barangsiapa dengan sengaja menyerahkan, menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau
menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak
terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
KATA PENGANTAR
merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan pembangunan di suatu proyek.
Belum banyak buku yang fokus membahas bidang ini. Buku ajar yang ada di tangan
Anda ini merupakan kompilasi dari beberapa literatur, baik dari buku maupun
beberapa tulisan dari internet. Secara khusus, buku Ir. B. Boedi Rijanto, M.M yang
Industri Konstruksi” menjadi sumber rujukan utama kami. Begitu pula dengan buku
“Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja” karya John Ridely. Oleh karena itu
kami mengharapkan kepada mahasiswa agar memiliki kedua buku sumber tersebut.
berkaitan dengan K3 di proyek pembangunan. Tentunya hal ini bertujuan agar teori-
Pada akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyelesaian buku ajar ini. Pengantar ini juga termasuk permohonan izin
kami kepada kedua penulis dan penerbit dari dua buku sumber di atas karena telah kami
Penulis
DAFTAR ISI
Bab I Dasar-Dasar K3..........................................................................................................................1
A. Filosofi K3...........................................................................................................................................1
B. Jenis-jenis Potensi Bahaya...........................................................................................................3
C. Tindakan Pencegahan....................................................................................................................6
D. Tugas dan Profesi............................................................................................................................8
Bab II K3 Pekerjaan Konstruksi...................................................................................................11
A. Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi................................................................................11
B. Masyarakat Jasa Konstruksi......................................................................................................13
C. Alat Pelindung Diri..........................................................................................................................14
D. K3 Pekerjaan Tanah......................................................................................................................19
E. K3 Pekerjaan Struktur.................................................................................................................. 27
a. Pekerjaan Bekisting............................................................................................................... 27
b. Pekerjaan Pembesian...........................................................................................................30
c. Pekerjaan Beton......................................................................................................................30
d. Pekerjaan Shotcrete..............................................................................................................31
e. Pekerjaan di Ketinggian........................................................................................................31
F. K3 Pekerjaan Pembongkaran....................................................................................................33
G. K3 Pekerjaan Konstruksi Baja...................................................................................................38
H. K3 Pekerjaan Ruang Terbatas dan Di atas Air.....................................................................39
Bab III K3 Angkat dan Angkut.......................................................................................................43
A. Jenis Pesawat Angkat dan Angkut...........................................................................................43
B. Potensi Bahaya Pekerjaan Angkat dan Angkut....................................................................52
C. Tindakan Pengendalian Pekerjaan Angkat dan Angkut.....................................................53
Bab IV K3 Penanggulangan Kebakaran...................................................................................63
A. Dasar Hukum...................................................................................................................................63
B. Manajemen Penanggulangan Kebakaran..............................................................................63
C. Proteksi Kebakaran pada Bangunan.......................................................................................67
Bab V K3 Listrik...................................................................................................................................73
A. Potensi Bahaya Listrik..................................................................................................................73
B. Proteksi Bahaya Listrik.................................................................................................................75
C. Landasan Peraturan......................................................................................................................76
D. Pengawasan K3 Listrik.................................................................................................................77
Bab VI Kesehatan Kerja...................................................................................................................87
A. Hygiene dan Kesehatan Kerja...................................................................................................87
B. Penyakit Akibat Kerja....................................................................................................................91
C. Pengawasan Kesehatan Kerja..................................................................................................99
Bab VII Investigasi Kecelakaan Kerja.....................................................................................103
A. Konsep Dasar Investigasi Kecelakaan.................................................................................103
B. Perencanaan Investigasi...........................................................................................................104
C. Metoda-metoda Investigasi......................................................................................................107
Bab VIII Manajemen Risiko K3...................................................................................................117
A. Pra syarat Manajemen Risiko..................................................................................................120
B. Gambaran Manajemen Risiko.................................................................................................121
C. Proses Manajemen Risiko........................................................................................................123
D. Pengendalian Risiko...................................................................................................................131
Bab IX Penilaian Risiko.................................................................................................................139
A. Langkah Umum Penilaian Risiko............................................................................................140
B. Contoh Penilaian Risiko............................................................................................................140
Dasar-Dasar K3 – 1
BAB I
DASAR-DASAR K3
Bab ini berisi penjelasan mengenai dasar-dasar K3. Setelah mempelajari bab ini,
mahasiswa diharapkan mampu:
←Mengetahui filofosi K3
←Mengetahui jenis-jenis potensi bahaya
←Mengetahui tindakan pencegahan berdasarkan potensi bahaya
←Mengetahui tugas dan profesi yang berkaitan dengan K3
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat
kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja, dan lingkungan kerja serta cara-cara
melakukan pekerjaan dan proses produksi (UU No.1/1970). Keselamatan kerja juga dapat
diartikan sebagai suatu kemerdekaan atas risiko celaka yang tidak dapat diterima.
Keselamatan kerja bukanlah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pegawai saja,
melainkan tugas seluruh individu yang berada di perusahaan atau tempat kerja. Dengan
demikian, keselamatan kerja dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja dan orang lain yang
berada di perusahaan serta masyarakat sekitar perusahaan yang mungkin terkena dampak
akibat suatu proses produksi industri. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan
bahwa keselamatan kerja merupakan sarana utama untuk mencegah terjadinya kecelakaan
kerja yang dapat menimbulkan kerugian berupa luka/cidera, cacat atau kematian, kerugian
harta benda dan kerusakan peralatan/mesin dan lingkungan secara luas.
A. Filosofi K3
Dari segi keilmuan, K3 berarti suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan penyakit akibat kerja.
Dari sisi hukum, K3 merupakan himpunan ketentuan yang mengatur tentang pencegahan
kecelakaan untuk melindungi tenaga kerja agar tetap selama dan sehat. K3 merupakan
ketentuan perundangan dan K3 wajib dilaksanakan. Pelanggarannya terhadap K3 dapat
dikenakan sanksi pidana, baik denda maupun kurungan. Hal ini bertujuan untuk melindungi
tenaga kerja, aset, dan lingkungan hidup.UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal
86 “pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan
kesehatan kerja”. Pasal 87 “setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan”.
Melalui pendekatan kemanusiaan, K3 merupakan bagian dari HAM. Kecelakaan kerja
menimbulkan penderitaan bagi si korban atau keluarganya sehingga secara tidak langsung
K3 melindungi pekerja dan masyarakat. Melalui pendekatan ekonomi K3 mencegah
kerugian dan meningkatkan produktivitas kerja.
K3 secara praktis diartikan sebagai upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu dalam
keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan ditempat kerja termasuk orang
lain yang memasuki tempat kerja maupun proses produk dapat secara aman dan efisien
dalam produksinya
Menurut International Association of Safety Professional, Filosofi K3 dibagi menjadi delapan
filosofi yaitu (1) Safety is an ethical responsibility, K3 adalah tanggung jawab moral/etik.
Masalah K3 hendaklah menjadi tanggung awab moral untuk menjaga keselamatan sesama
manusia. K3 bukan sekedar pemenuhan perundangan atau kewajiban.
← Safety is a culture, not a program, K3 bukan sekedar program yang dijalankan
perusahaan untuk sekedar memperoleh penghargaan dan sertifikat. K3 hendaklah menjadi
cerminan dari budaya dalam organisasi. (3) Management is responsible, Manajemen
perusahaan adalah yang paling bertanggung jawab mengenai K3. Sebagian tanggung jawab
dapat dilimpahkan secara beruntun ke tingkat yang lebih bawah. (4) Employee must be
trained to work safety, Setiap tempat kerja, lingkungan kerja dan jenis pekerjaan memiliki
karakteristik dan persyaratan K3 yang berbeda. K3 harus ditanamkan dan dibangun melalui
pembinaan dan pelatihan. (5) Safety is a condition of employment, Tempat kerja yang baik
adalah tempat kerja yang aman. Lingkungan kerja yang menyenangkan dan serasi akan
mendukung tingkat keselamatan. Kondisi K3 dalam perusahaan adalah pencerminan dari
kondisi ketenagakerjaan dalam perusahaan (6) All injuries are preventable, Prinsip dasar dari
K3 adalah semua kecelakaan dapat dicegah karena kecelakaan ada sebabnya. Jika sebab
kecelakaan dapat dihilangkan maka kemungkinan kecelakaan dapat dihindarkan (7) Safety
program must be site specific, Program K3 harus dibuat berdasarkan kebutuhan kondisi dan
kebutuhan nyata di tempat kerja sesuai dengan potensi bahaya sifat kegiatan,
Dasar-Dasar K3 – 3
Setiap proses produksi, peralatan/mesin dan tempat kerja yang digunakan untuk
menghasilkan suatu produk, selalu mengundang potensi bahaya tertentu yang bila tidak
mendapat perhatian secara khusus dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Secara umum
penyebab kecelakaan di tempat kerja adalah sebagai berikut: 1) kelelahan (fatigue), 2) kondisi
tempat kerja (environmental aspects) dan pekerjaan yang tidak aman (unsafe working
condition), 3) kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai penyebab awalnya
adalah kurangnya pelaihan/training, 4) karakteristik dari pekerjaan itu sendiri.
Pada pekerjaan konstruksi, penyebab kecelakaan kerja antara lain: 1) jatuh, 2) benda-
benda yang jatuh dan roboh, 3) kecelakaan akibat listrik, dan 4) alat berat yang bergerak.
Sebagai upaya untuk mengantisipasi kecelakaan kerja maka sebelum memulai suatu
pekerjaan,harus dilakukan identifikasi bahaya guna mengetahui potensi bahaya dalam
setiap pekerjaan. Identifikasi bahaya dilakukan bersama pengawas pekerjaan dan Safety
Departement. Mengidentifikasi bahaya dapat menggunakan teknik yang sudah baku seperti
Check List, JSA, JSO,What If, Hazops, dan sebagainya. Semua hasil identifikasi bahaya
harus didokumentasikan dengan baik dan dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan
setiap kegiatan.
Secara teoretis istilah-istilah bahaya yang sering ditemui dalam lingkungan kerja meliputi:
← Hazard (sumber bahaya). Suatu keadaan yang memungkinkan/dapat menimbulkan
kecelakaan, penyakit, kerusakan atau menghambat kemampuan pekerja yang ada.
← Danger (tingkat bahaya). Peluang bahaya sudah tampak, kondisi bahaya sudah ada
tetapi dapat dicegah dengan berbagai tindakan preventif.
← Risk. Prediksi tingkat keparahan bila terjadi bahaya dalam siklus tertentu.
← Insident. Munculnya kejadian yang bahaya (kejadian yang tidak diinginkan, yang
dapat/telah mengadakan kontak dengan sumber energy yang melebihi ambang batas
badan/struktur.
← Accident. Kejadian bahaya yang disertai adanya korban dan atau kerugian
(manusia/harta/benda). Accident atau kecelakaan dapat juga diartikan sebagai kejadian
yang tidak dikehendaki dan tidak diduga /tiba-tiba yang dapat menimbulkan korban
manusia dan atau harta benda. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian tidak diduga
4 – Dasar-Dasar K3
Ergonomic hazard adalah potensi bahaya yang disebabkan terjadi karena tidak
efisiennya hubungan alat kerja dengan manusianya, biasanya berhubungan dengan prilaku
kerja manusia dengan alatnya. Potensi bahaya dapat pula berasal dari berbagai kegiatan
atau aktivitas dalam pelaksanaan operasi atau berasal dari luar proses kerja. Identifikasi
potensi bahaya di tempat kerja.
Kerugian kecelakaan kerja diilustrasikan sebagaimana gunung es di permukaan laut
dimana es yang terlihat di permukaan laut lebih kecil dari pada ukuran es sesungguhnya
secara keseluruhan. Begitu pula kerugian pada kecelakaan kerja kerugian yang
"tampak/terlihat" lebih kecil dari pada kerugian keseluruhan.
Dalam hal ini kerugian yang "tampak" ialah terkait dengan biaya langsung untuk
penanganan/perawatan/pengobatan korban kecelakaan kerja tanpa memperhatikan
kerugian-kerugian lainnya yang bisa jadi berlipat-lipat jumlahnya daripada biaya langsung
untuk korban kecelakaan kerja. Kerugian kecelakaan kerja yang sesungguhnya ialah jumlah
kerugian untuk korban kecelakaan kerja ditambahkan dengan kerugian-kerugian lainnya
(material/non-material) yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja tersebut. Kerugian-kerugian
(biaya-biaya) tersebut, yaitu: biaya langsung dan biaya tidak langsung.
Biaya langsung, seperti: biaya pengobatan & perawatan korban kecelakaan kerja dan
biaya kompensasi (yang tidak diasuransikan). Sedangkan biaya tidak langsung, contohnya:
kerusakan bangunan, kerusakan alat dan mesin, kerusakan produk dan bahan/material,
gangguan dan terhentinya produksi, biaya administratif, pengeluaran sarana/prasarana
darurat, sewa mesin sementara, waktu untuk investigasi, pembayaran gaji untuk waktu
hilang, biaya perekrutan dan pelatihan, biaya lembur (investigasi), biaya ekstra
pengawasan, waktu untuk administrasi, penurunan kemampuan tenaga kerja yang kembali
karena cedera, kerugian bisnis dan nama baik.
Bilamana Piramida kecelakaan kita gambarkan sebagai suatu bangunan, maka lantai
dasar dari piramida tersebut adalah 10.000 sumber bahaya. Lalu lantai kedua adalah 600
kejadian nyaris celaka , lantai ketiga adalah 30 kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan
alat, lantai keempat 10 kecelakaan ringan dan lantai teratas adalah 1 kecelakaan fatal .
Pola perbandingan rumus piramida itu adalah 1 : 10 : 30 : 600 : 10.000 .
Adanya rumus piramida kecelakaan ini, para ahli keselamatan kerja berpendapat bahwa
puncak daripada piramida tersebut dapat dihilangkan dengan cara mengurangi atau
menghilangkan beberapa kasus kecelakaan yang terjadi sebelumnya atau yang berada di
bawahnya. Dengan kata lain, bila kita hilangkan semua kasus nyaris celaka maka bentuk
bangunan piramida hanya sampai pada lantai keempat saja. Atau bilamana kita kurangi
angka kecelakaan yang berakibat rusaknya peralatan dari angka 30 menjadi 20, maka
kecelakaan ringan tidak akan mencapai angka 10. Dan kecelakaan ringan yang tidak
mencapai angka 10 ini maka tidak akan menjadikan munculnya 1 kejadian kecelakaan fatal.
C. Tindakan Pencegahan
Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan mempelajari risiko yang akan timbul
pada suatu pekerjaan. Risk atau risiko adalah ukuran kemungkinan kerugian yang akan
timbul dari sumber bahaya (hazard) tertentu yang terjadi. Risk management adalah adalah
proses menganalisa tingkat risiko, pertimbangan tingkat bahaya, dan mengevaluasi apakah
sumber bahaya dapat dikendalikan, memperhitungkan segala kemungkinan yang terjadi di
tempat kerja. Risk management dalam K3 meliputi: proses mengidentifikasi sumber bahaya,
penilaian resiko, dan tindakan untuk menghilangkan serta mengurangi resiko secara terus
menerus.
Risk Analysis adalah perkiraan kuantitatif dengan teknik matematik menggabungkan
konsekuensi dan frekuensi insiden. The development of a quantitative estimate of risk
based on mathematical techniques for combining estimates of incident consequences and
Dasar-Dasar K3 – 7
frequencies. Level of risk (tingkat risiko) adalah perhitungan antara konsekuensi/ dampak
yang mungkin timbul dan probabilitas. Adapun klasifikasi risiko diukur dan diberi peringkat:
rendah, medium, atau tinggi. Risiko dapat ditentukan oleh faktor-faktor berikut ini: sifat
pekerjaan, lokasi kerja, potensi bahaya di tempat kerja, potensi/kualifikasi kontraktor,
pekerjaan simultan, lamanya pekerjaan, pengalaman dan keahlian kontraktor
Berdasarkan teori domino effect penyebab kecelakaan kerja (H.W. Heinrich), maka dapat
dirancang berbagai upaya untuk mencegah kecelakaan kerja di tempat kerja, antara lain:
← Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pengendalian Bahaya Di Tempat Kerja
Pemantauan dan Pengendalian Kondisi Tidak Aman di tempat kerja.
Pemantauan dan Pengendalian Tindakan Tidak Aman di tempat kerja.
← Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pembinaan dan Pengawasan :
Pelatihan dan Pendidikan K3 terhadap tenaga kerja.
Konseling dan Konsultasi mengenai penerapan K3 bersama tenaga kerja.
Pengembangan Sumber Daya ataupun Teknologi yang berkaitan denga peningkatan
penerapan K3 di tempat kerja.
← Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Sistem Manajemen
Prosedur dan Aturan K3 di tempat kerja.
Penyediaan Sarana dan Prasarana K3 dan pendukungnya di tempat kerja.
Penghargaan dan Sanksi terhadap penerapan K3 di tempat kerja kepada tenaga kerja.
Pada industri konstruksi, tindakan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:
← Menugaskan personil khusus yang bertanggung jawab memanajemen kecelakaan,
kesehatan dan kebersihan lingkungan kerja atau biasa disebut sebagai K3.
← Memasang rambu-rambu peringatan seperti awas benda jatuh, awas lubang void, awas
listrik, dan rambu proyek lainya.
← Memakai alat keselamatan kerja sebagai pelindung diri seperti sepatu safety, sabuk
pengaman, helm proyek dan penutup kuping sebagai pelindung dari suara bising mesin.
← Mengadakan penyuluhan sesering mungkin dengan mengumpulkan seluruh tenaga
kerja sehingga dapat mengarahkan dan mengingatkan tentang bahaya kecelakaan
proyek dan himbauan agar berhati-hati dalam bekerja.
← Merencanakan dengan baik setiap metode pelaksanaan konstruksi, misalnya
menghitung benda berat yang akan diangkat tower crane apakah masih dalam batas
kapasitas kemampuan beban angkat.
← Menutup lubang void dan memberi ralling sementara dipinggirnya, pemasangan ralling
juga dipasang pada area tepi struktur gedung agar pekerja aman dari bahaya jatuh dari
ketinggian.
← Mewajibkan dan menugaskan personil khusus untuk mengontrol pekerja apakah sudah
menggunakan alat pengaman diri dan bekerja tanpa terkena resiko kecelakaan.
← – Dasar-Dasar K3
Para profesional dalam bidang K3, konsen dengan sumber daya manusia dan sumber
daya perusahaan. Mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
melalui pendidikan formal dan atau pengalaman di lapangan khususnya dalam bidang
K3. Banyak profesional atau ahli memiliki sertifikat setelah puluhan tahun bekerja dan
baru mengikuti pelatihan sertifikasi ahli K3. Sertifikat Ahli K3 berdasarkan peraturan
perundangan wajib dimiliki oleh setiap profesional ahli keselematan kerja. Jenis
sertifikat tergantung dari bidang keselamatan kerja yang ditangani di perusahaan, mulai
dari Ahli Keselamatan Kerja Umum (AK3U) sampai ahli K3 spesialis.
Terdapat banyak nama yang diberikan terhadap individu yang melakukan pekerjaan
dalam bidang K3. Di bawah ini beberapa nama jabatan dalam bidang K3 industri
← Ahli Higiene Industri (Industrial Hygienist). Meskipun secara umum mereka telah
mendapat pelatihan dalam bidang engineering, fisika, kimia, atau biologi, tetapi
jabatan ini juga memiliki keahlian melalui studi dan pengalaman pengetahuan
tentang efek-efek pada kesehatan bahan kimia dan agen-agen fisika dari berbagai
tingkat pemaparan. Ahli higieni industri harus terlibat di dalam monitoring dan anlisa
yang diperlukan untuk mendeteksi pemaparan dan mengetahui metode-metode yang
digunakan untuk mengendalikan faktor bahaya di tempat kerja.
← Profesional Keselamatan Kerja (Safety Professional). Merupakan seseorang
dengan spesialisasi pengetahuan dan keterampilan tertentu dan atau memiliki
pendidikan tertentu yang sesuai dengan bidang keselamatan kerja, telah mencapai
status profesional atau ahli dalam bidang keselamatan kerja. Dan mereka juga harus
telah memiliki sertifikat ahli keselamatan kerja sesuai bidang yang ditangani.
Dasar-Dasar K3 – 9
BAB II
K3 PEKERJAAN KONSTRUKSI
Bab ini berisi penjelasan mengenai k3 Pekerjaan Konstruksi. Setelah mempelajari bab ini,
mahasiswa diharapkan mampu:
←Mengetahui penyelenggaraan pekerjaan konstruksi
←Mengetahui masyarakat jasa konstruksi
←Mengetahui alat pelindung diri
←Mengetahui K3 pekerjaan tanah
←Mengetahui K3 pekerjaan struktur
←Mengetahui K3 pekerjaan pembongkaran
←Mengetahui K3 pekerjaan konstruksi baja
←Mengetahui K3 pekerjaan ruang terbatas dan di atas air
Beberapa peran masyarakat diatas merupakan suatu hal penting yang harus diketahui
penyelenggara konstruksi baik penyedia jasa konstruksi maupun pengguna jasa
konstruksi dengan demikian penyelenggaraan konstruksi lancar dan aman.
Penggunaan topi keselamatan diwajibkan untuk seluruh area kerja, kecuali area
akomodasi, kantor, dan sebagainya.
K3 Pekerjaan Konstruksi - 15
Alat pelindung mata dipakai pada semua area perusahaan dimana diketahui ada
bahaya untuk mata, termasuk: workshop/bengkel, laboratorium, pengangkatan bahan
berbahaya, pengelasan/gerinda, dan lain-lain yang ditentukan.
Pemakaian alat pelindung pernafasan saat: masuk ke dalam bejana/ ruang tertutup,
masuk ke dalam saluran, penanganan bahan kimia, area dengan penumpukan debu,
dan regu penyelamat pemadam kebakaran.
Attenuasi (daya lindung) pada frekuensi 2800-4000Hz (35-45 dB), namun pada
frekuensi biasa ( 25 s.d 30 Hz )
Pemakaian alat pelindung telinga digunakan pada semua area perusahaan yang
dianggap bising (lebih dari 85 desibel)
Di samping alat pelindung diri di atas, pekerja harus berpakaian yang komplit sesuai
dengan jenis pekerjaan yang ditanganinya seperti tukang las harus dilengkapi
jaket/rompi kulit atau minimal harus memakai kaos dan celana panjang.
K3 Pekerjaan Konstruksi - 19
Kemampuan perlindungan APD tidak sempurna disebabkan karena memakai APD yang
tidak sesuai, cara pemakaian yang salah, dan APD tidak memenuhi persyaratan. APD
akan berfungsi dengan sempurna apabila telah sesuai dengan standar yang ditentukan
dan dipakai secara baik dan benar. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
← Sediakanlah APD yang sudah teruji dan telah memiliki SNI atau standar
Internasional lainnya yang diakui.
← Pakailah APD yang sesuai dengan jenis pekerjaan walaupun pekerjaan tersebut
hanya memerlukan waktu yang singkat.
← APD harus dipakai dengan tepat dan benar.
← Jadikanlah kebiasaan memakai APD menjadi budaya. Ketidaknyamanan dalam
memakai APD jangan dijadikan alasan untuk menolak memakainya.
← APD tidak boleh diubah-ubah pemakainya, kalau memang terasa tidak nyaman
dipakai harus dilaporkan kepada atasan atau pemberi kewajiban pemakaian alat
tersebut.
← APD dijaga agar tetap berfungsi dengan baik.
← Semua pekerja, pengunjung dan mitra kerja yang ada di lokasi proyek konstruksi
harus memakai APD yang diwajibkan, seperti topi keselamatan.
Pilihlah APD dengan seksama. Tentukan peralatan APD dengan kualitas yang baik.
Jelaskan pada pengguna mengapa harus memakainya dan melindungi terhadap
bahaya apa saja. Awasi pengguna untuk memastikan bahwa APD dipakai dan
digunakan dengan benar. Perlihara APD secara periodik dan periksa kerusakan yang
terjadi. Simpan di tempat yang kering dan bersih, siapkan APD cadangan. Pastikan APD
tidak tergelatak atau dibiarkan di tempat kerja.
D. K3 Pekerjaan Tanah
Pembangunan gedung atau konstruksi lainnya memerlukan penggalian, mulai dari
parit dangkal untuk memasang pipa, hingga fondasi dalam untuk bangunan besar.
Setiap tahun pekerja meninggal atau cidera berat pada pekerjaan penggalian. Banyak
yang meninggal atau cidera karena runtuh dan jatuhnya bahan galian. Sebagian lagi
karena berhubungan dengan sarana bawah tanah. Pekerjaan tanah harus direncanakan
dan dilaksanakan dengan benar untuk mencegah kecelakaan. Secara umum jenis
pekerjaan tanah antara lain: galian, timbunan, pemadatan, dan bawah tanah. Aspek K3
pada pekerjaan tanah menyesuaikan dengan karakteristik tanah, apakah tanah lempung
basah, tanah lempung kering, tanah cadas, tanah pasir basah, tanah pasir kering, tanah
kerikil, atau tanah lumpur
20 – K3 Pekerjaan Konstruksi
PENGGALIAN
Penggalian dengan kedalaman kurang dari 1,2 m tidak menimbulkan risiko serius
bagi orang yang bekerja di dalamnya. Penggalian dengan kedalaman lebih dari 1,2 m
perlu perencanaan yang matang. Sebelum menggali saluran, lubang, terowongan, atau
penggalian lainnya, putuskan penahan sementara jenis apa yang dibutuhkan dan
rencanakan apa yang akan dilakukan terhadap: 1) runtuhnya dinding samping, 2)
jatuhnya bahan-bahan mengenai pekerja yang berada di galian, 3) terperosoknya orang
dan kendaraan pada galian, 4) pengaruhnya pada struktur lain di dekatnya, dan 5)
fasilitas atau sarana bawah tanah.
Pastikan peralatan dan tindakan pencegahan yang diperlukan seperti: penutup,
penyangga parit dan sebagainya tersedia di tempat sebelum pekerjaan dimulai. Bila
informasi tentang hasil tes tanah atau percobaan pada lubang tersedia, maka akan
dapat membantu memberikan data kondisi seperti apa yang akan ditemukan di
lapangan, yang dapat membantu perencanaan.
Runtuhnya Tanah
Cegah robohnya dinding samping dengan membentuk kemiringan yang aman atau
menahannya dengan papan pengaman atau sistem penahan lainnya yang sesuai. Buat
pencegahan yang sama pada bagian depan.
Pasang penahan tanpa menundanya begitu penggalian dilakukan. Jangan bekerja di
atas penahan. Pekerja harus dipimpin oleh seorang supervisor yang ahli. Berikan
petunjuk yang jelas pada pekerja.
Contoh dinding penahan runtuhnya tanah untuk galian lebih dari 1,8 m dalamnya.
K3 Pekerjaan Konstruksi - 21
Seorang yang ahli yang mengetahui tentang bahaya dan pencegahan yang diperlukan
harus memeriksa penggalian pada awal akhir setiap giliran pekerja (shift). Penggalian
juga harus diperiksa setelah terjadinya sesuatu yang mungkin berdampak pada
kekuatan dan stabilitasnya, atau setelah jatuhnya sebuah batu atau tanah. Diperlukan
catatan pemeriksaan. Perbaiki setiap kekeliruan yang ditemukan.
22 – K3 Pekerjaan Konstruksi
Gambar.
Solusi atas kejadian tersebut adalah dengan mengurangi tekanan ke arah retaining wall
dan daya dorong yang akan terjadi, beri penopang horizontal (shoring) yang kuat.
24 – K3 Pekerjaan Konstruksi
ASPEK LAINNYA
Pastikan adanya tangga atau jalan lain untuk masuk atau keluar dari lubang galian
dengan aman. Pertimbangkan adanya uap-uap berbahaya, jangan menggunakan mesin
bensin atau diesel dalam penggalian tanpa membuat perencanaan penyaluran uap
keluar dengan aman, atau penyediaan ventilasi untuk membuang uap keluar. Jangan
menempatkan peralatan dengan mesin bensin atau diesel seperti generator atau
kompresor di dalam, atau dekat pinggiran suatu lubang galian, gas buangannya dapat
mengumpul dan berakumulasi.
← Penopangan
(i) Jika membuat penopang kayu yang digunakan harus diperiksa dan dalam
keadaan baik
(ii) Jika membuat penopang harus didirikan oleh pekerja yang berpengalaman
di bawah kendali orang yang berkompeten dalam teknik-teknik ini
(iii) Jika membuat penopang harus diperiksa sebelum lubang galian digunakan
(iv) Penopang dapat pula berupa: kotak parit (trench boxes) dengan batang-
desak hidrolik, atau dinding tiang-turap logam
← Material jatuh ke dalam lubang galian
← Meletakkan tanah hasil galian, tanaman, atau material jauh dari tepian lubang
galian
← Memasang pijakan kaki (toe board) di sepanjang tepian bukaan galian untuk
mencegah material gembur jatuh
← Orang jatuh ke dalam lubang galian
← Jika kedalaman lubang melebihi 2 m, pasang pembatas yang kokoh
(substantial barrier)
← Pagari sekelilingnya jika masyarakat umum mendekati lubang
← Kendaraan jatuh ke dalam lubang galian
← Pasang penghalang atau kayu stopan (stop-log) yang sesuai, dicat khusus
agar tampak menonjol
← Jika perlu mencurahkan sesuatu ke dalam lubang galian, pasanglah balok
stopan (stop-block) pada jarak yang cukup dari bibir galian
← Struktur yang bersebelahan
← Periksa fondasi atau footing struktur
← Jika risikonya dapat melemahkan struktur tersebut, pasang batang-topang
sebelum penggalian
← Fasilitas layanan publik
← Meliputi gas, air, listrik, dan telepon
← Tetapkan jalur publik dengan: (a) mencari dari denah wilayah setempat, (b)
menggunakan detektor pipa/kabel (alat ini tidak dapat mendeteksi pipa plastik)
← Laporkan kepada penyedia jasa layanan jika terjadi kerusakan
← Gas dan Uap
← Dari mesin, ketel uap, tabung elpiji, zat pelarut, dan sebagainya
← Periksalah atmosfer di lubang galian sebelum pergantian giliran kerja
← Alirkan uap menjauhi lubang galian, atau
← Sediakanlah ventilasi udara segar yang memadai
K3 Pekerjaan Konstruksi - 27
Uap masih dapat berada di dalam lubang galian beberapa saat setelah
sumbernya dimatikan/dipindahkan
Genangan Air
Menyediakan tangga yang sesuai untuk keluar
Menyediakan pompa dengan kapasitas yang memadai untuk menjaga lubang
galian tetap kering
Inspeksi atau pengawasan memegang peranan penting dalam mencegah kecelakaan.
Inspeksi dapat dilakukan untuk: (a) seluruh lubang galian (dilakukan sebelum
digunakan dan setiap hari ketika digunakan); (b) lubang galian dengan kedalaman
lebih dari 1,98 m (dilakukan setiap awal pergantian giliran kerja)
K3 Pekerjaan Struktur a.
Pekerjaan Bekisting
Anjungan Kerja yang Aman
Anjungan kerja adalah bagian dari struktur, dimana orang berdiri untu bekerja. Selain
didukung dengan baik dan diberi pagar pengaman atau pelindung, anjungan kerja harus:
Cukup lebar supaya pekerja dapat berjalan maju dan mundur dengan aman dan
menggunakan peralatan atau bahan yang diperlukan untuk bekerja, paling tidak
lebarnya 60 cm.
Bebas dari bagian terbuka dan lubang yang dapat menyebabkan kaki terperosok,
jatuh atau cedera lainnya.
Dibuat untu mencegah bahan-bahan yang terjatuh. Juga dibuat papan pengaman
atau sejenis pada pinggiran anjungan.
Dijaga dari bahaya tersandung dan terpeleset. Jika memungkinkan sediakan
pegangan tangan dan penahan kaki. Jaga anjungan tetap bersih dan rapi.
Ketentuan Umum Keamanan Perancah
Sediakan perancah untuk semua pekerjaan kecuali bila dapat dilakukan dengan
aman dari lantai atau tanah
Perancah dirancang, dibangun, diubah dan dibongkar oleh petugas yang ahli dan
dipimpin oleh supervisor yang ahli
Semua perancah harus dirancang, dibangun, dan dipelihara sesuai dengan petunjuk
dari produsennya dan standar industri
Bagian-bagian dari perancah yang rusak atau lemah harus segera diperbaiki atau
diganti
Jangan menggabungkan bagian-bagian perancah dari produsen yang berbeda
28 – K3 Pekerjaan Konstruksi
Perancah diletakkan pada pondasi yang kuat dan rata. Tanah atau pondasinya
harus mampu menahan berat perancah dan berbagai beban yang akan
diletakkan di atasnya. Hati-hati terhadap rongga-rongga seperti ruang bawah
tanah atau timbunan tanah lembek yang mengakibatkan anjungan dapat roboh
bila memperoleh beban. Berikan pendukung tambahan bila diperlukan
Jangan menggunakan kotak, drum, batu bata, atau blok beton untuk mengganjal
atau mendukung perancah
Perletakkan perancah harus datar
Diatahan dan diikat pada suatu struktur permanen atau lainnya yang stabil. Rangka
ini akan stabil bila ditahan dan ditegakkan dengan baik. Letakkan penghubung
rangaka pada tempatnya saat perancah ditegakkan
Perancah harus mampu menahan beban yang akan diletakkan di atasnya.
Perancah biasanya tidak dirancang untuk memikul beban berat di atas anjungan
kerjanya. Rancangan perancah adalah untuk dapat menahan setidaknya 4 kali
beban yang mungkin ada dari beban kerja dan bahan-bahan bangunannya
Rangka, lantai kerja, tangga naik, lantai dasar perancah harus bersih dari minyak,
gemuk, lumpur, dan bahan-bahan lain yang dapat membahayakan
penggunaannya
Lebar perancah lantai kerja harus cukup untuk bekerja dan meletakkan bahan-
bahan. Lebarnya jangan kurang dari 46 cm.
Papan-papan perancah didukung penuh dan tidak menggantung
Bila di atas perancah ada orang yang bekerja maka perancah harus diberi pelindung
untuk pekerja yang sedang menggunakannya. Pelindung ini jangan
lebih tinggi dari 3 m di atas lantai kerja perancah. Terbuat dari papan atau bahan
lain yang cukup kuat.
Manajemen pekerjaan bekisting antara lain:
Rute aman harus disediakan pada tiap bagian dari bangunan
Bagian bentuk perancah dari pendukung rangkanya bekisting yang menyebabkan
tergelincir harus ditutup rapat dengan papan.
Bentuk sambungan rangka bekisting menara harus direncanakan mampu
menerima beban eksternal dan faktor keselamatan harus diperhitungkan,
Titik-titik penjangkaran perancah gantung yang mendukung bekisting harus
terpancang dan mempunyai daya tahan yg kuat.
Perancah gantung yang digunakan pada bagian luar bangunan yang berbentuk
cerobong harus dijangkarkan untuk menahan kekuatan angin.
(sumber: http://sipilworld.blogspot.co.id/2013/02/k3-pekerjaan-struktur_3054.html)
K3 Pekerjaan Konstruksi - 29
Perancah Menara
Perancah menara dapat dipasang dengan cepat dan dapat memberikan sarana yang
aman dan baik. Namun alat ini menyebabkan sejumlah kecelakaan setiap tahunnya.
Kecelakaan-kecelakaan ini terjadi dikarenakan perancah dipasang dengan tidak benar
atau digunakan secara tidak benar. Bila suatu perancah menara akan digunakan maka:
Ikuti petunjuk produsen dalam pemasangan, penggunaan, dan pembongkarannya.
Miliki salinan dari instruksi penggunaan yang tersedia bila perancah disewa.
Perusahaan harus menyediakan informasi ini.
Menara harus tegak lurus dan kakinya duduk dengan baik pada tanah yang keras dan
rata
Kuncilah setiap roda penyangga, alat plat akan memberikan stabilitas yang lebih besar
bila menara tidak harus dipindahkan
Sediakan sarana yang aman untuk mencapai dan meninggalkan anjungan kerja di
atasnya, contohnya tangga dalam. Memanjat dari bagian luar dapat
mengakibatkan menara terguling.
Pasang pelindung pinggiran (pagar pengaman atau pelindung lain yang sesuai dan
papan pelindung) pada anjungan dari tempat dimana orang dapat terjatuh dari
ketinggian 2 m atau lebih
Ikatlah menara dengan kuat pada struktur yang sedang dilayani atau buat pendukung
tambahan yang lain bila:
Menara bertingkat
Kelihatannya ada angin yang kuat
Digunakan untuk penyemprotan udara atau air bertekanan
Bahan yang berat diangkut dari bagian bawah menara
Dasar menara terlalu kecil untuk memberikan stabilitas pada ketinggian menara
Bila diperlukan penyangga periksa letaknya, apakah sudah sesuai setelah perancah
berdiri. Pastikan bahwa perancah diperiksa dari waktu ke waktu
Jangan menggunakan tangga berdiri pada anjungan kerjanya atau memberikan beban
horizontal lainnya yang dapat menggoyangkan menara
Jangan memberikan beban yang lebih kepada anjungan kerja
30 – K3 Pekerjaan Konstruksi
Pekerjaan Pembesian
Manajemen Pekerjaan Pembesian antara lain:
Pemasangan besi beton yang panjang harus dikerjakan oleh pekerja yang cukup
jumlahnya, terutama pada tempat yang tinggi, untuk mencegah besi beton
tersebut meliuk / melengkung dan jatuh.
Pada waktu memasang besi beton yang vertikal, pekerja harus berhati-hati agar
besi beton tidak melengkung misalnya dengan cara mengikatkan bambu atau
kayu sementara.
Memasang besi beton di tempat tinggi harus memakai perancah, dilarang keras
naik / turun melalui besi beton yang sudah terpasang.
Ujung-ujung besi beton yang sudah tertanam harus ditutup dengan potongan
bambu atau lainnya, baik setiap besi beton masing-2 atau secara kelompok
batang besi, untuk mencegah kecelakaan fatal.
Bila menggunakan pesawat angkat ( kran / crane ) untuk mengangkat atau
menurunkan sejumlah besi beton, harus menggunakan alat bantu angkat yang
terbuat dari tali kabel baja ( sling ) untuk mengikat besi beton menjadi satu dan
pada saat pengangkatan atau penurunan harus dipandu oleh petugas (misal
dengan memakai peluit).
Pengangkatan atau penurunan ikatan besi beton harus mengikuti prosedur operasi
pesawat angkat (crane).
Semua pekerja yang bekerja di tempat tinggi harus dilengkapi dan menggunakan
sabuk pengaman, sarung tangan, sepatu lapangan , helm dan alat pelindung
diri lain yang diperlukan
Pekerjaan Beton
Pada pekerjaan beton, baik pencetakan dan pengecoran beton, risiko utama yang
dialami pekerja antara lain: orang jatuh selama merangkai besi dan mendirikan
cetakan beton, robohnya cetakan beton, atau cetakan beton yang salah, bahan-
bahan yang jatuh, debu silika dari pekerjaan pembersihan, lengan dan punggung
terkilir karena mengencangkan baja.
Adapun pengamanan yang dapat dilakukan:
Ketentuan tentang metode keselamatan dan kesehatan kerja telah disetujui
sebelum pekerjaan dimulai dan diikuti
Pagar pengaman atau penghalang lain yang sesuai untuk mencegah terjatuh
dipasang sesuai rencana kerja
Para pekerja mempunyai jalan ke tempat kerja yang aman
K3 Pekerjaan Konstruksi - 31
Pekerjaan Shotcrete
Pekerja yang bertugas mengoperasikan alat penyemprot harus memakai APD
yang cukup antara lain : masker pelindung pernafasan, kaca mata
pelindung debu, sarung tangan dan sepatu karet.
Campuran semen dapat menyebabkan penyakit kulit. Iritasi dan alergi dapat
disebabkan oleh adanya kontak langsung dengan semen basah, dan
apabila paparan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kulit terbakar.
Pekerjaan di Ketinggian
Pekerjaan di ketinggian memiliki risiko jatuh lebih besar. Tercatat 50% kecelakaan
yang menyebabkan kematian dalam industri konstruksi adalah jatuh. Kecelakaan
jatuh dapat dicegah bila peralatan yang benar disediakan dan digunakan dengan
benar. Secara khusus pencegahan perlu dilakukan jika ada kemungkinan jatuh
dengan ketinggian lebih dari 2 meter. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam
merencanakan pekerjaan di tempat ketinggian adalah menyediakan tambahan
strukur yang memungkinkan adanya jalan yang aman dan penyediaan tempat kerja
yang aman.
Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan akibat jatuh adalah
dengan memeriksa lantai karena akan menyangga beban dari pekerja, bahan, dan
peralatan yang digunakannya, apakah lantai stabil atau tidak akan terguling?,
contohnya, perancah, biasanya perlu diikat pada struktur penyangga. Selain itu,
dipasang pagar pengaman dan pelindung pada tepainnya, termasuk tepian lantai-
lantai, lubang-lubang pada lantai, tepian atap, dan tepian lantai kerja.
Pagar pengaman, papan pelindung, dan pelindung sejenis lainnya memiliki
persyaratan, antara lain:
32 – K3 Pekerjaan Konstruksi
Terbuat dari bahan yang cukup kuat untuk mencegah orang jatuh dan mampu
mendukung muatan-muatan lainnya yang diletakkan di atasnya.
Terikat pada struktur, atau bagian dari struktur yang mampu menahannya.
Termasuk:
Pagar pengamanan utama setinggi 91 cm di atas setiap pinggiran dimana
orang dapat jatuh
Papan pelindung setinggi 15 cm
Pagar pengaman perantara dalam jumlah yang cukup, atau penempatan
alternatif yang sesuai sehingga bagian antara yang tak terlindung tidak
melebihi 47 cm
Penghalang lain selain pagar pengaman dan papan pelindung juga dapat
digunakan, asalkan tingginya 91 cm, terikat, dan dapat memberikan
standar pengamanan yang sesuai terhadap kemungkinan kejatuhan
dan tergulingnya bahan-bahan atau tersepak dari pinggiran laintai.
Upaya pengamanan bekerja di tempat tinggi, yaitu:
Periksa apakah sudah ada metode yang aman untuk memasuki atau keluar dari
lokasi kerja.
Tentukan peralatan apa yang sesuai dan tersedia di tempat kerja serta
kondisinya.
Pastikan bahwa peralatan atau anjungan kerja dan setiap pinggiran lantai
dimana orang mungkin jatuh telah diberi pagar pengaman dan papan
pelindung, atau penghalang lainnya.
Pastikan bahwa alat-alat yang diperlukan telah diletakkan di lapangan pada
waktunya dan lapangan juga telah disiapkan untuk itu.
Periksa apakah peralatan dalam keadaan baik dan pastikan pula bahwa orang
yang bersama dengan peralatan tersebut telah dilatih dan mengetahui apa
yang dikerjakannya.
Berikan pelindung untuk sabuk mesin, puli, roda gigi, rantai, piringan, dan
bagian yang berputar dari mesin-mesin. Jangan melepas atau membuang
pengaman, alat keselamatan dari peralatan yang ada, kecuali untuk
perbaikan atau keperluan penyetelan, dan juga setelah sumber dayanya
dimatikan.
Pasang kembali pengaman dan alat keselamatannya setelah pekerjaan
perbaikan atau penyetelah selesai.
Salurkan dengan baik gas-gas buang berbahaya
K3 Pekerjaan Konstruksi - 33
F. K3 Pekerjaan Pembongkaran
Pembongkaran adalah salah satu konstruksi yang paling berbahaya dibanding
dengan kegiatan lain. Oleh sebab itu banyak peraturan-peraturan yang di terapkan di
pembongkaran konstruksi, untuk meminimalkan cedera ataupun kematian. Ada
beberapa potensi kecelakaan yang dapat terjadi antara lain: 1) Jatuh dari ketinggian
atau pada tingkat yang berbahaya; 2) Kejatuhan puing runtuhnya struktur yang sedang
dibongkar; dan 3) Kebakaran dan ledakan dari penggunaan bahan mudah terbakar.
Sebelum pekerjaan dimulai harus dilakukan penyelidikan yang kompeten untuk
menentukan bahaya dan risiko terkait yang dapat mempengaruhi pekerja
pembongkaran dan anggota masyarakat yang berada di dekat lokasi pembongkaran.
Penyelidikan yang dilakukan meliputi antara lain :
Beban daya dukung tanah
Resiko terhadap penduduk sekitar pembongkaran
Kehadiran zat radioaktif
Keselamatan publik termasuk penyediaan pagar tinggi atau papan
Bentuk pembongkaran ada 2 macam yaitu: 1) Alat mekanis, yang terdiri dari: Bor
Pneumatik Crane, Bola Pembongkaran, Lengan pusher Hidrolik; 2) Bahan peledak Hal-
hal yang harus dilakukan sebelum pembongkaran antara lain :
Mengembangkan sistem kerja yang aman
Menghapus kaca dari semua jendela untuk menghindari kaca pecah
Melindungi masyarakat dengan membatasi akses ke tempat pembongkaran
Membuat peraturan dan menjamin keselamatan bagi pembongkar
(Sumber: http://www.ilmutekniksipil.com/keselamatan-dan-kesehatan-kerja/k3-bahaya-
pembongkaran-pekerjaan)
Perlu dicatat bahwa tuntutan untuk mencegah bahaya tersebut, sepanjang dapat dilakukan,
yaitu pertanyaan tentang kepraktisan dan biaya pengambilan tindakan pencegahan tidak
termasuk ke dalam pertimbangan.
Pekerjaan perobohan gedung tunduk pada CDM dan harus direncanakan dan
dilaksanakan dengan baik, Ada tiga fase yang menjadi pertimbangan:
Merencanakan Pekerjaan
Bahaya terhadap kesehatan
Metode kerja.
Merencanakan Pekerjaan
Pada tahap awal, pertimbangan diberikan kepada:
Jenis struktur atau gedung
Kondisinya
Keberadaan layanan - baik berjalan maupun tidak
Adanya sisa substansi-substansi berbahaya dari pemakai sebelumnya, seperti
asbes, material yang mudah terbahakar dan beracun
Pengaruh dari atau terhadap bangunan yang berdekatan
Akses ke tempat konstruksi untuk peralatan
Penyimpanan material hasil pembongkaran
Pembuangan puing-puing dan sisa galian
Program kerja:
Urutan pekerjaan
Metode kerja:
Mempersiapakan pernyataan metode
Sistem kerja termasuk ijin kerja
Pemilihan kontraktor
Yang kompeten
Berpengalaman dalam jenis perobohan tersebut
Menyediakan penyeliaan yang kompeten
Hanya mesin dan kernet yang boleh berada disekitar 6 m dari gedung yang dirobohkan
mesin harus memiliki ruang bebas (clear working space) 6 m dari gedung
gedung tidak boleh dimasuki ketika perobohan dimulai
Peruntuhan secara bertahap
strukturnya diperlemah terlebih dahulu kemudian gunakan bahan peledak atau tali
penarik (wire rope pulling)
Catatan: teknik ini memerlukan pengetahuan tentang kekuatan sturktur bangunan dan
hanya boleh dilakukan oleh pihak yang berkompeten dibawah penyeliaan yang ketat.
Peledakan
digunakan hanya oleh tenaga ahli yang memiliki pengetahuan tentang:
isian dan ukuran pemicu
perlindungan ledakan yang diperlukan
area zona pengecualian/eksklusi
program pemicu ledakan
cara menangani kegagalan ledak
tindakan pencegahan peledakan terlalu awal akibat gangguan radio dan yang
sejenisnya
tanda peringatan dan menjaga zona eksklusi
pengaturan keamanan untuk tempat penyimpanan bahan peledak
Penarikan dengan tali (wire rope pulling)
tidak boleh digunakan pada struktur dengan ketinggian lebih dari 21 m
menggunakan kawat baja dengan diameter minimum 38 mm
jarak kendaraan penarik atau wins dari gedung sedikitnya dua kali tinggi gedung
kendaraan penarik atau wins memiliki kabin atau kurungan baja untuk melindungi
operator
zona eksklusi diperluas dari gedung dan di setiap sisi tali pada jarak sedikitnya tiga
perempat jarak wins atau kendaraan penarik dari gedung
jika penarikan gagal:
* gedung atau struktur tersebut tidak boleh didekati atau dimasuki
alat-alat mekanik lainnya perlu digunakan untuk menyelesaikan perobohan
Dalam pekerjaan struktur baja, pada tahap erection hal-hal yang perlu mendapatkan
perhatian pada saat melakukan pemindahan material menggunakan pesawat angkat
adalah : Beban yang diangkat dan kestabilan pengangkatan termasuk pesawat angkatnya.
Pada pekerjaan ereksi struktur baja, banyak menggunakan penyambungan antar beam dan
kolom dengan menggunakan baut tegangan tinggi.
Yang perlu diperhatikan pada pemasangan baut tersebut adalah :
Terjadinya gaya berlebihan pada gaya eksternal dan gaya geser (bearing force)
Batasan kekuatan pengunci mur baut (torque control)
Step/tahap penguncian mur-baut (sequence)
Metode penyambungan:
Metode penyambungan baut
Metode penyambungan baut tegangan tinggi dan
Metode penyambungan las.
persiapan pengamanan yang baik untuk mencegah terjadinya akibat yang fatal bila terjatuh
ke air.
Ruang Terbatas
Udara didalam ruang terbatas menjadi tidak dapat digunakan untuk bernafas oleh gas-gas
dan uap-uap beracun, atau oleh kurangnya oksigen. Ventilasi alami yang ada tidak cukup
guna menjaga udara yang baik untuk bernafas. Dalam beberapa kasus gas-gas itu mungkin
mudah terbakar, dengan demikian ada resiko kebakaran atau peledakan.
Ruang kerja mungkin terbatas, menyebabkan pekerja dekat dengan bahaya-bahaya
lainnya seperti mesin-mesin yang bergerak, listrik, ventilasi dan pipa uap air. Pintu masuk
ruang terbatas, sebagai contoh, suatu lubang, mungkin dapat lebih menyulitkan
penyelamatan atau pertolongan dalam suatu keadaan darurat.
Beberapa tempat menjadi berbahaya karena uap dari pekerjaan yang dilakukan.
Upayakan bahaya-bahaya dikeluarkan dari ruang terbatas. Jangan menggunakan
mesin-mesin bensin atau diesel karena gas buangnya beracun. Cat, lem, dsb dapat
memberikan uap-uap berbahaya. Pastikan bahwa ruang terbatas memiliki ventilasi
yang cukup untuk membuat udara sehat untuk bernafas. Ventilasi mekanis mungkin
di perlukan.
dengan aman, pertama-tama mencoba suatu cara mengerjakan pekerjaan tersebut tanpa
harus memasuki ruang terbatas.
Mencegah Tenggelam
Ada resiko tenggelam di samping, di atas, lewat didekat, menyebrangi air, berupa laut,
danau atau sungai saat bekerja atau menuju ked an dari tempat kerja. Orang juga dapat
tenggelam dalam cairan lainnya seperti lumpur, campuran kimia di pabrik, dsb.
Untuk mencegah tenggelam, sediakan:
Pengaman untuk mencegah orang terjatuh ke air atau cairan lainnya. Pada kebanyakan
kasus pagar pengaman dan papan penahan atau penghalang sejenis diperlukan
pada pinggiran terbuka. Di pabrik dan beberapa lokasi lain memungkinkan untuk
menutup permukaan cairannya.
Jaket pelampung dan alat pelampung, perlengkapan pelindung diri harus dikenakan bila ada
kemungkinan terjatuh atau bila resikonya besar. Pastikan bahwa orang yang perlu
mengenakan perlengkapan pelindung telah diberikan latihan penggunaannya dan apa
yang dilakukan dalam keadaan darurat. Pada sungai yang mengalir, tali yang
akan ditangkap orang yang terjatuh di air dapat dibentangkan dari kedua sisi sungai.
Orang-orang juga dalam resiko tenggelam sewaktu melakuakan perjalanan dengan kapal
untuk mencapai tempat kerja, sebagai contoh pekerjaan pada di kapal, di sungai, di
bendungan dan di pulau-pulau. Setiap kapal yang digunakan untuk mengangkut orang ke
dan dari tempat kerja harus:
Konstruksi kapalnya sesuai
Dirawat dengan baik
Dibawah pengawasan seseorang yang mampu
Jangan terlalu penuh atau kelebihan muatan.
K3 Angkat dan Angkut – 43
BAB III
K3 PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT
Bab ini berisi penjelasan mengenai K3 Angkat dan Angkut. Setelah mempelajari bab ini,
mahasiswa diharapkan mampu:
Mengetahui jenis pesawat angkat dan angkut
Mengetahui potensi bahaya pekerjaan angkat dan angkut
Mengetahui tindakan pengendalian pekerjaan angkat dan angkut
Pada industri konstruksi, pesawat angkat dan angkut sudah lumrah digunakan. Pesawat
angkut dan angkat digunakan untuk mengangkat atau memindahkan sebuah barang dengan
jarak, besar dan berat tertentu yang sulit untuk dilakukan ataupun tidak mungkin dilakukan
dengan tenaga manusia. Pesawat pengangkat juga dapat diartikan sebagai kelompok mesin
yang bekerja secara periodik yang didesain alat pengangkat dan pemindah muatan yang
dapat digantungkan secara bebas atau diikat pada crean. Peraturan tentang alat angkat
angkut dapat dilihat pada Permenaker No 05 Tahun 1985 Tentang Pesawat Angkat Angkut.
Disempurnakan dengan Permenaker No. 09 Tahun 2010. Namun pada kenyataannya masih
ditemukan penyedia belum memiliki pengesahan pemakaian, termasuk operator yang belum
memiliki sertifikat/ lisensi. Dilihat dari aspek K3, pesawat angkat dan angkut merupakan
sumber bahaya yang dapat mengakibatkan timbulnya kecelakaan kerja apabila tidak
memenuhi syarat/ standar K3 dan atau operatornya tidak berkompeten. Oleh karena itu,
perlunya pemeriksaan, pembinaan dan teguran agar pengurus dan operator mematuhi
syarat-syarat K3 dalam pemakaian sesuatu pesawat angkat dan angkut.
Pesawat angkat dan angkut ialah suatu pesawat atau alat yang digunakan untuk
memindahkan, mengangkat muatan baik bahan atau barang atau orang secara vertikal dan
atau horizontal dalam jarak yang ditentukan. Peralatan angkat ialah alat yang dikonstruksi
atau dibuat khusus untuk mengangkat naik dan menurunka muatan. Pita Transport ialah
suatu pesawat atau alat yang digunakan untuk memindahkan muatan secara continue
dengan menggunakan bantuan pita. Pesawat angkutan diatas landasan dan diatas
permukaan ialah pesawat atau alat yang digunakan untuk memindahkan muatan atau orang
dengan menggunakan kemudi baik di dalam atau di luar pesawat dan bergerak di atas suatu
landasan maupun permukaan.
44 – K3 Angkat dan Angkut
Gambar. Forklift
2. Pneumatic Handling Device
Cara pengangkutan dengan menggunakan media berupa udara, gas sebagai sarana
pengangkutannya
Macam-macam Crane
1. Overhead travelling crane.
Overhead travelling crane merupakan salah satu jenis crane, yang berupa jembatan
melintang diatas kepala yang umumnya terbuat konstruksi rangka batang yang ditutup atau
dilapis plat baja. Mekanisme ini sering disebut troli yang juga dilengkapi dengan alat-alat
hingga sedemikian rupa untuk menghasilkan beberapa gerakan antara lain pengangkatan
benda (hoisting sistem) dan jalan melintang pada jembatan.
46 – K3 Angkat dan Angkut
Gambar. Escalator
2. Screw conveyor
Screw conveyor adalah conveyor yang berfungsi untuk mengangkut bahan padat berbentuk
halus. Alat ini terdiri dari baja yang memiliki spiral atau helical fin yang terpasang pada shaft
dan berputar dalam suatu saluran berebentuk U (through) tanpa bersentuhan sehingga
helical fin mendorong material.
Gambar. Forklift
2. Loader
Loader atau wheel loader adalah alat yang digunakan untuk mengangkat material yang
akan dimuat kedalamdumptruck atau memindahkan material ke tempat lain. Saat loader
menggali, bucket didorongkan pada material, jika bucket telah penuh maka traktor mundur
dan bucket diangkat ke atas untuk selanjutnya dipindahkan.
K3 Angkat dan Angkut – 51
Gambar. Loader
3. Excavator
Excavator adalah alat berat yang biasa digunakan dalam industri konstruksi, pertanian atau
perhutanan. Mempunyai belalai yang terdiri dari dua tungkai; yang terdekat dengan body
disebut boom dan yang mempunyai bucket (ember keruk) disebut dipper.
Gambar. Excavator
4. Aerial Platform Truck
52 – K3 Angkat dan Angkut
Potensi bahaya pada pekerjaan angkat dan angkut, yaitu: kejatuhan benda dari ketinggian,
terpukul ayunan hoke/ beban, jatuh dari ketinggian, bahaya sentuh langsung / tidak langsung
listrik, dan terjepit.
Potensi penyebab:
Bahan tidak memenuhi syarat, misal: kesalahan bahan baku, penuaan/ kerapuhan bahan,
dan deformasi
Konstruksi, misal: gambar desain, detail sambungan, dan perhitungan kekuatan
Peralatan pengaman, apakah tidak lengkap, tidak sesuai dengan standar, atau tidak
berfungsi
Pemeriksaan tidak lengkap
Perawatan/ pelayanan, misalnya kerusakan yang kurang diperhatikan, sling tidak dirawat,
pengikatan yang tidak memenuhi standar, atau steel wire rope (SWR) cacat.
Kurangnya ketrampilan, misalnya tidak mampu memperkirakan berat beban, pengangkatan
beban tidak sentris, komunikasi terganggu, mengangkat beban tanpa tagline,
pengikatan salah, atau tidak mematuhi perundang-undangan
Faktor lain, misalnya: sling putus tiba-tiba, sambaran petir, sabotase, dan force major
K3 Angkat dan Angkut – 53
Tindakan pengendalian kecelakaan pada pesawat angkat dan angkut yang berkaitan
dengan operator dan petugas telah diatur oleh Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 09
Tahun 2010.
Tindakan pengendalian yang dapat dilakukan pada saat proses lifting pada tower crane
Periksa kelayakan alat angkat, sesuaikan SWL (Safety Weight Load) dengan beban
yang akan diangkat.
Mintalah operator crane menunujukan safety device crane yang ada dan mintalah
penjelasan mengenai fungsinya, berikut contoh safety device minimum yang ada di
crane.
Boom limit switch : pengaman pada crane untuk mencegah berlebihnya derajat angkat
sehingga beam dari crane tersebut menabrak ke body utama dari crane dan dapat
berakibat hilangnya ke stabilan saat proses lifting dan beban dapat jatuh atau menabrak
pada beam crane itu sendiri (terdiri dari penunjuk derajat / pointer dan angle plate).
Hook Latch :pengaman pada hook crane yang berguna untuk mengunci beban yang
dikaitkan pada hook agar tidak terlepas dari hook itu sendiri.
Over hoist Limit switch : Pengaman pada crane yang berfungsi untuk menahan ketika
terjadi over height pada saat lifting yang dapat berakibat terlepasnya hook dan beban
menjadi tidak stabil.
Cocokan foto yang ada di SIO operator dan rigger, periksa kembali data-data yang
diperlukan dalam proses pengangkatan.
Data-data yang diperlukan pada saat sebelum dilakukan proses lifting adalah:
Dimensi dari peralatan (tinggi dan panjang)
Berat Beban yang akan di angkat : berat peralatan + lifting tackle (pengait / hook) +
Hook block pengunci hook) + wire rope yang berada di bawah boom + fly jib dan
hook block yang terpasang pada nya.
Radius dari peralatan yang akan diangkat
Derajat kemiringan dari peralatan yang akan di angkat, di mana crane tersebut juga
bergerak atau berpindah tempat saat proses pengangkatan dengan membawa
beban
Counter Weight (beban penyeimbang)
Arah angin secara spesifik
Kondisi ruang kemudi
Jarak antara boom dengan peralatan yang akan diangkat
Kekuatan tanah pijakan Crane (Lembut / berair, berlumpur atau tanah keras
K3 Angkat dan Angkut – 55
Perhatikan juga kondisi sling. Sling merupakan alat bantu dalam pekerjaan lifting, terbuat
dari material seperti rantai, kawat, baja atau bahan sistetis, yang diikatkan dan dieratkan
pada benda atau beban yang akan diangkat dan dikaitkan pada hook crane pada saat
proses lifting. Lakukanlah inspeksi singkat terhadap kelayakan crane terutama pada bagian
sling, shackle (jika menggunakan), hook, pulley, dan periksa system hydroliknya pastikan
tidak ada bocor dan rembesan oli, untuk memastikan SWL sling kita bisa menggunakan
rumus sederhana berikut ini:
SWL = D X D X 8
Lebih banyak lagi yang menderita cedera dalam waktu lama karena mereka terbiasa
mengangkat atau membawa benda-benda yang berat atau canggung.
Rencanakan semua pekerjaan penanganan bahan untuk menghindari resiko cedera.
Bila memungkinkan, hindarkan orang mengangkat barang samasekali. Bila memungkinkan,
sediakan alat bantu penanganan mekanis, untuk menghindari cedera akibat penanganan
secara manual. Pastikan semua peralatan yang digunakan untuk pengamanan bahan selalu
dalam kondisi baik dan digunakan oleh pekerja yang terlatih dan mampu.
PENANGANAN BARANG
Rencana Penanganan
Sebelum pekerjaan dimulai, putuskan cara penanganan bahan semacam apa yang
digunakan dan peralatan apa yang akan diperlukan.
Hindarkan penanganan ganda karena akan meninggalkan ressiko dan tidak efisien.
Pastikan bahwa setiap peralatan tepat waktu dikirim ke lokasi dan lokasinya juga telah
dipersiapkan.
56 – K3 Angkat dan Angkut
Pastikan bahwa peralatan telah diatur dan dioprasikan hanya oleh pekerja yang terlatih
dan berpengalaman.
Koordinasikan kegiatan dilokasi sedemikian rupa sehingga operasi pengangkatan tidak
membahayakan pekerjalainnya, dan/atau sebaliknya.
Upayakan pemeriksaan peralatan dilakukan secara teratur dan bila perlu priksa dan diuji
oleh seseorang yang mengerti sepenuhnya tentang keselamatan peralatan. Pastikan
bahwa semua kegiatan daicatat.
Pencegahan Cedera
Hindarkan tindakan penanganan yang tidak perlu
Sebelum pekerjaan dimulai, identifikasi oprasi yang menyangkut pengangkatan berat
atau sedang, atau pengangkatan berulang. Cari pemecah, apakah dapat
menggunakan bantuan mekanis untuk meminimalkan jumlah penanganan secara
manual.
Menyamakan ukuran beban yang berat dan yang sedang, yang harus diangkat dengan
tangan. Ingat beberapa pekerja lebih kuat dari lainnya dan tidak ada yang kebal
terhadap cedera.
Rencanakan penempatan muatan untuk mengurangi ketinggian dari mana harus
diangkat dan jarak dari mana harus dibawa.
Melatih pekerja dalam teknik pengangkatan yang aman.
Mencegah setiap orang dengan caranya sendiri mengangkat bahan bangunan yang
beratnya melebihi 20kg.
Sedapat mungkin memesan bahan-bahan berkantung dalam ukuran yang kecil dan
mudah ditangani; misalkan produk untuk bangunan dengan ukuran 25kg setiap
kantung.
K3 Angkat dan Angkut – 57
Kerekan Mekanis
Pilihlah kerekan yang sesuai dengan lokasi dan mampu mengangkat muatan yang
dperlukan, juga pasanglah pengendalinya sedemikian rupa sehingga:
Kerekan dapat dioprasikan hanya dari satu tempat, misalnya lantai dasar.
Operatornya dapat melihat dari tempat pengendalian seluruh tempat berhentinya
kerekan pada setiap lantai.
Untuk mencegah-mencegah terkena anjungan atau bagian bergerak lainnya:
Tutuplah jalur kerekan ditempat dimana orang mungkin terkena, misalnya anjungan atau
bagian terbuka dari lantai.
Pasang pagar pada semua tempat berhentina kerekan dan pada lantai dasar.
Derek Bergerak
Derek bergerak adalah peralatan mengangkat di lapangan yang fungsinya serbaguna
dan dapat diandalkan. Peralatan ini mudah menjadi suatu kepuasan tersendiri dalam hal
penggunaan secara aman. Kepuasan dapat menjadi awal dari kecelakaan yang serius.
Tidak ada pengangkatan sekecil apapun yang terlepas dari kemungkinan celaka. Setiap
pengangkatan harus direncanakan dan dilakukan oleh orang yang terlatih dan mampu. Bila
tidak ada seseorang yang mahir, lakukan kontrak dengan pihak yang mampu. Bila suatu
pengangkatan akan dilaksanakan, kecelakan dapat dihindarkan dengan menunjuk
seseorang (bukan pengemudinya) yang mahir untuk memimpin, yang akan merencanakan
dan mengkoordinasikan pengangkatan.
Jenis-jenis Derek
Berbagai jenis derek (crane) digunakan untuk pengangkatan barang, baik dalam kegiatan
oprasional maupun konstruksi.
58 – K3 Angkat dan Angkut
Jenis-jenis Crane:
Overhead Crane
Gantry Crane
Cantilever Gantry Crane
Semi-Gantry Crane
Hammerhead Crane
Wall Crane
Kendaraan-Kendaraan Di Lokasi
Banyak pekerja yang meninggal setiap tahun di lokasi kontruksi akibat kendaraan
yang berjalan atau akibat kendaraan terguling, disamping banyak lagi yang mengalami
cedera. Resiko dapat dikurangi bila penggunaan kendaraan diatur dengan baik.
Rencanakan tata letak lokasi untuk mengurangi resiko:
Sediakan titik yang aman untuk masuk dan keluar lokasi dengan ruang yang cukup
untuk memutar dan pandangan yang bebas bagi pengemudi. Pandangan dan
penerangan yang baik sangat penting dimana kendaraan harus mendekati
pedestrian. Bila perlu sediakan petugas pemberi tanda.
Dengan maksud untuk membuat tempat jalan kaki terpisah dari kendaraan, misalnya
dengan memisahkan titik-titik masuk dan keluar lokasi dan tempat jalan kaki /
pedestrian yang berpagar.
Pastikan bahwa pedestrian memiliki pandangan yang baik terhadap kendaraan di pintu-
pintu gerbang dan persimpangan jalan yang lainnya.
Pertimbangkan sistem jalan satu arah dan hindari sedapat mungkin kebutuhan untuk
berjalan mundur.
Bila diperlukan mundur, pasanglah alarm tanda mundur pada kendaraan.
Gunakan pembantu untuk mengontrol situasi beresiko tinggi, misalnya saat kendaraan
harus mundur atau pengelihatan terbatas. Pastikan pembantu atau pemberi tanda
terlatih dan mengenakan pakaianyang menyolok.
Seluruh pengemudi harus dilatih, dan pastikan bahwa pengemudi tamu diberi tahu
tentang ketentuan-ketentuan tentang peraturan-peraturan transportasi di lapangan.
Lakukan pengamanan berupa balok pengganjal pada saat membongkar muatan pada
lokasi penggalian.
60 – K3 Angkat dan Angkut
Lakukan pemeliharaan dengan baik. Pastikan hal ini dilakukan dengan cara yang aman.
Jangan menggunakan dongkrak untuk menompang kendaraan saat sedang
diperbaiki.
Pastikan bahwa lumpur atau tanah tidak berjatuhan dari kendaraan yang dapat
menimbulkan bahaya di jalan raya.
Pilihlah yang memiliki pandangan sekitar yang baik.
Pastikan bahwa kendaraan tidak kelebihan muatan yang dapat membuatnya tidak stabil,
sulit untuk dikendalikan atau mengganggu efisiensi pengereman.
Persiapkan area pembuatan dan pembongkaran untuk menyakinkan agar orang tidak
tetap berada diatas kendaraannya. Bila diperlukan seseorang untuk tetap berada
diatas kendaraan, maka diperlukan tempat yang aman.
Jangan membiarkan seseorangpun ikut naik diatas kendaraan kecuali memang
disediakan suatu tempat duduk atau tempat menumpang lainnya yang aman.
Pastikan muatan berada diatas kendaraan dengan baiksehingga tidak ada yang
berjatuhan keluar.
Sediakan area yang rata untuk parker kendaraan. Pastikan rem parkir digunakan dan
gunakan ganjal roda.
Jangan mengeluarkan atau mengisi tangki bahan bakar saat peralatan masih dalam
keadaan panas, mesin sedang berjalan atau didalam ruangan tertutup.
Siapkan dan gunakan sistem pengisi bahan bakar yang mudah mengerjakannya,
misalnya dengan pompa tangan.
Bila truk bulldozer, dan peralatan mekanis lainnya dioprasikan didalaminstalasi, maka
manajemen kontraktor dan manajemen instalasi harus membuat kesepakatan dalam
menentukan arus lalu – lintasnya. Untuk itu lokasi dimana peralatan kontruksi akan
beroprasi harus diketahui, dan apabila memungkinkan diisolasi. Personil kunci dari
kontraktor dan instalasi harus mendaptkan gambar lokasinya.
Untuk mencegah pergerakan dan penanganan tambahan kendaraan, maka
kontraktor harus memberitahukan lokasi yang benar kepada para pemasok bahan
untuk mengirimnya.
Kadang diperlukan untuk mengangkut personil dengan menggunakan truk dari suatu
tempat ketempat lain didalam lokasi kerja. Kegiatan ini dapat menjadi sumber utama
penyebab cedera serius, kecuali bila dikontrol.
Jangan diijinkan untuk berdiri diatas bak atau dek truk yang sedang berjalan, atau duduk
dipinggiran samping atau belakang dek suatu trailer.
Sediakan sabuk pengaman bagi personil yang menumpang di kabin kendaraan bersama
pengemudi. Jangan mengijinkan orang menumpang pada truk bermuatan atau
peralatan lainnya, yang tidak dilengkapi dengan srana untuk itu.
Bila orang sedang naik atau turun, maka truk harus dalam keadaan berhenti. Dilarang
melompat turun dari kendaraan yang sedang bergerak. Sediakan tangga naik. Bila
diperlukan, sediakan kendaraan angkutan khusus penumpang untuk pekerja menuju
kelokasi pekerjaan.
Kendaraan yang harus berjalan lebih pelan dari lalu-lintas normal pada malam hari harus
dilengkapi dengan lampu peringatan atau lampu berputar kuning, yang dapat terlihat
dari segala arah.
Peralatan yang ditinggalkan pada malam hari dekat jalan raya, atau dekat lokasi
konstruksi dimana pekerjaan sedang dilakukan, harus dilengkapi dengan lampu atau
reflektor, atau pembatas pengaman yang dilengkapi dengan lampu atau reflektor,
untuk memberitahu letak peralatan tersebut.
Bila peralatan sedang diparkir, rem parker harus terkunci. Peralatan yang diparkir
ditempat yang menurun, rodanya harus diganjal dan rem parker terpasang.
Bilah pendorong pada buldoser, buket dari loader, bak dumptruck, dan peralatan
sejenis lainnya harus diturunkan serendah mungkin saat sedang diperbaiki atau tidak
sedang digunakan.
Tidak seorangpun boleh bekerja, berada atau melintas dibawah suatu buket atau tangkai
loader saat sedang beroprasi.
62 – K3 Angkat dan Angkut
Tidak boleh dilakukan modifikasi atau tambahan yang berdampak pada kapasitas atau
oprasi yang aman dari peralatan-peralatan tanpa persetujuan tertulis dari
produsennya.
K3 Penanggulangan Kebakaran – 63
BAB IV
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
A. DASAR HUKUM
Dasar hukum yang berkaitan dengan K3 Penanggulangan Kebakaran
UU Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Permanakertrans No. 04/Men/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan APAR
Kepmenaker No.186/Men/1999 tentang Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
Permanakertrans No. 02/Men/1983 tentang Instalasi Kebakaran Alarm Automatik
Kepmenaker No. 186/Men/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat
Kerja
Instruksi Menaker No. 11/M/BW/1997 tentang Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan
Kebakaran.
SNI 03-1745-2000 Tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Pipa Tengah dan Selang
Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung
Manajemen saat kebakaran meliputi: deteksi alarm, pemadaman, lokalisir, evakuasi dan rescue,
serta pengamanan. Saat terjadi kebakaran seluruh penghuni diperintahkan untuk tetap tenang.
Beritahukan pimpinan dan pihak-pihak terkait. Hubungi dan MINTA BANTUAN pasukan
pemadam kebakaran yang paling dekat, Berupaya memadamkan dengan sarana pemadam
yang ada. Terutama mereka yang telah ditunjuk dan telah terlatih dengan memperhitungkan
keselamatan dirinya. Jika api tidak terkendalikan, segera mengintruksikan untuk mengungsi
melalui jalan keluar, tangga atau pintu yang paling dekat dan aman menuju area aman yang
ditentukan. Pastikan rute penyelamatan tidak terhalang /tidak dikunci. Tidak meninggalkan area
yang aman tanpa memberitahu pemimpin sampai api dikendalikan dan dinyatakan aman.
Sedapat mungkin membantu apa saja sebatas dalam kelompoknya.
Manajemen Penanggulangan Bahaya Kebakaran adalah suatu sistem penataan dini dalam
rangka mencegah dan mengendalikan bahaya kebakaran sehingga kerugian berupa
meterial dan jiwa manusia dapat dicegah atau diminimalkan, yang diwujudkan baik berupa
kebijakan dan prosedur yang dikeluarkan perusahaan, seperti inspeksi peralatan, pemberian
pendidikan dan pelatihan bagi penghuni/pekerja, penyusunan rencana tindakan darurat
kebakaran, maupun penyediaan sarana pemadam kebakaran (Kartoadmodjo, 1989).
Program Penanggulangan Kebakaran
Program penanggulangan kebakaran adalah segala upaya yang dilakukan untuk
mencegah atau memberantas kebakaran. Tindakan untuk menanggulangi kebakaran
antara lain:
Mengendalikan setiap perwujudan energi panas, seperti listrik, rokok, gesekan mekanik,
api terbuka, sambaran petir, reaksi kimia dan lain-lain.
Mengendalikan keamanan setiap penanganan dan penyimpanan bahan yang mudah
terbakar.
Mengatur kompartemenisasi ruangan untuk mengendalikan penyebaran/penjalaran api,
panas, asap dan gas.
Mengatur lay out proses, letak jarak antar bangunan, pembagian zone menurut jenis dan
tingkat bahaya.
Menerapakan sistim deteksi dini dan alarm.
Menyediakan sarana pemadam kebakaran yang handal.
Menyediakan sarana evakuasi yang aman.
Membentuk regu atau petugas penanggulangan kebakaran.
Melaksanakan latihan penanggulangan kebakaran.
Mengadakan inspeksi, pengujian, Perawatan terhadap sistem proteksi kebakaran secara
teratur.
(Depnaker, 1997)
66 – K3 Penanggulangan Kebakaran
Kegiatan pemeriksaan dan pemeliharaan ini merupakan unsur penting guna menjamin
segi keandalan peralatan proteksi bila terjadi kebakaran. Pemeriksaan yang disertai
pengetesan, pemeliharaan dan pemeriksaan terhadap :
Sistem deteksi dan alarm kebakaran
Sistem sprinkler otomatis
Sistem hydrant
Sitem pemadaman api
(Suma’mur, 1996)
Perencanaan Keadaan Darurat kebakaran
Keadaan darurat kebakaran adalah situasi dalam kejadian kebakaran pada suatu
bangunan yang terbakar, semua orang yang merasa terancam dalam bahaya dan ingin
menyelamatkan diri masing – masing. Dalam mengatasi situasi tersebut harus
melakukan latihan yang berulang – ulang dan mengikuti skenario yang baku. Sistem
tanggap darurat penanggulangan kebakaran tertuang dalam buku panduan yang
berisikan siapa dan berbuat apa. Penyusunan rencana tindakan keadaan darurat harus
dikerjakan oleh tim yang melibatkan semua unsur manajemen.
Tahap perencanaan darurat keadaan darurat, adalah sebagai berikut :
Identifikasi bahaya dan penafsiran risiko
Penakaran sumber daya yang dimiliki
Tinjauan ulang rencana yang telah ada
Tentukan tujuan dan lingkup
Pilih tipe perencanaan yang akan dibuat
Tentukan tugas – tugas dan tanggung jawab
Tentukan konsep operasi
Tulis dan perbaiki
Penanggulangan Kebakaran pada Gedung Bertingkat
Pelatihan atau fire drilling yang dilakukan secara berkala diharapkan dapat mengedukasi
pengguna gedung mampu mengidentifikasi
Sistem Tanda Bahaya Kebakaran adalah komponen dan sub –sub komponen yang dirangkai
untuk suatu tujuan memberi peringatan secara dini baik kepada penghuni maupun kepada
petugas, bila di suatu bagian tertentu terjadi kebakaran atau setidaknya-tidaknya adanya
indikasi kebakaran. Sistem alarm kebakaran dapat digolongkan berdasarkan luas
jangkauannya, yaitu: (1) Sistem Alarm Kebakaran Kota dan (2) Sistem Alarm Kebakaran
pada Gedung.
Sistem alarm kebakaran gedung adalah suatu alat untuk memberikan peringatan dini
kepada penghuni gedung atau petugas yang ditunjuk, tentang adanya kejadian atau indikasi
kebakaran di suatu bagian gedung. Dengan adanya peringatan secara dini tersebut akan
memungkinkan penghuni/petugas dapat mengambil langkah/tindakan berikut pemadaman
atau bila mungkin melaksankan evakuasi jiwa maupun harta benda.
Cara kerja alarm kebakaran gedung: (1) Sistem Manual, dengan menggunakan titik panggil
manual (Manual call box), yang dapat berbentuk tombol tekan, tombol tarik, atau handle
tarik, atau sesuai dengan petunjuk pemakaian pada titik panggil tersebut. (2) Sistem
Otomatis, melalui alat pendeteksi kebakaran (fire detector) yang dapat berupa: Detektor
Asap (Smoke Detector), Detektor Panas (Heat Detector), Detektor Nyala Api (Flame
Detector), dan Detektor Gas (Gas Detector)
Hidran kebakaran adalah suatu sistem instalasi/jaringan pemipaan berisi air bertekanan
tertentu yang digunakan sebagai sarana untuk memadamkan kebakaran. Menurut
tempat/lokasinya, sistem hidran kebakaran dapat dibagi menjadi 3 macam, yakni :
Hidran gedung ialah hidran yang terletak atau dipasang di dalam bangunan dan sistem serta
peralatannya disediakan serta dipasang oleh pihak bangunan/ gedung tersebut/
Hidran halaman ialah hidran yang terletak diluar/lingkungan bangunan, sedangkan instalasi
dan peralatan serta sumber air disediakan oleh pihak pemilik bangunan
Sistem Hidran kota ialah hidran yang terpasang ditepi/sepanjang ialah jalan pada daerah
perkotaan yang dipersiapkan sebagai prasarana kota oleh pemerintah daerah setempat
guna menanggulangi bahaya kebakaran. Persedian air untuk jenis ini dipasok oleh
perusaahaan air minum (PDAM) setempat.
Sistem pemercik (sprinkler) adalah suatu jaringan instalasi pemipaan yang dapat
memancarkan air bertekanan tertentu, secara otomatis berdasarkan sensor panas, ke
segala arah dalam suatu ruangan. Lebih detai di bahas pada mata kuliah plambing.
Sebagian besar kebakaran berawal dari api yang sangat kecil. Pada kondisi ini kebakaran
masih dapat ditangani dan dipadamkan dengan mudah. Saat seperti itulah dibutuhkan alat
pemadam yang ringan dan praktis dipakai. Alat pemadam api ringan (APAR) adalah alat
pemadam yang dapat dibawa dan mampu dipakai oleh satu orang. APAR berguna sekali
untuk pemadaman awal dari segala situasi.
Apar dibuat amat beragam sehingga jenis APAR bisa ditinjau dari segi apa saja.
Jenis APAR berdasarkan beratnya dibedakan 2 yaitu :
APAR dengan berat kurang dari 25 kg sehingga mudah diangkat
APAR dengan berat lebih dari 25kg, dilengkapi dengan roda seperti ditunjukkan
dalam Gambar 4.2.
Keberadaan tenaga dorong ini bisa didalam tabung atau diluar tabung sehingga
konstruksi APAR juga berbeda-beda.
Usahakan kondisi sekitar tidak bersifat merusak sehingga APAR bisa tahan lama.
Jika terdapat kondisi luar yang bisa merusak seperti tetesan air, hujan, debu,
sinar matahari dan suhu panas, masukkan APAR ke dalam kotak tembus
pandang yang dirancang khusus sesuai dengan APAR yang bersangkutan.
Apabila lokasi yang dilindungi cukup luas, tempatkan APAR secara merata.
APAR bisa dipasang pada dinding atau tiang dengan ketentuan:
Setinggi 120 cm dari puncak APAR ke lantai atau
Setinggi 15 cm dari alas APAR ke lantai seperti dalam Gambar 4.4.
Kebakaran besar tidak bisa lagi diatasi dengan APAR dan sistem pemadam api tetap. Jenis
kebakaran ini memerlukan media pemadam lebih banyak dan bisa menuju lokasi
kebakaran. Peralatan semacam itu disebut pemadam api bergerak. Pemadam berupa
kendaraan yang dilengkapi dengan sirine dan alat-alat untuk keperluan pemadaman seperti
dalam Gambar 4.6.
72 – K3 Penanggulangan Kebakaran
mobil pemadam terlambat datang karena jalan macet atau jalan sempit.
lokasi sempit atau semrawut misalnya pasar tradisional atau rumah kampung yang
sempit.
peralatan pemadam tidak berfungsi atau tidak sesuai.
adanya asap tebal dan hitam sehingga petugas akan kesulitan mengarahkan
semprotan air.
kurangnya sumber air untuk pemadaman. Pasokan air untuk kelanjutan pemadaman
bisa diperoleh dari hidran, sumur, sungai dan danau. Namun sumber pasokan air
tersebut belum tentu menyediakan air dalam jumlah yang memadai, tidak bisa
digunakan atau dimanfaatkan.
partisipasi masyarakat yang salah seperti memperlambat kerja petugas pemadam.
K3 Listrik – 73
BAB V
K3 LISTRIK
Bab ini berisi penjelasan mengenai K3 Listrik Bangunan. Setelah mempelajari bab ini,
mahasiswa diharapkan mampu:
Mengetahui potensi bahaya listrik
Mengetahui proteksi bahaya listrik
Mengetahui landasan peraturan K3 listrik
Mengetahui pengawasan K3 listrik
Tujuan penerapan K3 listrik adalah: menjamin keselamatan manusia dari bahaya kejut listrik,
keamanan instalasi listrik & perlengkapannya, keamanan gedung beserta isinya dari
kebakaran akibat listrik, perlindungan lingkungan. Oleh karena itu yang dijadikan sebagai
objek pengawasan adalah setiap tempat dimana listrik dibangkitkan, ditransmisikan, dibagi-
bagikan, disalurkan dan digunakan.
Bahaya listrik dibedakan menjadi: (1) Bahaya Primer, adalah bahaya-bahaya yang
disebabkan oleh listrik secara langsung, contohnya bahaya sengatan listrik dan bahaya
kebakaran/ ledakan. (2) Bahaya Sekunder, adalah bahaya-bahaya yang disebabkan oleh
listrik secara tidak langsung, contohnya jatuh dari suatu ketinggian
74 – K3 Listrik
Potensi bahaya listrik dapat mengakibatkan kebakaran, hal ini disebabkan: pembebanan
lebih, sambungan tidak sempurna, perlengkapan tidak standar, pembatas arus tidak sesuai,
kebocoran isolasi, dan sambaran petir.
Dampak Sengatan Listrik
Tingkat keparahan dari sengatan listrik tergantung pada: (a) jenis arus yang melalui tubuh,
(b) besarnya arus yang mengalir melalui tubuh, (c) lamanya arus melalui tubuh, (d)
resistansi atau tahanan, (e) bagian tubuh yang teraliri arus listrik.
K3 Listrik – 75
Dampak sengatan listrik bagi manusia: (a) gagal kerja jantung (Ventricular Fibrillation), yaitu
berhentinya denyut jantung atau denyutan yang sangat lemah sehingga tidak mampu
mensirkulasi darah dengan baik. (b) Gangguan pernafasan akibat kontraksi hebat
(suffocation) yg dialami paru-paru. (c) Kerusakan sel tubuh akibat energi listrik yg mengalir
dalam tubuh. (d) Terbakar akibat efek panas dari listrik
Cara listrik menyengat tubuh kita melalui sentuhan langsung, yaitu anggota tubuh
bersentuhan langsung dengan bagian yang bertegangan. Melalui sentuhan tak langsung
merupakan adanya tegangan yang terhubung ke bodi/ selungkup alat yang terbuat dari
logam (bukan bagian yang bertegangan) sehingga apabila tersentuh akan mengakibatkan
sengatan listrik. Contoh badan lemari es dalam keadaan normal tidak menyetrum kita tetapi
suatu saat dapat menyetrum apabila ada arus bocor ke badan lemari es.
Pada prinsipnya proteksi bahaya listrik untuk mencegah mengalirnya arus listrik melalui
tubuh manusia, membatasi nilai arus listrik dibawah arus kejut listrik, dan memutuskan
suplai secara otomatis pada saat terjadi gangguan.
Bahaya sentuh langsung adalah sentuh langsung pada bagian aktif perlengkapan atau
instalasi listrik. Bahaya sentuh langsung dapat diatasi dengan cara; a. Proteksi dengan
isloasi bagian aktif
b. Proteksi dengan penghalang atau selungkup
c. Proteksi dengan rintangan
d. Proteksi dengan penempatan di luar jangkauan
e. Proteksi tambahan dengan Gawai Pengaman Arus Sisa (GPAS)
Sedangkan proteksi dari sentuh tidak langsung (dalam kondisi gangguan) dapat dengan cara;
76 – K3 Listrik
C. LANDASAN PERATURAN
Listrik selain bermanfaat juga mengandung bahaya yang harus dikendalikan sesuai amanat
Undang-undang No.1 Tahun 1970. Standar teknik perencanaan, pemasangan,
K3 Listrik – 77
D. PENGAWASAN K3 LISTRIK
Objek pengawasan K3 listrik adalah setiap tempat dimana listrik dibangkitkan,
ditransmisikan, dibagi-bagikan, disalurkan dan digunakan (UU No. 1/1970 pasal 2 ayat 1
huruf q). Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000 terbaru adalah SNI 04-0225-2000
ditetapkan sebagai standar wajib. Pengawasan K3 listrik (termasuk K3 lift dan system
proteksi petir) pada dasarnya mengawasi pelaksanaan syarat-syarat K3, baik secara
administratif ketentuan teknik dan disesuaikan dengan standar yang berlaku,bertujuan untuk
menjamin kehandalan dan keamanan operasi.
Peralatan listrik yang digunakan di lokasi bangunan terutama adalah peralatan tangan
berkekuatan dan berbagai peralatan portable, dengan penggunaannya yang terkadang keras
sehingga dapat mengakibatkan rusak dan menjadi berbahaya. Peralatan modern dengan
78 – K3 Listrik
isolasi ganda memberikan perlindungan yang baik tetapi plug kabelnya memerlukan
pengecekan secara teratur karena rawan rusak.
Peralatan tanpa kabel atau peralatan yang dioperasikan dengan tegangan 110 Volt yang
dengan pelindung massa sehingga tekanan maksimum ke massa tidak lebih dari 55
Volt akan efektif menghilangkan risiko terhadap kematian dan mengurangi cidera
pada kecelakaan akibat listrik. Untuk keperluan lainnya seperti penerangan tetap
dapat menggunakan tegangan rendah yang lebih aman.
Bila menggunakan tegangan utama risiko cedera akan tinggi bila peralatan-peralatan
ringan dalam kondisi buruk. Pemutus arus diperlukan untuk memastikan bahwa
aliran akan terputus dengan segera bila terhubung dengan suatu bagian bermuatan.
Peralatan pemutus arus harus dipasang dan dirawat. Peralatan ini harus bebas dari
kotoran dan debu serta terlindung dari getaran dan kerusakan mekanis.
Bila jaringan sedang ditingkatkan kemampuannya sebagai bagian dari pekerjaan,
pastikan bahwa jaringannya permanen. Biasanya dipasang alat pemutus arus pada
suplai arus masuk yang baru.
Sistem kelistrikan harus diperiksa dan dirawat secara teratur. Pemeriksaan secara visual
dapat mendeteksi 95% dari kekurangan atau kerusakan peralatan.
Sebelum menggunakan peralatan tangan dengan tegangan 220 Volt maka perlu
diperiksa bahwa:
Tidak ada kabel yang terbuka
Penutup kabel tidak rusak, tidak terpotong atau tergores
Tidak ada sambungan pada kabel yang tidak standar
Bagian luar kotak peralatan tidak rusak atau lepas dan semua sekrup terpasang
dengan baik
Tidak ada tanda bekas terbakar atau terlalu panas pada plug, kabel atau peralatan
Pemutus arus bekerja dengan efektif
Para pekerja diinstruksikan untuk melaporkan dengan segera setiap kerusakan dan
hentikan penggunaan peralatan ketika kerusakan terlihat
Program inspeksi dan test perlu dilakukan oleh pertugas yang terlatih pada
peralatan-peralatan yang kerusakannya tidak dapat dilihat secara visual.
Misalnya suatu peralatan kehilangan hubungan massa akibat pencemaran di
dalam (debu-debu yang masuk ke dalam peralatan)
K3 Listrik – 79
Pemeriksaan pada peralatan-peralatan listik
Peralatan Kurang dari 25V Tidak perlu Tidak perlu Tidak perlu
dengan tenaga
batera
kemudian
bulanan
Pada sistem penerangan, berikan perlindungan terhadap kabel-kabel, sama seperti untuk
peralatan
Pastikan ada sistem pemeriksaan bola-bola lampu untuk keselamatan listrik dan untuk
menjaga penerangan agar tetap baik. Peralatan dan perlengkapan harus sesuai untuk
kondisi di lapangan.
Bila pekerjaan dilakukan di area dimana ada risiko kebakaran uap mudah terbakar seperti
misalnya pada pekerjaan di petrokimia, maka harus dipilih peralatan dengan desain
khusus untuk mencegah timbulnya sumber penyalaan api yang disebabkan percikan
dan panas berlebihan. Perlindungan harus tercakup di dalam rancangan keselamatan
dan kesehatan proyek.
Apabila mungkin, lakukan pekerjaan yang tidak berpotensi kontak dengan kabel diatas,
ditempat yang aman dari kabel tersebut.
Dalam beberapa hal, dapat dilakukan cara alternatif untuk mengurangi resiko, misalnya
dengan mengurangi panjang pipa perancah, tangga atau lembaran atap dan memastikan
bahwa tidak akan terkena kabel.
Ketentuan umum untuk kendaraan, peralatan dan perangkat yang tinggi adalah jangan
membawanya kurang dari:
15 meter dari kabel diatas yang menjulur dari menara besi
9 meter dari kabel diatas yang disangga oleh tiang kayu
Dalam hal dimana diperlukan jarak lebih dekat, perlu dilakukan pemutusan arus
listriknya atau membuat penghalang untuk menghindarkan terkena kontak. Bila pekerjaan
akan dilakukan dekat dengan jaringan kabel diatas, maka perlindungan secara detil harus
didiskusikan dengan pihak yang bertanggung jawab dengan jaringan kabel tersebut
(misalnya dengan kabel kereta listrik).
Aturan-aturan Penguncian
Seluruh permesinan listrik harus memiliki saklar pengasing/isolator dengan fasilitas
penguncian.
Sebelum memulai pemeliharaan, perbaikan, atau pekerjaan lain yang memerlukan
akses ke dalam permesinan, isolatornya harus dikunci dengan gembok dan
digantungi kartu identifikasi.
Setiap gembok seharusnya hanya memiliki satu kunci. Tidak boleh ada kunci duplikat
atau kunci induk.
Hanya petugas yang memasang gembok yang boleh membukanya. Pengaturan perlu
dibuat untuk menyerahterimakan gembok (atau kuncinya) pada saat pergantian
giliran kerja.
Jika lebih dari satu orang bekerja pada perlengkapan tersebut, kokot dengan beberapa
gembok perlu digunakan dan setiap orang memasang gembok masing-masing.
Pada pemeliharaan besar, gembok tunggal dapat digunakan di gang yang dalam hal ini,
penyelia/mandor bertanggung jawab terhadap keselamatan di seluruh gang dan
untuk memastikan gang seluruhnya telah bersih dari perlengkapan sebelum
membuka gembok.
Sebelum membuka gembok terakhir setelah penyelesaian pekerjaan, perlengkapan
harus diperiksa untuk memastikan seluruh perkakas kerja telah diambil, pengaman
telah dipasang kembali, dan perlengkapan sudah aman dioprasikan.
Gembok perlu disediakan untuk setiap orang atau disimpan secara bersamaan dan
diparaf untuk setiap penggunaan.
Kehilangan kunci gembok harus dilaporkan kepada penyelia dan izin tertulis dari
manajer yang bertanggung jawab harus dimintakan sebelum gemboknya dibuka
paksa.
Dalam keadaan darurat, jika ‘pemilik’ gembok tidak berada ditempat, izin dari manajer
yang bertanggung jawab harus dimintakan sebelum gembok dibuka.
Setiap pekerja yang menggembok saklar pengasing isolator secara tidak sengaja pada
akhir giliran kerja harus kembali ke pekerjaan untuk membukannya.
Pelanggaran terhadap aturan-aturan ini harus tunduk pada tindakan disipliner.
Dengan mengikuti berbagai aturan dan praktik aman yang sudah terbukti ini,
manfaat penuh dan keamanan dapat diperoleh dari pemakaian listrik.
84 – K3 Listrik
Tindakan Pencegahan
Tindakan-tindakan pencegahan berikut ini perlu diambil untuk berbagai jenis
perlengkapan listrik mampu-jinjing:
Pasokan daya :
110 volt dengan terminal tengah yang dibumikan
dapat berupa pasokan daya yang sudah terpasang, atau
dari pasokan daya 220 volt melalui transformator mampu-jinjing yang sesuai
Jika menggunakan sumber daya 220 volt, harus memasang alat arus residu (residual
current device – RSD)
Di kedua kasus tersebut, pasokan dayanya harus menyertakan sambungan pembumian
Perlengkapan :
Dapat berupa:
perlengkapan yang dibumikan, atau
menggunakan insulasi ganda (double-insulated)
Steker :
Sesuai untuk stop-kontak listrik
Perkabelannya baik, termasuk penjepit selubung kabel
Kawat pembumian perlu dikendurkan di dalam steker sehingga kawat terakhir yang
dikeluarkan dari terminal akan mempertahankan sambungan pembumian
Dalam kondisi baik
Dipasangi sekering yang tepat
Kabel
Memiliki kapasitas yang sesuai dengan alat, baik tegangannya maupun arusnya
Jenisnya fleksibel
Dalam kondisi baik tanpa cacat di selubung kabelnya
Memiliki konduktor pembumian kecuali dalam kasus perlengkapan yang berinsulin
ganda
Diinspeksi secara teratur
Alat-alat :
K3 Listrik – 85
Kemungkinan gangguan
Gangguan-gangguan berikut ini dapat saja terjadi dan relatif mudah diperbaiki:
Kerusakan kabel
Ganti atau sisipkan konektor di titik kerusakan
Kehilangan cincin-lubang (grommet) pada titik masuk kea lat-alat
Gantilah cincin-lubang tersebut
Selubung kabel tertarik keluar dari penjepitnya, kabel-kabelnya pun nampak
Buka dan jepitlah dengan aman pada selubungnya
Steker pecah
Ganti.
Tindakan-tindakan pencegahan ini sederhana dan mudah dilakukan namun
memberikan perlindungan tingkat tinggi dalam penggunaan perlengkapan mampu-jinjing.
Pengerjaannya pun bagaikan pekerjaan-pekerjaan di rumah.
Petunjuknya dicantumkan dalam publikasi HSE, HSG 107: ‘Maintaining portable
and transportable electrical equipment’.
86 – K3 Listrik
Kesehatan Kerja – 87
BAB VI
KESEHATAN KERJA
Bab ini berisi penjelasan mengenai kesehatan kerja. Setelah mempelajari bab ini,
mahasiswa diharapkan mampu:
Mengetahui regulasi yang berkaitan dengan kesehatan kerja
Mengetahui tujuan kesehatan kerja
Mengetahui jenis-jenis penyakit akibat kerja dan tindakan pengendaliannya
Kesehatan merupakan unsur penting agar kita dapat menikmati hidup yang berkualitas, baik
di rumah maupun dalam pekerjaan. Kesehatan juga menjadi faktor penting dalam menjaga
kelangsungan hidup sebuah organisasi. Fakta ini dinyatakan oleh Health and Safety
Executive (HSE) atau pelaksana kesehatan dan keselamatan kerja sebagai Good Health is
Good Business kesehatan yang baik menunjang bisnis yang baik. Beberapa situasi dan
kondisi pekerjaan baik tata letak tempat kerja atau material-material yang digunakan
menghadirkan risiko yang lebih tinggi dari keadaan normal terhadap kesehatan. Dengan
memahami karakteristik material-material yang digunakan dan kemungkinan reaksi tubuh
terhadapnya, kita dapat meminimalkan risikonya bagi kesehatan.
Pengendalian Bahaya
Apabila diketahui adanya bahaya, tindakan harus segera dilakukan untuk mengendalikan
dampaknya terhadap pekerja, yang terbaik adalah dengan cara menghilangkan sumber
bahayanya. Sebagai contoh, mengganti bahan yang berbahaya dengan bahan yang kurang
berbahaya; menambah penerangan lampu; rekayasa untuk menghilangkan bahaya-bahaya
kebisingan dan getaran.
Sebagai upaya terakhir apabila tidak menghilangkan bahayanya sampai batas aman, maka
harus disediakan alat pelindung diri (APD) yang khusus dirancang untuk melindunginya.
Identifikasi
Survei kesehatan kerja dilakukan terhadap bahaya di area kerja, seperti bunyi, penerangan,
getaran, suhu, pemaparan bahan kimia, debu, dan kotoran dari sumber radioaktif. Orang-
orang kemungkinan terpapar bahan berbahaya baik karena menangai atau
menggunakannya secara langsung atau karena pekerjaannya sendiri mengakibatkan
terbentuknya bahan-bahan berbahaya. Apabila bahan-bahan berbahay akan digunakan,
pembuat dan penyuplai mempunyai kewajiban untuk memberikan informasi. Bacalah tabel
pada tempat-tempat bahan dan lembaran data keselamatan bahan (MSDS, material safety
data sheet). Bila perlu, hubungi produsen atau penyuplai untuk mendapatkan informasi lebih
lengkap. Selain itu, ada kemungkinan bahan-bahan berbahaya sudah ada di lokasi sebelum
pekerjaan dimulai, contohnya: gas-gas atau pencemar-pencemar tanah. Periksa risiko-risiko
tersebut dengan cara yang sama seperti pada bahan-bahan berbahaya lainnya.
Pemeriksaan
Lihat pada cara bagaimana orang terpapar bahan-bahan berbahaya pada pekerjaan-
pekerjaan khusus yang dikerjakannya. Tentukan apakah kelihatannya merugikan kesehatan
Kesehatan Kerja – 89
seseorang. Kerugian dapat disebabkan karena: (1) bernafas di dalam asap, uap, dan debu,
(2) kontak langsung dengan kulit dan mata, (3) tertelan atau termakan bahan terkontaminasi.
Pencegahan
Bila sering terjadi cedera akibat suatu bahan, maka langkah pertama adalah mencoba atau
menghindari penggunaannya sama sekali. Ini berarti:
Mengerjakan pekerjaan dengan cara lain, sebagai contoh, dari pada menggunakan asam
atau soda keras untuk mengatasi saluran buntu, gunakan saja batang penyolok, atau
Gunakan bahan pengganti, misalnya, daripada menggunakan cat berbahan dasar alcohol,
gunakan saja bahan berbahan dasar air yang pada umumnya bahayanya kurang.
90 – Kesehatan Kerja
Pengendalian
Bila bahan harus tetap digunakan karena tidak ada alternatif lain, atau karena menggunakan
alternatif yang resikonya rendah tetap mempunyai resiko besar, maka langkah yang diambil
adalah dengan cara mencoba dan mengontrol pemaparan. Beberapa dari cara ini dapat
dilakukan termasuk:
Memastikan adanya ventilasi yang baik di area kerja dengan pintu-pintu, jendela dan lubang
cahaya atap yang terbuka. Untuk beberapa kasus diperlukan peralatan ventilasi mekanis.
Gunakan sesedikit mungkin bahan yang berbahaya, jangan tempatkan di area kerja lebih
dari yang dibutuhkan.
Gunakan rol dengan pelindung cipratan atau dengan kuas daripada dengan semprotan.
Memindahkan cairan dengan pompa daripada dengan tangan. Tempatnya harus selalu
ditutup kecuali saat memindahkan isinya.
Gunakan peralatan gerinda atau semprotan pasir (sandblasting) yang dilengkapi ventilasi
pembuangan atau semprotan air untuk mengontrol debunya.
Bila pemaparan bahan berbahaya tidak cukup dikontrol dengan menggunakan cara yang
sudah disebut diatas, maka perlu digunakan Alat Pelindung Diri (APD). Antara lain jenis:
Respirator, yang melindungi terhadap debu, uap dan gas. Pastikan bahwa jenis
respiratornya benar untuk pekerjaannya; masker debu tidak akan melindungi
terhadap uap atau sejenisnya.
Pakaia pelindung, seperti coverall, sepatu boot, sarung tangan, diperlukan terhadap
adanya bahan-bahan korosif.
Pelindung mata, seperti goggles, kaca mata, atau pelindung muka. Pelindung mata
adalah penting, melindungi terhadap percikan bahan cair korosif dan benda-benda
berterbangan . Pelindung muka untuk melindungi seluruh muka.
Kesehatan Kerja – 91
Pilih APD dengan seksama. Tentukan peralatan dengan kualitas yang baik. Biarkan
pengguna membantu untuk memilih alat, yang dapat membuatnya mau semangkin mau
untuk memakainnya. Jelaskan pada pengguna mengapa harus memakainya dan melindungi
terhadap bahaya apa saja. Pengguna perlu mengetahui bagaimana alat tersebut bekerja
dan pemeliharaan yang harus dilakukan terhadap alat tersebut. Awasi pengguna untuk
memastikan bahwa alat pelindung dipakai dan digunakan dengan benar.
Pelihara alat secara periodik dan periksa kerusakan yang terjadi. Simpan ditempat
yang kering dan bersih, dan ada peralatan pengganti dan cadangannya. Pastikan bahwa
APD tidak menjadi sumber pencemaran dengan menjaga bagian dalam pelindung debu dan
sarung tangan tetap bersih. Simpan didalam kotak atau lemari yang bersih, jangan dibiarkan
tergeletak di tempat kerja
KESEHATAN PRIBADI
Bahan-bahan juga dapat menjadi berbahaya bagi kesehatan apabila disalurkan melalui
tangan pekerja ke makanan, rokok dsb. Masuk kedalam tubuh. Hal ini dapat dicegah melalui
kesehatan pribadi yang baik, seperti misalnya:
Mencuci tangan dan muka sebelum makan, minum dan merokok, dan sebelum
menggunakan toilet.
Makan, minum dan merokok jauh dari lokasi pemaparan
Pastikan sesedikit mungkin orang terpapar oleh bahan-bahan dengan mencegah orang-
orang tidak berkepentingan langsung berada di area.
Pastikan mereka yang berada di area beresiko mengetahui bahaya yang ada.
Sediakan fasilitas pencucian yang baik agar dapat makan dengan bersih.
Penyakit akibat kerja adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
pekerjaannya, dan yang diperoleh pada masa atau waktu melakukan pekerjaan, dan yang
masyarakat umum biasanya tidak terkena. Penyakit akibat kerja sering disebut juga dengan
penyakit jabatan.
Untuk membuktikan apakah penyakit yang diderita seorang pekerja suatu penyakit jabatan atau
bukan, kadangkala sangat sukar. Perlu pemeriksaan fisik, laboratorium dan kadang diperlukan
pemeriksaan khusus oleh beberapa ahli atau spesialis, juga perlu dilakukan pengukuran-
pengukuran atau penelitian-penelitian keadaan lingkungan kerja dimana pekerja tersebut
bekerja. Juga diperlukan riwayat pekerjaan pekerja itu sebelumnya dan hasil-hasil pemeriksaan
pekerja sebelum bekerja. Kadang-kadang kesehatan pekerja dapat dilindungi
92 – Kesehatan Kerja
melalui gejala awal suatu penyakit. Penyakit akibat kerja pada pekerjaan konstruksi secara
umum antara lain adalah:
Debu
Batuk kering
Sesak nafas
Kelelahan umum
Berat badan susut
Banyak dahak, dsb.
1. Asbes
Asbes adalah suatu serat yang sangat tahan lama. Secara luas digunakan pada bahan-
bahan dimana diperlukan ketahanan terhadap panas atau bahan kimia, dan untuk
memberikan kekuatan pada produk-produk semen seperti papan isolasi, atap gelombang
serta talang dan pemipaan semen. Pelapisan dengan semprotan asbes juga digunakan
untuk mengurangi suara/kebisingan.
Penyakit yang diakibatkan oleh asbes adalah Asbestosisi, yaitu penyakit paru-paru
yang disebabkan oleh terhisapnya debu asbes kedalam paru-paru dan dapat menyebabkan
kanker. Asbes adalah mineral yang terdiri dari beberapa senyawa silica terutama
Magnesium dan Besi. Ditemukan dalam bentuk serat, sebagian diantaranya sedemikian
halus sehingga kadang tidak terlihat oleh mata. Ada 3 jenis debu asbes, yaitu:
Chrisotile, berwarna putih atau kehijauan, merupakan jenis yang banyak digunakan
dalam industri.
Kesehatan Kerja – 93
Untuk beberapa pekerjaan, perusahaan bangunan sudah mengetahui dimana bahan asbes
ditemukan didalam bangunan. Pada beberapa kasus bahkan diberikan label peringatan bagi
yang berhubungan dengannya. Tetapi, sering keberadaan asbes tidak ketara. Untuk itu
bangunan atau area bangunan dimana pekerjaan akan dilakukan harus diperiksa untuk
meng-identifikasi lokasi, jenis dan kondisi asbes yang ada yang dapat menggangu selama
pekerjaan berlangsung.
Sampai kini orang berpendapat bahwa kematian yang berhubungan dengan penyakit akibat
asbes disebabkan karena terpapar asbes dalam jumlah banyak secara regular, padahal
dengan terpapar asbes dalam jumlah sedikit secara berulang sudah dapat menyebabkan
penyakit kanker. Oleh karena itu harus selalu dilakukan perlindungan untuk mencegah
pemaparan asbes, atau meminimalkan.
Pekeraan seperti tukang pipa, petugas listrik dan petugas pemanasan mungkin tidak
menyadari kalau mereka bekerja dengan asbes saat secara regulermelakukan pengeboran,
pemotongan dan penanganan bahan yang menggandung asbes. Oleh karena itu perlu
dilindungi.
Secara umum, semangkin lunak bahan akan semangkin mudah rusak dan lebih
mudah untuk melepaskan seratnya saat dikerjakan. Semangkin besar jumlah serat yang
terlepas akan semangkin besar resikonya terhadap kesehatan, dan akan memerlukan
standar perlindungan yang lebih tinggi lagi. Banyak bahan-bahan lunak, misalnya pembalut
boiler, dilindungi lagi dengan pelapis luar yang keras.
94 – Kesehatan Kerja
Apabila asbes, atau yang diperkirakan asbes, yang tidak teridentifikasi selama
pemeriksaan pendahuluan tidak ditutup, maka pekerjaan harus dihentikan. Bila ragu-ragu
tentang keberadaan asbes, minta petunjuk dari seorang analis khusus.
Peringatan:
Ada beberapa hal penting untuk diingat bila bekerja dengan bahan keras menggandung
asbes dalam jumlah sedikit:
Tidak ada persyaratan ijin kerja untuk bekerja pada lembaran semen asbes, papan
asbes, atau dengan produk semen asbes seperti saluran dan pemipaan, tetapi
diperlukan penilaian tingkat pemaparannya.
Hindarkan pemaparan terhadap debu di udara dan sediakan alat pelindung yang diperlukan,
termasuk respirator. Penggunaan respirator untuk mengontrol pemeparan dilakukan
hanya setelah semua langkah telah dilakukan untuk mengurangi
pemaparannya.
o Bila pemaparan serat pada tingkat yang rendah, sebagai contoh misalnya
memindahkan sejumlah kecil langit-langit atau mem-bor beberapa lubang sebagai
bagian dari pekerjaan pemipaan dan listrik, maka dengan menggunakan respirator /
masker debu yang dapat dibuang (disposable) cukup dapat memberikan
perlindungan.
Untuk pekerjaan yang lebih luas, termasuk pembongkaran atau menangani bahan-
bahan yang rusak, mungkin diperlukan perlindungan yang lebih, seperti respirator /
masker penutup muka penuh, dan ventilasi yang cukup diruang tertutup saat
menangani pembungkusan atau pelapisan.
Jangan menghancurkan papan atau kepingan asbes; untuk memindahkannya usahakan
berupa suatu bagian yang utuh. Bila mungkin lembaran dibuat menjadi basah
sebelum dikerjakan.
Tangani bahan dengan hati-hati, jangan dijatuhkan ke tanah atau lantai. Bagian yang
terlepas segera diambil. Bila bekerja diluar, misalnya menurunkan lembaran-
lembaran, pastikan kendaraan jangan melintas karena akan mengakibatkan debu.
Upayakan menggunakan peralatan tangan, mem-bor dan memotong lembaran asbes
dengan peralatan mesin akan menghasilkan banyak debu.
Bila bahan asbes dibongkar maka harus dibuang dengan aman.
2.Silikon
Penyakit akibat kerja yang disebabkannya disebut Silicosis, yaitu penyakit akibat kerja
disebabkan karena penimbunan debu yang mengandung Silika bebas (SiO2). Bila partikel-
Kesehatan Kerja – 95
partikel debu mengandung silika bebas masuk kedalam paru-paru maka akan timbul kerusakan
karena jaringan paru-paru secara berangsur-angsur akan diganti oleh jaringan ikat yang tak
mempunyai fungsi dalam pernafasan. Kerusakan ini terjadi perlahan-lahan dan gejalanya mulai
terasa setelah pemaparan bertahun-tahun. Silikosis tidak dapat diobati dan bila penyakit ini
diketahui biasanya sudah terlambat dan akhirnya akan mengakibatkan kematian. Lingkungan
yang mungkin meimbulkan silikosis adalah pada pekerjaan penggalian dan pemecahan batu
granit, usaha bahan-bahan dari karet serta tempat-tempat pekerjaan
Sand-blasting.
Adalah penyakit kulit yang ditimbulkan oleh benda-benda, bahan-bahan atau lingkungan
kerja. Penyakit kulit akibat kerja merupakan 50-60% dari seluruh kasus penyakit jabatan.
Dari bermacam penyakit kulit akibat kerja, yang terbanyak adalah Dermatitis Kontak.
Dermatitis Kontak meliputi tidak kurang dari 40% dari semua penyakit kulit akibat
kerja, dan 25% diantaranya sebagian akibat pekerjaan (Dermatitis Kontak akibat kerja).
Industri atau tempat kerja yang ditemukan Dermatitis Kontak akibat kerja adalah:
Industri Farmasi
Industri Tekstil
Industri Cat
Industri Plastik
Pekerjaan-pekerjaan kayu, semen, dll. Faktor-faktor
Faktor fisik dan mekanik, yaitu panas, dingin, lembab, sinar matahari, sinar-X dan sinar-
sinar lainnya, tekanan, gesekan dan trauma.
Mikrobiologik:
Bakteri, virus, jamur, cacing serangga, kutu.
Bahan-bahan berasal dari tanaman:
Daun-daunan, kayu getah, akar-akaran, umbi-umbian, sayur-sayuran.
Kimiawi:
Bahan kimia organik atau anorganik
Uap Logam
Penyakit yang istimewa yang terjadi oleh karena menghirup partikel-partikel yang sangat
halus dari logam adalah Demam Uap Logam. Sedemikian halusnya partikel-partikel ini
sehingga bersifat menyerupai gas dan bekerja pada permukaan alveoli, dan mempengaruhi
96 – Kesehatan Kerja
jaringan paru-paru. Penyakit jenis akut, suatu jenis alergi yang disebabkan oleh inhalasi
uap oksidalogam pada konsentrasi tinggi.
Uap seng
Magnesium
Cadmium
Antimon, dsb.
Penyakit ini bukan penyakit yang kronis, tetapi lebih bersifat serangan yang terjadi
secara berulang-ulang sehingga terlihat unik.
Gejala penyakit:
Gejala pertama 4-8 jam setelah pemaparan, biasanya didahului oleh rasa busuk didalam
mulut.
Selanjutnya perangsangan saluran pernafasan bagian atas disertai batuk dan rasa
kering pada selaput lendir. Nyeri otot, menggigil mendadak.
Lemah, capai dan lesu.
Gejala lainnya perut mual, kadang muntah, sakit kepala ringan sampai berat.
Kadang-kadang aktifitas mental berlebihan. Setelah 10-20 jam penderita menggigil dan
demam, kadang-kadang dengan hebatnya sampai 1-3 jam dan dapat diikuti tidur
yang sangat dalam.
Penderita dapat berkeringat banyak, kencing atau bahkan muntah berak mencret
sehingga sering diobati sebagai penyakit malaria atau muntaber biasa. Pada
pemeriksaan laboratorium darah dapat dilihat adanya peningkatan jumlah sel darah
putih. Tidak ada sifat kronik dari penyakit ini, tetapi untu beberapa kasus keadaan
akut tersebut dapat diikuti dengan komplikasi Bronchitis.
Kebisingan
Pemaparan bunyi dengan tingkat yang tinggi secara teratur dapat mengakibatkan ketulian.
Semangkin lama pemaparan dan semangkin tinggi tingkat bunyinya akan berakibat
semangkin tingginya derajat ketuliannya.
Pemaparan dari kegiatan kerja pada seorang harus diukur dan dikontrol. Bila resiko
terhadap pendengaran tidak dapat dikurangi maka harus digunakan pelindung.
Periksa pekerjaan apa yang berhungan dengan peralatan yang menimbulkan kebisingan.
Kesehatan Kerja – 97
Nilai seberapa besar bunyi dari pekerjaan ini berpengaruh terhadap orang yang
bekerja di lokasi dan penduduk sekitarnya. Produsen dan penyalur peralatan mempunyai
kewajiban untuk memberikan informasi tentang peralatan yang diproduksinya, termasuk
cara yang baik mengatasi masalah kebisingannya.
Penilaian
Pencegahan
Dapatkah pekerjaan dilakukan dengan cara lain dengan tidak menggunakan peralatan
yang bising? Apabila tidak, dapatkah menggunakan peralatan yang kurang
bisingnya? Bila membeli atau menyewa peralatan, pilih yang paling tidak bising.
Coba dan lakukan pekerjaan pekerjaan yang bising jauh dari pekerjaan yang lainnya.
Pindahkan orang-orang yang tidak berkepentingan dari lokasi yang bising. Pasang tanda
untuk memperingatkan orang tetap menjauhi lokasi bising tersebut.
Pengendalian
Getaran
Penilaian
Informasi dari produsen atau penyalur, lamanya peralatan digunakan dan diskusi dengan
pengguna akan mengungkapkan resiko yang paling mungkin ada.
Pencegahan
Dapatkan pekerjaan dilakukan dengan cara lain tanpa menggunakan peralatan tangan
berkekuatan, misalnya menggunakan suatu alat hidrolik untuk memecah kolom beton
dari pada menggunakan peralatan pemecah tangan yang memerlukan waktu lama.
Kesehatan Kerja – 99
Pengendalian
Pelihara peralatan sehingga kondisinya seimbang, tidak ada bagian-bagian yang rusak
atau lepas, dan bilah-bilahnya tajam, dan sebagainya. Rencanakan jeda pekerjaan
untuk mencegah pemaparan getaran terus menerus dalam waktu lama.
Untuk melindungi terhadap getaran, pekerja harus selalu menjaga tangannya tetap
hangat supaya aliran darah sampai ke jari tetap baik, dengan cara:
o Memakai arung tangan
o Makan dan minum yang panas
o Memijat jari-jari
o Tidak merokok (karena dapat mempersempit pembuluh darah)
BAB VII
INVESTIGASI KECELAKAAN KERJA
Bab ini berisi penjelasan mengenai investigasi kecelakaan kerja. Setelah mempelajari bab
ini, mahasiswa diharapkan mampu:
Mengetahui konsep dasar investigasi kecelakaan
Mengetahui perencanaan investigasi
Mengetahui metode-metode investigasi
Kecelakaan kerja merupakan Suatu kejadian yang tidak diinginkan yang dapat
berakibat cedera, gangguan kesehatan hingga kematian pada manusia, kerusakan properti,
gangguan terhadap pekerjaan (kelancaran proses produksi) atau pencemaran. Investigasi
kecelakaan kerja harus dilaksanakan oleh personel atau tim investigasi yang kompeten
untuk melaksanakan tugas tersebut. Oleh karena itu, investigator kecelakaan kerja harus
mendapatkan pelatihan tentang prosedur investigasi kecelakaan kerja, teknik investigasi
kecelakaan dan analisa akar penyebab kecelakaan kerja. Sedangkan Team Investigasi
Kecelakaan Kerja (TIK) dapat disusun oleh Investigator, yang dapat terdiri dari ; orang yang
menguasai bidang tertentu (ahli) dan pendamping tim (Satpam, Humas, dan sebagainya).
Investigasi kecelakaan kerja merupakan salah satu upaya untuk mengendalikan dan
mencegah kerugian (termasuk proses produksi) yang timbul akibat kecelakaan kerja.
Penyelidikan kecelakaan kerja akan efektif, apabila dapat: (1) Menjelaskan apa yang
sebenarnya terjadi; (2) Menentukan sebab-sebab sebenarnya; (3) Menentukan resiko; (4)
Mengembangkan kemampuan supervisi; (5) Menentukan kecenderungan (trend)
kecelakaan; dan (6) Kepatuhan terhadap peraturan perundangan. TIK bertugas untuk
mencoba menentukan semua penyebab dari kecelakaan kerja tersebut, bukan SIAPA untuk
menghukum SIAPA yang melakukannya.
WHICH
Kecelakaan manakah yang harus diinvestigasi dan dilaporkan?
Semua kecelakaan kerja, tidak peduli kecilnya kemungkinan terlihat, harus dilaporkan oleh
korban atau saksi kepada atasan secepatnya.. Keparahan kecelakaan akan menentukan
investigasi yang diperlukan. Dan semua kecelakaan kerja yang diketahui atau dilaporkan
yang mengakibatkan; kerugian harta benda mulai dari yang kecil hingga besar, dan korban
manusia mulai dari cidera ringan hingga fatality (termasuk akibat keracunan pestisida pada
104 – Investigasi Kecelakaan Kerja
manusia), korban manusia dari penyakit akibat kerja, serta kerugian harta benda atau
cidera/ penyakit pada korban manusia,
WHY
Mengapa kecelakaan perlu diinvestigasi dan dilaporkan?
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan serupa pada masa yang akan datang.
Untuk menentukan penyebab kejadian tersebut, dimana kemungkinan biasa terjadi dalam
proses kerja atau biasa terjadi di tempat lain.
Menyediakan informasi kejadian tersebut untuk keperluan
analisis HOW
Bagaimana Proses Investigasi dilakukan?
Adapun urutan proses yang dapat dilakukan:
Tanggapi secepatnya secara positif. (Pengawas)
Kumpulkan semua informasi yang berkaitan. (Pengawas & dibantu Petugas K3)
Analisa semua penyebab penting. (Pengawas & dibantu Petugas K3)
Laporkan penemuan-penemuan dan rekomendasikan yang diperlukan. (Pengawas)
Kembangkan dan tuangkan saran-saran perbaikan dan lakukan tindakan. (Manajer,
Petugas K3)
Teruskan untuk proses lebih lanjut. (Manajer dan Petugas K3)
B. Perencanaan Investigasi
Adapun peralatan yang dibutuhkan saat investigasi, antara lain: 1) Perkakas dan
Peralatan Umum; 2) Peralatan khusus; dan 3) Peralatan medis. Sedangkan peralatan
investigasi di lapangan, yaitu: 1) Peralatan PPPK (P3K); 2) Evidence Logbook; 3) Kaca
Pembesar; 4) High-visibility tape; 5) Camera & film; 6) Scotch tape; 7) Penggaris & meteran
100’; 8) Clipboard, kertas & pensil; 9) Audio & video recorders dengan tape; 10) Milimeter
paper; 11) Kantong plastic; 12) Evidence tags; 13) Kompas; dan 14) APD.
Siapa yang harus mengivestigasi dan melaporkan kecelakaan kerja?. Karyawan
harus melaporkan kejadian kecelakaan kepada supervisornya, dan / atau Petugas Safety
perusahaan (dalam waktu 24 jam setelah kejadian kecelakaan). Supervisor harus
memverifikasi kejadian kecelakaan dan mengkoordinir pelaksanaan Pertolongan Pertama
(bilamana korban masih berada ditempat kejadian), serta melaporkan secara lisan dan
disusul dengan “laporan kejadian kecelakaan” secara tertulis kepada Petugas Safety
Perusahaan dan juga Pimpinan Departemen, Personel Administration (PA) untuk proses
pelaporannya kepada pihak Pemerintah.
Petugas Safety Perusahaan (yang kompeten melakukan investigasi) akan melaporkan
kepada pimpinan Perusahaan dan melakukan investigasi dengan melibatkan beberapa
Investigasi Kecelakaan Kerja – 105
Meyakinkan pemahaman pekerjaan dan masukan yang terkait dgn kasus tsb.
Melakukan supervisi atau mengkoordinir tugas-tugas Technical Specialist, photografi,
pemetaan, analisa laboratori, dll.
Meyakinkan semua area, transportasi dan sumber-sumber daya yang diperlukan oleh
Investigator tersedia
Mengurus untuk ijin dari keluarga tentang laporan medis atau akan dilakukannya otopsi
Mendapatkan laporan dan informasi dari pihak-pihak terkait
Melakukan interview terhadap saksi-saksi
Mengurus persetujuan bisa masuk ke lokasi kejadian
Secara tidak langsung pengawas juga terlibat dalam kejadian tersebut atau terlibat pada
proses pengambilan tindakan perbaikan.
Pengawas dapat mengambil keuntungan dari investigasi ini.
Pengawas tahu dimana mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
METODA-METODA INVESTIGASI
Secara umum terdapat 5 metode investigasi berdasarkan teorinya, yaitu:
Teori Sebab & Akibat dari ILCI/DNV
Teori SCAT (Systematic Cause Analysis Technique) dari ILCI/DNV
Teori Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagram)
Teori Pohon Penyelidikan
Teori Taproot Analysis
Dari meodel diatas, akibat dari kecelakaan adalah kerugian dari manusia, properti
perusahaan, berkurangnya produktifitas dan kerugian lingkungan. Penyebab langsung
terdiri dari yaitu substandart condition dan substandart action yang bisanya pada teori
safety yang lain disebut unsafe action and unsafe condition.
Dalam teori invstigasi yang dikemukakan oleh ILCI, setiap faktor penyebab kecelakaan
dibuat ceklis sebagai panduan untuk memudahkan rootcause-nya, seperti dibawah ini :
Kondisi Berbahaya
– Pelindung/pembatas tidak layak
– APD kurang/tidak layak
– Peralatan rusak
– Ruang kerja sempit/terbatas
– Bahaya kebakaran / ledakan
– Kebersihan dan kerapihan kurang
– Paparan gas/cairan kimia berbahaya di lingkungan kerja
– Kebisingan
112 – Investigasi Kecelakaan Kerja
– Paparan radiasi
– Paparan suhu panas / dingin
– Kurang pencahayaan
– Kurang ventilasi
Perilaku berbahaya
– Operasi tanpa otorisasi
– Gagal memperingatkan
– Gagal mengamankan
– Mengoperasikan peralatan pada kecepatan yang tidak layak
– Membuat alat pengaman tidak berfungsi
– Menggunakan alat yang rusak
– Memakai APD yang tidak layak / tidak memakai APD
– Pemuatan yang tidak layak
– Penempatan yang tidak layak
– Pengangkatan yang tidak layak
– Posisi kerja tidak aman
– Memperbaiki peralatan ketika beroperasi
– Bercanda
– Mabuk
– Tidak mengikuti prosedur
Faktor Pekerjaan :
– Kurang pengawasan / kepemimpinan
– Kurang rekayasa / engineering
– Kurang perencanaan pengadaan
– Kurang perawatan
– Kurang standar kerja
– Salah pakai / salah menggunakan
Investigasi Kecelakaan Kerja – 113
Diagram Tulang Ikan ini dikembangkan pertama kali oleh Prof. Kaoru Ishikawa dari
Universitas Tokyo pada tahun 1950. Gambar di atas menunjukan struktur Fishbone.
Karakteristik mutu digambarkan pada kepala ikan sedangkan faktor yang
mempengaruhinya dituliskan di bagian ekor panah-panah yang mewakili tulang ikan yang
ada di bagian kiri diagram. Untuk aktivitas pemecahan masalah (problem solving) yang ada
di kepala ikan adalah masalah yang akan dianalisa penyebabnya, sedangkan penyebab-
penyebab yang berpengaruh terhadap timbulnya masalah dituliskan di bagian ekor panah.
(Eriksson, 2008. P. 395).
Faktor-faktor yang umum digunakan dalam Fishbone yang digunakan untuk
menentukan penyebab hasil produk cacat adalah:
Man : Manusia
Material : Material
Methode : Cara
Machine : Mesin
Environmet : Lingkungan
BAB VIII
MANAJEMEN RISIKO
Bab ini berisi penjelasan mengenai manajemen risiko. Setelah mempelajari bab ini,
mahasiswa diharapkan mampu:
Mengetahui pra syarat manajemen risiko
Mengetahui gambaran manajemen risiko
Mengetahui proses manajemen risiko
Mengetahui pengendalian risiko
Konsep manajemen risiko mulai diperkenalkan di bidang keselamatan dan
kesehatan kerja pada era tahun 1980-an setelah berkembangnya teori accident
model dari ILCI dan juga semakin maraknya isu lingkungan dan kesehatan.
Tujuan dari manajemen risiko adalah minimisasi kerugian dan meningkatkan
kesempatan ataupun peluang. Bila dilihat terjadinya kerugian dengan teori accident
model dari ILCI, maka manajemen risiko dapat memotong mata rantai kejadian
kerugian tersebut, sehingga efek dominonya tidak akan terjadi. Pada dasarnya
manajemen risiko bersifat pencegahan terhadap terjadinya kerugian maupun
‘accident’.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup proses manajemen risiko terdiri dari:
Penentuan konteks kegiatan yang akan dikelola risikonya
Identifikasi risiko,
Analisis risiko,
Evaluasi risiko,
Pengendalian risiko,
Pemantauan dan telaah ulang,
Koordinasi dan komunikasi.
Aplikasi
Pelaksanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari
pelaksanaan sistem manajemen perusahaan/ organisasi. Proses manajemen risiko
Ini merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk terciptanya perbaikan
berkelanjutan (continuous improvement). Proses manajemen risiko juga sering
dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi.
118 – Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah metode yang tersusun secara logis dan sistematis
dari suatu rangkaian kegiatan: penetapan konteks, identifikasi, analisa, evaluasi,
pengendalian serta komunikasi risiko.
Proses ini dapat diterapkan di semua tingkatan kegiatan, jabatan, proyek,
produk ataupun asset. Manajemen risiko dapat memberikan manfaat optimal jika
diterapkan sejak awal kegiatan. Walaupun demikian manajemen risiko seringkali
dilakukan pada tahap pelaksanaan ataupun operasional kegiatan.
Definisi
Konsekuensi
Akibat dari suatu kejadian yang dinyatakan secara kualitatif atau kuantitatif,
berupa kerugian, sakit, cedera, keadaan merugikan atau menguntungkan.
Bisa juga berupa rentangan akibat-akibat yang mungkin terjadi dan
berhubungan dengan suatu kejadian.
Biaya
Dari suatu kegiatan, baik langsung dan tidak langsung, meliputi berbagai
dampak negatif, termasuk uang, waktu, tenaga kerja, gangguan, nama baik,
politik dan kerugian-kerugian lain yang tidak dinyatakan secara jelas.
Kejadian
Suatu peristiwa (insiden) atau situasi, yang terjadi pada tempat tertentu
selama interval waktu tertentu.
Analisis Urutan Kejadian
Suatu teknik yang menggambarkan rentangan kemungkinan dan rangkaian
akibat yang bisa timbul dari proses suatu kejadian.
Analisis Urutan Kesalahan
Suatu metode sistem teknik untuk menunjukkan kombinasi-kombinasi yang
logis dari berbagai keadaan sistem dan penyebab-penyebab yang mungkin
bisa berkontribusi terhadap kejadian tertentu (disebut kejadian puncak).
Frekuensi
Ukuran angka dari peristiwa suatu kejadian yang dinyatakan sebagai jumlah
peristiwa suatu kejadian dalam waktu tertentu. Terlihat juga seperti
kemungkinan dan peluang.
Bahaya (hazard)
Faktor intrinsik yang melekat pada sesuatu dan mempunyai potensi untuk
menimbulkan kerugian.
Manajemen Risiko – 119
Monitoring/ Pemantauan
Pengecekan, Pengawasan, Pengamatan secara kritis, atau Pencatatan
kemajuan dari suatu kegiatan, tindakan, atau sistem untuk mengidentifikasi
perubahan-perubahan yang mungkin terjadi.
Probabilitas
Digunakan sebagai gambaran kualitatif dari peluang atau frekuensi.
Kemungkinan dari kejadian atau hasil yang spesifik, diukur dengan rasio dari
kejadian atau hasil yang spesifik terhadap jumlah kemungkinan kejadian atau
hasil. Probabilitas dilambangkan dengan angka dari 0 dan 1, dengan 0
menandakan kejadian atau hasil yang tidak mungkin dan 1 menandakan
kejadian atau hasil yang pasti.
Risiko Ikutan
Tingkat risiko yang masih ada setelah manajemen risiko dilakukan.
Risiko
Peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak terhadap
sasaran. Ini diukur dengan hukum sebab akibat. Variabel yang diukur
biasanya probabilitas, konsekuensi dan juga pemajanan.
Penerimaan Risiko (acceptable risk)
Keputusan untuk menerima konsekuensi dan kemungkinan risiko tertentu.
Analisis risiko
Sebuah sistematika yang menggunakan informasi yang didapat untuk
menentukan seberapa sering kejadian tertentu dapat terjadi dan besarnya
konsekuensi tersebut.
Penilaian risiko
Proses analisis risiko dan evalusi risiko secara keseluruhan. Lihat diagram
3.1
Penghindaran risiko
Keputusan yang diberitahukan tidak menjadi terlibat dalam situasi risiko.
Pengendalian risiko
Bagian dari manajemen risiko yang melibatkan penerapan kebijakan, standar,
prosedur perubahan fisik untuk menghilangkan atau mengurangi risiko yang
kurang baik.
Evaluasi risiko
Proses yang biasa digunakan untuk menentukan manajemen risiko dengan
membandingkan tingkat risiko terhadap standar yang telah ditentukan, target
tingkat risiko dan kriteria lainnya
.
120 – Manajemen Risiko
Identifikasi Risiko
Proses menentukan apa yang dapat terjadi, mengapa dan bagaimana.
Pengurangan Risiko
Penggunaan/ penerapan prinsip-prinsip manajemen dan teknik-teknik yang
tepat secara selektif, dalam rangka mengurangi kemungkinan terjadinya
suatu kejadian atau konsekuensinya, atau keduanya.
Pemindahan Risiko (risk transfer)
Mendelegasikan atau memindahkan suatu beban kerugian ke suatu
kelompok/ bagian lain melalui jalur hukum, perjanjian/ kontrak, asuransi, dan
lain-lain. Pemindahan risiko mengacu pada pemindahan risiko fisik dan
bagiannya ke tempat lain.
Implementasi Program
Sejumlah langkah perlu dilakukan agar implementasi sistem manajemen
risiko dapat berjalan secara efektif pada sebuah organisasi. Contoh implementasi
dapat dilihat pada lampiran B. Langkah-langkah yang akan dilakukan tergantung
pada filosofi, budaya dan struktur dari organisasi tersebut.
Tinjauan Manajemen
Tinjauan sistem manajemen risiko pada tahap yang spesifik, harus dapat
memastikan kesesuaian kegiatan manajemen risiko yang sedang dilakukan dengan
standar yang digunakan dan dengan tahap-tahap berikutnya. (lihat klausa 2.2).
Elemen Utama
Elemen utama dari proses manajemen risiko, seperti yang terlihat pada
gambar 3.1 meliputi:
Penetapan tujuan
Menetapkan strategi, kebijakan organisasi dan ruang lingkup manajemen
risiko yang akan dilakukan.
Identifkasi risiko
Mengidentifikasi apa, mengapa dan bagaimana faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya risiko untuk analisis lebih lanjut.
Analisis risiko
Dilakukan dengan menentukan tingkatan probabilitas dan konsekuensi
yang akan terjadi. Kemudian ditentukan tingkatan risiko yang ada dengan
mengalikan kedua variabel tersebut (probabilitas X konsekuensi).
Evaluasi risiko
Membandingkan tingkat risiko yang ada dengan kriteria standar. Setelah
itu tingkatan risiko yang ada untuk beberapa hazards dibuat tingkatan
prioritas manajemennya. Jika tingkat risiko ditetapkan rendah, maka risiko
tersebut masuk ke dalam kategori yang dapat diterima dan mungkin
hanya memerlukan pemantauan saja tanpa harus melakukan
pengendalian.
Pengendalian risiko
Melakukan penurunan derajat probabilitas dan konsekuensi yang ada
dengan menggunakan berbagai alternatif metode, bisa dengan transfer
risiko, dan lain-lain.
Monitor dan Review
Monitor dan review terhadap hasil sistem manajemen risiko yang
dilakukan serta mengidentifikasi perubahan-perubahan yang perlu
dilakukan.
Komunikasi dan konsultasi
Komunikasi dan konsultasi dengan pengambil keputusan internal dan
eksternal untuk tindak lanjut dari hasil manajemen risiko yang dilakukan.
Ruang lingkup
Identifikasi Resiko
Analisa Resiko
Evaluasi Resiko
Pengendalian Resiko
Konteks Strategis
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah: mendefinisikan
hubungan antara organisasi dan lingkungan sekitarnya, mengidentifikasi kelebihan,
kekurangan, kesempatan dan rintangan. Konteksnya meliputi bidang keuangan,
bidang operasional, pesaing, bidang politik (persepsi umum), sosial, klien, budaya
dan bidang legal dari fungsi organisasi.
Mengidentifikasi faktor pendukung internal dan eksternal dan
mempertimbangkan tujuan, menjadikannya dalam bentuk persepsi dan menerbitkan
peraturan. Intinya tahapan ini melakukan eksplorasi terhadap semua faktor yang
dapat mendukung dan menghambat jalannya kegiatan manajemen risiko
selanjutnya.
Tahap ini berfokus pada lingkungan dimana organisasi itu berada. Sebuah
organisasi seharusnya mencoba menetapkan elemen-elemen penting yang mungkin
mendukung atau menghambat kemampuan untuk mengelola risiko yang dihadapi,
analisa strategis harus dibuat. Hal ini seharusnya didukung pada level eksekutif,
membuat parameter dasar dan memberikan bimbingan lebih rinci bagi proses
manajemen risiko. Dimana seharusnya ada hubungan yang erat antara misi
organisasi atau tujuan organisasi atau tujuan strategis dengan pengelolaan dari
seluruh risiko yang akan dilakukan.
Konteks Organisasi
Sebelum studi manajemen risiko dilakukan, merupakan hal penting untuk
memahami kondisi organisasi dan kemampuannya, seperti halnya pemahaman
terhadap tujuan, sasaran dan strategi yang dibuat untuk manajemen risiko.
Merupakan hal penting memahami alasan-alasan berikut:
Manajemen risiko menempati konteks sebagai tujuan tahap dekat untuk
mencapai tujuan organisasi dan strategi organisasi, karena hasil
manajemen risiko barulah tahap awal untuk terciptanya ‘continuous
improvement’.
Kegagalan pencapaian sebuah objektif dari organisasi bisa dilihat sebagai
salah satu risiko yang harus dikelola.
Manajemen Risiko – 125
Isi dan ruang lingkup dari aplikasi proses manajemen risiko, meliputi :
a. Identifikasi tujuan dari proyek yang akan dilakukan (sejalan dengan
manajemen perusahaan).
Penentuan waktu dan tempat pelaksanaan proyek.
Identifikasi studi yang diperlukan lengkap dengan ruang lingkupnya,
prasyarat, dan objektifitasnya.
Menentukan cakupan dan ruang lingkup dari aktifitas manajemen risiko.
Kegiatan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
Penentuan wilayah tanggung jawab setiap unit (siapa yang berwenang).
Hubungan antara proyek yang satu dengan yang lainnya dalam
organisasi tersebut (koordinasinya).
Penentuan konteks
Konteks strategi
Konteks organisasi
Konteks manajemen resiko
Pengembangan kriteria
Struktur kebijakan
Identifikasi risiko
Apa yang bisa terjadi
Bagaimana itu bisa terjadi
Analisa resiko
Penentuan Alternatif-Alternatif Kontrol
konsultasi
Menentukan Menentukan
Pemantauandan review
Kemungkinan Konsekuensi
dan
Evaluasi Resiko
Membandingkan kembali dengan kriteria standar
Penetapan prioritas resiko
Ya
Resiko diterima
Penanggulangan resiko
Identifikasi penanggulangan resiko
Evaluasi pilihan penanggulangan
Memilih penanggulangan
Menyiapkan rencana penanggulangan
Implementasi penanggulangan
Mendefinisikan struktur
Termasuk didalamnya yaitu memisahkan aktivitas atau proyek kedalam
elemen-elemen. Elemen-elemen ini menyediakan suatu kerangka logis untuk
Manajemen Risiko – 127
mengidentifikasi dan menganalisis agar dapat disusun urutan risiko yang signifikan.
Struktur yang dipilih tergantung dari risiko dan ruang lingkup aktivitas/ proyek.
Identifikasi Risiko
Umum
Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap risiko yang akan dikelola.
Identifikasi harus dilakukan terhadap semua risiko, baik yang berada didalam
ataupun diluar organisasi.
Analisis Risiko
Umum
Tujuan dari analisis risiko adalah untuk membedakan risiko minor yang dapat
diterima dari risiko mayor, dan untuk menyediakan data untuk membantu evaluasi
dan penanganan risiko. Analisis risiko termasuk pertimbangan dari sumber risiko,
128 – Manajemen Risiko
Tipe Analisis
Analisis risiko akan tergantung informasi risiko dan data yang tersedia.
Metode analisis yang digunakan bisa bersifat kualitatif, semi kuantitatif, atau
kuantitatif bahkan kombinasi dari ketiganya tergantung dari situasi dan kondisinya.
Urutan kompleksitas serta besarnya biaya analisis (dari kecil hingga besar)
adalah: kualitatif, semi kuantitatif, dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk
memberikan gambaran umum tentang level risiko. Setelah itu dapat dilakukan
analisis semi kuantitatif ataupun kuantitatif untuk lebih merinci level risiko yang ada.
Analisis kualitatif digunakan untuk kegiatan skrining awal pada risiko yang
membutuhkan analisis lebih rinci dan lebih mendalam.
130 – Manajemen Risiko
Analisis Semi-Kuantitatif
Pada analisis semi kuantitatif, skala kualitatif yang telah disebutkan diatas
diberi nilai. Setiap nilai yang diberikan haruslah menggambarkan derajat konsekuensi
maupun probabilitas dari risiko yang ada. Misalnya suatu risiko mempunyai tingkat
probabilitas sangat mungkin terjadi, kemudian diberi nilai 100. setelah itu dilihat
tingkat konsekuensi yang dapat terjadi sangat parah, lalu diberi nilai
Maka tingkat risiko adalah 100 x 50 = 5000. Nilai tingkat risiko ini kemudian
dikonfirmasikan dengan tabel standar yang ada (misalnya dari ANZS/ Australian New
Zealand Standard, No. 96, 1999).
Kehati-hatian harus dilakukan dalam menggunakan analisis semi-kuantitatif,
karena nilai yang kita buat belum tentu mencerminkan kondisi obyektif yang ada dari
sebuah risiko. Ketepatan perhitungan akan sangat bergantung kepada tingkat
pengetahuan tim ahli dalam analisis tersebut terhadap proses terjadinya sebuah
risiko. Oleh karena itu kegiatan analisis ini sebaiknya dilakukan oleh sebuah tim yang
terdiri dari berbagai disiplin ilmu dan background, tentu saja juga melibatkan manajer
ataupun supervisor di bidang operasi.
Analisis Kuantitatif
Analisis dengan metode ini menggunakan nilai numerik. Kualitas dari analisis
tergantung pada akurasi dan kelengkapan data yang ada. Konsekuensi dapat
dihitung dengan menggunakan metode modeling hasil dari kejadian atau kumpulan
kejadian atau dengan mempekirakan kemungkinan dari studi eksperimen atau data
sekunder/ data terdahulu.
Probabilitas biasanya dihitung sebagai salah satu atau keduanya (exposure
dan probability). Kedua variabel ini (probabilitas dan konsekuensi) kemudian
digabung untuk menetapkan tingkat risiko yang ada. Tingkat risiko ini akan berbeda-
beda menurut jenis risiko yang ada.
Sensitifitas Analisis
Tingkatan sensitifitas analisis (dimulai dari yang paling sensitif sampai
dengan yang kurang sensitif) adalah:
Analisis Kuantitatif
Analisis Semi-kuantitatif
Analisis Kualitatif
Evaluasi Risiko
Manajemen Risiko – 131
D. PENGENDALIAN RISIKO
Pengendalian risiko meliputi identifikasi alternatif-alternatif pengendalian
risiko, analisis pilihan-pilihan yang ada, rencana pengendalian dan pelaksanaan
pengendalian.
Mengurangi probabilitas
Mengurangi konsekuensi
Contoh dapat di lihat di Lampiran G
Transfer risiko
Alternatif transfer risiko ini, dilakukan setelah dihitung keuntungan dan
kerugiannya. Transfer risiko ini bisa berupa pengalihan risiko kepada
132 – Manajemen Risiko
pihak kontraktor. Oleh karena itu didalam perjanjian kontrak dengan pihak
kontraktor harus jelas tercantum ruang lingkup pekerjaan dan juga risiko
yang akan ditransfer. Selain itu konsekuensi yang mungkin terjadi dapat
juga di transfer risikonya dengan pihak asuransi.
Manajemen Risiko – 133
Menilai
alternatif Merekomendasikan strategi pengendalian
pengendalia
Persiapan
alternatif Persiapan rencana pengendalian
pengendalia
dikembalikan Pengiriman
Risiko yang Ya
Kembali
diterima
Tdk
Ukuran
penurunan
implement
Tingkatan
tasi
risiko (nilai
risiko)
Penggunaan
peraturan
Tidak
ekonomis
DOKUMENTASI
Umum
Setiap tingkatan dari proses manajemen risiko harus didokumentasikan.
Dokumentasi harus meliputi asumsi, metode, sumber data dan hasil.
Alasan Pendokumentasian
Alasan untuk pendokumentasian adalah sebagai berikut:
Menggambarkan proses manajemen risiko yang dilaksanakan telah berjalan dengan
tepat.
Memberikan masukan data dan informasi untuk proses identifikasi dan analisis
risiko.
136 – Manajemen Risiko
Lampiran B
LANGKAH-LANGKAH DALAM PENGEMBANGAN DAN
PENERAPAN PROGRAM MANAJEMEN RISIKO
(Sumber:
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/bian/material/sesi3manajemenrisikok3.doc)
Penilaian Risiko – 139
BAB IX
PENILAIAN RISIKO
Bab ini berisi penjelasan mengenai penilaian risiko. Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa
diharapkan mampu:
Mengetahui langkah umum penilaian risiko
Mengetahui contoh penilaian risiko
Setiap jenis bahaya yang telah diidentifikasi harus dinilai peringkat risikonya untuk
menetapkan bentuk/ program pengendalian risiko. Bentuk/ program pengendalian risiko
dimaksudkan agar risiko besar menjadi kecil atau dapat diterima. Peringkat risiko ditetapkan
melalui analisa peluang timbulnya kecelakaan dan tingkat keparahan bila kecelakaan terjadi.
Peringkat risiko adalah perkalian antara tingkat peluang dan tingkat keparahan sehingga
makin tinggi peringkat risiko, makin tinggi dan ketat bentuk pengendaliannya.
Definisi
Penilaian risiko adalah suatu proses analisis untuk menilai risiko serta mengidentifikasi
tindkan-tindakan kontrol yang diperlukan untuk menghilangkan atau mengurangi risiko yang
ada sehingga kondisi di atas dapat dikategorikan sebagai Acceptable Risk (risiko yang
masih dalam batas-batas toleransi).
Hazard (Bahaya)
Suatu kondisi yang berpotensi untuk terjadinya suatu kecelakaan terhadap pekerja,
perlatan, bahan-bahan atau lingkungan. Contoh: sumber api, bahan mudah terbakar,
bahan berbahaya dan beracun, ativitas menggunakan suhu tinggi, dan sebagainya.
Acceptable Risk (Risiko yang masih dalam batas toleransi)
Suatu tingkatan (level) dari risiko yang berada dalam batas yang masih bisa diterima.
Tindakan-tindakan kontrol tertentu suatu aktivitas atau kondisi yang berisiko tinggi
(high risk) dapat diturunkan menjadi suatu risiko yang dapat diterima.
Risk Analysis (Analisis Risiko)
Suatu proses analisis untuk menilai risiko serta mengidentifikasi tindakan-tindakan
yang diperlukan guna menghilangkan atau mengurangi risiko.
Likehood/ probability (kemungkinan/ P)
Besarnya kemungkinan terjadinya suatu kecelakaan.
Hazard Effect (Tingkat Keparahan/ HE)
Tingkat keparahan dari suatu kecelakaan yang mungkin terjadi akibat adanya
hazard. Penilaian (Assessment)
140 – Penilaian Risiko
Pada suatu aktivitas yang bersifat global yang mencakup berbagai kegiatan, biasanya
ditemukan kesulitan-kesulitan untuk mengidentifikasi bahaya-bahayanya (hazard) dan risiko
(risk) yang mungkin timbul. Sehingga pada akhirnya juga sulit .
Matriks yang lebih baik menggunakan minimal 5 skala, misalnya: peluang terjadi (tidak
pernah, jarang, kadang, sering, selalu); akibat (fatal, berat, serius, agak serius, dan ringan).
Definisikan dengan jelas agar terhindar dari perbedaan persepsi pada masing-masing skala.
Jika penilaian risiko telah dilakukan, selanjutnya adalah menentukan tindakan pengendalian
yang akan dilaksanakan. Adapun hirarki pengendalian risiko, yaitu:
Eliminasi: Peniadaan kondisi dan tindakan berbahaya
Substitusi: Penggantian suatu kondisi, bahan, alat dan tindakan yang berbahaya, dengan
yang lebih aman dan sehat
Rekayasa : Teknologi/ metode pelindung/ mitigasi bahaya dan risiko, perlengkapan K3
(safety devices)
Administratif: Pelatihan, Sistem/prosedur/ijin kerja yang ketat, rambu-rambu,
Pelindung diri: Alat Pelindung Diri (APD) yang tepat agar terlindung dari paparan bahaya/
risiko.
Penilaian risiko:
Bahaya longsoran tanah pasir berlumpur dengan kedalaman = 1,5 s/d 2,5 m, sangat mudah
terjadi
Dari statistik dan analisis teknis, bahaya longsoran tersebut mempunyai tingkat kemunginan
terjadi SERING (C), dan keparahannya serius atau fatal (3), yaitu pekerja dapat mati
terkubur Berdasarkan matriks penilaian risiko, maka peringkat risikonya tertinggi (3C).
Pengendalian risiko
Eliminasi: untuk meniadakan bahaya longsor adalah dengan memasang turap, sesuai
dengan rekomendasi.
Substitusi : untuk mengurangi bahaya, pipa galvanized diganti pipa PVC yg lebih ringan.
Rekayasa : menggunakan metode kerja yang aman-efisien, galian dilakukan bertahap,
akses diberi tangga naik turun.
Administratif : buat prosedur, adakan pelatihan, rambu-rambu, traffic management, dan
sebagainya, APD, berupa helm dan sepatu sesuai standar.
Program pengendalian risiko perlu dibuat metode kerja yang paling aman dan efisien.
Manajer K3 perlu menghitung kebutuhan upah, bahan dan alat bantu untuk pekerjaan
utama, berapa kali bahan/alat bantu bisa dipakai agar hemat. Termasuk kebutuhan sarana
pengamanan/ K3, seperti tangga akses, rambu-rambu, traffic manajemen dsb. Masukkan
komponen biaya dalam bentuk analisa harga satuan, sesuai dengan ketentuan. Sedangkan
untuk kegiatan bersifat umum, biaya dimasukkan sebagai biaya tak langsung (ovehead)
142 – Penilaian Risiko
PEDOMAN CHECKLIST
Tujuan
Dengan checklist ini akan membantu mengidentifikasi kegiatan K3L perusahaan dan
bahaya yang umum pada pekerjaan kontruksi. Pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam
checklist dimaksudkan untuk membantu upaya manajemen dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan penilaian pekerjaan yang berhubungan dengan K3L.
Memeriksa apakah program K3L sudah dipersiapakan dengan baik, sesuai dengan tujuan,
khususnya yang berhubungan dengan pekerjaan kontruksi.
Perancah
Apakah perancah dipasang, dirubah dan dibongkar oleh petugas yang berwenang?
Apakah tersedia jalan yang aman menuju ke anjungan perancah?
Apakah permukaannya dilengkapi papan alas (dan, bila perlu alas papan) atau
perlindungan lain terhadap kemungkinan terpeleset atau terperosok?
Apakah perancah terikat cukup kuat pada bangunan atau struktur untuk mencegah
roboh?
144 – Penilaian Risiko
Apakah ada pagar pengaman dan papan pelindung kaki atau pengaman standar yang
cukup pada setiap pinggiran dimana orang dapat jatuh dari ketinggian 2 meter atau
lebih?
Bila pagar pengaman dan pelindung kaki terpasang
Apakah tinggi pelindung kaki 15 cm?
Apakah tinggi pagar pengaman 90 cm dari alas kerja?
Apakah ada pengaman tambahan atau pelindung bata yang dipasang untuk
mengisi celah antara pelindung kaki dengan bagian atas pagar pengaman?
Apakah papan alas kerjannya terpasang dengan baik dan dirancang mencegah
terjungkal atau merosot?
Apakah ada penghalang yang baik atau peringatan ditempat untuk mencegah orang
menggunakan perancah yang belum selesai dibangun, misalkan papan kerjanya
belum dipasang?
Apakah perancah telah dirancang dan dibangun untuk menampung bahan atasnya?
Apakah seorang petugas yang berwenang menginspeksi perancah secara teratur,
misalkan seminggu sekali selalu setelah dilakukan perubahan, rusak dan akibat
cuaca yang ekstrim?
Apakah hasil inspeksinya dicatat?
Peralatan Bergerak
Apakah peralatan dipasang oleh orang yang berwenang?
Apakah peralatan yang tetap, terikat dengan kuat pada struktur?
Apakah anjungan kerja yang mempunyai pagar pengaman yang cukup dan pelindung
kaki atau lainnya untuk mencegah orang atau bahan terjatuh?
Apakah telah dilakukan pengamanan seperti pagar pembatas disekitar lokasi dasarnya,
untuk mencegah orang terkena anjungan bergerak, serpihan bangunan atau bahan-
bahan yang terjatuh?
Apakah operatornya terlatih dan berwenang?
Apakah sumber tenaganya diisolasi dan peralatnnya diamankan setelah jam kerja
selesai?
Tangga
Apakah tangga digunakan secara benar dalam pekerjaan?
Apakah tangga dalam kondisi yang baik?
Apakah kedudukannya aman untuk mencegah tergelincir kesamping atau kedepan?
Penilaian Risiko – 145
Apakah tangga terpasang dengan ketinggian yang cukup diatas lantai atas? Bila
tidak apakah tersedia pegangan yang lain?
Apakah tangga diletakan pada alas yang keras dan tidak diatas bahan yang rapuh
atau tidak stabil?
Pekerjaan Atap
Apakah ada penahan atau pengaman pinggiran atap untuk menahan orang atau bahan
terjatuh dari atap?
Apakah pelapis atas mempunyai tempat berpegangan dan berpijak? Bila tidak, apakah
tersedia tangga atau papan untuk merayap untuk digunakan?
Apakah orang-orang dicegah berada dibawah pekerjaan atap? Bila tidak
memungkinkan, apakah dilakukan pengamanan tambahan untuk mencegah puing
jatuh menimpa mereka?
Pekerjaan Penggalian
Apakah cukup tersedia kayu, lembaran penahan, atau bahan pendukung lainnya yang
dibuat sebelum penggalian dilakukan?
Apakah bahan tersebut cukup kuat menahan dinding lubang?
Apakah ada suatu metoda aman untuk menempatkan penahan, tanpa orang harus
mengerjakannya didalam lubang yang belum terlindungi.
Apakah ada akses ketempat penggalian, misalkan menggunakan tangga yang cukup
panjang dan aman?
Apakah ada pagar pengaman atau pengamanan lainnya untuk mencegah orang atau
peralatan lain jatuh ke lubang?
Apakah disediakan blok penahan roda kendaraan untuk mencegahnya terperosok ke
dalam lubang?
Apakah penggalian berdampak kepada stabilitas struktur di sekitarnya?
Apakah bahan-bahan, tanah galian atau tanaman diletakkan jauh dari pinggir lubang
dengan maksud mengurangi kemungkinan runtuhnya tebing lubang?
Apakah penggalian di-inspeksi oleh seorang petugas yang berwenang saat dimulai
setelah setiap shift kerja, dan setelah ada kecelakaan runtuh, atau kejadian yang
berdampak pada stabilitas?
Katrol/ Kerekan
Apakah sudah ada prosedur tertulis pekerjaan pengangkatan?
Apakah katrol dilindungi dengan penutup untuk mencegah orang terantuk oleh bagian
yang bergerak dari katrol?
146 – Penilaian Risiko
Apakah disediakan gerbang pada setiap lantai pemberhentian katrol, termasuk lantai
dasar?
Apakah gerbang selalu dalam keadaan tertutup kecuali bila anjungan katrol berada
disana?
Apakah kendali diatur sedemikian rupa sehingga katrol hanya dapat dioprasikan dari
satu titik saja?
Apakah operator katrol dilatih dan mampu?
Apakah tanda beban aman katrol terpasang dengan jelas?
Bila katrol hanya digunakan untuk bahan saja, apakah ada tanda peringatan pada
anjungannya yang mencegah orang menaikinya?
Apakah katrol diinspeksi sekali seminggu, dan diperiksa secara seksama 6 bulan sekali
oleh petugas yang berwenang?
Apakah hasil inspeksi dicatat?
Apakah alat pemadam api tersedia dan mudah diambil dalam jenis dan jumlah yang
sesuai?
Bahan-Bahan Berbahaya
Sudahkah semua bahan yang berbahaya, seperti asbes, timah, pelarut, cat, dsb.
Diidentifikasi?
Sudahkah resiko terhadap orang yang terpapar bahan-bahan berbahaya dianalisis dan
dinilai?
Sudahkah perlindungan diidentifikasi dan diterapkan, misalkan apakah alat pelindung diri
disediakan dan dipakai; apakah pekerja dan yang lainnya yang tidak dilindungi
dijauhkan dari pemaparan bahan?
Bunyi
Apakah instalasi, mesin-mesin terpasang dengan peredam bunyinya?
Apakah dibangun penghalang untuk mengurangi penyebaran bunyi?
Apakah pekerjaan dilakukan bertahap untuk meminimalkan jumlah orang yang terpapar
bunyi?
Apakah orang yang tidak berkepentingan dijauhkan dari lokasi kerja?
Apakah alat pelindung telinga yang sesuai disediakan dan dipakai di lokasi yang bising?
Fasilitas Umum
Sudahkah toilet yang sesuai dalam jumlah yang cukup disediakan, dan apakah
kondisinya tetap bersih?
Apakah ada tempat cuci tangan yang bersih dengan air hangat, sabun dan handuk?
Apakah disediakan pakaian yang sesuai bagi mereka yang bekerja ditempat basah,
kotor atau kondisi buruk lainnya?
Apakah ada fasilitas untuk ganti, mengeringkan dan menyimpan pakaian?
Apakah tersedia air untuk minum?
Apakah ada lokasi atau akomodasi dimana pekerja dapat duduk, minum dan makan?
Apakah ada ketentuan pertolongan pertama yang sesuai?
Apakah fasilitas-fasilitas itu mudah dan aman untuk semua yang perlu
menggunakannya?
Apakah APD ini dalam kondisi baik dan dipakai oleh semua yang memerlukannya?
Apakah ada prosedur tentang APD yang mengatur pemilihan, distribusi, pemakaian,
pemeriksaan dan pemeliharaan, pengawasan, penilaian penggantian APD?
Perlistrikan
Apakah tegangan suplay untuk alat dan peralatan merupakan yang paling rendah untuk
pekerjaan (dapat berupa alat dengan tenaga baterai dan sistem pengurangan
tegangan. Mis. 110 Volt, atau yang lebih rendah, digunakan)?
Bila menggunakan tegangan utama, apakah perangkat pemutus arus (RCD, Residual
Current Devices) dipasang untuk semua peralatan?
Apakah RCD dilindungi dari kerusakan, debu dan kelembaban dan di-check setiap hari
oleh pemakai?
Apakah semua sambungan ke sistem dibuat dengan baik, dan menggunakan plug yang
sesuai?
Apakah ada suatu sistem check yang tepat dari pemakai, pengamatan secara visual
oleh manajer lapangan dan isnpeksi gabungan, dan pengujian oleh petugas yang
berwenang terhadap semua alat dan peralatan?
Apakah ada perancah, pekerjaan atap, bekerja dengan derek atau kerangka tinggi yang
berada didekat atau dibawah jaringan kabel diatas? Sudahkah suplai arus listrik
dimatikan, atau pengamanan lain?
Sudahkan kabel listrik dibawah tanah ditentukan, ditandai dan pengamanan untuk
penggalian yang aman dilakukan?
Perlindungan Publik
Apakah publik dipagari atau diamankan dari pekerjaan?
Bila [pekerjaan berhenti pada sore hari:
Reese, Charles D. 2004. Office Building Safety and Health. Washington DC:
CRC Press.
Glismann, Peter J. 2013. Systems Engineering and Safety: Building The
Bridge. Boca Raton: CRC Press.
Ridley, John. 2008. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta:
Erlangga.
Boedi Rijanto. 2010. Pedoman Praktis Keselematan, Kesehatan Kerja dan
Lingkungan (K3L) Industri Konstruksi. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Tarwaka. 2016. Dasar-dasar Keselamatan Kerja Serta Pencegahan Kecelakaan
di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.
I Gede Widayana dan I Gede Wiratmaja. 2014. Kesehatan dan Keselamatan
Kerja. Singaraja: Graha Ilmu.
Rudi Suardi. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Jakarta: PPM
Paimin Napitupulu, dkk. 2014. Evaluasi Sistem Proteksi Kebakaran Perusahaan.
Jakarta: PT. ALUMNI Bandung.
Dan beberapa sumber internet di website yang berkaitan dengan pembahasan.
Industri konstruksi merupakan penyumbang terbesar dalam hal angka
kecelakaan kerja di Indonesia. Bahkan berdasarkan data Badan
Penyelenggara Jasa Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, konstruksi tercatat
sebagai jawara nasional kecelakaan kerja dari tahun ke tahun. Secara
nasional, angka kecelakaan kerja sektor konstruksi versi BPJS
Ketenagakerjaan berada di angka 32%, bersaing ketat dengan industri
manufaktur sekitar 31%. Pada 2016 (hingga November) tercatat 101.367
kasus kecelakaan, korban meninggal dunia mencapai 2.382 orang,
sedangkan pada 2015 tercatat 110.285 dengan korban meninggal dunia
2.375 orang.
Butuh kerja sama yang baik antar semua pihak dalam mengatasi
permasalahan tersebut. Bagi dunia pendidikan tinggi mempelajari K3
Bidang Konstruksi Bangunan merupakan salah satu langkah yang
diharapkan menjadi solusi atas permasalahan tingginya kasus kecelakaan
di industri konstruksi