Anda di halaman 1dari 4

Cahaya merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi kehidupan di Bumi ini, tanpa cahaya

kita tidak akan pernah bisa melihat pemandangan yang indah, wajah yang tampan atau cantik
dan lain sebagainya karena dengan cahaya lah kita bisa melihat dan bisa beraktivitas dari pagi
hari hingga malam hari.
1. Abu Ali Hasan bin Al-Haitham
Abu Ali Hasan bin Al-Haitham, seorang ilmuwan yang hidup pada kurun 965-1040 Masehi
mengembangkan teori yang menjelaskan penglihatan manusia dengan menggunakan teknik
geometri dan anatomi. teori yang dirumuskan pada abad ke-10 itu menyatakan bahwa setiap
titik pada daerah yang tersinari cahaya mengeluarkan sinar cahaya ke segala arah. namun,
hanya satu sinar ari setiap titik yang masuk ke mata secara tegak lurus yang dapat dilihat.
Cahaya lain yang tidak secara tegak lurus mengenai mata tidak dapat melihat.
Ilmuwan yang memiliki panggilan Alhazen ini menggunakan kamera lubang jarum sebagai
contoh pembuktian teorinya. Dari percobaannnya, ternyata kamera itu menampilkan sebuah
citra/gambar terbalik sehingga dia menyimpulkan bahwa sinar cahaya adalah kumpulan
partikel kecil yang bergerak pada kecepatan tertentu.
2. Isaac Newton
Kesimpulan Alhazen bahwa cahaya adalah kumpulan partikel diteruskan oleh Isaac Newton.
Isaac Newton menyatakan dalam Hypothesis of Light pada 1675 bahwa cahaya terdiri dari
partikel halus (corpuscles) yang memancar ke semua arah dari sumbernya. Teori ini dapat
digunakan untuk menerangkan pantulan cahaya, tetapi hanya dapat menerangkan pembiasan
dengan menganggap cahaya menjadi lebih cepat ketika memasuki medium yang padat tumpat
karena daya tarik gravitasi lebih kuat .
3. Christian Huygens
Kesepakatan bahwa cahaya pada hakikatnya adalah sekumpulan partikel terbantahkan saat
Christian Huygens mengeluarkan hipotesisnya bahwa cahaya merupakan seberkas gelombang.
Teori Huygens ini disebut sebagai teori Teori Gelombang yang berkembang pada abad ke-17.
Christian Huygens menyatakan cahaya dipancarkan ke semua arah sebagai gelombang. teori
ini didukung oleh fakta bahwa cahaya dapat berdifraksi (melentur) dan berinterferensi
(bercampur) dengan gelombang suara seperti gelombang suara. Sayangnya, teori ini
terbantahkan dengan kenyataan bahawa sebuah gelombang memerlukan medium/perantara
untuk merambat.
4. Michael faraday
Pada tahun 1845 muncul Teori Elektromagnetik yang ditemukan Oleh Michael faraday yang
menyatakan bahwa sudut polarisasi (kutub) dari cahaya dapat diubah dengan medan magnet.
Ini adalah bukti pertama kalau cahaya berhubungan dengan elektomagnetisme sehingga
Faraday mengusulkan bahwa cahaya adalah getaran elktromagnetik berfrekuensi tinggi yang
dapat bertahan walaupun tidak ada medium
5. Maxwell
Maxwell (1831-1874) pada abad 19 menguatkan teori Faraday. Ia menyatakan bahwa cahaya
dibangkitkan oleg gejala kelistrikan dan kemagnetan sehingga tergolong gelombang
elektromagnetik. Sesuatu yang berbeda dengan gelombang bunyi tergolong gelombang
mekanik. Gelombang elektromagnetik dapat merambat dengan atau tanpa medium. Kecepatan
rambatnya pun amat tinggi bila dibandingkan dengan gelombang bunyi. Gelombang
elektromagnetik merambat dengan kecepatan 3000.000 km/detik
6. Max Planck
Setelah teori partikel, gelombang dan gelombang elektromagnetis menemui jalan buntu,
munculah teori kuantum yang digembar-gemborkan oleh Max Planck. Teori ini di mulai pada
abad ke-19 dinyatakan pada tahun 1900 bahwa sinar cahaya adalah terdiri dari paket (kuantum)
tenaga yang dikenal sebagai photon. Penghargaan Nobel menghadiahkan Planck anugerah
fisika pada 1918 untuk kerja-kerjanya dalam penemuan teori kuantum, walaupun dia bukan
orang yang pertama memperkenalkan prinsip asas partikel cahaya.
7. Albert Einstein
Adalah Albert Einstein yang kemudian menyempurnakan seluruh hipotesis tentang cahaya
dalam teorinya yang dikenal dengan teori Dualitas partikel-gelombang. Teori ini
menggabungkan tiga teori sebelumnya dan menyatakan bahwa cahaya adalah partikel dan
gelombang. Ini adalah teori modern yang menjelaskan sifat-sifat cahaya, dan bahkan sifat-sifat
partikel secara umum. Teori ini pertama kali dijelaskan oleh Albert Einstein pada awal abad
20, berdasarkan dari karya tulisnya tentang efek fotolistrik, dan hasil penelitian Planck.
Einstein menunjukkan bahwa energi sebuah foton sebanding dengan frekuensinya.

Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata dengan panjang
gelombang sekitar 380 – 750 nm. Pada bidang fisika, cahaya adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan
panjang gelombang kasat mata maupun yang tidak. Selain itu, cahaya adalah paket partikel yang disebut
foton. Kedua definisi tersebut merupakan sifat yang ditunjukkan cahaya secara bersamaan sehingga disebut
"dualisme gelombang-partikel". Paket cahaya yang disebut spektrum kemudian dipersepsikan secara visual
oleh indera penglihatan sebagai warna. Bidang studi cahaya dikenal dengan sebutan optika, merupakan area
riset yang penting pada fisika modern. Studi mengenai cahaya dimulai dengan munculnya era optika klasik
yang mempelajari besaran optik seperti: intensitas, frekuensi atau panjang gelombang, polarisasi dan fase
cahaya. Sifat-sifat cahaya dan interaksinya terhadap sekitar dilakukan dengan pendekatan paraksial geometris
seperti refleksi dan refraksi, dan pendekatan sifat optik fisisnya yaitu:
interferensi, difraksi, dispersi, polarisasi. Masing-masing studi optika klasik ini disebut dengan optika
geometris dan optika fisis. Pada puncak optika klasik, cahaya didefinisikan sebagai gelombang
elektromagnetik dan memicu serangkaian penemuan dan pemikiran, sejak tahun 1838 oleh Michael Faraday
dengan penemuan sinar katode, tahun 1859 dengan teori radiasi massa hitam oleh Gustav Kirchhoff, tahun
1877 Ludwig Boltzmann mengatakan bahwa status energi sistem fisik dapat menjadi diskrit, teori kuantum
sebagai model dari teori radiasi massa hitam oleh Max Planck pada tahun 1899 dengan hipotesa bahwa
energi yang teradiasi dan terserap dapat terbagi menjadi jumlahan diskrit yang disebut elemen energi, E.

Anda mungkin juga menyukai