Disusun Oleh :
Fatma Anggita Ibrahim
Pembimbing :
dr. Nurjana Aslah
dr. Diah Mutiarasari, MPH
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1
Prevalensi kejadian stroke non hemoragik di Sulawesi Tengah terjadi
peningkatan prevalensi stroke pada tahun 2007 dari 4,8%, 2010 5,39%,dan
2013 meningkat menjadi 16,6%3
Di puskesmas Birobuli, stroke termasuk dalam 10 penyakit tidak menular
dari semua golongan umur puskesmas tahun 2016.4
Berdasarkan uraian data tersebut diatas, stroke merupakan salah satu
penyakit yang tiap tahun angka kejadiannya meningkat serta penyakit ini
memerlukan penanganan yang cepat dan tepat khususnya ketika bedarada di
puskesmas mengingat penyakit ini dapat mengakibatkan kehilangan nyawa.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengambil judul tersebut.
2
1.2 TUJUAN
1. Sebagai syarat penyelesaian tugas akhir dan ujian dibagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Tadulako
2. Sebagai gambaran penyakit stroke non hemoragik di lingkungan wilayah
kerja Puskesmas Birobuli
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Stroke iskemik ialah stroke yang disebabkan oleh sumbatan pada
pembuluh darah servikokranial atau hipoperfusi jaringan otak oleh berbagai
faktor seperti aterotrombosis, emboli, atau ketidakstabilan hemodinamik yang
menimbulkan gejala serebral fokal, terjadi mendadak, dan tidak menghilang
dalam waktu 24 jam atau lebih.1
Pada tipe ini embolik tidak terjadi pada pembuluh darah otak,
melainkan di tempat lain seperti di jantung dan sistem vaskuler
sistemik. Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada penyakit jantung
dengan shunt yang menghubungkan bagian kanan dengan bagian kiri
atrium atau ventrikel. Penyakit jantung rheumatoid akut atau menahun
yang meninggalkan gangguan pada katup mitralis, fibrilasi atrium,
infark kordis akut dan embolus yang berasal dari vena pulmonalis.
Kelainan pada jantung ini menyebabkan curah jantung berkurang dan
serangan biasanya muncul disaat penderita tengah beraktivitas fisik
seperti berolahraga.1
B. Trombus
Terjadi karena adanya penggumpalan pembuluh darah ke otak.
Dapat dibagi menjadi stroke pembuluh darah besar (termasuk sistem
arteri karotis) merupakan 70% kasus stroke non hemoragik trombus
dan stroke pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus Willisi dan
sirkulus posterior). Trombosis pembuluh darah kecil terjadi ketika
aliran darah terhalang, biasanya ini terkait dengan hipertensi dan
merupakan indikator penyakit atherosklerosis.1
4
2.3 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang timbul dapat berbagai macam tergantung dari berat
ringannya lesi dan juga topisnya. Namun ada beberapa tanda dan gejala yang
umum dijumpai pada penderita stroke non hemoragik yaitu:5
1. Gangguan Motorik
-Tonus abnormal (hipotonus/ hipertonus)
-Penurunan kekuatan otot
-Gangguan gerak volunter
-Gangguan keseimbangan
-Gangguan koordinasi
-Gangguan ketahanan
2. Gangguan Sensorik
-Gangguan propioseptik
-Gangguan kinestetik
-Gangguan diskriminatif
5
2. Dapat dirubah :
-Hipertensi
-Merokok
-Diabetes
-Hiperlipidemia
-Nutrisi
-Obesitas
6
BAB III
KASUS
IDENTITAS
Nama : Tn. S
Umur : 63 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Alamat : Jl. Mutiara V
Tanggal Pemeriksaan : 28 Februari 2018
ANAMNESIS
Keluhan Utama : kelemahan pada tangan dan kaki sebelah kiri
7
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengalami riwayat penyakit hipertensi (+) sudah sejak lima tahun tetapi
tidak terkontrol. Kolesterol (+). Pasien pernah di rawat di Rs Anutapura dengan
diagnosis Stroke tanpa perdarahan.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Menurut pasien kedua orang tua tidak mengalami hal yang sama. Tetapi saudara
pasien mengalami penyakit yang sama.
8
PEMERIKSAAN FISIK
Kondisi Umum : Sakit sedang Berat Badan : 51 kg
Tingkat : Compos Mentis Tinggi Badan : 153cm
Kesadaran
Status Gizi : Gizi Baik
Tanda Vital
Tekanan darah : 180/100 mmHg
Nadi : 90 kali/menit (kuat angkat, reguler)
Suhu : 36.70C
Pernapasan : 20 kali/menit
Thoraks
Paru : Inspeksi : permukaan dada simetris, penggunaan
otot-otot bantu pernapasan (-).
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-) taktil
fremitus kiri = kanan.
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : bunyi napas brokovesikuler +/+,
wheezing (-/-), ronkhi (-/-).
Jantung : Inspeksi : iktus kordis tampak
Palpasi : iktus kordis teraba pada ICS V linea
midclavicula sinistra
Perkusi : pekak
Auskultasi : bunyi jantung I dan II murni, reguler,
bising jantung (-).
Abdomen : Inspeksi : permukaan datar, seirama gerak napas
Auskultasi : peristaltik kesan normal
Perkusi : timpani
9
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), hepar dan
lien tidak teraba.
Ekstremitas
Pemeriksaan Ekstremitas ISuperior Ekstremitas Inferior
D/S D/S
Gerakan Bebas/terbatas Bebas/terbatas
Sensibilitas N/N N/N
Kekuatan 5/4 5/4
Tonus N/N N/N
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan profil lipid
EKG
Diagnosis Kerja
Stroke Non Hemoragik
Diagnosis Sosial
Stroke yang ditimbulkan dari faktor perilaku yang kurang sehat (merokok serta
konsumsi makanan tinggi lemak) serta faktor pendidikan
Terapi
Medikamentosa :
Amlodipin 10 mg 0-0-1
Vit B-Com 1 x 1 tab
Nonmedikamentosa :
Menghindari makanan yang bergaram serta tinggi lemak
10
Istirahat yang cukup.
Olahraga teratur. Jalan disekitar rumah dan melatih tangan dan kaki
yang terasa lemah
Pasien disarankan berobat lanjut dan memeriksakan kesehatannya di
Puskesmas atau bahkan ke rumah sakit
11
BAB III
PEMBAHASAN
12
Untuk program khusus stroke non hemoragik itu sendiri belum ada di
wilayah kerja puskesmas Birobuli. Selain itu, promosi kesehatan ataupun edukasi
harus sering dilakukan untuk masyarakat yang memiliki gejala atau faktor resiko
pada saat pasien ke puskesmas ataupun pada saat dilakukan posbindu. Kurangnya
kesadaran masyarakat dan juga jarangnya kunjungan ke Puskesmas untuk berobat
menjadi kendala yang umum didapatkan pada penderita di Puskesmas Birobuli.
13
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
1. Faktor dominan yang teridentifikasi pada pasien dalam kasus ini
adalah faktor perilaku yaitu pasien merupakan perokok aktif sejak
berusia 19 tahun sehari menghabiskan 2 bungkus rokok kemudian
makanan yang dikonsumsi pasien adalah makanan yang tinggi lemak
(mas joko dan coto), serta perilaku pasien yang jarang ke puskesmas
untuk kontrol sehingga pasien memiliki riwayat hipertensi yang tidak
terkontrol.
2. Selain faktor perilaku, faktor lingkungan sosial juga merupakan salah
satu faktor yang teridentifikasi pada pasien ini
3. Belum terdapat program khusus untuk pasien-pasien yang menderita
stroke di puskesmas birobuli.
4.2 SARAN
Saran yang bisa diberikan mengacu pada Five Level Prevention
1. Promosi kesehatan (health promotion)
Penyuluhan pada masyarakat yang memiliki faktor resiko
terjadinya strok.
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu
(general and specific protection)
Mengurangi makanan yang banyak mengandung garam serta lemak
3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat
(early diagnosis and prompt treatment)
Petugas kesehatan diharapkan dapat mendiagnosis secara dini dan
memberikan penanganan segera kepada pasien strok
14
4. Pembatasan kecacatan (dissability limitation)
Petugas kesehatan diharapkan dapat mengajarkan kepada pasien
gerakan-gerakan untuk melatih anggota gerak yang mengalami
kelemahan
Melakukan aktivitas walapun hanya berjalan disekitar rumah
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
Pada tingkat ini, pasien diberikan konseling tentang pola hidup sehat
terutama pola makan dan olahraga.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
LAMPIRAN: DOKUMENTASI RUMAH PASIEN
17
Gambar 2. Ruang Tamu
18
Gambar 3. Ruang Keluarga
19