Anda di halaman 1dari 24

PERAN KUALITAS DAN HARGA YANG KOMPETITIF TERHADAP DAYA SAING PRODUK TNDONESIA

Sunarto lYage

ANALISIS KETERTARIKAN PEREMPUAN DALAM POLITIK DI KOTA PADANG PANJANG


Sutlinnan

PEMBANGUNAN HUKUM PERBANKAN SYARIAH DALAM PERSPEKTIF POLITIK HI]KUM NASIONAL


Zarfinal

PENEN,A,PAN PENDEKATAN PSIKOANALISIS DALAM I(A.RYA SASTRA INKON\'ENSIONAL


Laspida Harti

POLAANTISIPATIF KELUARGA DI TENGAH DERASNYATERPAAN TELEVISI


Sumartono

KOMPETENSI PENDIDIKAN : DASAR Tf,KNOLOGI PENDIDIKAN (HIGH TECH.I DAN


SENI MENCAJAR ( HIGH TOUCH) DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Mus lint

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PEMBELAJARAN MODEL MASTER


DESAIN DAN IMPLEMENTASI
S,ahrial

GERAKAN SOSIAL MASYARAKAT PETANI DI NAGARI KETAPING


hrhasnil

PENGARUH GLOBALTSASI EKONOMI DALAM PEMBENTUKAN UNDANG.UNDATG KEPAILITAN


Zaiinal
PERANAN PENDIDIK DALAM MENCAPAI TUJUAN PENDIDIKAN NASIONALYANG BERMUTU
Sudirman

HAMBATAN EKONOMI INDONESIA TERIIADAP PEREKONOMIAN CLOBAL


Agussalim M.

PELESTARIAN TAMAN HUTAN RAYA DR. M. HATTA PADANG


DestIana
KASAKTI
K. EKONOMT PA ASPXK E^KOLOGI KAWASAN KARST CAGARALAM LEMBAH HARAU
tan Nurlatla Jtteplt

IBANGAN SISTEM INFORMASI ASUHAN KEPERAWATAN MENCIPTAKAN


K KEPERAWATAN PROFf, SIONAL

.SAN GLOBAL, DAMPAK DAN ALTERNATIF PENANGGULANGANNYA


liarcsta
tar
JURNAT IPTEKS TERAPAN
ISSN : 1979-9292

Jumal Ipteks Terapan nrerupakan media publikasi ilmiah dengan foL-us pada pengembangan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni tempan. Semua tulisan dalam jumal ini merupakan hasil
dari kajian dari ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang hasil akhimya memiliki implikasi
terapan atau dapat diaplikasikan dalam kehidupan masyamkat. Diharapkan dengan adanya
Jumal Ipteks Terapan ini dapat memperluas dan meningkatkan aktivitas akademis dan
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni di lndonesia.

ChiefEditorial : Elfindri(UniversitasAndalas)

Editorial Board : Bulang Ru.man (Uni\ersiras Andalas)


Gulanga Lal Dasvarma (Flinders University, Australia)
NorAisyah Buang (Universiti Kebargsaan Malaysia)
Hafrizal Sandri (Unive$itas Bung Hatta)
Irwan Effendi (Universitas Muhammadiyah Riau)
Rina Shahriyani Shahrullah (Universitas Intemational Batam)
Syafrinaldi (Universitas Islam Riau)
Efa Yonnedi (Universitas Andalas)
Sumartoro (Universitas Ekasaldi)
Editoria)Advisory : Wiko Saputra (Tanjung Biru Research Centre)
Yusrizal Yulius (Universitas Andalas)
Irfan Sungkar (KasehDia Research Centre Malaysia)
Alfian Zein (Universitas Bung Hatta)
Jainabee MD Kasim (Universiti Kebangsaan Malaysia)
Yulmizar Hasan (Universitas Negeri Padang)
Sofyardi (Universitas Andalas)
Feliarra 1U nir ersitas Riau]
Zamzami (Universitas Jambi)
Hasan Basri Jumin (Universitas IslamRiau)
Mahdi (Universitas Ardalas)
Sadon Defit (Universitas Putru Indonesia-YPTK Padang)

Treasury : Skunda Diliarosta


Ida Suryanti

Accounting : Mumiati

Editorial Secretary : Yulmaizar


Suhafiini

Distribution/Circulation : Yondd

Jumal Ipteks Terapan terbit tiga kali dalam setahun yaituApril, Agustus dan Desember. Surat
menyurat mengenai pengiriman artikel dan berlangganan dapat dinrjukanpada :

Redakur JunDl Ipteks Terapan


Gedung Koordinasi Perguruan Tinggi SwastaWilayah X Propinsi Sumaten Barat
J]. Khatib Sulaiman Padang-Sumatera Barat
Telp +62 75 I 7056717 Far -62 751 7056737
Enail : kopenisx=1 umai(@yahoo.co.id
t7T
voL.3 NO. I APNL2009 ISSN: 1979-9292

PERANI(IALrIASDANIIARGAYANGKOMPE-TrItr.TMHADAP
DAYASAING PRODI]K INDONESIA
Sunarto Wage 1-13

ANALISIS KETERTARIKA.NPEREMPUANDAI,AMFOLITTK
DIKOTAPA-DANGPA\*JANG
Sudinnan 13-28

PEMBANGT]NANHI]IKT]MPERBANKANSYARIAHDAI,AM
PERSPEKIIFPOLITIKIIUKUMNASIONAL
Zarfinal 29-47

PENERAPANPENDEKATANPSIKOANALISIS DALAM
KARYA SASTRAINKONVENSIONAL
Lospida Harti 48-62

PO]-AANTIiSIPATIF' KELUARGA DI TLNGAHDERASNYATERPAANTELE\'TST


Surnartono 63-76

KOMPEIU{SIPENDIDIKAN:DASARTEKNOLOGI P$IDIDIKANOIIGHTFIII)
DANSENI MENGAJAR{HIGHTOUCID DAI-AMPF,NDIDIKANISI.AM
Muslim 77-96

L]PAYAPENINGKATAN IIASILBELA-IAR SISWADENGAN


PFMBU,AJARANMODELMASTER : DESAINDANIMFI,F.JMENIASI
Syahrial 97-tr6

GERAI({N SOSIALMASYA&AKAT PETANq DI NAGAR{ KE1'APING


lluhasni! 117-130

ir.Ei{GARLT}IG{_,OBALISASISn,Orat.-.C}r",fiDA1,_4G,IPEi.iEt't',j.t',,i.lK{}i
L\':?.r*-GLhY!,aj!lGKIlp.AIl,!!ABi
.7,',:.rfinai 131-147
PTRANANPET.{DIDIKDAI-AMMEI\CAPAITUJUAN
PU{DIDIKAN NASIONALYANGBERMUTU
Sudirman 14E-r6l

IIAMBATANEKONOMIINDONESIA TBIIADAPPMEKONOMIANGI-OBAL
Agussalim M. 162-179

PELESTARIANTAMANHT]IANRAYADRT[.IIATIAPADANG
Desriano 180-189

BEBERAPAASPEK EKOIOGI KAWASAN XARST


CAGARALAMLU\{BAHIIARAU
Elmiwsti dqn Nurlaila Sitepu t90-202

PERKM{BAI\GANSISTM4 IMORMASIASIIIIANKEPERAWATI,I\
. MENCIPIIAKANPRAKTFXKEPERAWATANPROFESIONAL
Aria Wahyuni 203-214

PEMANASAN GLOBAL, DAMPAK DAN


ALTERNAIIFPETTIANGGTII.ANGANNYA
Skunda Diliarosta 219-229
HAMBATAN EKONOMI INDONESIA
TERHADAP PEREKONOMIAN GLOBAL

Agussalim M.

Abstrak
Pemeratan kesempatan berusaha di Indonesia masih banyak menghadapi
ketulala yang bercifat struktural. Kendala-kentlala tersebut sulit ditembus
khusunl,a oleh para pelaku ekonomi kuat masuk pa,sar dan menperkuat
penghalang tnautk dengan mengadakan berbagai konglomerasi bisnis yang
seharusnya dapat dihkukat oleh para pelaku ekononi kecil dalan skttla
kecil-kecilan. Rendahnya kesempator berusaha ini juga akbiat tlari tidak
seragomnya aliran masuk modal antara pelaku ekononi kuat dan ekononi
kecil. Modul ,tangat santer mengalir ke pelaku ekononri kuat, sehingga pelaku
ekonomi kecil terhambat masuk ke industri yang bersifat kompetetif.
Kata kunci : hqmbatan, ekonomi Indonesia, perakonomian global

PENDAHI,JLUAN
Pemasaran komoditas ekspor non migas masih banyak menghadapi kendaj:

menjelang era tinggal landas sekarang ini. Kendala tersebut disamping berasal dar
faktor-faktor interrral dalam negeri,juga berasal dari fakor ekstemal luar negen. Makalah

ird bermaksud n-rembahas hambatan ekpor non migas yamg berasai dari faldor ekstemal.
yaitu berupa hambatan tanf dan non tarif yang dikenakan oleh tujuan ekspor terhadap

komoditas ekspor non migas Indonesia.

Pemerataan kesempatan berusaha merupakan tujuari yang di arnanatkan Undang-

Undang Dasar 1945. Pelaksanaan pemeratan berusaha ini dtasakan masih banyali
menghadapi kendala terutama bersilat stuktural di indonesia. lVlakalah ini berupaya

mengetengahkan beberapa kendala stukturaj yang teriadi khusultnya pnda pelaku

ekonomi kecil.
Hambatan Ekonomi htdonesio terhadap Per€konomian Cbbai 163

Struktur Sektor Pertanian vs Industri


Sektor pertanian di Indonesia, khususnya pertanian tanaman pangan, memiliki
struktur pasar yang kompetitf dan menyebar diseluruh pelosok tanah air. Misalnya,
tanaman padi ditanami oieh petani yang ada di Indonesia. Hal ini membawa dampak

positif berupa relatif stabilnya keamanan pangan, apalagi setelah Indonesia mencapai
swasembada pangan, khususnya beras. Namun kondisi ini tidak membawa pertumbuhan

yang berarti pada sektor berintegratifrendah telah menurunkan kondisi strullur input

yang beri<ualitas rendah pula.

Shuktur pennintaarr tenaga kerja, modal, ianah dan kewiraswastaan sanga',


terganturg pada snuktur permintaan output yang sep";ruhnya ditenhrkan oleh mekanisme

pasar. Kondisi struktu output sektor pertanian dapat dilihat pada aspek keterkaitan
antar produk yang dikelompokan ke dalam terkaitan positif (subtitusi),negatii
(komplemen), dan tanpa kaitan (bebas). Keterkaitan intrasektor boleh dikatakan
rendah,karena kenaikan harga suatu komidas pertanian yang lain.Hai ini disebabkan

oleh rendalurya diveniifikasi konsurnsi pada masyarakat kita akibat dari sedikimya pitihan

konsumsi terutama di luar jawa dan loyalitas konsumsi pada satu komidas primer,
khususnya di jawa.

Keterkaitan antar sub sektor juga beium terlihat nyata karena perbedaan
karakteristik antara sub setor tanaman pangar, perkebunan, kehutanan, dan perikanan.
Sementara itu ket3rkaitan antar sek;.tc;r, khususnya antai sekicr ilertanian dan sektor
indusf:'ibelurn t-.erken.ibang se.\agairnana yang tlihatapk:m. .-Scn.tcriri;i itr: struliL[ outp i
seLior iriiiusi;-i talah be.kcmbal)g I,es:ii dalan b.rriragai i,oilgiolr, ritsi y.rlrg bersifat
veriikal (dan industri hr.llu sampai hiiir). horisorital ia:rtal ix'r usana.ir ian artLlr daeteh),
serta k-onglenrerasi mur:r (antaa industri yrng tid;ik bcri-aitar). l{ubungan antar output

.juga berker.nbang pcsatbaik hubungan substiiusi rriaupuii konipleurcnter l{ai ini satu
sama ltin mcnlebabkan nilai tarnbah di sektor industli berkembarig, inelcbihi sektor

perrrnian. Disamping itu kondisi pasal'output yimg kebmyakiur bersifat monopolistik

di sektor industri telah menyebabkan kepercayaan bank terhada; pcngusaha di sektor


industri lebih mantap di banding kepercayaannya pada petani, peteniak, dan nelayan.
Agussalim M.
lg
Hal ini yang membuat seltor indushi relatif tidak memiliki kendala dalam hal pemodaian.

Keterpisahan perlakuan terhadap seltor pertanian lebih diprioritaskan dibanding


sektor industri, maka dalam kebanyakan hal tersebut hanya benar untuk sebagian. Hal

ini terlihat dari porsi kedit yang mengalir ke sektor industri. Disamping hal tersebut,
keterkaitan antar sektor industri dan pertaman dalam agro-industri juga relatif belum
berkembang lainya.

Perbedaan kamkteristik pasar kedua sektor tersebut, yaitu dominasi pasar


monopolistik di sektor industri dan pasar kompetatif di sektor pertanian telah
menyebabkan perbedaan pertumbuhan dan pangsa pasar kedua sektor tersebut dalam

'perekonomian nasional. Secara teoritis memang dibenarkan bahwa pangsa pasar seklor
pertanian akan terus menerun sementara pang pasar sektor industri dalam pDRB terus

meningkat, namun pembenaran tersebut terialu cepat tet'adi di Indonesia.


Apabila sektor pertanian yang bergabung daiam iima sub sektor benar-benar
diperlukan istemewa repelit4 maka kemungkinan daya tahan sektor ini pada saat ringgal
landas nanti akan dapat lebih dibanggakan. Hal ini ibarat perlakuan antara dua anak

berbeda kemampuan dalam sebuah keluarga. Anak yang lemah harus iebih diperhatikan

dibandingkan anak yang pandai agar keduanya dapat berkompetisi secara adii dan
beradab. Bila kondisi sektor pertanian yang lemah tidak didukung oleh inventasi besar-

besaran sebagaimana yang te{adi di sektor industri dan keterkaitan antara kedua sektor

tersebut lemah, maka dikhawatirkan terjadi dualisme seklor yang mengarah pada
ketidakadilan ekonomi di Indonesa.

Hambatan Thrif dan Non-Tarif


Hambatan tarif masih banyak dilakukan oleh negara-negara tujuan ekspor untuk

melindungi komiditas sejenis yang diproduksi negara tersebut secara L-urang efisien.
Hambatan tarif ini berupa tarifper unit yang di kenakan sebesar rupiah tertentu per unit

barang dan tarifad valoremyangdikenakan sebesar presentase tertentu dad unit barang

impor. Kedua macam tarif ini biasanya dikenakan kepada komoditas ekspor non-migas

kita. Amerika Selikat telah lama memakai keduajenis tarif ini terhadap negara-negara

mitra dagangnya. Negara-nega-ra iersebut oleh pihakAS dikategorikan kedalam tiga


Hambatan Ekonotni lniL,nt sit t(th,dddp Pertkononian Global

macam, yaitu negara-negara dengax perlakuan khusus, antara lain yang termasuli dalar:-.

penanda tanganan refsrensi sistenr urnum (GPS), dikenakan tarif ad valorem sebescs

0 persen atau dibebaskan dari tarif. Negala-negara sahabat dekat yang telah makmur
dikenalan tarifbervariasi antara 5 - 5 persen, sedangkan negara-nega-ra komunis dan
bukan sahabat, dikenakan tariflebih tinggi, yaitu sekitar dua kaii lipat dari yang dikenakan

terhadap negara-negara kapitalis lainya.

Hambatan non tarifbanyak dilakukan negara industri maju sebagai ganti dari
kebijatrran penghambat tarif. Hambatan bukan tarif biasanya dilakukan terhadap
komodilas impor yarrg berharga relatiflebih murah dibandingkan harga komoditas sejenis

di dalam negeri. Dengan demikian, hanya komoditas relatif mahal yang tidak efisien

yang daurt masuk negcra industri maju tanpa dikenakan penghalang masuk non tadf.

Hal ini nenlebabkaLn para ekspordi deng:ur kemampuan menawar tcrendah dirugikan.

Ccjala meningkatnya penghalang non tarifpada dekade 1980-an masili sulit


diungkap secara kuantitalkarena sulit mengukur dampaknya terhaCap kesejahleraar

masyarakat dan perdagangan secara umum. Penghalang non tarifini dianggap tirlak
adil karena para ekportir diperlakukan tidak sama. Misalnya, Hong Kong dan Korea

Seiatanjustu mengalami kesulitan dalam mengendalikan ekspomya, meskipun perlal:uan


tarif cukup mengunnrngkan.

Dilihat dari kepentingan konsumen, maka penghalang bukan tarif ini jelas
merugikan,karena mendorong konsumen negara mengimpor untuk membayar lebih
tinggi. Di samping itru,penghalang non tarifmenyebabkan negara pengimpor kehilangan
penghasilan dari tarif. Pada giliranya hal ini menyebabkan alokasi sumberrdaya menjadi

kurang efisien dan etika persaingan bebas menjadi luntur.

Ketika pe{anjian baru tentang negosiasi perdagangan multilateral ditandatangani


di Quinta Del Este Qruguay,1986). maka negara-negara penandatangan setuju untuk

memantapkan Liberlisasi perdagangan internasional dengan memberi kemudahal pada

impor dan memperkuat kompetisi ekspor Tiga butir perjurjliur Umguay dapat disebutkan

sebagai berikut : mempcrbaiki kondisi pasar melalui pengurangan terhadap barrier


Agussolim M, 166

import, meningkatkan disiplin pengunaan berbagai subsidi langsung dan tidak langsung.

serta meminimalkan pengaruh balik dari kebijakan yang tidak sehat.

Beberapa pendekatan telah mengmunkinkan untuk mencapai tujuan di atas.


meskipun satu sama lain masih memiliki kelemahan. Misalnya:beberapa negara dapat

melakukan negosiasi tarif dan non tarif atas dasar tawar menawar; beberapa negara

dapat membatasi kebijakan perdagangannya dengan mengurangi subsidi impor; beberapa

negara dapat mengadakan negoisasi penggunaan berbagai tipe instrumen kebijakan

termasuk kebijakan barier non tarif; Beberapa negara dapat mengurangi semua barrier

..non tarif dan membuat penyesuain u otuk mencapai kesepakatan;dan beberapa negara

dapat pula membebaskan tingkat bantuan terhadap produsen suatu komoditas tertentu.

Pada masa lalu, hanya data tentang tarif yang dapat dianalisis sebagai alat
kebijakan pemerintah. Barrier non tarif sebagai bersifat deskriptif sehingga sulit
dipelbandingkan pengaruhnya terhadap tarii Sebuah analisis equivalen tarifterhadap

bentuk-bentuk non tarif telah disepakati dan berhasil dilakukan di negara-negara naju,
yaitu konsep akuivalen subsidi produsen atau konsumen.

Selama ini komoditas non migas lebih banyak tergannurg pada permintaan dalam

negri. Usaha-usaha untuk mengernbangkan potensi komoditas non migas mulai


dilancarkan sejak penerima negara dari ekspor merosot akibat penunrnan harga minyak

sejak tahun 1980-an. Untuk mengetahui dan menggalakkan ekspor komoditas non

migas dibutuhkan analisis pasar dan potensi pasar di luar negeri pada dasarnya
merupakan usaha yang tidak mudah, karena itu studi yang mendalam tentang kelayakan

usaha peningkatan ekspor untuk beberapa komoditas perlu dilakukan.

lndonesia sebagai salah satu pengekspor komoditas non migas terbesar di dunia
perlu menggali potensinya lebih lanjut dalam meningkatkan potensi permintaan pasa.r

luar negeri. Usaha ini dapat dilakukan dengan meneliti potensi-potensi di berbagai daerah

untuk beberapa komoditas yang merniliki daya saing dengan komoditas sejenis di luar

n9sen.
Halnbatan Ekoaofii Indone siiL terhadap Pe rekotbmian Global tt)/

Agenda penelitian dengan demikian pexiu di susun untuk :

1. Mengeta}ui penawaran dan pennintaan beberapa komoditas pertanian di pasar


domestik dan luar negri.
2. Mengali peluang-peiuang pasar luar negri untukk beberapa komoditas non migas
dari Indonesia

3. Mencari strategi pemasaran yang cocok untuk dapat diterapkan di pasar


intemasional.

Beberapa langkah penelitian dapat digambarkan sebagai berikut.

l. Menganalisis fakta-fakta ekonomi pasar dalam kaitannya dengan perkembangan


output, harga, teknologi, kondisi alam, dan resiko harga.
2. Menganalisis kondisi produksi,distribusidan pasar beberapa komodita.s non migas

di pasar lokal dan intemasional.

3 . Menganalisasi permintaan aknral dan potensial bagj beberapa komoditas non migas

di pasar intemasional.

Kebijakan pemerintah sar.rgat berperan daiam pengmbangan komoditas non


migas dimasa mendatang. Beberapa kornoditas non migas yaitu komoditas yang
mempunyai potensi pasm di luar negri antara lairr;barang-barang kerajinan sepetrj roLm;

komoditi pertanian seperti teh, kopi, palawijaya; komoditi industri seperti textil.
Campur targan pemerintah dalam perdagangan intemasional dapat dilakukan
melalui kebijakan tarif dan non tarif. Kebijakan tarif sudah banyali dibahas sehingga
tidak perlu dibahas lebih lanjut dalam tulisan ini. Kebijakan non tarif masih relatifbaru

dan mulai mendapat perhatian baik melalui forum nasional maupwr intemasional. Sbrdi

ini akan meneliti pengaruh non tarif teftadap kesejahteraan produsen dan konsumen di

indonesia lewat ukuran yang dikenal sebagai Producen Subsidy Equivalent (PSE)

dan Consumer Subsidy Equivalent (CES).

Pendekaun PSE dan CSE dikembangkan oleh Josling (1981) dalam menganalisi

intervensi pemerintah di sektor pertanian. Metode ini kemudian dikembangkan dalam


Agussalim M. 168

studi-studi yang dilakukan oleh negara-negara yang bergabung dalam OECD.


Pendekatan Josling ini pada dasamya mengukur kebijakan pemerintah dalam :

1. Tmgkat subsidi yang diperlukan unruk memberi kompensasi kepada produsen akibar

perubahan kebijakan pemerintah.

2. Tingkat subsicli yang seharusnya dibayar kepada konsumen sebagai akibat


berubahnya kebijakan pemerintah.

Gabungan antara kedua hal ini menunjukan transfer benih dari lain selcor melalui

pemerintah kepada selcor yang diteliti .

' Pendekatan PSE pada dasamya merupakan gabungan berbagai pengaruh


kebijakan pemerintah. Komponen PSE dapat diturunkan lewat dua cara. Pertama,
dengan melihat pengaruh budgetari dari kebijakaa pemerintah, dan kedua- dengan melihat

pengaruh instrumen kebijakan terhadap selisih harga-harga domestik dan interna.sional.

PSE dan CSE didasarkan pada data harga-harga produksi, konsumsi, dan
perdagangan pada kondisi kebijakan yang berlaku. Kegunaan kedua konsep ini adalah

untuk membandingkan relatif pentingnya kebijakan pemerintah pada berbagai negara

dan komoditas yang berbeda dalam kaitanya dengan kontribusi penghasilan produsen

dan biaya konsumen. Perubahan dalam PSE dan CSE dapat disebabkan oleh perubahan

kebijakan pemerintah atau perubahan tingkat harga intemasional atau nilai tukamya.

Kategori kebijakan non tarif, yaitu:kebijakan penentuan harga pasar, terdli dari
dorongan harga domestik, pajak ekspor, sistem dua harg4 pemberian kedit komoditas,

kebijakan-kebijakan ini telah bairyak dilakukan oleh pemerintah kita, Namun begitu
efektivitasnya lebih banyak dinikmati oleh pma produsen saja. Beberapa komoditas
yang mempunyai elastisitas penawaran inelastilq pemberian kredit ekspor bahwa kurang

berpengaruh terhadap tambahan surplus produsen.

Kebijakan mendorong pendapatan langsung, meliputi : pembiayaan langsung dan


pajak produsen. Disamping inr program mengurangi biaya produksi, meliputi subsidi :

subsidi pupuk, pengecualian paj ak bahan bakar. subsidi teknis dapat terus dilanju&an
.ejauh kesejahteraan produsen merupakan titik berat perekasayaan ekspor non migas
Hambatan Ekonomi Indonesia terhatlap Pe rel:onomian Giobal 169

kita. Namun bila rel.:avasa pemasariin iebih diutamakan, maka program menguriingi

biaya pemasaran,me iiputi subsidi angkutan, progrilrlt promosi dan pemasai.an, serta
pelayan pengawasan justru vang harus diproritaskan. Tampaknya clalarn waktu
mendatang yang dekat ini pendekatan pemasaran irarus di utamakan, karena pada

masa ini sektor pemasaran komoditas non migas Indonesia paling banyak memiliki titik
lemah dibanding negara kompetetif kita seperti Thailand dan Malaysia.

Program meningkatkan produksi j angka panj ang sudah harus dipikirkan bagi
pengembangan ekspor non migas kita terutama dalam menghadapi era tinggal landas

dan sesudahnya. Program ini meiiputi:pelayanan penelitian dan penyuluhan bagi para

eksportir dan calon eksportir yang berminat. Programjangka panjang inijuga perlu
dilengkapi dengan program pelengkap, seperti program korsewasi lingkungan plogram-

progarn struktural, dan terakhir program pengawasan nilai tukar, meliputi : pengawasan
tetap, pengawasan mengambang, dan pengawasan terkendali.

Program-program diatas perlu dipersiapkan dengan mengadakan perubahan


struktur ekonomi yang membawa dampak t€rhadap akivitas masyarakal Stuktur seldor

pangan baik vertikal maupun horizontal pada berbagai tingkat dari petani konsumen

akhir sangat dipengaruhi oleh tipe organisasi dalam memperoleh marfaat ekonomi d.qlarn

anggotanya- Karcna integrasi masyarakat sangat cocok diterapkan dalam strukuf industri.

Misalnya KIID terlibat dalarn berbagai tahap sistem pemasaran pangan dan pengolahan,

transportasi, sampai ke ekspor. Koperasijasa dapat menjebatani kepentinggan produsen,

pengelolah, dan pedagang besar lewat intergrasi vertikal. Integrasi vertikal ini berupa :

memperoleh untung pada setiap tingkat pasar; memotong struktur pasar yang
menguntungkan; memperoleh manfaat skala ekonomis; dan meningkatkan efisiensi dari

koordinasi vertikal.

Sektor pangan di tingkat ekspor pada umurrmya ditangani oleh segelintir produsan

konglomerat dimana kebanyakan mengkoordinir aktivitasnya secara intergral dalam


suatu aklivitas industri penggolahan dan fanportasi komoditas. Mereka cenderung

berspekulasi pembelian demikian membutuhkan peranan masyarakat dan asosiasi


Agussalim M. 170

dagang unnrk membennrk pasar baru dengan harga yang lebih kompetitif. Karakterisdk

komoditas dan perpencaran sumberdaya ikut mendukung meningkatnya peranan


masyarakat di sektor ini.

Pemerataan Kesempatan Berusaha


Bicara mengeuai anatomi pengusaha pengusaha ekonomi kecil dapat digolongan

ke dalam pelakunya di pasar input dan pasar ouq)ut. Dari kedua pasar ini akan diketahui

bahwa kedudukan rnereka lemah secara struktural, karena itu usaha-usaha ke arah
perbaikan oasib pengusala ekonomi kecil hanya d apat dilakukan secara str.rkhrral dan

berjangka penj ang.


Di pasarinprit, pengusaha e.k onomi kecil hanya bisa menjualjasa dalam bentuk

tenaga kerja saj a. fulereka tidak memiliki input lain reperti modal, lahan pertanian yang
ctikup, dan tingkat kewiraswastaan yang mantap. Tenaga ke{a yang dapat rnereka
sediakanpun sangathomogen dan berjumlah uk terbatas (un-limited labour supply).

sehingga upah yang dapat mereka harapkan hanya sebatas pada kebutuhan konsumsi

minimal untuk dua orang. Bila jumlah anggota keluarga empat, maka suami istri harus
bekerja untuk bisa menutup kebutuhan konsumsi sekeluarga.
Kondisi stuktural pasar tenaga keda baik informal maupun formal, pada dasamya

tidakjauh berbeda. Di pasar informal pengusaha ekonomi kecil yang tergolong dalam
pelalt ekonomi lemah berharap dengar urusan usaha yang relatif sangat kecil, sehingga

tidak memiliki daya saing dengan pelaku ekonomi lemah berharap dengan ukuran usaha

yang relatif sangat kecil, sehingga tidak memiliki daya saing dengan pelaku ekonomr

kuat, apalagi pelaku konglomerat. Sementara itu di pasar tenaga kerj a formal, pelaku

ekonomi lemah ini tidak bisa menetapkan upah, karena pasar yang dihadapi bersifat
monopsoni, atau pembeli tenaga kerja mereka hanya satu, tanpa ada pilihan lain' Dalam

bahasa yang kini popular, tak ada nasib yang lain bagi mereka.Dampak dari kondisi

pasar tenaga yang monopsoni adalah terjadinya eksploitasi pengusaha atas karyawan

sebesar selisih antara upah yang dipeloleh dengan produklivitas tenaga ked a karyawan

yang notabene adalah pelaku ekonomi lemah.


Hamhatan Ekanonti Indoneso rerhadap Pctekoncmicrn Globd! 171
l
I Eksisiensi pe-iak-u ekono{i !emah dapat bertahan iama pada lingkungan 1'ang
I nlen9afiut patron /ienldi mana nrereka bertindak s ebagai client atau pekerja yang
dilindungi oleh majikan karena pengaMianya dalam usaha. Namun padaj aman yang
semakin kembang ini, iklim usaha yang sangat kompetitif tidak mendukung
berlangsungnya kondisi guyupnrkun antara majikan dan bawahan. Hal ini terlihat dari

banyakan pelaku ekonomi lemah keluar-masuk pasar tenaga kerj a,khu su snya dalam

kasus pengusaha ekonomi kecil yang kini banyak dikcjar.

Di pasar output atau pasar penjualan barang jadi, mereka kebanyakan menjuai
pada kondisi pasar persaingan sempuma di mana produk yang dijual sangat banyak

dan menyebar. Sementam itu kita lihat di pasaran eceran (rctail market), terdapat arus

komoditas yang dipasok oleh industri konglomerat membanjiri pasaran. Disini


ketidakseibangan pasar terjadi karena pada pasar barang yang sama dan harga yang
tidakjauh berbeda, konglomerat mampu menjual secara lebih efisien, yaitu menjual
lebih banyak, karena itu keuntungan per unit menjadi lebih besar. Disamping itu
konglomerat memiliki kondisi penghalang masuk (bamer to entry) pada berbagai strrrktur

pasaq Penghalang masuk pasar ini diperoleh dari kemudahan-kemudahan mengdrkan

diversifikasi produk, disamping permodalan yang kuat pada konglonrerat itu sendiri.
Pelaku ekonomi lemah pada dasamya lemah dalam hal koordinasi secara luas,
baik horiz-ontal maupun vertikal, maka secara definitif mereka telah bertindak sebagai

konglomerat, sehingga kemungkinan lebih marnpu bertahan untuk kompetensi dalam

menekan ongkos pada hargajual tertentu. Bila kemampuan ini dapat diusahakan dalam

bentuk koperasikoperasi pemasaran bersama, maka kej ayaan pelaku ekonomi lemah
adalah suatu hal yang niscaya.

Thailand telah mencoba mengkoordinir para pengusaha ekonomi kecil dalam


bisnis pernasaran bersama yang disebut sebagai bazzar. Di bazzar ini para pengusaha

ekonomi kecil menggelar dagangnya di suahr tempat tertentu dan waktu tertentu untuk
melayani suatu kelompok konsumen tertentu, biasanya pzua pegawai atau karyawan di

halaman kantor atau pabrik selama satu dan dua minggu .Di Jawa kondisi ini terlihat
Agussalim M 172

misalnya pada saat hari-hari besar tertentu atau pada saat kerarnaian mengelar Wayang

kulit semalam suntuk. Namun untuk seklor modem hal ini boleh ditata belum oernah
dicoba, bahkan tampaknya ada kesan untuk dihapuskan.

Pelaksanaan Kesempatan Berusaha


Pelaksanaan kesempatan berusaha dapat dilakukan lewat mekanisme penjabaran

demokrasi ekonomi pada pola alokasi sumberdaya. Pola alokasi sumberdaya pada
pengusaha ekonomi kecil masih banyak yang belum terdefinisikan dengan bailg sehingga

pelaksanaan pemerataan kesempatan berusahanyajuga mengalarni banyak hambatan.

Salah satu bentuk harnbatan pengembangan dalam kesempatan berusaha ini adalah
akibat dari persaingan yang ketat antara pa.ra pengusaha ekonomi kecil dalam mencapai

kondisi ekonomi yang lebih baik.

Kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi persaingan tersebut datang dari empat


penjuru angin, yaitu dari para pemasok yang sanantiasa menimgkatan kekuatan tawar

menawar dalam membeli. Di samping itu persaingan antara perusaha ekonomi kecil
juga mendapat ancaman dari masuknya pendatang baru yang potensial, serta ancaman

dari adanya atau munculnya produk atau jasa penganti (barang substitusf.

Pemerataan kesempatan berusaha dalam pelaksanaannya mengalami banyak

hambatan, karena adanya penghalang masuk Oarier to entry) pada beberapa industri
yang telah mapan di pasar. Beberapa penghalang masuk tersebut antara lain : skala

ekonomis (economies of scale), adanya diferensiasi produk, sulilrya masuk ke saluran

distribusi yang ada, keunggulan biaya dari industri yang teiah mapan, dari kebij akan
pemerintah juga kadang-kadang merupakan suatu penghalang masuk ke industri.

Skala ekonomis merupakan satu kendala yang berssifat struktural. Skala


ekonomis ini te{ adi bila sudah industri telah mengembangkan outputnya sedemikian

rupa sehingga terjadi efisiensi pada berbagai fungsi bisnisnya, seperti pada fungis
penggolahan, pemasaran, riset dan pengembangan, pelayanan distribuis, dan sebagainya-

Pada efrsiensi yang optimal,maka industri dapat menjual produk. Pada jumlah besar

pada harga relatif murah, hal ini menyebabkan pelaku ekonomi lain tidak dapat memasuh
Agussalin M. h
172

misalnya pada saat hari-hari besar tertentu atau pada saat keramaian mengelar Wayang r
kulit semalam suntuk. Narnun untuk sektor modem hal ini boleh ditata belum oemah
dicoba, bahkan tampaknya ada kesan untuk dihapuskan.

Pelaksanaan Kesempatan Berusaha


Pelalsanaan kesempatan berusaha dapat dilakukan lewat mekanisme penjabaran

demokrasi ekonomi pada pola alokasi sumberdaya. Pola alokasi sumberdaya pada
pengusaha ekonomi kecil masih banyak yang belum terdefinisikan dengan baiiq sehingga

pelaksanaan pemerataan kesempatan berusahanya juga mengalami banyak hambatan.

Salah satu bentuk hanibatan pengembangan dalam kesempatan berusaha ini adalah

akibat dari persaingan yang ketat antera para pengusaha ekonomi kecil dalam mencapai

kondisi ekonomi yang lebih baik.

Kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi persaingan tersebut datang dari empat


penjuru angin, yaitu dari para pemasok yang sanantia.sa menimgkatan kekuatan tawar

menawar dalam membeli. Di samping itu persaingan antara perusaha ekonomi kecil
juga mendapat ancaman dari masuknya pendatang baru yang potensial, serta ancaman

dari adanya atau munculnya produk atau jasa penganti @arang substitusf).

Pemerataan kesempatan hrusaha dalam pelaksanaannya mengalami banyak

hambatan, karena adanya penghalang masuk (barrier to entry) pada beberapa industri

yang telah mapan di pasar. Beberapa penghalang masuk tersebut antara lain : skala

ekonornis (economies of scale), adanya diferensiasi produk, sulitnya masuk ke saluran

distribusi yang ada, keunggulan biaya dari industri yang telah mapan, dari kebijakan
pemerintah juga kadang-kadang merupakan suatu penghalang masuk ke indusfi.
Skala ekonomis merupakan satu kendala yang berssifat struktural. Skala
ekonomis ini terjadi bila sudah industri telah mengembangkan outpuhya sedemikian
rupa sehingga terjadi efisiensi pada berbagai fungsi bisnisnya, seperti pada fungis
penggolahan, pemasaran, riset dan pengembangan, pelayanan disfibuis, dan sebagainya

Pada efisiensi yang optimal,maka industri dapat menjual produk. Pada jumlah besar

pada harga relat'rf munh, hal ini menyebabkirn plaku ekonomi lain tidak dapat memasukr
Hambaran Ekonomi t . . r'. \ta tcrha&q) P. , clorLomian Global 173

r!* pasiu' lndustn f e|setJui.

!E Diferensiai produkjuga telah rnembuar penghaiang masuk para pelakrr ekonomi


kedunia bisnis. Diferensiasi pro<iuk yang kini maiang melintang di Indonesia adalah

berbagaijenis bamng danjasa yang dikeloiah oleh para konglomet. Kelebihan konglomet

ini adalah bahwa dengan mengadakan integrasi vertikal dan horizontal, baik di pasar
EE
input maupun output, mereka dapat mengusahai pasar barang dan jasa secara
rltr:
menyeluruh. Dampak negatif dari kongiomerat ini disamping memperburuk usaha
EP
pemerataan kesempatan betusaha, juga mempermudah praktek-praktek bisnis yang
tr_
tidak bemroral, misalnya praktek-praktek merusak harga pasar untuk maksud membunuh
dft
pesaing (predatory princing) dengan dukungan produk lain yang sedang be{aya di
F
pasar.

Kebutuhan modal yang besar untuk memulai suatu bisnis, juga merupakan
F
penghalang dari usaha pemeratan perusaha disini hak milik terhadap modal dan faktor
I:f,
produlai lainya menjadi masalah karena pada dirinya di perlukan pembenaran pemiJiknya-
ri
Bila hak-hak mifik diperoleh dari ke{a keras, misalnya hak atas bmang konsumsi yang
I
diperlukan untuk rnempertahankan hidup yang paling azasi, maka hak milik tersebut
tek perlu pemerataan kesempaan ke{a. Dewasa ini masalah ini hak milik te{adi karena
rL
terdapat pe6edaan antrra kenyataan dan pengharapan atas hak milik suatu masyarakat.
E
Apalagi kenyataan yang ada sesuai dengan pengharapan kepemilikan dalamjangka
dr
pnnj ang, maka tidak ada masalah timbul dalam hak milik.atriu dengan lain perkataan,
x
masalah hak milik timbul karena kekuatan atas hak milik kekuatan kurang
T
terdefinikasikan denganjenis. Masalah kuat lemahnya hak atas rnilik tersebut menjadi

masalah politik, karena itu tergantung pada fenomena politik yang berlaku di negara
*l
kita
&
lfu Kendala Kesempatan Berusaha
Kendala berusaha juga kadang-kadang merupakan dampak dari suatu

r kebijakasanaan pemerinah. Panerintrh dapat membatasi bahkan menu!:p kemungkirnn

h masuknya industri baru dengan berbagai macam peraturan. Pemerintah juga dapat
Agussalim M. 174 H,

membatasi akses merrperoleh dengan cara bahan baku mengurangi pasokan atau 1I

t-
menetapkan harga bahan baku lebih mahal.

Pemerataan kesempatan berusaha di Irdonesia masih banyak menghadapi kendala

yang bersifat sauktural. Kendala-kend.nla te{sebut sulit di tembus khususnya oleh pan

perusaha ekonomi kecil. Pada saat bersamaan pelaku ekonomi kuat masuk pasar dan

memperkuat penghal ang masuk dengan mengadakan berbagai konglonerasi bisnis yang

seharusnya dapat dilakLrkan oleh para pelaku ekonomi kecil dalam skala kecil-kecilan.

Rendahnya kesempatan berusaha ini juga akibat dari tidak seragamnya aliran rnasuk

modal antara pelalar ekonomi kuat dan ekonomi kecil. Modal sangat santer mengalir
'
ke pelaku ekonomi k-uat, sehingga pelaku ekonomis kecil terhambat masuk ke industn

yang bersifat kompetitif .

Pelaksanaan kesempatan berusaha dapat dilakukan lewat meganisme penjabaran

demokrasi ekonomi pada pola lokasi sumbemya. Pola lokasi sumbernya pada pelaku

ekonomi kecil masih banyak yang belum terdefinisikan dengan banyak, sehingga
pelaksanaan pemerataan kesempatan berusahanyajuga mengalami banyak hambatan.

Salah satu bentuk hambatan pengambangan dalam kesempatan berusaha ini


adalah akibat dari pesaingan yang ketat antara para pelaku ekonomi kecil dalam mencari

kondisi ekonomi yang lebih baik. Kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi persaingan

tersebut datang dari empat penjuru angin, yairu dari pemasok yang senantiasa
meningkatkan kekuatan tawar-menawar dalam menjual; dari para pembeli yang juga
ikutpeningkatan tawar menarvar dalam membeli.D samping itr,r penair-tgan antarapelaku

ekonomi kecil juga mendapat ancaman dari masutrmya mendatang bani yang potensial,

serta ancaman dari adanya atau munculnya produk ataujasa penganC Sarang substit'.rsi.1.

Pemeratan kesempatan dalam pelaksanaannya mengalami hambatan, kzLrena

adanya penghalang masuk ftarrier to entry) pada beberapa induslri yang telah mapan

di pasar. Beberapa penghalang masuk terdapat antara lain:skala ekonomis (economies

of scale), adanya diferensiasi produk, tingginya kei'atuhan modal yang biaya menganli,

suiitnya masuk kesaluran disfibusi yang ada keunggulan biaya dari industri yang le1alt
Hambetan Ekononi Ittit);.,'sia terlwiap P, t{konomian Globul 175

mapar iian kcb,U ai:ri.n Dertitah juga k adang-kadang merupakan suatu penghalang rnasuk

ke industri.

Skala ekonornis merupakan suatu kendala yang bersifat struktural. Skala ekonomis

ini terjadi bila suatu industri telah mcngembangkan outpufirya sedemikian rupa sehingga

terjadi efisiensi pada berbagai fungi bisnisnya, seperti pada fungsu pengolahan,
pernasaran, riset dan pcngembangan, pelayanan, distribuis, dan sebagainya. Pada efiensi

yang optimal, maka industn Capat menjuai produk pada jumiah besar dengan harga

relatif murah. llal ini menyebabkair pelaku ekonomi lain tidak <iapat memasuki pasar
industri rersebut.

Diferensiasi produkjuga telah membuat penghalang masuk para pelaku ekonorru


kedunia bisnis. Difercnsiaisi produk yang kini malang meiintang di indonesia adalah

berbagai jenis barang danjasa yang dikelolah konglornerat. Kelebihan konglomerat ini
adalah'nahwa dengan mengadaka:r integrasi vertikal dan horizontal baik di pasar input

maupun output, mereka dapat mcnguasai pasar barang dan jasa secara menyeluruh.

Dampak negatif dari konglomerat ini disamping memperburuk usaha pemeratan


kesempatan berusaha, juga mempennudah praktek-praktek bisnis yang tidak bermoral,

misalnya praktek-praktek merusak harga pasar untuk makud membunuh pesaing


(poredatory princing) dengan dukungan produk lain sedang berjaya di pasar.

Kebutuhan modal besar untuk memulai suatu bisnis,juga merupakan penghalang

dari usaha pemeratan kesempatan bcrusaha. Di sini hak miiik terhadap modal dan
faktor produksi lainya menjadi masalah karena pada dirinya diperlukan pembenaran

kepemilikannya. Bilahak milik diperoleh dari ke{a keras, misalnya hak atas barang
konsumsi yang diperlukan untuk mempertaha*an hidup yang paling azazi, maka hak
milik tersebut tak perlu pemeratan kesempatan kerja. Dewasa ini masalah hak milik
terjadi karena terdapat perbedaan antara kenyataan dan pengharapan atas hak milik
suatu masyarakat. Apabila kenyataar yang ada sesuai dengan penghampan kepemilikan

dalam jangka panjang, maka tidak ada masaiah timbul dalam hak rniliki.atau dengan

lain perkataan, masalah hak milik timbul karena kekuatan hak milik tersebut kurang
Agussalim M. 176

didenfinisikan dengan jelas. Masalah kuat lemahnya hak atas milik tersebut menj ad
masalah politik, karena itu tergantung pada fenomena politik yang berlaku di negara

kita.

Anatomi Pengusaha Ekonomi Kecil


Bicara mengenai anatomi pelaku ekonomi lemah dapat digolongkan kedalam
pelakunya di pasal input dan pasar ouput. Dari kedua pasar ini akan diketahui bahwa

kedudukan mereka lemah secara struktural, karena itu usaha-usaha kearah perbaikzur

nasib pelaku ekonomi lernah hanya dapat dilakukan secara struktural dan berjangkan

, panjang.

Disamping input, pelaku ekonomi iemah hanya bisa menjualjasa dalam bennrl
tenaga kerja saja. Mereka tidak memiliki input lain seperti modal lain lahan pertanian
yang cukup, dan tinggat kewimswatran yang mantap.tenaga kerja yanag dapat mereka

sediakan pun sangat homogent dan berjumlah terbatas (unlimeted labour supply).

Sehingga upah yang dapat mereka harapkan hanya sebatas pada kebutuhan konsumsi

untuk dua orang. Bilajumlah anggota keluarga empat, maka suami istri harus beke{ a

unRrk bisa menutup kebutuhan konsumen. Kondisi struktrural pasar tenaga kerja, baik

informal maupun formal pada dasamya tidak jauh berbeda di pasar informal pelaku
ekonomi, berhadapan dengan ukuran yang relatif sangat kecil sehingga tidak memiliki

daya saing dengan pelaku ekonornr kuat, apalagi pelaku konglomerat. Sementara itu di

pasar tenaga ke{a formal, pelaku ekonomi lemah ini tidak bisa menetapkan, karena

pasar yang dihadapi bcrsifat monopsoni, atau pembeli tenaga kerja mereka hanya sahr,

tampak ada pilihan lain. Dalam bahasa yang kini populer, tak ada masalah lain bagi

mereka. Dampak dari kondisi pasar tenaga yang monopsoni adalah terjadinya
eksploetasi pengusaha atas karyawan sebesar selisih antara upah yang diperoleh denga

produktivitas tenaga kerja karyawan yang notabene adalah pelaku ekonomi rendah.
Eksistensi pelaku ekonomi lemah dapaibefiahan lama pada lingkungan yang

meftEa )t patroliclient dimana nereka bertindak sebagai clieni atau pekerja yang
dilindungi oleh majikan karena pengambdiannlra dalam usaha. Namun padajaman
Hambatan Ekonomi Indonesia terhadap Perekonomian Global 177

semakin berkembang ini, iklim usaha yang sangat kompetitif tidak mengandung
berlakunya kondisi guyub rukun antara majikan dan bawahan. Hal ini terlihat dari
banyalcrya pelaku ekonomi lemah keluar masuk pasar tenaga ked4 khusunya di tingkat

industri pembannr rumah tangga- Kondisi yang terlihat ke permukaan ini bahkan sampai

muncul di pasar intemasional tenaga kerja wanita (fKW) yang banyak tidak kerasan

di negeri asing.

Di pasar output atau penjual barang jadi, mereka kebanyakan menjual pada
kondisi pasar persaingan sempuma di mana produk yang dijual sangat banyak dan
menyebar. Sementara itu kita lihat di pasar eceran (retail market), terdapat arus komoditas
' yang dipasok oleh industi konglomerat membaqiiri pasaran. Disini ketidakseimbangan
pasar terjadi karena pada pasar barang yang sama dan harga yang tidakjauh bebeda,
konglomerat mampu menjual secara lebih efisein, yaitu menjual lebih banyalq karcna

i$ kemtungan perunit menjadi lebih besar. D samping itu konglomerat memiliki kondisi

penghalang masuk &anier to entry) pada berbagai stukhr pasar. Penghalang masuk

pasar ini diperoleh dari kemudahan-kemudahan mengadakan diversikasi produk,


disamping permodalan yang kuat pada konglomerat itu sendiri.

Pelaku ekonomi lemah pada dasamya lemah dalam koondinasi.Bila mereka dapat

melakukan koordinasi secara luas, baik horizontal maupun vertikal, maka secara
terdefinisikan mereka telah bertindak sebagai konglomerat, sehingga kemungkinan lebih

mampu bertahan untuk berkompetensi dalam menekan ongkos pada hargajual tertentu.

Bila kemampuan ini dapat diusahakan dalam bentuk koperasi-koperasi pemasaran


bersama, maka kejayaan pelaku ekonomi lemah adalah suatu hal yang niscaya.

Thainland telah mencoba mengkoordinir para PKL dalam bi snis permasaran


bersama yang disebut sebagai bazzar. Di bazzar ini para PKL menggelar daganganya di
suatu tempat tertentu dan waktu tertentu untuk melayani suatu kelompok konsumen

tertentu, biasanya para pegawai atau karyawan di halaman kantor atau pabrik selama

satu atau dua minggu. Di Jawa kondisi ini terlihat misalnya pada saat hari-hari besar
tefientu atau pada saatkeramaian mengelar wayang kulit semalam suntuk. Namun untuk
Agussalim M. 178

sektor modern hal ini boleh dikata belum pemah dicoba, kecuali oleh ibu-ibu rumah

tangga secam sporadis.

Kesirnpulan
Peranan komoditas ekspor non migas Indonesia semakin, pentilg terutarna

menjelang era tinggal landas, diharapkan komoditas ini dapat menjadi hiang punggung

ekspor Indonesia setelah ekspor migas menampakkan pertumbuhan yang semakin


meni.run, namun demikian,pemasaran ekspor non migas ini banyak menghadapi kendal4

terutama kendala dari negara tujuan ekspor berupa penghalang masukbaik tarif maupun

non tarif. Dengan berkembanganya persetujuan umuln tentang tarif dan


perdagangan(GAl-l), maka liberalisasi perdagangan diberlalnrkan dengan menguangl
tarif sebanyak mungkin. Namun penghalang non tarif telah banyak menggantinya
kebijakan tarif, sehingga pernrmbuhan ekspor non migas kita masih banyak menghadapi

kendala.

Berbagai usaha dapat dilakukan untuk membuat perdagangan antar negara

menjadi lebih matang (fair trade). Salah satu yang dapat dilahrkan adalah meningkatkan

peranan lembaga-lembaga internasional yang berpihak pada negara-negara


berkembang, sehinggakepentingan Indonesia dapat terwakili dan pada saat bersamaan

promosi ekspor non migas dapat lebih digencarkan'


Hdrnbatan Ekonomi Indonesii terh4dap Perekonomian Global 179

Daftar Pustaka

Bambang Tri Cahyono,i990, Ekspor Non Migas : Peranan Pemerintah, dalam Harian
Sore Wawasan, 3 Mei 1990.

Bambang Tri Cahyon,l990, Demokrasi Ekonomi dan Knglomerat Indonesia : Suatu


Tinjauan. Era Deregulasi, dalam Pangsa, No.l/4 diterbitkan oleh Himiespa.

Haryono Subyakto dan Bamba,rg Tri Cahyono,1983, Eftonomi Koperasi,Penerbit Liberty.

Johnson,Galen L..1986, Research Methodologlt for Economists Philosophy and


P ratic e. P enerbit Mcmillan.

Kipnis dan Mayers@ds),1985 . Economic Justice, Penerbit Rowman & Allanheld


Porter,Michaeie.,1989, Strategi Bersaing : Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing,
diterjamahkan oleh Agus Maulana,Penerbit Erlangga.

Dr. H, Agussalim M., SE., MS. Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Ekasakti
UNIVER
PERPUSTAI

lssN 1979-929-

Kopertis Wilayah X
Sumbar, Riau, Jambi & Kepri
,illlrtrxlrxillililLrtl

Anda mungkin juga menyukai