Peretemuan 1
Peretemuan 1
Disusun oleh :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Laporan Akhir Praktikum Budidaya Chlorella sp.
Laporan ilmiah ini telah kami susun dengan mendapatkan banyak bantuan
dari berbagai pihak, untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat, isi maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata pengantar i
Daftar isi ii
Daftar gambar iii
Daftar tabel iv
Bab I 1
1.1 Latar belakang 1
1.2 Tujuan 1
1.3 Manfaat 1
Bab II Tinjauan Pustaka 2
2.1 Definisi Kultur
2.2 Definisi Chlorella sp
2.2.1 Klasifikasi Chlorella sp
2.2.2 Habitat Chlorella sp
2.2.3 Reproduksi Chlorella sp
2.2.4 Karakteristik Chlorella sp
2.2.5 Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Chlorella sp
2.2.6 Kegunaan Chlorella sp
2.3 Pupuk dalam Budidaya Chlorella sp
2.3.1 Pupuk Organik
2.3.2 Pupuk Anorganik
Bab III Metodologi 10
Bab IV Hasil dan Pembahasan 12
Bab V Penutup 16
Daftar Pustaka 17
Lampiran
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui, budidaya perikanan sudah banyak dilakoni oleh
para pengusaha pada masa ini. Salah satu faktor pendukung dalam keberhasilan
usaha budidaya perikanan adalah ketersediaan pakan, dimana penyediaan pakan
merupakan faktor penting karena menunjang hidup dari budidaya itu sendiri.
Upaya untuk memperoleh persyaratan dan memenuhi pakan alami yang
baik adalah dengan melakukan kultur fitoplankton. Fitoplankton yang ada di
seluruh dunia adalah sebagai produsen primer, dapat menyediakan makanan
untuk fauna lebih banyak daripada seluruh flora yang ada di daratan. Kapasitas
fotosintesis dari semua fitoplankton yang ada di laut lebih besar daripada seluruh
flora yang ada di daratan. Dengan adanya konsentrasi fitoplankton yang besar di
laut maka terdapat banyak zooplankton sebagai konsumen primer bagi ikan,
udang-udangan dan sebagainya. Salah satu fitoplankton yang dapat dibudidaya
adalah Chlorella sp.
Chlorella sp merupakan salah satu pakan alami bagi zooplankton. Adanya
Chlorella sp yang melimpah dapat membuat pertambahan kelimpahan ikan juga.
Adanya mikroalga juga dapat meminimalisir jumlah biaya produksi dalam
budidaya ikan karena pakan yang digunakan merupakan pakan yang berharga
murah dan memiliki tingkat kendungan protein yang tinggi sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan yang lebih tinggi pada ikan tersebut.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Chlorella
2
2.2 Klasifikasi Chlorella
Filum : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Chlorococcales
Famili : Chlorellaceae
Genus : Chlorella
Spesies : Chlorella sp.
Sel Chlorella
berbentuk bulat, hidup
soliter, berukuran 2-8 µm.
Dalam sel Chlorella
mengandung 50% protein,
lemak serta vitamin A, B, D,
E dan K, disamping banyak
terdapat pigmen hijau
(klorofil) yang berfungsi
sebagai katalisator dalam
proses fotosintesis
(Sachlan, 1982).
Sel Chlorella umumnya dijumpai sendiri, kadang-kadang bergerombol.
Protoplast sel dikelilingi oleh membrane yang selektif, sedangkan di luar
membran sel terdapat dinding yang tebal terdiri dari sellulosa dan pektin. Di
dalam sel terdapat suatu protoplast yang tipis berbentuk seperti cawan atau
lonceng dengan posisi menghadap ke atas. Pineroid-pineroid stigma dan
vacuola kontraktil tidak ada (Vashista, 1979). Warna hijau pada alga ini
disebabkan selnya mengandung klorofil a dan b dalam jumlah yang besar, di
samping karotin dan xantofil (Volesky, 1970).
3
Chlorella tumbuh pada salinitas 25 ppt. Alga tumbuh lambat pada
salinitas 15 ppm, dan hampir tidak tumbuh pada salinitas 0 ppm dan 60 ppm.
Chlorella tumbuh baik pada suhu 200 C, tetapi tumbuh lambat pada suhu 32 o
C. Tumbuh sangat baik sekitar 20o -23o C (Hirata, 1981).
4
Keempat fase tersebut adalah :
1. Fase pertumbuhan (growth), periode perkembangan aktif sel massa yaitu
autospora tumbuh menjadi besar.
2. Fase pematangan awal (early revening), autospora yang telah tumbuh
menjadi besar mengadakan persiapan untuk membagi selnya menjadi sel-
sel baru.
3. Fase pematangan akhir (late revening), sel-sel yang baru tersebut
mengadakan pembelahan menjadi dua.
4. Fase autospora (autospora liberation), pada fase ini sel induk akan pecah
dan akhirnya terlepas menjadi sel-sel baru.
5
b. Fase Logaritmik/Eksponsial
Fase ini diawali oleh pembelahan sel dengan laju pertumbuhan tetap.
Pada kondisi kultur yang optimum, laju pertumbuhan pada fase ini mencapai
maksimal.
c. Fase Stasioner
Pada fase ini, pertumbuhan mulai mengalami penurunan dibandingkan
dengan fase logaritmik. Pada fase ini laju reproduksi sama dengan laju
kematian. Dengan demikian penambahan dan pengurangan jumlah
phytoplankton relative sama ata seimbang sehingga kepadatan phytoplankton
tetap.
d. Fase Kematian
Pada fase ini laju kematian lebih cepat daripada laju reproduksi. Jumlah
sel menurun secara geometric. Penurunan kepadatan phytoplankton ditandai
dengan perubahan kondisi optimum yang dipengaruhi temperature, cahaya, pH
air, jumlah hara yang ada, dan beberapa kondisi lingkungan yang lain.
6
Hemacytometer banyak digunakan untuk menghitung sel-sel darah.
Untuk dapat mempergunakan alat-alat ini perlu alat yang lain yaitu mikroskop
dan pipet tetes. Untuk memudahkan penghitungan phytoplankton yang diamati
biasanya menggunakan alat bantu hand counter.
Hemacytometer merupakan suatu alat yang terbuat dari gelas yang
dibagi menjadi kotak-kotak pada dua tempat bidang pandang. Kotak tersebut
berbentuk bujur sangkar dengan sisi 1 mm, sehingga apabila ditutup dengan
gelas penutup volume ruangan yang terdapat diatas bidang bergaris adalah 0,1
mm atau 10-4 ml. Kotak bujur sangkar yang mempunyai sisi 1 mm tersebut
dibagi lagi menjadi 25 buah kotak bujur sangkar, yang masing-masing dibagi
lagi menjadi 16 kotak bujur sangkar kecil.
Cara penghitungan kepadatan phytoplankton dengan Hemacytometer
adalah sebagai berikut: Hemacytometer dibersihkan dan dikeringkan terlebih
dahulu dengan tissue. Kemudian gelas penutupnya dipasang. Phytoplankton
yang akan dihitung kepadatannya diteteskan dengan menggunakan pipet tetes
pada bagian parit yang melintang hingga penuh. Penetesan harus hati-hati agar
tidak terjadi gelembung udara dibawah gelas penutup. Selanjutnya
Hemacytometer tersebut diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 100
kali dan dicari bidang yang berkotak-kotak. Untuk mengetahui kepadatan
phytoplankton dengan cara menghitung phytoplankton yang terdapat pada
kotak bujur sangkar yang mempunyai sisi 1 mm. apabila jumlah phytoplankton
yang didapat adalah N, maka kepadatan phytoplankton adalah N x 104 sel/ml.
2.10 Pemanenan
7
kualitasnya turun. Khusus untuk phytoplankton jenis Chlorella sp pemanenan
dilakukan pada saat 4 hari karena phytoplankton tersebut mencapai puncak
populasi pada saat hari ke 4 setelah pembibitan maka sebaiknya segera
dipanen.
Pemanenan phytoplankton dapat dilakukan dengan berbagai macam
alat sesuai dengan kebutuhan dan jumlah phytoplankton. Dalam panen ini
menggunakan plankton net dengan penyaringan beberapa kali.
Hasil pemanenan dapat disimpan dalam bentuk kering didapat dari hasil
penjemuran phytoplankton konsentrat dibawah sinar matahari.penjemuran
dilakukan dalam kotak penjemuran bertenaga surya yang dapat menghasilkan
udara panas dengan suhu sekitar 70 0C. Dengan suhu ini komposisi gizi
phytoplankton terutama protein tidak rusak. Chlorella sp yang kering yang
didapat disimpan dalam botol-botol yang tertutup rapat. Pengeringan juga
dapat dilakukan dengan menggunakan oven. Phytoplankton freeze (beku)
didapat dari hasil penyimpanan phytoplankton yang telah dipadatkan didalam
freezer.
8
diberi pupuk dan tanpa aerasi, tetapi harus dilakukan pengocokan setiap hari.
Biakan stok murni ini diletakkan pada rak kultur dengan pencahayaa lampu
TL. Biakan stok murni ini harus diganti seminggu sekali. Penyimpanan stok
murni dalam lemari pendingin dapat bertahan sampai satu bulan, dan sebaiknya
segera digunakan dan diganti dengan stok murni yang baru.
9
BAB III
METODOLOGI
10
11. Selang Aerator
Fungsi : sebagai alat untuk memperoleh udara (oksigen dan
karbondioksida)
12. Spatula / Sendok
Fungsi : mengambil sampel
13. Toples kaca
Fungsi : sebagai tempat perkembangbiakan plankton
2) Perhitungan dari kepadatan stok awal yang ada dan stok yang diinginkan
11
BAB IV
4.1. Hasil
12
Hasil perhitungan padat tebar dan volume aquades kelompok 1
Volume stok awal yang digunakan :
= 500 ml x 1.000.000 ml per sel / 10.265.000
= 48,7 ml
= 49 ml (digunakan data rata-rata chlorella 1 lab)
2. Pengenceran dan Penambahan Aquades Sebagai Media
Perhitungan padat tebar dan volume aquades dapat menggunakan rumus :
V₁ x N₁ = V₂ x N₂
Keterangan :
V₁ = Volume Biota tebar
N₁ = Kepadatan stock
V₂ = Volume aquades
N₂ = Kepadatan yang diinginkan
158 sel 148 sel 163 sel 146 sel 147 sel
13
Jumlah A rata-rata: (158+148+163+146+147) / 5 = 762 / 5 = 152,4 sel
Jumlah Kepadatan: 152,4 x 250.000 = 38.100.000 sel/ml
4.2. Pembahasan
Dari hasil praktikum Chlorella setelah sekitar 1 minggu, air di dalam
toples dan erlenmeyer berubah warna menjadi hijau bening, dibandingkan
dengan hari pertama yang masih berwarna bening. Chlorella di dalam tempat
tersebut mengalami perkembangbiakan pada toples tersebut.
Namun dari hasil perhitungan pada minggu berikutnya setelah disaring
dengan plankton net, hasil kepadatan dari plankton meningkat.
Dapat dilihat dari pembahasan sebelumnya, data dari kelompok 1 ini,
pada saat awal pengembangbiakkan, kepadatan chlorella ialah 25.700.000
sel/ml, sedangkan pada saat akhir percobaan hanya terdapat 38.100.000 sel/ml.
14
BAB VI
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kultur murni fitoplankton (Chorella sp.) perlu dilakukan secara teliti dan
memerlukan perhatian khusus untuk menyediakan dalam jumlah yang cukup, tepat
waktu dan berkesinambungan. Mengingat pentingnya chlorella sebagai pakan alami
menjadikan budidaya ini salah satu faktor penentu keberhasilan usaha pembenihan
ikan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan kultur murni
fitoplankton adalah kualitas air yang meliputi suhu, salinitas, kadar oksigen(DO),
cahaya, dan pH.
Meskipun mengalami grafik yang turun antara pembenihan dan panen,
dapat dipelajari bagaimana cara mengembangbiakkan atau membudidaya chlorella
ini dengan baik dan benar. Berdasarkan hasil pengamatan selama kultur, laju
pertumbuhan Chorella sp. selalu mengalami penurunan. Di samping itu, dapat pula
terjadi adanya kontaminasi dari organisme lain, dikarenakan menggunakan air kran.
Suhu media berkisar antara 20o -25o C, sedangkan suhu ruangan berkisar antara 20o
-27o C. Pencahayaan menggunakan lampu neon, dan aerasi diberikan secara trus
menerus selama pelaksanaan kultur murni fitoplankton.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
LAMPIRAN
17