Anda di halaman 1dari 2

PEMBAHASAN

Lateks karet alam yang diperoleh dari penyadapan pohon karet (Hevea brasiliensis)
merupakan cairan berwarna putih kekuning-kuningan yang terdiri atas partikel karet dan
bahan bukan karet yang terdispersi di’dalam air. Partikel karet didalam lateks karet alam
berupa makromolekul dari cis 1,4 – poliisoprena, sedangkan bahan bukan karet terdiri atas
protein, lipid (terutama fosfolipid), karbohidrat, asam amino, asam organik lainya serta
kation organik (Blackley, 1996). Lateks alam sebagai bahan baku barang jadi lateks (BJL)
memiliki keunggulan khusus dibanding produk pesaingnya (lateks sintetis) yaitu sifat
teknisnya seperti kekuatan dan elastisitas lebih baik. Industry barang jadi lateks khususnya
industry busa saat ini didominasi oleh busa karet sintetis yang pada umumnya terbuat dari
karet sintetis dan plastik. Mutu busa karet sintetis kurang nyaman dan kurang awet, apalagi
proses pembuatan karet sintetis beresiko tinggi karena bahan baku bersifat racun dan
karsinogenik yang dapat berdampak buruk pada kesehatan sehingga diperlukan bahan
pengganti seperti karet alam yang lebih aman dan baik mutunya.
Pada praktikum kali ini, dilakukan pembuatan busa dari bahan lateks pekat.
Praktikum ini bertujuan agar praktikan dapat mengetahui bahan baku, peralatan, serta proses
pembuatan busa dari bahan lateks pekat. Pembuatan busa ini dilakukan melalui tahapan
proses komponding, proses cetak, proses pemanasan (steam), dan proses pengeringan
(penjemuran dibawah sinar matahari). Pada proses komponding atau pencampuan, bahan
yang ditimbang sesuai dengan formulasi yang telah ditentukan lalu dicampurkan
menggunakan mixer (mesin pencampur). Adapun bahan yang digunakan seperti lateks pekat
(bahan utama), Ionol (antioksidant), ZDBC dan ZMBT (bahan pencepat), Sulfur
(pemvulkanisasi) yang bahan tersebut dimasukkan satu-persatu tiap 5 menit sekali.
Kemudian bahan pembantu seperti Ammonium Oleat dan Ammonium Klorida (foaming
agent), ZnO (penggiat), dan pigment pewarna (digunakan pigment warna hitam) yang tiap
bahannya dimasukkan tiap 1 menit sekali kedalam mixer. Formulasi bahan yang digunakan
telah disesuaikan, seperti jumlah bahan pembusa (foaming agent) yang apabila
penggunaannya terlalu rendah akan menghasilkan kekerasan yang tinggi, bila penggunaan
foaming agent terlalu tinggi akan menghasilkan kekerasan busa yang rendah. Pada
pembuatan busa penggunaan foaming agent merupakan kunci dari pembuatan produk busa
lateks. Pada proses mixing, kecepatan mixer (rpm) juga berpengaruh terhadap bahan agar
lebih homogen dan tercampur merata.
Selanjutnya adalah proses pencetakan yang dilakukan menggunakan cetakan
berbentuk balok (cetakan kue). Bahan-bahan yang telah dicampur atau dimixing hingga
homogen dengan waktu tertentu dituangkan kedalam cetakan. Campuan bahan-bahan tadi
hanya dituangkan setengah dari cetakannya. Hal ini dilakukan karena terdapat bahan
foaming agent yang nantinya akan membuat busa mengembang pada proses pemanasan.
Pada tahap pemanasan (steam) ini dilakukan dengan memanaskan campuran
bahan yang sudah dituangkan kedalam cetakan kedalam alat steam dengan kompor sebagai
sumber panasnya. Proses vulkanisasi terjadi pada tahap pemanasan ini karena bahan-bahan
yang telah bercampur tersebut terkena panas yang memicu terjadinya ikatan silang ata
crosslinking. Pemanasan dilakukan selama ±30 menit. Pemilihan waktu yang tepat sangat
diperlukan karena apabila tidak mencukupi waktunya, dapat berdampak pada produk yang
kurang matang sempurna akibat proses vulkanisasi yang kurang baik.
Proses terakhir adalah proses pengeringan. Setelah selesai di steam, busa
dikeluarkan dari cetakan dan dijemur dibawah terik sinar matahari. Hal ini dilakukan untuk
menghilangkan kadar air yang ada pada produk tersebut. Waktu yang dibutuhkan pada
proses pengeringan sangat tergantung pada cuaca, jika semakin panas terik matahari maka
semakin cepat air dalam busa menguap atau mengering. Busa yang dihasilkan yakni
berwarna abu-abu dengan tekstur tidak rata pada bagian atasnya sedangkan pada bagian
bawah tekstur nya halus. Sifat yang dimiliki busa lebih kenyal, tidak keras, dan memiliki
banyak rongga (rongga yang terbentuk pada busa berasal dari gas yang terbentuk oleh
foaming agent, yang membuat busa menjadi lebih mengembang dan terlihat bervolume
namun tetap ringan) jika dibandingkan dengan busa kelompok lain, hal ini dikarenakan
penggunaan lateks pekat pada kelompok kami lebih sedikit yakni 500gr, namun penggunaan
bahan aditif tetap sama sesuai standar yang ditentukan. Berdasarkan hal tersebut selain
penambahan foaming agent, dapat diketahui bahwa penambahan lateks juga sangat
berpengaruh pada hasil akhir produk seperti yang telah disebutkan.

Anda mungkin juga menyukai