Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Dinamika Perubahan Sosial


Demi Menjawab Tantangan HMI di Masa Depan

(TEMA Q)

Disusun:
Untuk Mengikuti Intermediate Training (LK II) Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) Kordinator Komisariat (Korkom)
Universitas Bung Karno (UBK) Cabang Jakarta Pusat-Utara

Oleh:
Ahmad Lutfi

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)


KOMISARIAT SOSPOL
CABANG GOWA RAYA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT dengan berkat nikmat-Nya sempurnalah segala
kebaikan dan tidaklah kita mendapat petunjuk agama sekiranya Allah SWT tidak
memberi petunjuk kepada kita dan segala pujian yang banyak mengandung berkah
kepada-Nya. Pujian yang memenuhi langit, memenuhi bumi, dan memenuhi alam
semesta serta memenuhi segala sesuatu yang dikehendaki oleh Rabb kita.
Semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada orang yang diutus Allah
SWT sebagai rahmat bagi alam semesta, pembimbing umat manusia, sebagai
pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, sebagai penyeruh kepada (agama)
Allah SWT dengan izin-Nya serta untuk menjadi cahaya yang menerangi, yaitu
junjungan dan pemimpin kita Rasulullah Muhammad Saw., beserta keluarga dan
sahabat-sahabatnya, serta semua yang menyeru dengan seruannya dan orang-orang
yang mengikuti sunnahnya sampai hari kiamat.
Alhamdulillah, berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis akhirnya dapat
menyusun makalah yang berjudul “Dinamika Perubahan Sosial Demi Menjawab
Tantangan HMI di Masa Depan” Makalah yang disusun untuk memenuhi
persyaratan mengikuti Intermediate Training (LK II) yang dilaksanakan oleh
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Korkom Universitas Bung Karno (UBK) pada
8 – 17 Februari 2019 di Graha Insan Cita (GIC) Depok, Jawa Barat.
Terima kasih kepada HMI Cabang Gowa Raya dan HMI sejajaran Unismuh
Makassar yang telah memberikan bentuk dorongan dan motivasi yang sangat
bermanfaat. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunannya, tidaklah mudah dan
masih terdapat kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif sebagai bahan penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat dalam menambah wawasan dan
membuka cakrawala pengetahuan demi menjalankan mandat mulia dari Allah SWT
yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Makassar, Februari 2019


Penulis

Ahmad Lutfi
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar .............................................................................................................................
Daftar Isi........................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................
A. Latar Belakang ..............................................................................................................
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................................
D. Manfaat Penulisan ........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................
A. Sejarah Nasional Indonesia .......................................................................................
1. Kemerdekaan Indonesia.......................................................................................
2. Pasca Kemerdekaan ..............................................................................................
3. Orde Baru .................................................................................................................
4. Reformasi .................................................................................................................
B. Sejarah HMI .................................................................................................................
C. Peran HMI Memeta Peradaban .................................................................................
1. Revolusi Industri 4.0.............................................................................................
2. Tantangan HMI di Masa Depan ......................................................................
BAB III PENUTUP ...............................................................................................................
A. Kesimpulan ..................................................................................................................
B. Saran ...............................................................................................................................
DAFTAR PUSATAKA ........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri atas berbagai suku,
bahasa, dan adat istiadat. Pada tangga 17 Agustus 1945 merupakan momentum
bersejarah bagi kemerdekaan bangsa Indonesia. Perjuangan yang dibentuk dari
kesadaran setiap masyarakat untuk membentuk sebuah negara, demi
membebaskan diri dari kolonialisasi negara asing yang mengeksploitasi
berbagai sumber daya alam dan sumber daya manusia. Membangun bangsa
Indonesia sebagaimana termatuk dalam falsafah bangsa Indonesia yakni
‘Pancasila.’ Pancasila sebagai Philosophy Gronslag 1
(dasar negara) dan
weltanschauung 2 (Pandangan hidup) serta common denominator (Titik temu
berbagai pemikiran) yang menjadi acuan dalam pandangan hidup setiap rakyat
Indonesia dalam bernegara, begitupula dalam menjaga keutuhan NKRI.
Namun, sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia sebagai
suatu perubahan sosial yang bertolak belakang dengan kondisi bangsa saat ini,
yang tengah mengalami kiris moral, ekonomi, politik dan budaya. Salah satunya
adalah korupsi. Menurut data bahwa tahun 2014-2015, jabatan tersangka korupsi
yang paling banyak adalah pejabat atau pegawai pemda/kementerian, disusul
drektur dan komisaris pegawai swasta, kepala dinas, anggota DPR/DPRD/DPD/
serta kepala desa/lurah dan camat. Hingga Mochtar Lubis mengatakan, praktik
korupsi di Indonesia telah membudaya. Senada Muhammad Hatta bahwa
korupsi sudah menjadi seni dan bagian budaya bangsa Indonesia. Perilaku ini,
justru bertolak belakang dengan Revolusi Mental yang digaungkan oleh Presiden
Joko Widodo yang dapat diibaratkan Api yang jauh dari Panggangnya.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami inkonsistensi dan
terkesan terlalu memaksakan pertumbuhan ekonomi dengan mengambil jalan
pintas yakni privatisasi dan deregulasi berbagai aset dan kebijakan negara.
Belum lagi mengenai nasionalisasi sumber daya alam Indonesia yang belum

1
Menurut Ahmad Azhar Basyir bahwa Pancasila adalah philosophy gronslad yang terdiri atas sila-sila. Sebagai fondomen,
filsafat, pikiran sedalam-dalamnya yang di atasnya gedung Indonesia yang kekal abadi. Lihat buku Refleksi atas Persoalan
Keislaman. Bandung: Mizan, 1993, hlm: 245.
2
Menurut Sayidiman Suryphadiprojo dalam tulisannya Makna Modernitas dan Tantangannya Terhadap Iman bahwa
Pancasila adalah Weltanshauung (Pandangan hidup) yang merupakan dasar landansan Indonesia yang dikembangkan dan
terkandung di dalamnya untuk menghadapi kehidupan masa kini dan masa yang akan dating dengan sebaik-baiknya. Lihat
buku, Konteskstualisasi Dokrin Islam dalam Sejarah, edit: Budhy Munawar-Rachman, Jakarta: Paramadina, 1994, hlm:
558-559.
menuai titik temu sebagaimana amanat Pasal 33 UUD 1945 yang terkesan hanya
utopis untuk direalisasikan oleh pemerintah.3
Senasip dengan konstalasi perpolitikan, yang terus mengalami
kegaduhan atau sebagaimana yang dikatakan oleh Lyotard yakni Regresive
Politik.4 Kondisi tersebut, mengundang banyak wacana desintegrasi, dan sangat
bertentangan dengan sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam
mempersatukan berbagai entitas-entitas untuk membentuk suatu negara. padahal
meninjau dari semboyan Indonesia yakni Bhinneka Tunggal Ika, yang
merupakan representasi dari multikultural bangsa. Sehingga sangat pantas jika
perubahan sosial yang terjadi di Indonesia bukan malah maju melainkan
mengalami kemunduran. Berkaca dari situasi ini, maka tepatnya dikatakan ir.
Soekarno yakni “Jangan Sekali-Sekali Meninggalkan Sejarah (Jasmerah).”
Maka dari itu, penulis mengajukan judul “Dinamika Perubahan Sosial
Demi Menjawab Tantangan HMI di Masa Depan ” Penulis mengangkat judul
sebagaimana teori Foucalt yakni Genealogy, sebagai persenyawaan antara
pengetahuan akademis dengan ingatan lokal untuk meraih pengetahuan historis
tentang suatu perjuangan dan untuk menggunakan pengetahuan tersebut secara
taktis dalam penyelesaian problem hari ini dan masa akan dating. 5Merefleksi
sejarah perjuangan bangsa Indonesia khususnya di kalangan pemuda agar
sebagai proyeksi akan perubahan sosial yang pernah terjadi di Indonesia untuk
mengatasi krisis multidimensi saat ini dan dimasa akan datang dimana Indonesia
memasuki era Revolusi Industri 4.0 diaman setiap kader Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) yang berdiri 5 Februari 1947 juga turut aktif dalam mengisi
dinamika dan dialektika bangsa Indonesia dalam menjawab tantangan zaman di
masa depan. Tidak dipungkiri bahwa kiprah HMI mengalami kemunduran.
Sehingga diperlukan sebuah refleksi untuk kembali mengintrospeksi setiap
kader HMI agar bertranformasi dalam menjawab tantangan zaman sesuai
dengan khitah perjuangan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka penulis merumuskan
masalah dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah Bangsa Indonesia?

3
Muhammad Agung Riyadi. “Kekayaan Alam Dikuasai Asing, Rakyat Tak Sejahtera.” Diakses dari
http://www.gresnews.com/berita/ekonomi/210205-kekayaan-alam-dikuasai-asing-rakyat-tak-sejahtera/0/. Tanggal 11 April
2017 pukul 02:02 WITA.
4
Menurut Lyotard, regresive politics adalah suatu perilaku politik yang berkembangannya tidak pernah melampau fase
kekanak-kanakannya. Lihat buku, Yudi Latif. 1999. Masa Lalu Membunuh Masa Depan. Bandung:Mizan. Hlm:20.
5
udi Latif. 2012. Intelegensi Muslim dan Kuasa: Genealogi Intelegensi Muslim Indonesia Abad Ke-20. Jakarta:
Demoracracy Project. hlm:7.
2. Bagaimana gerakan pemuda intelektualisme-religius?
3. Bagaimana peran HMI dalam memeta peradaban saat ini?

C. Tujuan Penulisan
Sebagai upaya refleksi untuk proyeksi bagi masyarakat Indonesia saat
ini, maka penulisan ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui Perubahan Sosial dari Setiap Masa Pergantian Pemerintahan
2. Untuk memberikan sumbangan kepada HMI dalam menjawab tantangan zaman
kedepannya

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi masyarakat umum, diharapkan dapat mengingat perubahan sosial yang
terjadi pada pergantian pemerintahan.
2. Bagi kader HMI, diharapkan mampu menjadi introspeksi diri agar mampu
mampu membangun harmonisasi baik dari internal dan eksternal HMI untuk
berkonstestasi dan mengatasi konstalasi bangsa Indonesia dan menjawab
tantangan zaman yang semakin kompleks di masa depan dan
3. Bagi pemerintah, diharapkan menjadi refleksi demi proyeksi bangsa
Indonesia kedepannya dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang berdikari.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Nasional Indonesia


1. Kemerdekaan Indonesia
Setelah Jepang bertekuk lutut kepada pihak Sekutu pada tanggal 14-
8-1945, maka selesailah Perang Dunia II. Indonesia memproklamirkan
kemerdekannya. Setelah Jepang kalah, maka golongan Angkatan Pemuda
Indonesia (API) di bawah pimpinan: Sukarni, Adam Malik, Dr. Muwardi,
Chaerul Saleh, golongan Mahasiswa di bawah pimpinan Dr. Tajalludin, dan
golongan St. Syahrir, yang mengiginkan proklamasi kemerdekaan yang sama
sekali terlepas dari segala bentuk pemerintahan yang ada ketika Jepang
Berkuasa seperti terlepas dari Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI). Sedangkan golongan yang bergerak legal melawan Jepang seperti Ir.
Soekarno dan Drs. Moh. Hatta, tidak begitu saja terlapas dari badan tersebut.
Hal ini memicu konflik atas pernyataan ir. Soekarno dan Moh. Hatta.
Atas dasar tersebut, Ir. Soerkano-Hatta, dilarikan ke Rengasdenklok.
Tujuannya untuk mencegah intervensi Jepang. Setelah itu, Ir. Soerkano-Hatta
kembali ke Jakarta untuk merapatkan membicarakan kemerdekaan bangsa
Indonesia. Setelah dari rapat tersebut, akhirnya pada tanggal 17 Agustus
1945, jam 10.00 pagi, bertempat di Pegangsaan Timur 56, diproklamirkan
kemerdekaan Indonesia oleh Ir. Soerkarno dibawah bendera Merah Putih.
yang ditulis dengan pensil dan kemudian ketik oleh Sayuti Melik..6
2. Pasca Kemerdekaan
Pada akhirnya, pada 17 Agustus 1945 Sukarno bersama Mohammad
Hatta berhasil memproklamasikan kemerdekaan RI. Fase pertama
pemerintahan Presiden Soekarno (1945-1959), merupakan fase semngat
revolusioner serta kemelut politik dan keamanan. Belum genap setahun,
Indonesia menganut sistem presidensial sesuai UUD 1945, kemudian ke
sistem semi parlementer yang dipimpin PM Sutan Syahrir dan dilakukan oleh
PM Muhammad Hatta yang merangkap wakil Presiden. Perjuangannya
melawan Belanda belunlah selesai, pemberontakan bersenjata dan persaingan
partai politik terus terjadi. Pada tahun 1955, merupakan pemilu pertama yang
menghasilkan empat partai besar yakni PNI, NU, Masyuni dan PKI.

6
Drs. Sudiyo. 2002. Pergerakan Nasional: Mencapai & Mempertahankan Kemerdekaan. Jakarta: Rineka Cipta. Hlm:
17-18.
Kemudian pada tanggal 5 Juli 1959 merupakan pengumuman dekrit Presiden
untuk kembali ke UUD 1945.
Sedangkan pada tahun 1959-1967. Soekarno menerapkan demokrasi
terpimpin. Saat itu pula pemerintahan Ir. Soerkarno berusaha menggiring
partai Politik ke dalam ideologisasi NASAKOM – Nasional-Agama-
Komunis. Tujuannya untuk menggalang dukungan dari semua kekuatan
NASAKOM. Pada tahun 1964-1965, Soekarno kembali mengelorakan
semangat bangsa melawan Federasi Malaysia yang didukung Inggris.
Kemudian semakin runyam pada Gerakan 30 September 1965 dan
mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret 1966 kepada Jendral Soeharto yang
kemudian menjadi Presiden Selanjutnya yang dikenal dengan Orde Baru.7
3. Orde Baru
Orde baru yang dipimpin oleh Soeharto berusaha untuk melakukan
restrukturisasi umum, menyangkut pembangunan ekonomi dan sosial politik.
Runtuhnya ekonomi Indonesia, yang ditandai oleh tingginya tingkat inflasi
hingga hyperinflation, telah menyebabkan meluasnya krisis ekonomi, sosial.
Sedangkan dalam aspek politik, konflik politik, polarisasi politik hingga ke
pedesaan serta adanya Gerakan 30 September/PKI tahun 1965. Presiden
Soeharto mengemukakan Rencana Pembangunan Nasional yang dikenal
(PELITA) yang dimulai sejak 1969. Pada aspek politik, Orde Baru belajar
dari sejarah Pancasila kembali ditegaskan tanpa adanya “ideology perantara”.
PKI. Tidak hanya itu, Orde Baru belajar dari krisis dan konflik sosial-politik
dalam waktu relatif singkat menjinakkan Parpol, dengan konsep Floating
mass. Kekuatan politik militer pun dominan yang telah mendapat jatah 25%
kursi legislatife. Dampak dari hal tersebut, membuat pemerintahan awal Orde
Baru mengubah Jakarta sebagai the Big Village, “kampong besar”, atau kota
metropolitan.
Sejak adanya pemerintahan Orde Baru, bangsa Indonesia mengisi
kemerdekaan dengan pembangunan nasional di segala Bidang. Akan tetapi,
kurang lebih 32 tahun pemerintahan Orde Baru terdapat penyimpangan
struktur pemerintahan tidak berjalan semestinya. Pemerintahan atau
pengambilan kebijakan yang sentralistrik dari kepala Negara atau
pemerintahan Otoriter, lembaga legislatife hanya sebaga simbol dan lembaga
eksekutiflah yang doominan. Akibatnya terjadilah krisis moneter, ekonomi,

7
S.B. Pramono & Dessy Harahap. 2013. Pemimpin yang Dirindukan: Refleksi Karakteristik Kerakyatan. Yogyakarta:
Grafindo Litera Media. Hlm:1-14.
dan kepercayaan. Maka pada 21 Mei 1998 Orde Baru lengser dari jabatannya
yang disebut dengan Reformasi.8
4. Reformasi
Setelah runtuhnya Orde Baru, maka sistem pemerintahan Indonesia
beralih ke Sistem Demokrasi. Pada Masa Gus Dur, pada masa Abdurrahman
Wahid terjadi perubahan drastis dalam bidang keterbukaan media. Gus Dur
melikuidasi departemen penerangan, sehingga media massa lebih leluasa
melakukan aktivitasnya. Gus Dur terkenal dengan faham pluralismenya. Pada
eranya lah kelompok minoritas Tionghoa mendapatkan pengakuan lebih
besar, seperti dalam pengurusan dokumen kependuduka dan penetapan Imlek
sebagai hari libur nasional. Sistem dan pola pemerintahan Gus Dur tidak
berjalan dengan baik. Terjadi kegaduhan politik yang tidak perlu, sehingga
stabilitas politik tidak terjaga. Stabilitas politik yang buruk menyebabkan
stabilitas ekonomi pun berjalan pincang. Pada Masa Megawati, secara umum
pemerintahan Megawati hanya melanjutkan kebijakan baik yang dilakukan
pada era Gus Dur seperti Meninggalkan IMF, Membubarkan BPPN, Berani
penjarakan kroni-kroni Soeharto termasuk Tommy Soeharto dan
Probosutedjo, Privatisasi perusahaan negara (Banyak BUMN lepas ke swasta
dan pihak asing). Sipadan dan Ligitan lepas dari Indonesia pada masa
Megawati.
Sedangkan pada masa SBY, pembentukan KPK. Pemberantasan
korupsi gencar dan semakin transparan, menjaga stabilitas ekonomi dan
menjadi negara dengan kekuatan ekonomi yang diakui negara lain.
Pertumbuhan ekonomi hanya kalah dari China. GDP tembus US 3000 4.
Pelaksanaan anggaran pendidikan 20% dari APBN, Investor asing meningkat
dan mencetak rekor tertinggi, nama Indonesia makin berkibar di kancah
internasional. Banyak kasus yang masih terkatung-katung. Lambat dalam
merespon peristiwa berdampak besar kepada publik. Dianggap terlalu banyak
pencitraan.

B. Sejarah HMI
Sebagai organisasi yang turut terlibat dalam lintasan sejarah dan
dinamika kebangsaan, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang lahir dua
tahun pasca Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yakni Rabu Pon, 14
Rabiulawal 1366 H atau bertepatan dengan 5 Februari 1947 M pukul 16.00

8
Drs. Sudiyo. Op. cit., hlm: 18-19 .
WIB.9 Himpunan Mahasiswa Islam yang ide pertamanya dikemukakan oleh
Lafran Pane. Bertempat di salah satu ruang kuliah Sekolah Tinggi Islam/STI
(sekarang UII), Jl. Setyodiningratan 30 (Sekarang P. Senopati 30), Lafran
Pane, sebagai penggagas memanfaatkan jam kuliah tafsir Alqur’an oleh Prof.
Husein Yahya untuk mendeklarasikan pembentukan HMI yang dihadiri oleh
lebih kurang 20 mahasiswa.
Dikalangan masyarakat menjadikan organisasi mahasiswa yang ada
didominasi oleh pemikiran-pemikiran sosialis. Nuansa keagamaan menjadi
kering karena PMY (Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta), yang meletakan
landasanya pada nonagama. Inilah salah satu yang melatar belakangi Lafran
Pane dan kawan-kawannya membentuk HMI. Meskipun untuk pembinaan
generasi mudanya, masyarakat Islam Indonesia sudah mempunyai GPII
(Gabungan Pemuda Islam Indonesia), akan tetapi belum ada organisasi untuk
10
membina ke-Islaman untuk kalangan mahasiswa. Persaingan dalam
memperebutkan kader baru dan dominasi di kampus tak jarang menimbulkan
bentrokan fisik antar para pendukungnya. CGMI seringkali meneror anggota
HMI dan melarang mereka aktif. CGMI bahkan melakukan gerakan-gerakan
provokasi di kampus untuk membubarkan HMI. Demikian juga GMNI, sedikit
banyak, organisasi ini turut serta dalam usaha-usaha mengganyang HMI.
Hegemoni PKI dalam kabinet yang kian kuat juga mendorong HMI bersama
elemen-elemen Islam lainya berusaha untuk melakukan kritik kepada Presiden
Sukarno melalui gerakan massa. Ditingkat organisasi mahasiswa PKI juga
sudah semakin menghegemoni. PPMI yang pada awalnya merupakan
independen akhirnya dikuasai oleh CGMI (PKI), termasuk juga MMI dan
Front Pemuda. Dengan demikian nyaris tak ada lagi organisasi mahasiswa
yang bisa kritis terhadap kekuasaan.
G 30 S/PKI, peristiwa berdarah ini menjadi momen awal bagi masifnya
gerakan-gerakan anti PKI oleh militer dan mahasiswa. Atas inisiatif Mar’ie
Muhammad (wakil ketua HMI), mahasiswa membentuk organisasi bersama
bernama KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia). Aksi pertama KAMI
adalah tuntutan pembubaran beberapa organisasi yang menjadi underbouw
PKI seperti CGMI, PERHIMI, HIS dan Akademi PKI. Seiring kuatnya
tuntutan terhadap pembubaran PKI, Aksi-aksi KAMI bisa melibatkan massa
yang sangat banyak. Selain itu, dukungan dari TNI Angkatan Darat. Puncak
aksi KAMI adalah ketika mengumandangkan Tritura (tiga tuntutan rakyat)

9
Solichin. HMI Candradimuka Mahasiswa. Jakarta Pusat: Sinergi Persadatama Foundation, 2010. hlm. 23.
10
Tanja, V. 1978. HMI, Sejarah dan Kedudukanya di Tengah Gerakan-gerakan Muslim Pembaharu di Indonesia. Penerbit
‘sh’. Jakarta. hlm: 202.
bersama elemen-elemen aksi lain seperti KAPI, KAGI, KASI dan sebagainya
di halaman fakultas kedokteran UI, pada tanggal 10 januari 1966. Adapaun isi
Trituradalah : Bubarkan PKI, Retooling kabinet, Turunkan harga. Pada era
Orde Baru, HMI merupakan organisasi yang cukup disegani, sebagaimana saat
berdirinya, karakter khas dari HMI adalah intelektualitas dan independensi.
Trade mark bahwa HMI (angkatan ’66) adalah generasi yang berhahsil
menumbangkan Orde Lama, maka tidak heran jika dikampus-kampus HMI
sangat populer mengalami peningkatan jumlah anggota secara signifikan.
Era intelektual ini dipelopori oleh kepemimpinan Nurkholis Madjid
yang pernah menjabat sebagai ketua HMI selama dua periode (1966/1969-
1969/1971). Dibawah kepemimpinannya, materi-materi perkaderan mulai
disusun secara lebih sistematis dengan diciptakanya NDP (Nilai Dasar
Perjuangan) sebgai pedoman perkaderan di HMI. Pada masanya, juga mulai
dirintis majalah HMI sebagai sarana untuk pengembangan dan pertukaran
pemikiran. Tokoh lain yang pernah menduduki jabatan ketua umum pada
masa tahun-tahun 70-an adalah Akbar Tanjung. Ia adalah mahasiswa
kedokteran UI yang menandatangani kesepakatan Cipayung. Kelompok
Cipayung, yang merupakan forum irisan antar elemen gerakan mahasiswa
seperti HMI, PMKRI, GMNI, PMII, dan GMKI cukup mempunyai peran
dalam memberikan ide-ide tentang pluralism.11
Secara individu memang banyak anggota HMI yang terlibat dalam
bebagai aksi mahasiswa. Akan tetapi, HMI secara organisasi tidak banyak
terlibat dalam pembentukan arah sejarah mahasiswa sat itu. Isu-siu nasional
seringkali HMI bersikap ambivalen. Kadang ia berlaku kritis terhdap
penguasa, seperti penolakanya pada konsep NKK/BKK sebagai pengganti
DEMA, akan tetapi pada sisi lain HMI tetap saja bercokol di lembaga intra
kampus (yang dianggapnya telah terkooptasi) dan selalu berjuang
12
merebutkan kursi ketua. Tahun-tahun 70-an akhir, merupakan era
kebangkitan gerakan modern Islam. Di internal HMI-pun tidak terlepas dari
kecenderungan semacam ini. Kritikan-kritikan bahwa HMI kurang Islami
memicu beberapa pengurus HMI melakukan gerakan ‘hijaunisasi’ kembali.
Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam (LDMI) sangat berperan dalam hal ini.
LDMI membentuk kelompok kajian NDI (Nilai-nilai Dasar Islam) yang
kemudian setelah lepas dari HMI bernama FOSI (Forum Silaturrahmi Islam).

11
Fachri Ali dan Bactiar Effendy. Merambah Jalan Baru Islam. Bandung: Mizan. Hlm: 144-204.

12
Tuhuleley, S. 1990. HMI di Mata Seorang Praktisi (Mahasiswa) 77-78: Sebuah Upaya Permakluman.
Makalah dalam buku putih: “Dinamika Sejarah HMI”. HMI Badko Jawa Bagian Tengah. Yogyakarta.
Diantara tokoh-tokohnya adalah Eggy Sudjana, M.S. Ka’ban, dan lain-lain.
HMI yang tidak sedikit.
Kehilangan daya kritisnya karena terlalu akomodatif terhadap
pemerintah. Kelompok ini menginginkan HMI harus tetap independen dan
berdiri diluar negara. Orde Baru sudah banyak melakukan penyelewengan-
penyelewengan terhadap kekuasaan yang merekapegang. Rencana penerapan
UU ke-ormasan yang akan memaksa semua organisasi menerapkan Asas
Tungal Pancasila adalah edisi baru dari cara Suharto melakukan kontrol
terhadap warga negara. Kader HMI memilih terpecah belah dan membentuk
organisasi yakni HMI DIPO dan MPO. HMI baik DIPO dan MPO mampu
menumbangkan Orde Baru, perpecahan dalam internal HMI merupakan
bagian dari dinamika yang tidak harus disesali.

C. Peran HMI Memeta Peradaban

1. Revolusi Industri 4.0


Pada awalnya, istilah Revolusi Industri 4.0 berasal dari sebuah proyek
strategis teknologi canggih Pemerintah Jerman yang mengutamakan
komputerisasi pada semua pabrik di negeri itu. Revoluasi Industri 4.0 ini
kemudian dibahas kembali pada 2011 di Hannover Fair, Jerman. Pada
Oktober 2012, Working Group on Industry 4.0 memaparkan rekomendasi
pelaksanaan Revolusi Industri 4.0 kepada Pemerintah Federal Jerman. Prof
Bob Gordon dari Northwesten University, Illinois, USA, juga memberikan
beberapa tanggapan mengenai Revolusi Industri 4.0 yang dirangkum oleh
Prof Paul Krugman dari Princeton University, New Jersey, USA (penerima
Nobel Price on Economic) pada 2008.
Saat ini, dunia tengah memasuki era revolusi industri 4.0. atau revolusi
industri dunia ke-empat dimana teknologi telah menjadi basis dalam
kehidupan manusia. Segala hal menjadi tanpa batas dan tidak terbatas akibat
perkembangan internet dan teknologi digital. Era ini telah mempengaruhi
banyak aspek kehidupan baik di bidang ekonomi, politik, kebudayaan, seni,
dan bahkan sampai ke dunia pendidikan. Terlebih lagi yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang menjadi tugas negara dalam
,encerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu cita-cita Indonesia.
Salah satu cara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa adalah melalui
pendidikan. Dalam Rapat Kerja Nasional 2018, Sri Mulyani saat menjadi
‘Keynote Speaker’ mengatakan “kemajuan suatu negara untuk mengejar
ketertinggalan sangat tergantung pada tiga faktor yakni pendidikan, kualitas
institusi dan kesediaan infrastruktur” (Ristekdikti, 2018). Hubungan dunia
pendidikan dengan revolusi industri 4.0. adalah dunia pendidikan dituntut
harus mengikuti perkembangan teknologi yang sedang berkembang pesat
serta memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai fasilitas
lebih dan serba canggih untuk memperlancar proses pembelajaran.
Hal yang paling menonjol dalam derap perubahan ini, yakni dunia harus
merespons perubahan tersebut dengan cara yang terintegrasi dan
komprehensif dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, baik itu
pelaku politik global, mulai dari sektor pemerintah sampai sektor swasta,
akademik, perusahaan, dan tentu saja masyarakat luas. Tetapi Revolusi
Industri 4.0 juga bisa menyebabkan pengerdilan dan marginalisasi
(peminggiran) beberapa kelompok dan ini dapat memperburuk kepentingan
sosial bahkan kohesi sosial, juga dapat menciptakan risiko keamanan dan
dapat pula merusak interelasi (hubungan) antarmanusia.
Tiga hal tersebutlah menjadi dasar mengapa transformasi yang terjadi
saat ini bukan merupakan perpanjangan atau kelanjutan dari revolusi digital,
melainkan menjadi revolusi transformasi baru (tersendiri), dengan alasan:
Pertama, inovasi dapat dikembangkan dan menyebar jauh lebih cepat
dibandingkan sebelumnya. Dengan kecepatan ini terjadi terobosan baru pada
era sekarang, pada skala eksponensial, bukan pada skala linear; Kedua,
penurunan biaya produksi yang marginal dan munculnya platform yang dapat
menyatukan dan mengonsentrasikan beberapa bidang keilmuan yang terbukti
meningkatkan output pekerjaan. Transformasi dapat menyebabkan perubahan
pada seluruh system produksi, manajemen, dan tata kelola sebuah lembaga;
Ketiga, revolusi secara global ini akan berpengaruh besar dan terbentuk
di hampir semua negara di dunia, di mana cakupan transformasi terjadi di
setiap bidang industri dan dapat berdampak secara menyeluruh di banyak
tempat. Seiring dengan itu, para ahli pun berpendapat bahwa Revolusi Industri
4.0 dapat menaikkan rata-rata pendapatan per kapita di dunia, memperbaiki
kualitas hidup, dan bahkan memperpanjang usia manusia (meningkatnya usia
harapan hidup) Di sisi lain, penetrasi alat-alat elektronik, seperti telepon
genggam (handphone) yang harganya semakin murah dan sudah sampai ke
berbagai pelosok dunia, baik yang penduduknya mempunyai pendapatan
tinggi maupun rendah. Pada masa ini teknologi begitu menyentuh ranah
pribadi, pengatur kesehatan, pola diet, olahraga, mengelola investasi,
mengatur keuangan melalui mobile banking, memesan taksi, memanggil Go-
Jek, pesan makanan di restoran (go-food), beli tiket pesawat, mengatur
perjalanan, main game, menonton film terbaru, dan sebagainya. Semua itu
kini bisa dilakukan hanya melalui satu perangkat teknologi saja, karena
datanya sudah disimpan di “langit”.
Kombinasi antara pertumbuhan ekonomi yang tidak bertambah dengan
cepat dan menurunnya peran manufaktur, menyisakan pertanyaan tentang
kehebatan Revolusi Industri 4.0. Belum lagi, misalnya, Revolusi Industri 4.0
ini masih menyisakan sisi gelapnya, yakni dampak negatifnya terhadap
penciptaan lapangan kerja. Terlebih lagi bahwa semakin meleijitnya informasi
yang beredar di masyarakat hingga tak terbendung, membuat gejala hoax juga
semakin membludak. Bahkan isu-isu perpecahan semakin meningkat yang
berbanding terbalik dengan konsep yang diusung dalam Revolusi Industri 4.0.
Terdapat sejumlah tantangan yang akan di hadapi Indonesia seperti dalam hal
bidang Ekonomi, ketika negara tidak mampu untuk berakselerasi secara cepat
maka akan berdampak bagi banyaknya pengangguran, hal itu didasari karena
indikator dalam menjadi pekerjaan di Revolusi Industri 4.0 semakin
meningkat. Apalagi mengingat jumlah putus sekolah yang ada di Indonesia
berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencatat,
sepanjang 2018 jumlah anak putus sekolah sebanyak 32.127 siswa.
Selain itu, pada aspek pendidikan Indonesia yang masih bersifat
tradisional, atau dengan kata lain belum terintegrasi secara penuh melalui
teknologi. Hal itu dapat diaamati dalam ruang-ruang kelas yang masih
menggunakan perangkat teknologi yang rendah dan dalam segi fasilitas masih
minim. Kurikulum pendidikan Indonesia juga tidak ubahnya yang masih
bersifat tradisional. Satu hal yang sudah pasti bahwa Revolusi Industri 4.0
telah datang di tengah-tengah kita dan kita tak mungkin lagi menolak atau
menghindarinya. Proses ini akan terus berjalan di tengah kemampuan
Indonesia. Hal yang perlu untuk dijalankan adalah menjalankan syariat Islam
secara kafah dan memiliki ketahanan budaya yang kuat, saya yakin, akan
mampu menepis, minimal memperkecil dampak negatif dari Revolusi Industri
4.0 ini. Salah satunya dengan memanfaatkan organisasi-organisasi
masyarakat khususnya Islam dalam hal ini Himpunan Mahasiswa Islam.
2. Tantangan HMI di Masa Depan
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam harus kembali dalam
berbagai khittah perjuangannya, seperti tujuan, NDP (Nilai-Nilai Dasar
Perjuangan) HMI dan sikap independen HMI yang ditegaskan dalam pasal 6
Anggaran Dasar HMI, sertra memengang teguh Konstitusi HMI, agar HMI
dapat bertransformasi sebagai man of future (insan pelopor), man of Innovator
(duta-duta pembaharu), idea of progress (insan berkepribadian imbang dan
padu, kritis, dinamis, adil dan jujur tidak takabur dan bertakwa kepada Allah
SWT). Mereka itu manusia-manusia beriman berilmu dan beramal soleh
secara totalitas (insan kamil).
HMI seringkali melibatkan diri dalam peran tidak populis, karena
keterlibatannya hanya makelar politik bagi kepentingan kekuasaan. Prinsip
HMI yang tak lagi mendorong ide-ide konseptual bagi kepentingan umat dan
bangsa, namun HMI justru terjebak dalam bingkai politik kekuasaan.
Sehingga dari ini HMI menuai kritik terpinggirkan dari elan gerakannya.
Bahkan HMI disinyalir terpuruk dari moment arus globalisasi dan
modernisasi. Tradisi intelektualisme yang menjadi ranah perjuangan HMI
yang dibangun dari Nilai Dasar Perjuangan (NDP) praktis kehilangan
pengaruhnya.
Refleksi sejarah HMI bahwa, kita juga dapat menilai penyebab
perpecahan kalangan HMI. Bagaimanapun harus diingat bahwa HMI lebih
merupakan organisasi politik daripada organisasi yang berorientasi
keagamaan. Bahkan pernah diungkapkan oleh Nurcholish Madjid, kalau HMI
seakan berada diujung tanduk. Sebab kedekatan HMI dengan kekuasaan serta
ketidakmampuan untuk menemukan formula visi dan operasional yang tegas,
telah menjadikan organisasi ini kiat redup bahkan keropos ditelan zaman.
Citra pengembalian tradisi intelektual bagi HMI akan semakin terasa bagi
kader-kadernya, karena kualitas realitas terasa pahit disaat HMI dikampus
mengalami pembusukan serta ketidakpercayaan terhadap peran yang
dilakoninya.
Gerakan intelektual bagi HMI secara internal juga sangat dibutuhkan
untuk kembali mempersentuhkan ide dan gagasan intelektual HMI dengan
masyarakat ilmiah akademik (dunia kampus). Dengan demikian HMI akan
mampu membangun basis akademik sekaligus intelektualisme ditengah ranah
dialektis pemikiran mahasiswa dan ditengah kehidupan berbangsa dan
bernegara. Tentu saja sesuai dengan tuntutan zaman, dan mengaktifkan setiap
LPP sebagaimana tujuan dan fungsi didirikannya, agar LPP dapat bersaing,
baik di ranah organisasi lain, nasional dan tentunya bangsa asing yang kini
hamper keseluruhan menghemoni Indonesia dari setiap dimensi, serta
memasukkan materi LPP dan materi seuai konteks zaman dari LKI, LK2,
LK3.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Indonesia sebagai negara yang berdiri dengan perjuangan dan
persatuan. Maka pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan momentum bagi
seluruh rakyat menggemakan Indonesia dengan kemerdekaan. Begitupula
dengan organisasi yang turut terlibat dalam lintasan sejarah dan dinamika
kebangsaan yakni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang lahir dua tahun
pasca Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Sejarah bangsa Indonesia
membuktikan integrasi, kesatuan, dan kesadaran setiap warga, mampu
menghapuskan kolonialisasi di bumi pertiwi walau tidak semudah membalikkan
telapak tangan, namun sejarah tersebut juga adalah refleksi bagi seluruh
masyarakat Indonesia untuk menjaga NKRI dan sadar akan kewajiban serta
mematuhi UUD 1945.
Begitupula dengan kiprah HMI, juga tidak sedikit yang telah
ditorehkan. Berbagai perjuangan tersebut sediakalanya dapat menjadi refleksi
bagi setiap kader untuk kredonisasi Internal dan Eksternal (Indonesia) HMI agar
tidak hanya kuat dalam Indonesia namun besar di luar negeri. Mengaktifkan
berbagai LPP, mematuhi konstitusi, NDP, dan harmonisasi internal dari tingkat
PB hingga Komisariat.

B. Saran
Berbagai sejarah Indonesia yang menjadi salah satu aspek mendasar
dalam perubahan sosial, bukanlah hanya untuk dikenang melainkan untuk
diproyeksikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dan dalam menjawab
tantangan kedepannya.. Begitupula dengan sejarah HMI tidak dapat dilepaskan
dengan bangsa Indonesia, yang sebuah bersenyawaan dalam dinamika dan
dialektika bangsa demi tercapainya sebagaimana termaktup dalam Tujuan.
Segeralah berbenah, untuk terwujudnya UUD 1945, untuk terwujudnya bangsa
dan Indonesia yang maju dan berdikari sebagaimana ungkapan Ir. Soekarno.
Senada dengan HMI, harus mampu menjaga eksistensi organisasi,
marwah organisasi, dan intelektualitas-religius yang saat ini mengalami
kemerosotan. Maka dari itu, HMI harus segera kembali ke khittah, aras
perjuangan dan pergerakan sebagai kader ummat dan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA

Basyir, A A. 1993. Refleksi atas Persoalan Keislaman. Bandung: Mizan.

Fachri Ali dan Bactiar Effendy. Merambah Jalan Baru Islam. Bandung: Mizan..
Latif Y. 1999. Masa Lalu Membunuh Masa Depan. Bandung:Mizan.
2012. Intelegensi Muslim dan Kuasa: Genealogi Intelegensi Muslim
Indonesia Abad Ke-20. Jakarta: Demoracracy Project.
Pramono dan Harahap D . 2013. Pemimpin yang Dirindukan: Refleksi
Karakteristik Kerakyatan. Yogyakarta: Grafindo Litera Media.

Riyadi A M. “Kekayaan Alam Dikuasai Asing, Rakyat Tak Sejahtera.” Diakses


dari http://www.gresnews.com/berita/ekonomi/210205-kekayaan-alam-
dikuasai-asing-rakyat-tak-sejahtera/0/. Tanggal 11 April 2017 pukul 02:02
WITA.
Suryphadiprojo.1994.Konteskstualisasi Dokrin Islam dalam Sejarah.
edit: Budhy Munawar-Rachman, Jakarta: Paramadina.

Sudiyo. 2002. Pergerakan Nasional: Mencapai & Mempertahankan


Kemerdekaan. Jakarta: Rineka Cipta.

Suhartono. 1994. Sejarah Pergerakan Nasional: dari Budi Utomo sampai


Proklamasi 1908 – 1945. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Solichin. 2010. HMI Candradimuka Mahasiswa. Jakarta Pusat: Sinergi


Persadatama Foundation.

Tanja, V. 1978. HMI, Sejarah dan Kedudukanya di Tengah Gerakan-gerakan


Muslim Pembaharu di Indonesia. Jakarta: Penerbit ‘sh’.
Tuhuleley, S. 1990. HMI di Mata Seorang Praktisi (Mahasiswa) 77-78: Sebuah
Upaya Permakluman. Makalah dalam buku putih: “Dinamika Sejarah
HMI”. YOgyakarta: HMI Badko Jawa Bagian Tengah

Anda mungkin juga menyukai