Anda di halaman 1dari 7

Ulkus Kornea Infeksi Ulkus Kornea Non-Infeksi

Ulkus sentral biasanya terjadi sekunder akibat


kerusakan pada epitel kornea.
Lesi di sentral, jauh dari limbus yang memiliki
vaskularisasi.
Ulkus ini sering disertai oleh hipopion
(kumpulan sel radang yang tampak sebagai
suatu lapisan pucat di bagian bawah bilik mata
depan).
Dulu, ulkus supuratif sentral hampir selalu
disebabkan oleh infeksi S.pneumoniae yang
merupakan penyulit trauma kornea, khususnya
pada pasien dengan obstruksi duktus
nasolakrimalis.
Faktor predisposisi paling sering: pemakaian
lensa kontak dan penggunaan obat-obat lokal
dan sistemik yang sembarangan.
1. Keratitis Bakterial 1. Ulkus dan Infiltrat Marginal
Banyak jenis ulkus kornea bacterial Berfifat jinak namun sangat nyeri. Timbul
yang mirip, dan hanya dapat dibedakan sekunder akibat konjungtivitis bakteri akut atau
dengan beratnya penyakit. Hal ini kronik, terutama blefarokonjungtivitis stafilokok.
terutama disebabkan oleh bakteri Pada kerokan tidak ditemukan bakteri penyebab.
oportunistik (mis. Streptococcus alfa- Ulkus timbul akibat sensitisasi terhadap produk
hemolyticus, Staphylococcus aureus, bakteri; antibody dari pembuluh limbus bereaksi
dll) yang menimbulkan ulkus kornea dengan antigen yang berdifusi melalui epitel
indolen yang menyebar perlahan dan kornea. Infiltrat dan ulkus marginal awalnya
superfisial. berupa infiltrate linear atau lonjong, terpisah dari
limbus oleh interval lucid, dan pada akhirnya
menjadi ulkus setelah mengalami vaskularisasi.
Proses ini sembuh sendiri umumnya setelah 7-10
hari
a. Ulkus Kornea Streptococcus 2. Ulkus Mooren
pneumoniae (pneumokokal) Penyebab belum diketahui tetapi diduga
Biasanya muncul 24-28 jam setelah autoimun. Ulkus ini termasuk ulkus marginal; 60-
inokulasi pada kornea yang 80% kasus unilateral dan ditandai dengan
mengalami abrasi. penggalian (excavation) limbus dan kornea
perifer, nyeri dan progresif. Paling sering pada
Ulkus kelabu dengan batas cukup usia tua. Tidak responsive pada antibiotic maupun
tegas, menyebar tak teratur dari kortikosteroid
tempat infeksi ke sentral kornea.
Batas yang “bergerak maju”
menampakkan ulserasi dan
infiltrasi aktif, dan batas yang
ditinggalkan mulai sembuh (efek
merambat ini disebut “ulkus
serpiginosa akut”).
Lapisan superfisial kornea yang
pertama terkena, lalu diikuti oleh
parenkim bagian dalam kornea.
Biasanya terdapat hipopion.
Kerokan dari tepian depan (bagian
yang maju) biasanya mengandung
diplokokus gram-negatif berbentuk
lancet.
b. Ulkus Kornea Pseudomonas 3. Keratokonjungtivitis Fliktenular
aeruginosa Fliktenula adalah akumulasi setempat limfosit,
Berawal sebagai infiltrat kelabu monosit, makrofag, dan neutrophil. Lesi mula-
atau kuning di tempat epitel kornea mula muncul di limbus lalu ke konjungtiva bulbi
yang retak. Sangat nyeri. Lesi cepat dan kornea. Fliktenula kornea umumnya bilateral,
menyebar ke segala arah karena membentuk parut dan vaskularisasi. Merupakan
enzim proteolitik yang dihasilkan respons hipersensitivitas tipe lambat terhadap S
oleh organisme ini. aureus atau bakteri lain yang berproliferasi di tepi
Awalnya mengenai superfisial, palpebral pada blefaritis.
namun dapat menyebar ke seluruh
kornea dengan cepat dan
mengakibatkan perforasi kornea
dan infeksi intraocular berat.
Sering terdapat hipopion besar
yang cenderung membesar dengan
berkembangnya ulkus.
Infiltrat dan eksudat berwarna hijau
kebiruan yang disebabkan oleh
pigmen yang dihasilkan oleh
organisme.
Penyebab tersering adalah
penggunaan lensa kontak lunak
berkepanjangan atau tetes mata
terkontaminasi
Kerokan ulkus mengandung batang
gram negatif halus panjang dengan
jumlah yang tidak banyak.
c. Ulkus Kornea Moraxella 4. Keratitis Marginal pada Penyakit Autoimun
liquefaciens Bagian perifer kornea mendapat nutrisi dari
M liquefaciens (diplobacillus dari aqueous humor, kapiler limbus, dan film air mata.
Perit) menimbulkan ulkus lonkong Bagian ini berhubungan dengan jaringan limfoid
indolen yang mengenai kornea subkonjungtiva dan pembuluh limfe di limbus.
inferior dan meluas ke stroma. Pada membrane basal endotel kapiler limbus
Biasanya tidak ada hipopion atau terdapat endapan kompleks imun yang
hanya sedikit. Kornea di sekitarnya menimbulkan penyakit imunologik, jadi kornea
umumnya jernih. perifer sering terlibat pada penyakit autoimun
Biasanya terjadi pada pasien seperti arthritis rheumatoid, dll. Tanda klinis
peminum alkohol, DM, atau termasuk vaskularisasi, infiltrasi, dan kekeruhan,
dengan imunosupresi lain. serta pembentukan lubang perifer yang dapat
Kerokan ulkus menampilkan berkembang hingga perforasi.
diplobacilli gram negative besar
dengan ujung persegi
d. Ulkus Kornea Streptokokus 5. Ulkus Kornea Akibat Defisiensi Vit A
Group A Ulkus di sentral dan bilateral, berwarna kelabu
Ulkus kornea akibat Streptococcus atau indolen, disertai kehilangan kilau kornea di
beta-hemolyticus tidak memiliki sekitarnya. Kornea melunak dan nekrotik dan
ciri khas. Stroma kornea di sekitar sering timbul perforasi. Epitel konjungtiva
ulkus sering menunjukkan infiltrate mengalami keratinisasi yang tampak sebagai
dan sembab disertai hipopion bercak Bitot. Bercak Bitot adalah daerah berbuih,
berukuran sedang. Kerokan berbentuk baji pada konjungtivia, biasanya pada
mengandung kokus gram positif sisi temporal dengan dasar bajinya pada limbus
berbentuk rantai. dan apeks meluas ke arah kantus lateralis.
Kerokan bercak Bitot menunjukkan banyak basil
xerosis saprofitik (Corynobacterium xerosis,
batang pendek melengkung) dan sel epitel
berkeratin.
e. Ulkus Kornea Staphylococcus 6. Keratitis Neurotropik
aureus, Staphylococcus Disfungsi nervus trigeminus karena trauma,
epidermidis, dan Streptococcus tindakan bedah, tumor, peradangan, dll dapat
alpha-hemolyticus menimbulkan anestesi kornea disertai hilangnya
Biasanya terdapat pada kornea reflex kedip. Pada awalnya, terdapat edema epitel
yang sering diberikan berbercak difus, kemudian daerah tanpa epitel
kortikosteroid topical. Ulkus sering (ulkus neurotropic) dapat meluas ke seluruh
indolen, tetapi disertai hipopion kornea.
dan sedikit infiltrate di sekitar.
Ulkus sering superfisial dan terasa
padat saat dikerok.
Kerokan dapat menunjukkan kokus
gram positif satu-satu, batangan,
atau bentuk rantai.
f. Ulkus Kornea Mycobacterium 7. Keratitis Pajanan (Exposure)
fortuitum-chelonei dan Nocardia Pada kornea yang tidak cukup dibasahi dan
Jarang dijumpai. Biasanya setelah dilindungi oleh palpebral, contoh pada
trauma dan kontak dengan tanah. eksoftalmus, ektropion, sindrom palpebral
Ulkus indolen dan dasar ulkus lunglai, dll.
menampilkan garis-garis Dua faktor penting: karena pengeringan dan
memancar, sehingga tampak pajanan terhadap trauma minor.
seperti kaca yang retak. Kerokan
mengandung batang tahan asam
langsing (M. fortuitum-chelonei)
atau organisme gram positif
berfilamen yang bercabang
(Nocardia).
2. Keratitis Jamur
Banyak terjadi pada kornea yang sering
diberikan kortikosteroid atau
pemakaian lensa kontak lunak.
Ulkus jamur bersifat indolen, inflitrat
kelabu, sering dengan hipopion,
peradangan nyata pada bola mata,
ulserasi superfisial, dan lesi satelit
(umumnya menginfiltrasi tempat yang
jauh dari lesi utama).
Di bawah lesi utama dan di bawah lesi
satelit, sering terdapat plak endotel
disertai reaksi bilik mata depan yang
hebat.
Biasanya disebabkan oleh organisme
oportunis seperti candida, fusarium,
aspergillus, penicilium,
cephalosporium, dll. Tidak ada ciri
khas yang membedakan ulkus jamur
ini.
Kerokan menunjukkan hifa (kecuali
pada ulkus yang disebabkan oleh
candida). Kerokan dari ulkus Candida
mengandung pseudohifa atau bentuk
ragi dengan kuncup khas.
3. Keratitis Virus
a. Keratitis Herpes Simplex
Ada 2 bentuk: primer dan rekuren.
Perjalanan klinis dapat berlangsung
lama karena stroma kornea yang
avascular menghambat migrasi
limfosit dan makrofag ke lokasi
lesi.
Pada pasien dengan
imunokompeten, infeksi Herpes
Simplex Virus (HSV) dapat
sembuh sendiri.
Pada pasien dengan imunosupresi,
termasuk pemakaian kortikosteroid
topical, dapat menjadi kronik dan
merusak.
Infeksi virus aktif dapat timbul di
dalam stroma dan di dalam endotel,
selain pada iris dan endotel
trabekula.
Kebanyakan infeksi HSV di kornea
disebabkan oleh HSV tipe 1
(penyebab herpes labialis), tetapi
pada beberapa kasus, HSV tipe 2
(penyebab herpes genitalis) juga
dapat menyebabkan infeksi HSV di
kornea. Lesi tidak dapat dibedakan
di antara 2 penyebab.
Kerokan mengandung sel-sel
raksasa multinuklear.
b. Keratitis Virus Varicella-Zoster
Infeksi virus varicella-zoster
(VZV) terjadi dalam 2 bentuk:
primer (varicella) dan rekuren
(herper zoster).
Pada varicella, jarang terjadi
manifestasi di mata, namun pada
zoster oftalmik sering.
Pada varicella (cacar air), lesi mata
berupa lesi cacar di palpebral dan
tepian palpebral. Jarang timbul
keratitis.
Lesi pada zoster oftalmik sering
disertai keratouveitis yang beratnya
beragam.
Berbeda dengan keratitis HSV
rekuren yang hanya mengenai
epitel, keratitis VZV mengenai
stroma dan uvea anterior sejak
awal. Lesinya amorf dan bebercak,
sesekali terdapat pseudodendritis
linear yang agak mirip dendrit
sejati pada HSV.
4. Keratitis Acanthamoeba
Acanthamoeba adalah protozoa hidup
bebas yang terdapat di dalam air
tercemar yang mengandung bakteri dan
materi organik. Banyak terjadi pada
pemakai lensa kontak lunak maupun
lensa kontak rigid yang dibiarkan
semalaman.
Nyeri hebat, kemerahan, dan fotofobia.
Ulkus kornea indolen, cincin stroma,
dan infiltrate perineural. Diagnosis
tegak dengan biakkan di atas media
khusus (agar nonnutrien yang dilapisi
E.coli). Pengambilan bahan lebih baik
dengan biopsy daripada dengan
kerokan karena kemungkinan
diperlukan pemeriksaan histopatologik
untuk menemukan bentuk-bentuk
amuba (trofozoit atau kista).
Klasifikasi Ulkus Kornea
Komplikasi Ulkus Kornea
Komplikasi dari ulkus kornea, antara lain:

o Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat


o Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis
o Prolaps iris
o Sikatrik kornea
o Katarak
o Glaukoma sekunder

Prognosis
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya mendapat
pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus
kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat
avaskular. Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta timbulnya
komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk. Penyembuhan yang lama mungkin juga
dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal ini, apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat
terjadi pada penggunaan antibiotika maka dapat menimbulkan resistensi.
Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan dengan pemberian
terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua metode; migrasi sekeliling sel epitel
yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan pembentukan pembuluh darah dari konjungtiva. Ulkus
superfisial yang kecil dapat sembuh dengan cepat melalui metode yang pertama, tetapi pada ulkus
yang besar, perlu adanya suplai darah agar leukosit dan fibroblas dapat membentuk jaringan
granulasi dan kemudian sikatrik

Anda mungkin juga menyukai