Tipus PEB
Tipus PEB
TINJAUAN PUSTAKA
A. PREEKLAMPSIA
1. Definisi
Preeklampsia adalah kelainan malafungsi endotel pembuluh darah atau
vaskular yang menyebar luas sehingga terjadi vasospasme setelah usia
kehamilan 20 minggu, mengakibatkan terjadinya penurunan perfusi organ
dan pengaktifan endotel yang menimbulkan terjadinya hipertensi, edema
nondependen, dan dijumpai proteinuria 300mg per 24 jam atau 30mg/dl (+1
pada dipstick) dengan nilai sangat fluktuatif saat pengambilan urin sewaktu
(Brooks MD, 2011).
2. Etiologi
Penyebab timbulnya preeklampsia pada ibu hamil belum diketahui
secara pasti, tetapi pada umum nya disebabkan oleh (vasospasme arteriola).
Faktor-faktor lain yang diperkirakan akan mempengaruhi timbulnya
preeklampsia antara lain: primigravida, kehamilan ganda, hidramnion,
molahidatidosa, multigravida, malnutrisi berat, usia ibu kurang dari 18
tahun atau lebih dari 35 tahun serta anemia (Maryunani, dkk, 2012). Dalam
penelitian Rozikhan (2007), sebab preeklampsia dan eklampsia sampai
sekarang belum diketahui. Telah banyak teori yang mencoba menerangkan
sebabmusabab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang memberikan
jawaban yang memuaskan. Teori yang diterima harus dapat menerangkan
hal-hal berikut: (1) primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion dan mola
hidatidosa; (2) semakin tuanya kehamilan; (3) terjadinya perbaikan keadaan
penderita dengan kematian janin dalam uterus; dan (4) timbulnya hipertensi,
edema, proteinuria, kejang dan koma. Salah satu teori yang dikemukakan
ialah bahwa eklampsia disebabkan ischaemia rahim dan plasenta
(ischemaemia uteroplacentae). Selama kehamilan uterus memerlukan darah
lebih banyak. Pada molahidatidosa, hydramnion, kehamilan ganda, pada
akhir kehamilan, pada persalinan, juga pada penyakit pembuluh darah ibu,
diabetes , peredaran darah dalam dinding rahim kurang, maka keluarlah zat-
zat dari plasenta atau desidua yang menyebabkan vasospasmus dan
hipertensi. Tetapi dengan teori ini tidak dapat diterangakan semua hal yang
berkaitan dengan penyakit tersebut. Ternyata tidak hanya satu faktor yang
menyebabkan pre-eklampsia dan eklampsia.
Dalam teori dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab
preeklampsia adalah iskemia plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak
dapat diterangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit itu. Ada
banyak faktor yang menyebabkan preeklampsia dan eklampsia. Diantara
faktor-faktor yang ditemukan sering kali sudah ditentukan mana yang sebab
dan mana yang akibat. Dan sampai saat ini, apa yang menjadi penyebab
preeklampsia dan eklampsia belum diketahui, telah banyak teori yang
mencoba menerangkan sebab-musabab penyakit tersebut, akan tetapi tidak
ada yang dapat memberi jawaban yang memuaskan (Chapman, 2006).
Penyebab preeklampsia belum diketahui sampai sekarang secara pasti,
bukan hanya satu faktor melainkan beberapa faktor dan besarnya
kemungkinan preeklampsia akan menimbulkan komplikasi yang dapat
berakhir dengan kematian. Akan tetapi untuk mendeteksi preeklampsia
sedini mungkin dengan melalui antenatal secara teratur mulai trimester I
sampai dengan trimester III dalam upaya mencegah preeklampsia menjadi
lebih berat (Manuaba, 2008).
Sampai sekarang etiologi preeklampsia belum diketahui. Membicarkan
patofisiologinya tidak lebih dari “mengumpulkan” temuan-temuan
fenomena yang beragam. Namun pengetahuan tentang temuan yang
beragam inilah kunci utama suksesnya penanganan preeklampsia sehingga
preeklampsia/eklampsia disebut sebagai the disease of many theories in
obstetrics (Vivian dan Tri Sunarsih, 2011). Adapun teori-teori tersebut antara
lain:
a. Peran Prostasiklin dan Tromboksan Pengeluaran hormone ini
memunculkan efek “perlawanan” pada tubuh. Pembuluh-pembuluh darah
menciut, terutama pembuluh darah kecil, akibatnya tekanan darah
meningkat. Organ-organ pun akan kekurangan zat asam. Pada keadaan
yang lebih parah, bisa terjadi penimbunan zat pembeku darah yang ikut
menyambut pembuluh darah pada jaringan-jaringan vital.
b. Peran Faktor Immunologis Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan
pertama dan tidak timbul lagi pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat
di bahwa pada kehamilan pertama pembentuk blocking antibodies
terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang semakin sempurna pada
kehamilan berikutnya.
c. Peran Faktor Genetik Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor
genetik pada kejadian Preeklampsia-Eklampsia antara lain:
1) Preeklampsia hanya terjadi pada manusia
2) Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi
preeklampsiaeklampsia pada anak-anak dari ibu yang menderita
preeklampsiaeklampsia
3) Kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsia-eklampsia pada
anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat preeklampsia-eklampsia dan
bukan pada ipar mereka.
4) Peran Renin Angiotensin Aldosteron System (RAAS).
3. Faktor resiko
Faktor risiko yang dapat dinilai pada kunjungan antenatal pertama (POGI,
2016)
a. Umur > 40 tahun
b. Nulipara
c. Multipara dengan riwayat preeklampsia sebelumnya
d. Multipara dengan kehamilan oleh pasangan baru
e. Multipara yang jarak kehamilan sebelumnya 10 tahun atau lebih
f. Riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan
g. Kehamilan multipel
h. IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus)
i. Hipertensi kronik
j. Penyakit Ginjal
k. Sindrom antifosfolipid (APS) : ditandai dengan trombosis berulang atau
morbiditas obstetri
l. Kehamilan dengan inseminasi donor sperma, oosit atau embrio
m. Obesitas sebelum hamil
n. Indeks masa tubuh > 35
o. Tekanan darah diastolik > 80 mmHg
p. Proteinuria (dipstick >+l pada 2 kali pemeriksaan berjarak 6 jam atau
secara kuantitatif 300 mg/24 jam)
4. Patofisiologi
Pada Preeklampsia yang mendasari patogenesisnya adalah hipoksia
plasenta yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dalam arteri spiralis.
Hal ini terjadi karena kegagalan invasi sel trofoblas pada dinding arteri
spiralis pada awal kehamilan dan awal trimester kedua kehamilan sehingga
arteri spiralis tidak dapat melebar dengan sempurna dengan akibat
penurunan aliran darah dalam ruangan intervilus diplasenta sehingga
terjadilah hipoksia plasenta (Corwin & Elizabeth, J 2009; Tomimatsu et al,
2017).
a. Sakit kepala dapat ringan hingga berat dan dapat intermiten atau konstan
serta membaik ketika diberikan infus magnesium sulfat. Gejala ini
diduga timbul akibat hiperperfusi serebrovaskular yang memiliki
predileksi pada lobus oksipitalis (Cunningham, 2013).
b. Gangguan visual berupa skotomata yang buram dan berkilau. Hal ini juga
diduga timbul akibat hiperperfusi serebrovaskular yang memiliki
predileksi pada lobus oksipitalis (Cunningham, 2013).
c. Kebutaan akibat kerusakan pada korteks atau retina. Kebutaan jarang
terjadi pada preeklampsia saja, tetap sering menjadi komplikasi pada
kejang eklamtik (Cunningham, 2013).
d. Dispneu (Tomimatsu et al, 2017)
e. Edema yang jauh lebih besar dari perempuan dengan kehmilan normal
(Tomimatsu et al, 2017)
f. Edema otak menyeluruh dapat timbul pada sindrom preeklampsia dan
biasanya bermanifestasi sebagai perubahan status mental yang bervariasi
dari kebingungan hingga koma. Kondisi ini khususnya berbahaya karena
dapat menyebabkan herniasi supratentorial yang membahayakan jiwa
(Cunningham, 2013).
g. Nyeri perut kuadran epigastrium atau kanan atas (Tomimatsu et al, 2017)
h. Kelemahan yang dapat akibat anemia hemolitik (Tomimatsu et al, 2017)
i. Klonus yang mengindikasikan peningkatan risiko kejang (Tomimatsu et
al, 2017).
6. Penegakan Diagnosis
Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa preeklampsia didefinisikan
sebagai hipertensi yang baru terjadi pada kehamilan / diatas usia kehamilan
20 minggu disertai adanya gangguan organ. Jika hanya didapatkan
hipertensi saja, kondisi tersebut tidak dapat disamakan dengan
preeklampsia, harus didapatkan gangguan organ spesifik akibat
preeklampsia tersebut (POGI, 2016).
a. Kriteria Minimal Preeklampsia
1) Hipertensi : Tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmHg sistolik
atau 90 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit
menggunakan lengan yang sama; dan
2) Protein urin : Protein urin melebihi 300 mg dalam 24 jam atau tes urin
dipstik > positif 1. Jika tidak didapatkan protein urin, hipertensi dapat
diikuti salah satu dibawah ini :
3) Trombositopeni : Trombosit < 100.000 / mikroliter
4) Gangguan ginjal : Kreatinin serum diatas 1,1 mg/dL atau didapatkan
peningkatan kadar kreatinin serum dari sebelumnya pada kondisi
dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya
5) Gangguan Liver : Peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal
dan atau adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen
6) Edema Paru
7) Gejala Neurologis : Stroke, nyeri kepala, gangguan visus
8) Gangguan Sirkulasi Uteroplasenta : Oligohidramnion, Fetal Growth
Restriction (FGR) atau didapatkan adanya absent or reversed end
diastolic velocity (ARDV)
b. Kriteria Preeklampsia Berat (diagnosis preeklampsia dipenuhi dan jika
didapatkan salah satu kondisi klinis dibawah ini) :
1) Hipertensi : Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik
atau 110 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit
menggunakan lengan yang sama
2) Trombositopeni : Trombosit < 100.000 / mikroliter
3) Gangguan ginjal : Kreatinin serum diatas 1,1 mg/dL atau didapatkan
peningkatan kadar kreatinin serum dari sebelumnya pada kondisi
dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya
4) Gangguan Liver : Peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal
dan atau adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen
5) Edema Paru
6) Gejala Neurologis : Stroke, nyeri kepala, gangguan visus
7) Gangguan Sirkulasi Uteroplasenta : Oligohidramnion, Fetal Growth
Restriction (FGR) atau didapatkan adanya absent or reversed end
diastolic velocity (ARDV)
7. Tatalaksana
a. Manajemen Preeklampsia Tanpa Gejala Berat
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bari Saifuddin, Triatmojo Rachimhadhi ,Wikojosastro H. Gulardi. Ilmu
Kebidanan, edisi ke 4. Jakarta; Balai Penerbit PT. BINA PUSTAKA
SARWANO PRAWIROHARDJO. 2010: 696 – 700
Agus Abadi, Kardiotpgrafi Janin dalam Buku Ajar Fetomaternal, Ed. Haryadi R,
Surabaya , 170-183;2004.
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Houth JC, Rouse DJ, Spong
CY.Williams Obstetrics23rd Edition. Dallas: Medical; 2013.
Depkes, R.I. 2012. Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi
Baru Lahir. http://www.gizikia.depkes.go.id/artikel/upaya-percepatan-
penurunan-angka-kematian-ibu-dan-bayi-baru-lahir-di-indonesia/. Diakses
tanggal 7 Oktober 2014.
Nelson, Behrman, Kliegman, dkk. Ilmu Kesehatan Anak Nelson edisi 15 vol 1.
Jakarta : EGC, 2000.
Vivian Nanny Lia; Sunarsih, Tri. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Jakarta :
Salemba Medika