Sunarto lYage
Jumal Ipteks Terapan nrerupakan media publikasi ilmiah dengan foL-us pada pengembangan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni tempan. Semua tulisan dalam jumal ini merupakan hasil
dari kajian dari ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang hasil akhimya memiliki implikasi
terapan atau dapat diaplikasikan dalam kehidupan masyamkat. Diharapkan dengan adanya
Jumal Ipteks Terapan ini dapat memperluas dan meningkatkan aktivitas akademis dan
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni di lndonesia.
ChiefEditorial : Elfindri(UniversitasAndalas)
Accounting : Mumiati
Distribution/Circulation : Yondd
Jumal Ipteks Terapan terbit tiga kali dalam setahun yaituApril, Agustus dan Desember. Surat
menyurat mengenai pengiriman artikel dan berlangganan dapat dinrjukanpada :
PERANI(IALrIASDANIIARGAYANGKOMPE-TrItr.TMHADAP
DAYASAING PRODI]K INDONESIA
Sunarto Wage 1-13
ANALISIS KETERTARIKA.NPEREMPUANDAI,AMFOLITTK
DIKOTAPA-DANGPA\*JANG
Sudinnan 13-28
PEMBANGT]NANHI]IKT]MPERBANKANSYARIAHDAI,AM
PERSPEKIIFPOLITIKIIUKUMNASIONAL
Zarfinal 29-47
PENERAPANPENDEKATANPSIKOANALISIS DALAM
KARYA SASTRAINKONVENSIONAL
Lospida Harti 48-62
KOMPEIU{SIPENDIDIKAN:DASARTEKNOLOGI P$IDIDIKANOIIGHTFIII)
DANSENI MENGAJAR{HIGHTOUCID DAI-AMPF,NDIDIKANISI.AM
Muslim 77-96
ir.Ei{GARLT}IG{_,OBALISASISn,Orat.-.C}r",fiDA1,_4G,IPEi.iEt't',j.t',,i.lK{}i
L\':?.r*-GLhY!,aj!lGKIlp.AIl,!!ABi
.7,',:.rfinai 131-147
PTRANANPET.{DIDIKDAI-AMMEI\CAPAITUJUAN
PU{DIDIKAN NASIONALYANGBERMUTU
Sudirman 14E-r6l
IIAMBATANEKONOMIINDONESIA TBIIADAPPMEKONOMIANGI-OBAL
Agussalim M. 162-179
PELESTARIANTAMANHT]IANRAYADRT[.IIATIAPADANG
Desriano 180-189
PERKM{BAI\GANSISTM4 IMORMASIASIIIIANKEPERAWATI,I\
. MENCIPIIAKANPRAKTFXKEPERAWATANPROFESIONAL
Aria Wahyuni 203-214
Agussalim M.
Abstrak
Pemeratan kesempatan berusaha di Indonesia masih banyak menghadapi
ketulala yang bercifat struktural. Kendala-kentlala tersebut sulit ditembus
khusunl,a oleh para pelaku ekonomi kuat masuk pa,sar dan menperkuat
penghalang tnautk dengan mengadakan berbagai konglomerasi bisnis yang
seharusnya dapat dihkukat oleh para pelaku ekononi kecil dalan skttla
kecil-kecilan. Rendahnya kesempator berusaha ini juga akbiat tlari tidak
seragomnya aliran masuk modal antara pelaku ekononi kuat dan ekononi
kecil. Modul ,tangat santer mengalir ke pelaku ekononri kuat, sehingga pelaku
ekonomi kecil terhambat masuk ke industri yang bersifat kompetetif.
Kata kunci : hqmbatan, ekonomi Indonesia, perakonomian global
PENDAHI,JLUAN
Pemasaran komoditas ekspor non migas masih banyak menghadapi kendaj:
menjelang era tinggal landas sekarang ini. Kendala tersebut disamping berasal dar
faktor-faktor interrral dalam negeri,juga berasal dari fakor ekstemal luar negen. Makalah
ird bermaksud n-rembahas hambatan ekpor non migas yamg berasai dari faldor ekstemal.
yaitu berupa hambatan tanf dan non tarif yang dikenakan oleh tujuan ekspor terhadap
Undang Dasar 1945. Pelaksanaan pemeratan berusaha ini dtasakan masih banyali
menghadapi kendala terutama bersilat stuktural di indonesia. lVlakalah ini berupaya
ekonomi kecil.
Hambatan Ekonomi htdonesio terhadap Per€konomian Cbbai 163
positif berupa relatif stabilnya keamanan pangan, apalagi setelah Indonesia mencapai
swasembada pangan, khususnya beras. Namun kondisi ini tidak membawa pertumbuhan
yang berarti pada sektor berintegratifrendah telah menurunkan kondisi strullur input
pasar. Kondisi struktu output sektor pertanian dapat dilihat pada aspek keterkaitan
antar produk yang dikelompokan ke dalam terkaitan positif (subtitusi),negatii
(komplemen), dan tanpa kaitan (bebas). Keterkaitan intrasektor boleh dikatakan
rendah,karena kenaikan harga suatu komidas pertanian yang lain.Hai ini disebabkan
oleh rendalurya diveniifikasi konsurnsi pada masyarakat kita akibat dari sedikimya pitihan
konsumsi terutama di luar jawa dan loyalitas konsumsi pada satu komidas primer,
khususnya di jawa.
Keterkaitan antar sub sektor juga beium terlihat nyata karena perbedaan
karakteristik antara sub setor tanaman pangar, perkebunan, kehutanan, dan perikanan.
Sementara itu ket3rkaitan antar sek;.tc;r, khususnya antai sekicr ilertanian dan sektor
indusf:'ibelurn t-.erken.ibang se.\agairnana yang tlihatapk:m. .-Scn.tcriri;i itr: struliL[ outp i
seLior iriiiusi;-i talah be.kcmbal)g I,es:ii dalan b.rriragai i,oilgiolr, ritsi y.rlrg bersifat
veriikal (dan industri hr.llu sampai hiiir). horisorital ia:rtal ix'r usana.ir ian artLlr daeteh),
serta k-onglenrerasi mur:r (antaa industri yrng tid;ik bcri-aitar). l{ubungan antar output
.juga berker.nbang pcsatbaik hubungan substiiusi rriaupuii konipleurcnter l{ai ini satu
sama ltin mcnlebabkan nilai tarnbah di sektor industli berkembarig, inelcbihi sektor
ini terlihat dari porsi kedit yang mengalir ke sektor industri. Disamping hal tersebut,
keterkaitan antar sektor industri dan pertaman dalam agro-industri juga relatif belum
berkembang lainya.
'perekonomian nasional. Secara teoritis memang dibenarkan bahwa pangsa pasar seklor
pertanian akan terus menerun sementara pang pasar sektor industri dalam pDRB terus
berbeda kemampuan dalam sebuah keluarga. Anak yang lemah harus iebih diperhatikan
dibandingkan anak yang pandai agar keduanya dapat berkompetisi secara adii dan
beradab. Bila kondisi sektor pertanian yang lemah tidak didukung oleh inventasi besar-
besaran sebagaimana yang te{adi di sektor industri dan keterkaitan antara kedua sektor
tersebut lemah, maka dikhawatirkan terjadi dualisme seklor yang mengarah pada
ketidakadilan ekonomi di Indonesa.
melindungi komiditas sejenis yang diproduksi negara tersebut secara L-urang efisien.
Hambatan tarif ini berupa tarifper unit yang di kenakan sebesar rupiah tertentu per unit
barang dan tarifad valoremyangdikenakan sebesar presentase tertentu dad unit barang
impor. Kedua macam tarif ini biasanya dikenakan kepada komoditas ekspor non-migas
kita. Amerika Selikat telah lama memakai keduajenis tarif ini terhadap negara-negara
macam, yaitu negara-negara dengax perlakuan khusus, antara lain yang termasuli dalar:-.
penanda tanganan refsrensi sistenr urnum (GPS), dikenakan tarif ad valorem sebescs
0 persen atau dibebaskan dari tarif. Negala-negara sahabat dekat yang telah makmur
dikenalan tarifbervariasi antara 5 - 5 persen, sedangkan negara-nega-ra komunis dan
bukan sahabat, dikenakan tariflebih tinggi, yaitu sekitar dua kaii lipat dari yang dikenakan
Hambatan non tarifbanyak dilakukan negara industri maju sebagai ganti dari
kebijatrran penghambat tarif. Hambatan bukan tarif biasanya dilakukan terhadap
komodilas impor yarrg berharga relatiflebih murah dibandingkan harga komoditas sejenis
di dalam negeri. Dengan demikian, hanya komoditas relatif mahal yang tidak efisien
yang daurt masuk negcra industri maju tanpa dikenakan penghalang masuk non tadf.
Hal ini nenlebabkaLn para ekspordi deng:ur kemampuan menawar tcrendah dirugikan.
masyarakat dan perdagangan secara umum. Penghalang non tarifini dianggap tirlak
adil karena para ekportir diperlakukan tidak sama. Misalnya, Hong Kong dan Korea
Dilihat dari kepentingan konsumen, maka penghalang bukan tarif ini jelas
merugikan,karena mendorong konsumen negara mengimpor untuk membayar lebih
tinggi. Di samping itru,penghalang non tarifmenyebabkan negara pengimpor kehilangan
penghasilan dari tarif. Pada giliranya hal ini menyebabkan alokasi sumberrdaya menjadi
impor dan memperkuat kompetisi ekspor Tiga butir perjurjliur Umguay dapat disebutkan
import, meningkatkan disiplin pengunaan berbagai subsidi langsung dan tidak langsung.
melakukan negosiasi tarif dan non tarif atas dasar tawar menawar; beberapa negara
termasuk kebijakan barier non tarif; Beberapa negara dapat mengurangi semua barrier
..non tarif dan membuat penyesuain u otuk mencapai kesepakatan;dan beberapa negara
dapat pula membebaskan tingkat bantuan terhadap produsen suatu komoditas tertentu.
Pada masa lalu, hanya data tentang tarif yang dapat dianalisis sebagai alat
kebijakan pemerintah. Barrier non tarif sebagai bersifat deskriptif sehingga sulit
dipelbandingkan pengaruhnya terhadap tarii Sebuah analisis equivalen tarifterhadap
bentuk-bentuk non tarif telah disepakati dan berhasil dilakukan di negara-negara naju,
yaitu konsep akuivalen subsidi produsen atau konsumen.
Selama ini komoditas non migas lebih banyak tergannurg pada permintaan dalam
sejak tahun 1980-an. Untuk mengetahui dan menggalakkan ekspor komoditas non
migas dibutuhkan analisis pasar dan potensi pasar di luar negeri pada dasarnya
merupakan usaha yang tidak mudah, karena itu studi yang mendalam tentang kelayakan
lndonesia sebagai salah satu pengekspor komoditas non migas terbesar di dunia
perlu menggali potensinya lebih lanjut dalam meningkatkan potensi permintaan pasa.r
luar negeri. Usaha ini dapat dilakukan dengan meneliti potensi-potensi di berbagai daerah
untuk beberapa komoditas yang merniliki daya saing dengan komoditas sejenis di luar
n9sen.
Halnbatan Ekoaofii Indone siiL terhadap Pe rekotbmian Global tt)/
3 . Menganalisasi permintaan aknral dan potensial bagj beberapa komoditas non migas
di pasar intemasional.
komoditi pertanian seperti teh, kopi, palawijaya; komoditi industri seperti textil.
Campur targan pemerintah dalam perdagangan intemasional dapat dilakukan
melalui kebijakan tarif dan non tarif. Kebijakan tarif sudah banyali dibahas sehingga
tidak perlu dibahas lebih lanjut dalam tulisan ini. Kebijakan non tarif masih relatifbaru
dan mulai mendapat perhatian baik melalui forum nasional maupwr intemasional. Sbrdi
ini akan meneliti pengaruh non tarif teftadap kesejahteraan produsen dan konsumen di
indonesia lewat ukuran yang dikenal sebagai Producen Subsidy Equivalent (PSE)
Pendekaun PSE dan CSE dikembangkan oleh Josling (1981) dalam menganalisi
1. Tmgkat subsidi yang diperlukan unruk memberi kompensasi kepada produsen akibar
Gabungan antara kedua hal ini menunjukan transfer benih dari lain selcor melalui
PSE dan CSE didasarkan pada data harga-harga produksi, konsumsi, dan
perdagangan pada kondisi kebijakan yang berlaku. Kegunaan kedua konsep ini adalah
dan komoditas yang berbeda dalam kaitanya dengan kontribusi penghasilan produsen
dan biaya konsumen. Perubahan dalam PSE dan CSE dapat disebabkan oleh perubahan
kebijakan pemerintah atau perubahan tingkat harga intemasional atau nilai tukamya.
Kategori kebijakan non tarif, yaitu:kebijakan penentuan harga pasar, terdli dari
dorongan harga domestik, pajak ekspor, sistem dua harg4 pemberian kedit komoditas,
kebijakan-kebijakan ini telah bairyak dilakukan oleh pemerintah kita, Namun begitu
efektivitasnya lebih banyak dinikmati oleh pma produsen saja. Beberapa komoditas
yang mempunyai elastisitas penawaran inelastilq pemberian kredit ekspor bahwa kurang
subsidi pupuk, pengecualian paj ak bahan bakar. subsidi teknis dapat terus dilanju&an
.ejauh kesejahteraan produsen merupakan titik berat perekasayaan ekspor non migas
Hambatan Ekonomi Indonesia terhatlap Pe rel:onomian Giobal 169
kita. Namun bila rel.:avasa pemasariin iebih diutamakan, maka program menguriingi
biaya pemasaran,me iiputi subsidi angkutan, progrilrlt promosi dan pemasai.an, serta
pelayan pengawasan justru vang harus diproritaskan. Tampaknya clalarn waktu
mendatang yang dekat ini pendekatan pemasaran irarus di utamakan, karena pada
masa ini sektor pemasaran komoditas non migas Indonesia paling banyak memiliki titik
lemah dibanding negara kompetetif kita seperti Thailand dan Malaysia.
Program meningkatkan produksi j angka panj ang sudah harus dipikirkan bagi
pengembangan ekspor non migas kita terutama dalam menghadapi era tinggal landas
dan sesudahnya. Program ini meiiputi:pelayanan penelitian dan penyuluhan bagi para
eksportir dan calon eksportir yang berminat. Programjangka panjang inijuga perlu
dilengkapi dengan program pelengkap, seperti program korsewasi lingkungan plogram-
progarn struktural, dan terakhir program pengawasan nilai tukar, meliputi : pengawasan
tetap, pengawasan mengambang, dan pengawasan terkendali.
pangan baik vertikal maupun horizontal pada berbagai tingkat dari petani konsumen
akhir sangat dipengaruhi oleh tipe organisasi dalam memperoleh marfaat ekonomi d.qlarn
anggotanya- Karcna integrasi masyarakat sangat cocok diterapkan dalam strukuf industri.
Misalnya KIID terlibat dalarn berbagai tahap sistem pemasaran pangan dan pengolahan,
pengelolah, dan pedagang besar lewat intergrasi vertikal. Integrasi vertikal ini berupa :
memperoleh untung pada setiap tingkat pasar; memotong struktur pasar yang
menguntungkan; memperoleh manfaat skala ekonomis; dan meningkatkan efisiensi dari
koordinasi vertikal.
Sektor pangan di tingkat ekspor pada umurrmya ditangani oleh segelintir produsan
dagang unnrk membennrk pasar baru dengan harga yang lebih kompetitif. Karakterisdk
ke dalam pelakunya di pasar input dan pasar ouq)ut. Dari kedua pasar ini akan diketahui
bahwa kedudukan rnereka lemah secara struktural, karena itu usaha-usaha ke arah
perbaikan oasib pengusala ekonomi kecil hanya d apat dilakukan secara str.rkhrral dan
tenaga kerja saj a. fulereka tidak memiliki input lain reperti modal, lahan pertanian yang
ctikup, dan tingkat kewiraswastaan yang mantap. Tenaga ke{a yang dapat rnereka
sediakanpun sangathomogen dan berjumlah uk terbatas (un-limited labour supply).
sehingga upah yang dapat mereka harapkan hanya sebatas pada kebutuhan konsumsi
minimal untuk dua orang. Bila jumlah anggota keluarga empat, maka suami istri harus
bekerja untuk bisa menutup kebutuhan konsumsi sekeluarga.
Kondisi stuktural pasar tenaga keda baik informal maupun formal, pada dasamya
tidakjauh berbeda. Di pasar informal pengusaha ekonomi kecil yang tergolong dalam
pelalt ekonomi lemah berharap dengar urusan usaha yang relatif sangat kecil, sehingga
tidak memiliki daya saing dengan pelaku ekonomi lemah berharap dengan ukuran usaha
yang relatif sangat kecil, sehingga tidak memiliki daya saing dengan pelaku ekonomr
kuat, apalagi pelaku konglomerat. Sementara itu di pasar tenaga kerj a formal, pelaku
ekonomi lemah ini tidak bisa menetapkan upah, karena pasar yang dihadapi bersifat
monopsoni, atau pembeli tenaga kerja mereka hanya satu, tanpa ada pilihan lain' Dalam
bahasa yang kini popular, tak ada nasib yang lain bagi mereka.Dampak dari kondisi
pasar tenaga yang monopsoni adalah terjadinya eksploitasi pengusaha atas karyawan
sebesar selisih antara upah yang dipeloleh dengan produklivitas tenaga ked a karyawan
banyakan pelaku ekonomi lemah keluar-masuk pasar tenaga kerj a,khu su snya dalam
Di pasar output atau pasar penjualan barang jadi, mereka kebanyakan menjuai
pada kondisi pasar persaingan sempuma di mana produk yang dijual sangat banyak
dan menyebar. Sementam itu kita lihat di pasaran eceran (rctail market), terdapat arus
diversifikasi produk, disamping permodalan yang kuat pada konglonrerat itu sendiri.
Pelaku ekonomi lemah pada dasamya lemah dalam hal koordinasi secara luas,
baik horiz-ontal maupun vertikal, maka secara definitif mereka telah bertindak sebagai
menekan ongkos pada hargajual tertentu. Bila kemampuan ini dapat diusahakan dalam
bentuk koperasikoperasi pemasaran bersama, maka kej ayaan pelaku ekonomi lemah
adalah suatu hal yang niscaya.
ekonomi kecil menggelar dagangnya di suahr tempat tertentu dan waktu tertentu untuk
melayani suatu kelompok konsumen tertentu, biasanya pzua pegawai atau karyawan di
halaman kantor atau pabrik selama satu dan dua minggu .Di Jawa kondisi ini terlihat
Agussalim M 172
misalnya pada saat hari-hari besar tertentu atau pada saat kerarnaian mengelar Wayang
kulit semalam suntuk. Namun untuk seklor modem hal ini boleh ditata belum oernah
dicoba, bahkan tampaknya ada kesan untuk dihapuskan.
demokrasi ekonomi pada pola alokasi sumberdaya. Pola alokasi sumberdaya pada
pengusaha ekonomi kecil masih banyak yang belum terdefinisikan dengan bailg sehingga
Salah satu bentuk harnbatan pengembangan dalam kesempatan berusaha ini adalah
akibat dari persaingan yang ketat antara pa.ra pengusaha ekonomi kecil dalam mencapai
menawar dalam membeli. Di samping itu persaingan antara perusaha ekonomi kecil
juga mendapat ancaman dari masuknya pendatang baru yang potensial, serta ancaman
dari adanya atau munculnya produk atau jasa penganti (barang substitusf.
hambatan, karena adanya penghalang masuk Oarier to entry) pada beberapa industri
yang telah mapan di pasar. Beberapa penghalang masuk tersebut antara lain : skala
distribusi yang ada, keunggulan biaya dari industri yang teiah mapan, dari kebij akan
pemerintah juga kadang-kadang merupakan suatu penghalang masuk ke industri.
rupa sehingga terjadi efisiensi pada berbagai fungsi bisnisnya, seperti pada fungis
penggolahan, pemasaran, riset dan pengembangan, pelayanan distribuis, dan sebagainya-
Pada efrsiensi yang optimal,maka industri dapat menjual produk. Pada jumlah besar
pada harga relatif murah, hal ini menyebabkan pelaku ekonomi lain tidak dapat memasuh
Agussalin M. h
172
misalnya pada saat hari-hari besar tertentu atau pada saat keramaian mengelar Wayang r
kulit semalam suntuk. Narnun untuk sektor modem hal ini boleh ditata belum oemah
dicoba, bahkan tampaknya ada kesan untuk dihapuskan.
demokrasi ekonomi pada pola alokasi sumberdaya. Pola alokasi sumberdaya pada
pengusaha ekonomi kecil masih banyak yang belum terdefinisikan dengan baiiq sehingga
Salah satu bentuk hanibatan pengembangan dalam kesempatan berusaha ini adalah
akibat dari persaingan yang ketat antera para pengusaha ekonomi kecil dalam mencapai
menawar dalam membeli. Di samping itu persaingan antara perusaha ekonomi kecil
juga mendapat ancaman dari masuknya pendatang baru yang potensial, serta ancaman
dari adanya atau munculnya produk atau jasa penganti @arang substitusf).
hambatan, karena adanya penghalang masuk (barrier to entry) pada beberapa industri
yang telah mapan di pasar. Beberapa penghalang masuk tersebut antara lain : skala
distribusi yang ada, keunggulan biaya dari industri yang telah mapan, dari kebijakan
pemerintah juga kadang-kadang merupakan suatu penghalang masuk ke indusfi.
Skala ekonomis merupakan satu kendala yang berssifat struktural. Skala
ekonomis ini terjadi bila sudah industri telah mengembangkan outpuhya sedemikian
rupa sehingga terjadi efisiensi pada berbagai fungsi bisnisnya, seperti pada fungis
penggolahan, pemasaran, riset dan pengembangan, pelayanan disfibuis, dan sebagainya
Pada efisiensi yang optimal,maka industri dapat menjual produk. Pada jumlah besar
pada harga relat'rf munh, hal ini menyebabkirn plaku ekonomi lain tidak dapat memasukr
Hambaran Ekonomi t . . r'. \ta tcrha&q) P. , clorLomian Global 173
berbagaijenis bamng danjasa yang dikeloiah oleh para konglomet. Kelebihan konglomet
ini adalah bahwa dengan mengadakan integrasi vertikal dan horizontal, baik di pasar
EE
input maupun output, mereka dapat mengusahai pasar barang dan jasa secara
rltr:
menyeluruh. Dampak negatif dari kongiomerat ini disamping memperburuk usaha
EP
pemerataan kesempatan betusaha, juga mempermudah praktek-praktek bisnis yang
tr_
tidak bemroral, misalnya praktek-praktek merusak harga pasar untuk maksud membunuh
dft
pesaing (predatory princing) dengan dukungan produk lain yang sedang be{aya di
F
pasar.
Kebutuhan modal yang besar untuk memulai suatu bisnis, juga merupakan
F
penghalang dari usaha pemeratan perusaha disini hak milik terhadap modal dan faktor
I:f,
produlai lainya menjadi masalah karena pada dirinya di perlukan pembenaran pemiJiknya-
ri
Bila hak-hak mifik diperoleh dari ke{a keras, misalnya hak atas bmang konsumsi yang
I
diperlukan untuk rnempertahankan hidup yang paling azasi, maka hak milik tersebut
tek perlu pemerataan kesempaan ke{a. Dewasa ini masalah ini hak milik te{adi karena
rL
terdapat pe6edaan antrra kenyataan dan pengharapan atas hak milik suatu masyarakat.
E
Apalagi kenyataan yang ada sesuai dengan pengharapan kepemilikan dalamjangka
dr
pnnj ang, maka tidak ada masalah timbul dalam hak milik.atriu dengan lain perkataan,
x
masalah hak milik timbul karena kekuatan atas hak milik kekuatan kurang
T
terdefinikasikan denganjenis. Masalah kuat lemahnya hak atas rnilik tersebut menjadi
masalah politik, karena itu tergantung pada fenomena politik yang berlaku di negara
*l
kita
&
lfu Kendala Kesempatan Berusaha
Kendala berusaha juga kadang-kadang merupakan dampak dari suatu
h masuknya industri baru dengan berbagai macam peraturan. Pemerintah juga dapat
Agussalim M. 174 H,
membatasi akses merrperoleh dengan cara bahan baku mengurangi pasokan atau 1I
t-
menetapkan harga bahan baku lebih mahal.
yang bersifat sauktural. Kendala-kend.nla te{sebut sulit di tembus khususnya oleh pan
perusaha ekonomi kecil. Pada saat bersamaan pelaku ekonomi kuat masuk pasar dan
memperkuat penghal ang masuk dengan mengadakan berbagai konglonerasi bisnis yang
seharusnya dapat dilakLrkan oleh para pelaku ekonomi kecil dalam skala kecil-kecilan.
Rendahnya kesempatan berusaha ini juga akibat dari tidak seragamnya aliran rnasuk
modal antara pelalar ekonomi kuat dan ekonomi kecil. Modal sangat santer mengalir
'
ke pelaku ekonomi k-uat, sehingga pelaku ekonomis kecil terhambat masuk ke industn
demokrasi ekonomi pada pola lokasi sumbemya. Pola lokasi sumbernya pada pelaku
ekonomi kecil masih banyak yang belum terdefinisikan dengan banyak, sehingga
pelaksanaan pemerataan kesempatan berusahanyajuga mengalami banyak hambatan.
tersebut datang dari empat penjuru angin, yairu dari pemasok yang senantiasa
meningkatkan kekuatan tawar-menawar dalam menjual; dari para pembeli yang juga
ikutpeningkatan tawar menarvar dalam membeli.D samping itr,r penair-tgan antarapelaku
ekonomi kecil juga mendapat ancaman dari masutrmya mendatang bani yang potensial,
serta ancaman dari adanya atau munculnya produk ataujasa penganC Sarang substit'.rsi.1.
adanya penghalang masuk ftarrier to entry) pada beberapa induslri yang telah mapan
of scale), adanya diferensiasi produk, tingginya kei'atuhan modal yang biaya menganli,
suiitnya masuk kesaluran disfibusi yang ada keunggulan biaya dari industri yang le1alt
Hambetan Ekononi Ittit);.,'sia terlwiap P, t{konomian Globul 175
mapar iian kcb,U ai:ri.n Dertitah juga k adang-kadang merupakan suatu penghalang rnasuk
ke industri.
Skala ekonornis merupakan suatu kendala yang bersifat struktural. Skala ekonomis
ini terjadi bila suatu industri telah mcngembangkan outpufirya sedemikian rupa sehingga
terjadi efisiensi pada berbagai fungi bisnisnya, seperti pada fungsu pengolahan,
pernasaran, riset dan pcngembangan, pelayanan, distribuis, dan sebagainya. Pada efiensi
yang optimal, maka industn Capat menjuai produk pada jumiah besar dengan harga
relatif murah. llal ini menyebabkair pelaku ekonomi lain tidak <iapat memasuki pasar
industri rersebut.
berbagai jenis barang danjasa yang dikelolah konglornerat. Kelebihan konglomerat ini
adalah'nahwa dengan mengadaka:r integrasi vertikal dan horizontal baik di pasar input
maupun output, mereka dapat mcnguasai pasar barang dan jasa secara menyeluruh.
dari usaha pemeratan kesempatan bcrusaha. Di sini hak miiik terhadap modal dan
faktor produksi lainya menjadi masalah karena pada dirinya diperlukan pembenaran
kepemilikannya. Bilahak milik diperoleh dari ke{a keras, misalnya hak atas barang
konsumsi yang diperlukan untuk mempertaha*an hidup yang paling azazi, maka hak
milik tersebut tak perlu pemeratan kesempatan kerja. Dewasa ini masalah hak milik
terjadi karena terdapat perbedaan antara kenyataan dan pengharapan atas hak milik
suatu masyarakat. Apabila kenyataar yang ada sesuai dengan penghampan kepemilikan
dalam jangka panjang, maka tidak ada masaiah timbul dalam hak rniliki.atau dengan
lain perkataan, masalah hak milik timbul karena kekuatan hak milik tersebut kurang
Agussalim M. 176
didenfinisikan dengan jelas. Masalah kuat lemahnya hak atas milik tersebut menj ad
masalah politik, karena itu tergantung pada fenomena politik yang berlaku di negara
kita.
kedudukan mereka lemah secara struktural, karena itu usaha-usaha kearah perbaikzur
nasib pelaku ekonomi lernah hanya dapat dilakukan secara struktural dan berjangkan
, panjang.
Disamping input, pelaku ekonomi iemah hanya bisa menjualjasa dalam bennrl
tenaga kerja saja. Mereka tidak memiliki input lain seperti modal lain lahan pertanian
yang cukup, dan tinggat kewimswatran yang mantap.tenaga kerja yanag dapat mereka
sediakan pun sangat homogent dan berjumlah terbatas (unlimeted labour supply).
Sehingga upah yang dapat mereka harapkan hanya sebatas pada kebutuhan konsumsi
untuk dua orang. Bilajumlah anggota keluarga empat, maka suami istri harus beke{ a
unRrk bisa menutup kebutuhan konsumen. Kondisi struktrural pasar tenaga kerja, baik
informal maupun formal pada dasamya tidak jauh berbeda di pasar informal pelaku
ekonomi, berhadapan dengan ukuran yang relatif sangat kecil sehingga tidak memiliki
daya saing dengan pelaku ekonornr kuat, apalagi pelaku konglomerat. Sementara itu di
pasar tenaga ke{a formal, pelaku ekonomi lemah ini tidak bisa menetapkan, karena
pasar yang dihadapi bcrsifat monopsoni, atau pembeli tenaga kerja mereka hanya sahr,
tampak ada pilihan lain. Dalam bahasa yang kini populer, tak ada masalah lain bagi
mereka. Dampak dari kondisi pasar tenaga yang monopsoni adalah terjadinya
eksploetasi pengusaha atas karyawan sebesar selisih antara upah yang diperoleh denga
produktivitas tenaga kerja karyawan yang notabene adalah pelaku ekonomi rendah.
Eksistensi pelaku ekonomi lemah dapaibefiahan lama pada lingkungan yang
meftEa )t patroliclient dimana nereka bertindak sebagai clieni atau pekerja yang
dilindungi oleh majikan karena pengambdiannlra dalam usaha. Namun padajaman
Hambatan Ekonomi Indonesia terhadap Perekonomian Global 177
semakin berkembang ini, iklim usaha yang sangat kompetitif tidak mengandung
berlakunya kondisi guyub rukun antara majikan dan bawahan. Hal ini terlihat dari
banyalcrya pelaku ekonomi lemah keluar masuk pasar tenaga ked4 khusunya di tingkat
industri pembannr rumah tangga- Kondisi yang terlihat ke permukaan ini bahkan sampai
muncul di pasar intemasional tenaga kerja wanita (fKW) yang banyak tidak kerasan
di negeri asing.
Di pasar output atau penjual barang jadi, mereka kebanyakan menjual pada
kondisi pasar persaingan sempuma di mana produk yang dijual sangat banyak dan
menyebar. Sementara itu kita lihat di pasar eceran (retail market), terdapat arus komoditas
' yang dipasok oleh industi konglomerat membaqiiri pasaran. Disini ketidakseimbangan
pasar terjadi karena pada pasar barang yang sama dan harga yang tidakjauh bebeda,
konglomerat mampu menjual secara lebih efisein, yaitu menjual lebih banyalq karcna
i$ kemtungan perunit menjadi lebih besar. D samping itu konglomerat memiliki kondisi
penghalang masuk &anier to entry) pada berbagai stukhr pasar. Penghalang masuk
Pelaku ekonomi lemah pada dasamya lemah dalam koondinasi.Bila mereka dapat
melakukan koordinasi secara luas, baik horizontal maupun vertikal, maka secara
terdefinisikan mereka telah bertindak sebagai konglomerat, sehingga kemungkinan lebih
mampu bertahan untuk berkompetensi dalam menekan ongkos pada hargajual tertentu.
tertentu, biasanya para pegawai atau karyawan di halaman kantor atau pabrik selama
satu atau dua minggu. Di Jawa kondisi ini terlihat misalnya pada saat hari-hari besar
tefientu atau pada saatkeramaian mengelar wayang kulit semalam suntuk. Namun untuk
Agussalim M. 178
sektor modern hal ini boleh dikata belum pemah dicoba, kecuali oleh ibu-ibu rumah
Kesirnpulan
Peranan komoditas ekspor non migas Indonesia semakin, pentilg terutarna
menjelang era tinggal landas, diharapkan komoditas ini dapat menjadi hiang punggung
terutama kendala dari negara tujuan ekspor berupa penghalang masukbaik tarif maupun
kendala.
menjadi lebih matang (fair trade). Salah satu yang dapat dilahrkan adalah meningkatkan
Daftar Pustaka
Bambang Tri Cahyono,i990, Ekspor Non Migas : Peranan Pemerintah, dalam Harian
Sore Wawasan, 3 Mei 1990.
Dr. H, Agussalim M., SE., MS. Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Ekasakti
UNIVER
PERPUSTAI
lssN 1979-929-
Kopertis Wilayah X
Sumbar, Riau, Jambi & Kepri
,illlrtrxlrxillililLrtl