Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 bagaimanakah model praktik keperawatan individu
1.2.2 bagaimanakah model praktik keperawatan keluarga
1.2.3 bagaimankah model praktik keperawatan kelompok dan komunitas
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui bagaimanakah model praktik keperawatan individu
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimanakah model praktik keperawatan keluarga
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimanakah model keperawatan kelompok dan
komunitas
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Peran perawat pada individu sebagai klien adalah memenuhi
kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan
spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian pasien.
4
9. Menghindari bahaya terhadap kondisi lingkungan dan menghindari
jatuhnya korban lain
a. Pengertian
5
1) Peningkatan kesehatan (Health Promotion).
2) Pencegahan penyakit.
6
c) Memberikan informasi tentang kesehatan, makanan yang
sehat, olah raga dan lingkungan yang sehat melalui liflet,
media massa atau media elektronik.
f) Memberikan imunisasi.
7
4) Pemulihan kesehatan (Health Restoration)
8
2.2 Model Keperawatan Keluarga
2.2.1 Gambaran Model Konseptual Keperawatan
Teori keperawatan berperan dalam membedakan keperawatandengan
disiplin ilmu lain dan bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan,
memperkirakan dan mengontrol hasil asuhan keperawatan yang
dilakukan.Model merupakan sebuah gambaran deskriptif dari sebuah
praktek yang bermutu yang mewakili sesuatu yang nyata. Sedangkan model
keperawatan adalah aplikasi dari struktur itu sendiri yang memungkinkan
seorang perawat untuk menerapkan cara mereka bekerja.
Model konseptual keperawatan memperlihatkan petunjuk
bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi agar mereka peka
terhadap apa yang dengan apa yang terjadi pada suatu saat juga dan tahu apa
yang harus perawat kerjakan. Model konseptual keperawatan merupakan
suatu cara untuk memandang situasi dan kondisi pekerjaan yang melibatkan
perawat di dalamnya.Model konseptual tersusun atas ide-ide (konsep-
konsep) abstrak dan umum, dan proposisi yang menspesifikasi hubungan
antara keduanya. Model konseptual sangat penting sebagai landasan
perkembangan disiplin keperawatan.
Hampir semua model keperawatan yang diaplikasikan dalam
praktik keperawatan professional menggambarkan empat jenis konsep yang
sama, yaitu :
1. Orang yang menerima asuhan keperawatan
2. Lingkungan (masyarakat)
3. Kesehatan (sehat/sakit, kesehatan dan penyakit)
4. Keperawatan dan peran perawat (tujuan/sasaran, peran dan fungsi)
Model keperawatan dikembangkan berdasarkan pada asumsi, nilai dan
kepercayaan para ahli teori tentang manusia, kesehatan, lingkungan dan
keperawatan. Tujuan utama dari model keperawatan adalah memandu
praktek keperawatan berdasarkan teori dan mengarahkan penyusunan teori.
Tujuan lainnya adalah memeberikan persepktif unik untuk memandang
situasi klien, memberikan pedoman untuk mengorganikasikan pemikiran
dan pengamatan, memfokuskan, menginterpretasikan data dan
9
mengkomunikasikan temuan pada orang lain, memandu fokus praktek
keperawatan dalam setiap komponen proses keperawatan, menghubungkan
praktek, teori, penelitian dan pendidikan keperawatan. Semua model
keperawatan mengandung beberapa aspek dari ketiga pendekatan, namun
demikian, masing-masing model cendrung menekankan satu katagori diatas
katagori lainnya ( Paula J.C dan Janet W.K 2009 ).
Model keperawatan dapat diaplikasikan dalam dalam kegiatan
praktik, penelitian dan pengajaran, oleh karena itu model harus
diperkenalkan kepada perawat atau calon perawat guna memperkuat profesi
keperawatan khususnyadalam mengkoreksi pemikiran yang salah tentang
profesi keperawatan.
Konsep model “self care” Dorothea E. Orem (1971) merupakan
model yang tepat digunakan untuk keperawatan keluarga karena tujuan
akhir dari keperawatan keluarga adalah kemandirian keluarga dalam
melakukan upaya kesehatan yang terkait dengan lima tugas kesehatan
keluarga yaitu : Mengenal masalah; Mengambil keputusan untuk mengatasi
masalah; Merawat anggota keluarga yang mengalamai gangguan kesehatan;
Memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang kesehatan dan
Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan secara tepat.
2.2.2 Peran Perawat Keluarga
Perawat keluarga adalah perawat yang berperan membantu individu
dan keluarga untuk menghadapi penyakit dan disabilitas kronik dengan
meluangkan sebagian waktu bekerja di rumah pasien dan bersama
keluarganya. Keperawatan keluarga dititikberatkan pada kinerja perawat
bersama dengan keluarga karena keluarga merupakan subyek.
Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang
ditujukan pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga
yang sehat. Fungsi perawat membantu keluarga untuk menyelesaikan
masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga
melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga. Peran perawat
dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah :
10
1. Educator
Perawat kesehatan keluarga harus mampu memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga agar keluarga dapat melakukan program
asuhan kesehatan keluarga secara mandiri dan bertanggung jawab
terhadap masalah kesehatan keluarga.
2. Koordinator
Koordinasi merupakan salah satu peran utama perawat yang
bekerja dengan keluarga. Klien yang pulang dari rumah sakit
memerluakn perawatan lanjutan di rumah, maka perlu koordinasi
lanjutan asuhan keperawatan di rumah.
3. Pelaksana perawatan dan pengawasan perawatan langsung
Perawat melakukan perawatan langsung atau demonstrasi asuhan
yang disaksikan oleh keluarga dengan harapan keluarga mampu
melakukan perawatan di rumah, perawat dapat mendemonstrasikan dan
mengawasi keluarga melakukan peran langsung selama di rumah sakit
atau di rumah oleh perawat kesehatan masyarakat.
4. Pengawas kesehatan
Perawat mempunyai tugas melakukan home visit yang teratur
untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan
keuarga.
5. Konsultan atau penasehat
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga didalam mengatasai
masalah kesehatan. Hubungan perawat-keluarga hasus dibina dengan
baik, perawat bersikap terbukadan dapat dipercaya, dengan demikian
keluarga mau meminta nasehat kepada perawat tentang masalah pribadi.
Pada situasi ini perawat sangat dipercaya sebagai narasumber dalam
mengatasi masalah kesehatan keluarga.
6. Kolaborasi
Perawat harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit atau
anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan
keluarga yang optimal.
11
7. Advokasi
Perawat seringkali tidak mendapatkan pelayanan yang sesuai di
masyarakat, kadang kala keluarga tidak menyadari mereka telah
dirugikan, sebagai advokat klien perawat berkewajiban melindungi hak
keluarga, misalnya keluarga dengan sosial ekonomi lemah sehingga
keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhannya, perawat juga dapat
membantu keuarga mencari bantuan yang mungkin dapat memenih
kebutuhan keluarga.
8. Fasilitator
Perawat membantu keluarga menghadapi kendala untuk
meningkatkan derajat kesehatannya. Keluarga sering tidak dapat
menjangkau pelayanan kesehatan karena berbagai kendala yang ada.
Kendala yang sering dialami keluarga adalah keraguan dalam
menggunakan pelayanan kesehatan, masalah ekonomi, dan masalah
sosial budaya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator yang baik maka
perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan
misalnya sistem rujukan dan dana sehat.
9. Penemu kasus
Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak
terjadi ledakan penyakit atau wabah.
10. Modifikasi lingkungan
Dapat memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun
masyarakat agar tercipta lingkungan yang sehat.
Selain itu peran perawat yang lain juga dapat memberikan saran
tentang gaya hidup, perilaku beresiko. dengan pengkajian dapat
mendeteksi awal penyakit sehingga dapat memberikan intervensi
terhadap penanganan penyakit dini. Mengetahui faktor sosial ekonomi
yang mempengaruhi masalah kesehatan keluarga agar dapat memberikan
intervensi yang tepat. Perawat bertindak sebagai lynchpin yaitu terlibat
bersama keluarga, tidak terbatas merawat, tetap juga tahu masalah
keluarga dan harus menempatkan diri sebagai anggota keluarga sehingga
dapat menghubungkan keluarga dengan tim kesehatan lain.
12
2.2.2 Model Konseptual Keperawatan Keluarga Menurut Dorothea E. Orem
1. Latar Belakang Dorothea E. Orem
Dorothea Orem adalah salah seorang teoritis keperawatan terkemuka
di Amerika. Dorothe Orem lahir di Baltimore, Maryland di tahun 1914.
Ia memperoleh gelar sarjana keperawatan pada tahun 1939 dan Master
Keperawatan pada tahun 1945. Selama karir profesionalnya, dia bekerja
sebagai seorang staf keperawatan, perawat pribadi, perawat pendidik dan
administrasi, serta perawat konsultan. Ia menerima gelar Doktor pada
tahun 1976. Dorothea Orem adalah anggota subkomite kurikulum di
Universitas Katolik. Ia mengakui kebutuhan untuk melanjutkan
perkembangan konseptualisasi keperawatan. Ia pertama kali
mempubilkasikan ide-idenya dalam “Keperawatan : Konsep praktik”,
pada tahun 1971, yang kedua pada tahun 1980 dan yang terakhir di tahun
1995.
Dari beberapa model konsep, salah satu diantaranya adalah model
self care yang diperkenalkan oleh Dorothea E. Orem. Orem
mengembangkan model konsep keperawatan ini pada awal tahun 1971
dimana dia mempublikasikannya dengan judul "Nursing Conceps of
Practice Self Care". Model ini pada awalnya berfokus pada individu,
kemudian edisi kedua tahun 1980 dikembangkan pada multi person's unit
(keluarga, kelompok dan komunitas).
13
3. Teori Sistem Keperawatan Orem
Teori ini mengacu kepada bagaimana individu memenuhi
kebutuhan dan menolong keperawatannya sendiri, maka timbullah teori
dari Orem tentang Self Care Deficit of Nursing. Dari teori ini oleh
Orem dijabarkan ke dalam tiga teori yaitu :
a. Self Care(Perawatan Diri)
Teori self care berisi upaya tuntutan pelayanan diri yang
sesuai dengan kebutuhan. Perawatan diri sendiri adalah suatu
langkah awal yang dilakukan oleh seorang perawat yang
berlangsung secara continue sesuai dengan keadaan dan
keberadaannya, keadaan kesehatan dan kesempurnaan.
Perawatan diri sendiri merupakan aktifitas yang praktis dari
seseorang dalam memelihara kesehatannya serta mempertahankan
kehidupannya. Terjadi hubungan antar pembeli self care dengan
penerima self care dalam hubungan terapi. Orem mengemukakan
tiga kategori/persyaratan self care yaitu : persyaratan universal,
persyaratan pengembangan dan persyaratan kesehatan.
Penekanan teori self care secara umum :
1. Pemeliharaan intake udara;
2. Pemeliharaan intake air;
4. Pemeliharaan intake makanan;
5. Mempertahankankan hubungan perawatan proses eliminasi
dan eksresi;
6. Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat;
7. Pemeliharaan keseimbangan antara solitude dan interaksi
sosial
8. Pencegahan resiko-resiko untuk hidup, fungsi usia dan
kesehatan manusia
9. Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam
kelompok sosial sesuai dengan potensinya.
14
b. Self Care Deficit(Defisit Perawatan Diri)
Defisit perawat diri terjadi bila tindakan perawatan diri
tidak adekuat dalam memenuhi kebutuhan perawatan diri yang
disadari. Teori defisit perawatan diri Orem menjelaskan bukan
hanya saat keperawatan dibutuhkan saja, melainkan cara
membantu orang lain dengan menerapkan lima metode bantuan,
yakni melakukan untuk, memandu, mengajarkan, mendukung dan
menyediakan lingkungan yang dapat meningkatkan kemampuan
individu untuk memenuhi tuntutan akan perawatan diri saat ini
atau di masa yang akan datang.
c. Nursing system(Sistem Keperawatan)
Teori yang membahas bagaimana kebutuhan "Self Care"
pasien dapat dipenuhi oleh perawat, pasien atau keduanya. Nursing
system ditentukan/direncanakan berdasarkan kebutuhan "Self
Care" dan kemampuan pasien untuk menjalani aktifitas "Self
Care".
Orem mengidentifikasikan klasifikasi Nursing System :
1. The Wholly compensatory system
Merupakan bantuan secara keseluruhan, dibutuhkan untuk
klien yang tidak mampu mengontrol dan memantau
lingkungannya dan berespon terhadap rangsangan.
2. The Partly compensantory system
Merupakan bantuan sebagian, dibutuhkan bagi klien yang
mengalami keterbatasan gerak karena sakit atau kecelakaan.
3. The supportive - Educative system
Merupakan dukungan pendidikan dibutuhkan oleh klien yang
memerlukannya untuk dipelajari, agar mampu melakukan
perawatan mandiri.
4. Metode bantuan
Perawat membantu klien dengan menggunakan system dan
melalui lima metode bantuan yang meliputi :
1. Acting atau melakukan sesuatu untuk klien;
15
2. Mengajarkan klien;
3. Mengarahkan klien;
4. Mensupport klien.
4. Keyakinan dan Nilai – Nilai
Kenyakinan Orem's tentang empat konsep utama keperawatan adalah :
1. Klien : individu atau kelompok yang tidak mampu secara terus
menerus memperthankan self care untuk hidup dan sehat, pemulihan
dari sakit atau trauma atu koping dan efeknya.
2. Sehat : kemampuan individu atau kelompoki memenuhi tuntutan self
care yang berperan untuk mempertahankan dan meningkatkan
integritas structural fungsi dan perkembangan.
3. Lingkungan : tatanan dimana klien tidak dapat memenuhi kebutuhan
keperluan self care dan perawat termasuk didalamnya tetapi tidak
spesifik.
4. Keperawatan : pelayanan yang dengan sengaja dipilih atau kegiatan
yang dilakukan untuk membantu individu, keluarga dan kelompok
masyarakat dalam mempertahankan self care yang mencakup
integritas struktural, fungsi dan perkembangan.
5. Tiga Kategori Self Care
Model Orem's menyebutkan ada beberapa kebutuhan self care yang
disebutkan sebagai keperluan self care (self care requisite), yaitu :
1. Universal self care requisite ; keperluan self care universal dan ada
pada setiap manusia dan berkaitan dengan fungsi kemanusiaan dan
proses kehidupan, biasanya mengacu pada kebutuhan dasar
manusia. Universal requisite yang dimaksudkan adalah :
1. Pemeliharaan kecukupan intake udara;
2. Pemeliharaan kecukupan intake cairan;
3. Pemeliharaan kecukupan makanan;
4. Pemeliharaan keseimabangan antara aktifitas dan istirahat;
5. Mencegah ancaman kehidupan manusia, fungsi kemanusiaan
dan kesejahteraan manusia;
16
6. Persediaan asuhan yang berkaitan dengan proses- proses
eliminasi;
7. Meningkatkan fungsi human fungtioning dan perkembangan ke
dalam kelompok sosial sesuai dengan potensi seseorang,
keterbatasan seseorang dan keinginan seseorang untuk menjadi
normal.
2. Developmental self care requisite : terjadi berhubungan dengan
tingkat perkembangan individu dan lingkungan dimana tempat
mereka tinggal yang berkaitan dengan perubahan hidup seseorang
atau tingkat siklus kehidupan.
3. Health deviation self care requisite : timbul karena kesehatan yang
tidak sehat dan merupakan kebutuhan-kebutuhan yang menjadi
nyata karena sakit atau ketidakmampuan yang menginginkan
perubahan dalam perilaku self care.
6. Tujuan Keperawatan Keluarga Menurut Orem’s
Tujuan keperawatan pada model Orem's yang diterapkan kedalam
praktek keperawatan keluarga adalah :
1. Menolong klien dalam hal ini keluarga untuk keperawatan mandiri
secara terapeutik;
2. Menolong klien bergerak kearah tidakan-tidakan asuhan mandiri;
3. Membantu anggota keluarga untuk merawat anggota keluarganya
yang mengalami gangguan secara kompeten.
Dengan demikian maka fokus asuhan keperawatan pada model orem's
yang diterapkan pada praktek keperawtan keluaga/komunitas adalah
sebagai berikut:
1. Aspek interpersonal : hubungan didalam kelurga;
2. Aspek sosial : hubungan keluarga dengan masyarakat disekitarnya;
3. Aspek prosedural : melatih ketrampilan dasar keluarga sehingga
mampu mengantisipasi perubahan yang terjadi;
4. Aspek tehnis : mengajarkan kepada keluarga tentang tehnik dasar
yang dilakukan di rumah, misalnya melakukan tindakan kompres
secara benar.
17
2.3 Model Praktek Keperawatan Komunitas
2.3.1 Pengertian Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas terdiri dari tiga kata yaitu keperawatan,
kesehatan dan komunitas, dimana setiap kata memiliki arti yang cukup luas.
Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan
khusus yang merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu
kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program
kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan,
penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi,
pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada
individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi
masyarakat secara keseluruhan.
18
2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah
tersebut;
19
a. Proses kelompok (group process)
c. Kerjasama (Partnership)
20
2.3.6 Model Konseptual Dalam Keperawatan Komunitas
Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktik yang
bermutu yang mewakili sesuatu yang nyata atau gambaran yang mendekati
kenyataan dari konsep. Model praktik keperawatan didasarkan pada isi dari
sebuah teori dan konsep praktik (Riehl & Roy, 1980 dalam Sumijatun,
2006).
21
promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif dengan melibatkan
peran serta aktif masyarakat secara terorganisir bersama tim kesehatan
lainnya untuk dapat mengenal masalah kesehatan dan keperawatan yang
dihadapi serta memecahkan masalah-masalah yang mereka miliki dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan sesuai dengan hidup sehat
sehingga dapat meningkatkan fungsi kehidupan dan derajat kesehatan
seoptimal mungkin dan dapat diharapkan dapat mandiri dalam memelihara
kesehatannya (Chayatin, 2009). Menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kesehatan. Pelayanan
keperawatan profesional yang merupakan perpaduan antara konsep
kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan yang ditujukan pada seluruh
masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi (Efendi, 2009).
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap
dan sistematis terhadap mesyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga
masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu,
keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalah pada fisiologis,
psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapan ditentukan.
a. Pengumpulan Data
Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok antara lain :
1) Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau komunitas
yang terdiri atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin,
22
pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat timbulnya
kelompok atau komunitas.
2)Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain:
a. Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana
kepadatannya karena dapat menjadi stresor bagi penduduk
b. Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang
dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
c. Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan
keamanan tempat tinggal, apakah masyarakat merasa nyaman
atau tidak, apakag sering mengalami stres akibat keamanan dan
keselamatan yang tidak terjamin
d. Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah
cukup menunjang, sehingga memudahkan masyarakat
mendapatkan pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan
e. Pelayanan kesehatan yang tesedia, untuk diteksi dini atau
memantau gangguan yang terjadi
f. Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi
dini dan merawat atau memantau gangguan yang terjadi
g. Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat
dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan
yang terkait dengan gangguan penyakit
h. Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat secara
keseluruhan, apakah pendapatan yang terima sesuai dengan
Upah Minimum Registrasi (UMR) atau sebaliknya
i. Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka,
apakah biayanya dapat dijangkau masyarakat
b. Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan data
objektif (Mubarak, 2005):
1) Data Subjektif
Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang
dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok, dan komunitas,
yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.
2) Data Objektif
Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan
pengukuran\
23
c. Sumber Data
1) Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari individu,keluarga,
kelompok, masyarakat berdasarkan hasil pemeriksaan atau
pengkajian.
2) Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya,
misalnya: kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau medical
record.
3) Cara Pengumpulan Data
a. Wawancara yaitu: kegiatan timbale balik berupa Tanya jawab
b. Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indra
c. Pemeriksaan fisik : melakukan pemeriksaan pada tubuh individu
4) Pengelolaan Data
a. Klasifikasi data atau kategorisasi data
b. Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly
c. Tabulasi data
d. Interpretasi data
5) Analisa Data
Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan
data dengan kemampuan
kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang
kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah
itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan.
6) Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan
dan masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga
dapat dirumuskan masalah kesehatan.
7) Prioritas Masalah
Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki
kebutuhan Abraham H Maslow:
a. Keadaan yang mengancam kehidupan
b. Keadaan yang mengancam kesehatan
c. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
24
2. Diagnosa Keperawatan
Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah respon individu pada
masalah kesehatan baik yang actual maupun potensial. Diagnose
keperawatan komunitas akan memeberikan gambaran tentang masalah
dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin
terjadi.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap
stresor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu
problem/masalah (P), etiology atau penyebab (E), dan symptom atau
manifestasi/data penunjang (S) (Mubarak, 2005).
a. Problem : merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan
normal yang seharusnya terjadi.
b. Etiologi : penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat
memeberikan arah terhadap intervensi keperawatan.
c. Symptom : tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang
terjadi.
3. Perencanaan/ Intervensi
Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang
akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis
keprawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya
kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat dilakukan berkaitan
dengan diagnosa keperawatan komunitas yang muncul diatas adalah
(Mubarak, 2005):
a. Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit
b. Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit
c. Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit
d. Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang
tepat
e. Lakukan olahraga secara rutin
f. Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk
memperbaiki lingkungan komunitas
g. Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
4. Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen
keperawatan harus bekerjasama dengan angoota tim kesehatan lain dalam
25
hal melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat
(Mubarak, 2005). Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan
tindakan yang telah direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu:
a. Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit
b. Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku
hidup sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan
c. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah
gangguan penyakit
d. Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya
kebutuhan komunitas
5. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan dengan pedoman atau rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan
tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari
dan tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah
ditentukan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005). Adapun
tindakan dalam melakukan evaluasi adalah:
a. Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan
intervensi
b. Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi
keperawata
c. Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
28