Anda di halaman 1dari 2

Kelompok 2

Kasus Posisi

Tuan Burhanudin beragama Islam, memiliki sebidang tanah Hak Milik seluas 750 m² yang
diperoleh oleh Burhanudin pada tanggal 3 Juli 1983, sewaktu Burhanudin terikat pernikahan
yang sah dengan Aisyah. Pasangan Burhanudin dan Aisyah dikaruniai 2 (dua) orang anak yang
bernama Siti Sulastri, lahir pada tanggal 20 Oktober 1988, dan Iskandar lahir tanggal 30 Juli
1990. Burhanudin disamping memiliki tanah seluas 750 m², juga memiliki bidang-bidang tanah
yang lain. Pada tanggal 7 Oktober 2015, Aisyah meninggal dunia.

Pada tanggal 9 Februari 2017, Burhanudin datang ketempat Saudara menyatakan kehendaknya
untuk menjual sebidang tanahnya seluas 750 m² tersebut kepada Siti Sulastri, yang
pelaksanaannya menunggu kalau Burhanudin telah meninggal dunia.

Pertanyaan:

1. Dapatkah Tuan Burhanudin memberikan sebidang tanah seluas 750 m2 tersebut kepada salah
satu anaknya? Sedangkan anak yang lain tidak memperoleh pemberian. Dapat/tidaknya
berikanlah argumentasi hukumnya.

2. Dapatkah akta yang akan saudara buat dibuat bersama-sama antara Tuan Burhanudin dengan
Aisyah? Dapat/tidaknya harap saudara sertakan argumentasi hukumnya.

3. Kapan akta yang akan saudara buat dinyatakan mulai berlaku? Dan dapatkah akta tersebut
dicabut secara sepihak?

4. Apabila Tuan Burhanudin telah meninggal dunia, dapatkah anaknya yang bernama Siti Sulastri
menuntut haknya pada saat itu juga?

5. Akta apa yang harus anda buat berdasarkan kasus posisi tersebut?

6. Buatlah akta tersebut secara lengkap yang memuat awal akta, badan akta dan penutup akta,
serta kewenangan pelaksananya meliputi apa saja?

7. Dengan mengingat obyeknya adalah harta bersama dan calon penerimanya adalah tidak
cakap hukum, apakah ada akta yang lain yang harus saudara buat? Agar akta Saudara
mengandung kepastian dan perlindungan hukum bagi penerimanya.

Catatan: Identitas subyek dan obyek yang tidak lengkap harap


Saudara lengkapi sendiri.

Kelompok III
Kasus Posisi

Tuan Ali, memiliki sebidang tanah Hak Milik seluas 750 m² yang diperoleh pada tanggal 3 Juli
1970, dan saat itu tuan Ali sudah menikah sah dengan Nyonya Peni. Mereka dikaruniai 2 (dua)
orang anak yang bernama Masitah, lahir pada tanggal 10 Oktober 1973, dan Mansyah lahir
tanggal !0 Juli 1976, Tn Ali disamping memiliki tanah seluas 750 m², juga memiliki bidang-bidang
tanah yang lain, pada saat masih menjadi pasangan suami istri. Pada tanggal 10 desember
2010, Nyonya Peni meninggal dunia. Dan semua tanah yang dimilikinya tersebut adalah atas
nama Tn Ali.

Tuan Ali berkehendak menjual sebidang tanahnya yang seluas 750 m² tersebut kepada Tn Amir ,
dengan harga Rp.750.000.000; ( tujuh ratus lima puluh juta rupiah ), tetapi ada kendala disini
tuan Amir tidak mempunyai uang sebesar itu, dia hanya mempunyai uang sebesra Rp.
400.000.000; ( empat ratus juta rupiah ) berdasarkan kesepakatan mereka maka mereka berdua
harga tanah sdh disetujui , pada tanggal 10 Maret 2017, Tn Ali datang ketempat Saudara
menyatakan kehendaknya, supaya hal itu bisa terlaksana, mereka ingin membuat suatu
perjanjian.

Pertanyaan:

1. Dapatkah Tuan Ali menjual tanah tersebut kepada tuan Amir, mengingat istri tuan Ali sdh
meninggal dunia

2. Apa solusi hukum yang saudara berikan kepada mereka supaya bisa terlaksananya jual beli
tersebut.

3. Kapan akta yang akan saudara buat dinyatakan mulai berlaku? Dan dapatkah akta tersebut
dicabut secara sepihak?

4. Akta apa yang harus anda buat berdasarkan kasus posisi tersebut?

5. Buatlah akta tersebut secara lengkap yang memuat awal akta, badan akta dan penutup akta,
serta kewenangan pelaksananya meliputi apa saja?

Catatan: Identitas subyek dan obyek yang tidak lengkap harap saudara lengkapi sendiri.

Anda mungkin juga menyukai