Anda di halaman 1dari 9

Stomatitis pada Anak

Sari Budi Safitry

11 2017 182

Pembimbing :

Dr. Arief Priambodo,Sp.A(K), M.Kes

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak

Periode 21 Mei 2018 – 28 Juli 2018

Rumah Sakit Bayukarta Karawang

1
Pendahuluan
Rongga mulut mencerminkan kesehatan tubuh seseorang karena merupakan pintu pertama
masuknya bahan makanan untuk kebutuhan pertumbuhan dan kesehatan yang optimal.
Berbagai macam lesi sering kali terjadi di rongga mulut yang dapat disebabkan berbagai
faktor, salah satunya adalah stomatitis aphtosa rekuren.
Stomatitis apthosa rekuren (SAR) juga dikenal dengan nama aphthae / canker sores /
reccurent aphthous ulcerations (RAU).1,2,3 SAR merupakan suatu peradangan jaringan lunak
2,4
mulut yang yang ditandai oleh ulkus yang rekuren tanpa disertai gejala penyakit lain.
Lesi dini pada SAR biasanya dirasakan oleh penderita sebagai rasa terbakar. Kemudian bila
telah terbentuk luka, rasa sakit semakin hebat. Kadang- kadang dilaporkan adanya gejala-
gejala pendahulu/prodromal seperti parestesia dan hiperestesia.2,5,6 Rasa sakit dan
ketidaknyamanan yang eksaserbasi dengan adanya pergerakan di sekitar ulser, seperti kegiatan
makan, berbicara dan menelan.5

Definisi
Stomatitis adalah kondisi peradangan pada mulut karena kontak dngan pengiritasi
seperti tembakau, defisiensi vitamin, infeksi oleh bakteri, virus atau jamur, atau penggunaan
obat kemoterapi.
Stomatitis adalah imflamasi mukosa oral, yang dapat meliputi mukosa bukal (pipi) dan
labial (bibir), lidah, gusi,l angit-langit dan dasar mulut. Stomatitis apthosa rekuren (SAR) juga
dikenal dengan nama aphthae / canker sores / reccurent aphthous ulcerations (RAU). SAR
merupakan suatu peradangan jaringan lunak mulut yang yang ditandai oleh ulkus yang rekuren
tanpa disertai gejala penyakit lain.(Odonto, Vol:1 No: 2, 2014)
SAR merupakan ulser oval rekuren pada mukosa mulut tanpa tanda-tanda adamya
pemyalit lain dan salah satu kondisi ulseratif mukosa mulut yang paling menyakitkan terutama
sewaktu makan, menelan, dan berbicara. Penyakit ini ringan karena tidak bersifat
membahaykan jiwa dan tidak menular. Tetapi bagi orang-orang yang menderita SAR dengan
frekuensi yang sangat tinggi akan merasa sangat terganggu. Beberapa ahli menyatakan bahwa
SAR bukan merupakan penyakit yang berdiri sendiri, tetapi lebih merupakan gambaran
beberapa keadaan patologis dngan gejala klinis yang sama. SAR dapat membuat frustasi pasien
dan perawat dalam merawatnya , karena kadang-kadang sebelum ulser yang lama sembuh ulser
baru dapat timbul dalam jumlah yang lebih banyak.

2
Klasifikasi 6
Berikut beberapa klsifikasi stomatitis, yaitu:
a. Mycotic Stomatitis
Mycotic stomatitis adalah stomatitis yang disebabkan oleh adanya infeksi mulut atau rongga
mulut oleh jamur Candida. Mycotic stomatitis, disebabkan oleh pertumbuhan Candida
albicans , yang merupakan penyebab stomatitis yang luar biasa pada anjing dan kucing. Hal
ini ditandai dengan adanya bercak putih kekuningan pada lidah atau membran mukosa.
Mycotic stomatitis biasanya dihubungkan dengan penyakit mulut yang lain, penggunaan
terapi antibiotik yang lama, atau pemberian immunosuppression. Pada mycotic stomatitis
sering kali pada jaringan terjadi kemerahan dan timbul ulsor di bagian rongga mulut.
b. Gingivostomatitis
Gingivostomatitis merupakan infeksi virus pada gusi dan bagian mulut lainnya, yang
menimbulkan nyeri. Gusi tampak berwarna merah terang dan terdapat banyak luka terbuka
yang berwarna putih atau kuning di dalam mulut.

c. Denture Stomatitis atau chronic Stomatitis


Denture stomatitis adalah suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan perubahan-
perubahan patologik pada mukosa penyangga gigi tiruan di dalam rongga mulut. Perubahan-
perubahan tersebut ditandai dengan adanya eritema di bawah gigi tiruan lengkap atau
sebagian baik di rahang atas maupun di rahang bawah. Budtz-Jorgensenl mengemukakan
bahwa denture stomatitis dapat disebabkan oleh bermacam- macam faktor yaitu: trauma,
infeksi, pemakaian gigi tiruan yang terus-menerus, oral hygiene jelek, alergi, dan gangguan
faktor sistemik. Oleh karena itu, gambaran klinis maupun gambaran histopatologis juga
bervariasi, sehingga perawatannyapun perlu dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan
kemungkinan penyebabnya.
d. Aphtous Stomatitis
Apthous stomatitis (sariawan) adalah stomatitis yang paling umum sering terjadi. Sariawan
ini adalah jenis ulkus yang sangat nyeri pada jaringan lunak mulut, bibir, lidah, pipi bagian
dalam, pharing, dan langit-langit mulut halus. Tipe sariawan ini tidak menular. Stomatitis
aphtosa ini mempunyai 2 jenis tipe penyakit, diantaranya:
1) Sariawan akut bisa disebabkan oleh trauma sikat gigi, tergigit, dan sebagainya. Pada
sariawan akut ini bila dibiarkan saja akan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa
hari.

3
2) Sariawan kronis akan sulit sembuh jika dibiarkan tanpa diberi tindakan apa-apa.
Sariawan jenis ini disebabkan oleh xerostomia (mulut kering). Pada keadaan mulut
kering, kuantitas saliva atau air ludah berkurang. Akibatnya kualitasnya pun juga akan
berkurang. Penyebab dari xerostomia ini bisa disebabkan gangguan psikologis (stress),
perubahan hormonal, gangguan pencernaan, sensitif terhadap makanan tertantu dan
terlalu banyak mengonsumsi antihistamin atau sedatif.

Adapun secara klinis stomatitis aphtosa ini dapat dibagi menjadi 3 subtipe, diantaranya:
1) Stomatitis aphtosa minor (MiRAS)
Sebagian besar pasien menderita stomatitis aphtosa bentuk minor ini. Yang
ditandai oleh luka (ulser) bulat atau oval, dangkal, dengan diameter kurang dari 5mm,
dan dikelilingi oleh pinggiran yang eritematus. Ulserasi pada MiRAS cenderung
mengenai daerah-daerah non-keratin, seperti mukosa labial, mukosa bukal dan dasar
mulut. Ulserasi bisa tunggal atau merupakan kelompok yang terdiri atas empat atau
lima dan akan sembuh dalam jangka waktu 10-14 hari tanpa meninggal bekas.

2) Stomatitis aphtosa major (MaRAS)


Hanya sebagian kecil dari pasien yang terjangkit stomatitis aphtosa jenis ini.
Namun jenis stomatitis aphtosa pada jenis ini lebih hebat daripada stomatitis jenis
minor (MiRAS). Secara klasik, ulser ini berdiameter kira-kira 1-3 cm, dan berlangsung
selama 4minggu atau lebih dan dapat terjadi pada bagian mana saja dari mukosa mulut,
termasuk daerah-daerah berkeratin. Stomatitis aphtosa major ini meninggalkan bekas,
bekas pernah adanya ulser seringkali dapat dilihat penderita MaRAS; jaringan parut
terjadi karena keseriusan dan lamanya lesi.
3) Ulserasi herpetiformis (HU)
Istilah ’herpetiformis’ digunakan karena bentuk klinis dari HU (yang dapat terdiri atas
100 ulser kecil-kecil pada satu waktu) mirip dengan gingivostomatitis herpetik primer,
tetapi virus-virus herpes initidak mempunyai peran etiologi pada HU atau dalam setiap
bentuk ulserasi aphtosa.

Etiologi
Stomatitis dapat terjadi pada anak dan bayi. Pada anak stomatitis dapat disebabkan oleh:6
a. Etiologi yang berasal dari dalam mulut
1) Daya tahan tubuh anak yang rendah

4
Daya tahan tubuh yang rendah akan berakibat bakteri atau virus dapat dengan mudah
masuk dan menginfeksi tubuh.
2) Kondisi mulut anak seperti kebersihan mulut yang buruk
Kebersihan mulut berhubungan dengan keadaan gigi pasien. Apabila higiene gigi
pasien buruk, sering dapat menjadi penyebab timbulnya sariawan yang berulang.
3) Luka pada mulut karena tergigit
Bisa terjadi karena bekas dari tergigit itu bisa menimbulkan ulsersehingga dapat
mengakibatkan stomatitis aphtosa.
4) Makanan atau minuman yang terlalu panas.
Makanan atau minuman yang pedas atau panas dapat berpengaruh terhadap mukosa
yang ada didalam mulut yang berfungsi sebagai alat pertahanan dalam melawan infeksi.
Selain itu, juga bserpengaruh terhadap bermacam-macam kuman yang merupakan
bagian daripada “flora mulut” dan tidak menimbulkan gangguan apapun dan disebut
apatogen. Daya tahan mulut dapat menurun karena termik. Jika daya tahan mulut atau
tubuh menurun, maka kuman-kuman yang apatogen itu menjadi patogen dan
menimbulkan gangguan atau menyebabkan berbagai penyakit/infeksi.
b. Etiologi yang berasal dari luar mulut
1) Kondisi tubuh seperti adanya alergi atau infeksi
Bisa terjadi karena kenaikan kadar IgE dan keterkaitan antara beberapa jenis makanan
dan timbulnya ulser. Gejala timbul biasanya segera setelah penderita mengkonsumsi
makanan tersebut
2) Luka akibat menyikat gigi terlalu kerasatau bulu sikat gigi yang sudah mengembang.
3) Kekurangan vitamin C dan vitamin B
Mengakibatkan jaringan dimukosa mulut dan jaringan penghubung antara gusi dan gigi
mudah robek yang akhirnya mengakibatkan sariawan.
4) Faktor psikologis atau stress
Kortison merupakan salah satu hormon utama yang dikeluarkan oleh tubuh sebagai
reaksi terhadap stres. Hormon ini menigngkatkan tekanan darah dan mempersiapkan
tubuh untuk respon melawan. Akan tetapi apabila stres berlebih akan menyebabkan
hormon ini juga dihasilkan berlebih sehingga respon tubuh dalam melawan bakteri
berlebih (ada tidaknya bakteri akan bekerja sehingga akan merusak sel-sel yang sehat).
5) Gangguan hormonal (seperti sebelum atau sesudah menstruasi)
Terbentuknya stomatitis aphtosa ini pada fase luteal dari siklus haid pada penderita
beberapa wanita.

5
6) Rokok
Asap rokok banyak mengandung zat-zat berbahaya yang dapat menyebabkan berbagai
macam penyakit terutama pada stomatitis. Pada penyakit ini, asap rokok yang
mengandung zat-zat yang berbahaya masuk ke dalam tubuh melalui mulut yang banyak
terdapat mukosa sebagai alat perlindungan tubuh terhadap infeksi. Zat-zat adaptif
tersebut yang berasal dari asap rokok menyebabkan kerusakan pada mukosa-mukosa
didalam mulut. Sehingga terjadi penurunan imun terutama pada bagian mulut yang
menyebabkan mulut rentan terhadap penyakit.

Manifestasi Klinis6

Awalnya timbul rasa sedikit gatal atau seperti terbakar pada 1 sampai 2 hari di daerah
yang akan menjadi sariawan. Rasa ini timbul sebelum luka dapat terlihat di rongga mulut.
Sariawan dimulai dengan adanya luka seperti melepuh di jaringan mulut yang terkena
berbentuk bulat atau oval. Setelah beberapa hari, luka seperti melepuh tersebut pecah dan
menjadi berwarna putih ditengahnya, dibatasi dengan daerah kemerahan. Bila berkontak
dengan makanan dengan rasa yang tajam seperti pedas atau asam, daerah ini akan terasa sakit
dan perih, dan aliran saliva (air liur) menjadi meningkat. Manifestasi klinis stomatitis secara
umum, yaitu :
a. Masa Prodormal atau penyakit 1-24 jam
Hipersensitive dan perasaan seperti terbakar.
b. Stadium Pre Ulcerasi
Adanya udema / pembengkangkan setempat dengan terbentuknya makula pavula serta
terjadi peninggian 1- 3 hari
c. Stadium Ulcerasi
Pada stadium ini timbul rasa sakit terjadi nekrosis ditengah-tengahnya, batas sisinya merah
dan udema tonsilasi ini bertahan lama 1 – 16 hari. Masa penyembuhan ini untuk tiap-tiap
individu berbeda yaitu 1 – 5 minggu.

Berdasarkan ciri khasnya secara klinis, SAR dapat digolongkan menjadi ulser minor, ulser
mayor, dan ulser hepetiform.
1) Ulser minor
menimbulkan jaringan parut. Bentuknya bulat, berbatas jelas, dan biasanya dikelilingi
oleh daerah yang sedikit kemerahan. Lesi biasanya hilang setelah 7-10 hari
2) Ulser mayor

6
biasanya berdiameter lebih dari 1 cm, bulat dan juga berbatas jelas. Tipe ini
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh, dan dapat menimbulkan jaringan
parut setelah sembuh.
3) Ulser herpetiform
adalah yang paling jarang terjadi dan biasanya merupakan lesi berkelompok dan terdiri
dari ulser berukuran kecil dengan jumlah banyak.

Gambaran klinis stomatitis:


a) Lesi bersifat ulcerasi
b) Bentuk oval / bulat
c) Sifat tersebar
d) Batasnya jelas
e) Biasa singulas (sendiri-sendiri) dan multiple (kelompok)
f) Tepi merah
g) Lesi dangkal
h) Lesi sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut

Komplikasi
Dampak gangguan pada kebutuhan dasar manusia:
a. Pola nutrisi : nafsu makan menjadi berkurang, pola makan menjadi tidak teratur.
b. Pola aktivitas : kemampuan untuk berkomunikasi menjadi sulit
c. Pola Hygine : kurang menjaga kebersihan mulut
d. Terganggunya rasa nyaman : biasanya yang sering dijumpai adalah perih

Penatalaksanaan
a. Hindari makanan yang semakin memperburuk kondisi seperti cabai
b. Sembuhkan penyakit atau keadaan yang mendasarinya.
c. Pelihara kebersihan mulut dan gigi serta mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama
makanan yang mengandung vitamin 12 dan zat besi.
d. Hindari stress
e. Pemberian Atibiotik
Harus disertai dengan terapi penyakit penyebabnya, selain diberikan emolien topikal, seperti
orabase, pada kasus yang ringan dengan 2 – 3 ulcersi minor. Pada kasus yang lebih berat
dapat diberikan kortikosteroid, seperti triamsinolon atau fluosinolon topikal, sebanyak 3

7
atau 4 kali sehari setelah makan dan menjelang tidur. Pemberian tetraciclin dapat diberikan
untuk mengurangi rasa nyeri dan jumlah ulcerasi. Bila tidak ada responsif terhadap
kortikosteroid atau tetrasiklin, dapat diberikan dakson dan bila gagal juga maka di berikan
talidomid.
f. Terapi
Pengobatan stomatitis karena herpes adalah konservatif. Pada beberapa kasus diperlukan
antivirus. Untuk gejala lokal dengan kumur air hangat dicampur garam (jangan
menggunakan antiseptik karena menyebabkan iritasi) dan penghilang rasa sakit topikal.
Pengobatan stomatitis aphtosa terutama penghilang rasa sakit topikal. Pengobatan jangka
panjang yang efektif adalah menghindari faktor pencetus. Digunakan satu dari dua terapi
yang dianjurkan yaitu:
1) Injeksi vitamin B12 IM (1000 mcg per minggu untuk bulan pertama dan kemudian 1000
mcg per bulan) untuk pasien dengan level serum vitamin B12 dibawah 100 pg/ml,
pasien dengan neuropathy peripheral atau anemia makrocytik, dan pasien berasal dari
golongan sosioekonomi bawah.
2) Tablet vitamin B12 sublingual (1000 mcg) per hari. Tidak ada perawatan lain yang
diberikan untuk penderita RAS selama perawatan dan pada waktu follow-up. Periode
follow-up mulai dari 3 bulan sampai 4 tahun.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Dilaukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau kumur
sedangkan diagnosis pasti dengan menggunakan biopsi.
b. Pemeriksaan Laboratorium
1) WBC menurun pada stomatitis sekunder.
2) Pemeriksaan kultur virus: cairan vesikel dari herpes simplek stomatitis.
3) Pemeriksaan cultur bakteri : eksudat untuk membentuk vincent’s stomatitis.

Daftar Pustaka :
1. Neville, B.W., Douglas D.D., Carl M.A., Jerry E.B. 2012. Oral and Maxillofacial
Pathology. 3th Ed. Elsevier. Hal: 331-6.
2. Pindborg, J.J. 2009. Atlas Penyakit Mukosa Mulut. Binarupa Aksara. Hal: 180-2.
3. Scully, C. 2012. Oral and Maxillofacial Medicine. 2nd Ed. Elsevier. Hal: 151-6.

8
4. Usri, K., dkk. 2013. Diagnosis dan Terapi. Edisi ke-2. LSKI. Hal: 59-60.
5. Birnbaum, W., Stephen MD. 2010. Oral Diagnosis: The Clinician’s Guide. Editor: Lilian
Juwono. Diagnosis Kelainan dalam Mulut, Petunjuk bagi Klinisi. EGC. Jakarta. Hal: 271-
2.
6. IDAI. 2016. Stomatitis Pada Anak. http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-
anak/stomatitis-sariawan-pada-anak (diakses pada tanggal 18 Juli 2018)

Anda mungkin juga menyukai