Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Tenaga Ahli :
Team Leader/Arsitek Min. S1 Arsitek 1
Ahli Teknik Sipil Min. S1 Sipil 1
Ahli Elektrikal Min. S1 Elektro 1
Tenaga Pendukung :
Drafter/Juru Gambar Min. D3 Arsitektur 1
Estimator/Estimasi Biaya Min. D3 Sipil 1
Surveyor/Juru Ukur Min. STM 1
Tenaga Administrasi Min. SMA/SMK 1
Seluruh pekerjaan perencanaan Peningkatan Puskesmas Menjadi Puskesmas Perawatan Tanoyan Kabupaten Bolaang
Mongondow akan diketuai oleh seorang ahli dalam bidang Arsitektur bangunan yang juga akan bertindak selaku Team
Leader. Team Leader akan dibantu oleh Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung.
Secara umum kriteria dan tugas serta tanggung jawab masing-masing personil adalah sebagai berikut:
1. Team Leader/Ahli Arsitektur Lansekap (1 Orang)
Posisi ini dipegang oleh seorang Sarjana (S1) Arsitektur yang sudah berpengalaman profesional minimal 3 tahun
dalam bidang desain arsitektur bangunan gedung, memiliki sertifikat keahlian (SKA) Arsitek – Madya serta
berpengalaman mengkoordinasikan pekerjaan serta telah pernah menjadi Team Leader dari satu atau dua proyek
perencanaan bangunan gedung.
Team Leader bertanggung jawab terutama atas pengendalian seluruh pelaksanaan pekerjaan perencanaan
berdasarkan ketentuan dan persyaratan yang telah ditentukan dalam dokumen kontrak.
2. Ahli Tehnik Sipil (1 Orang)
Posisi ini dipegang oleh seorang Sarjana (S1) Teknik Sipil yang sudah berpengalaman profesional minimal 3 tahun
dalam bidangnya dan memiliki sertifikat keahlian (SKA) Ahli Teknik Bangunan Gedung - Madya.
Adapun tugas dari Ahli Teknik Sipil adalah sbb :
- Mengidentifikasi Dan Merumuskan Teknis perencanaan bangunan
- Mengupayakan dan menyimpulkan hasil pengujian hasil survey tanah
- Membuat konsep dasar outline sistim struktur, rencana struktur serta perhitungan awal struktur
- Menentukan spesifikasi bahan dan material yang akan digunakan.
3. Ahli Elektrikal (1 Orang)
Posisi ini dipegang oleh seorang Sarjana (S1) Teknik Elektro yang sudah berpengalaman profesional minimal 3
tahun dalam bidang perencanaan kelistrikan bangunan Gedung, memiliki sertifikat keahlian (SKA) Ahli Teknik
Tenaga Listrik - Madya.
Adapun tugas dari Ahli Teknik Elektrikal adalah sbb :
- Melakukan perencanaan sistim elektrikal berdasarkan pada kebutuhan Gedung.
- Melakukan Analisa dan perhitungan kebutuhan beban serta daya listrik yang dibutuhkan.
4. Drafter/Juru Gambar (1 Orang)
Posisi ini dipegang oleh seorang lulusan min. Diploma 3 (D3) Arsitektur yang berpengalaman minimal 2 Tahun
pada bidang Penggambaran Konstruksi bangunan. Kewajiban dan tanggung jawab Drafter/Juru Gambar meliputi
penyajian gambar rencana arsitektur maupun struktur serta gambar – gambar detail yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan pembangunan.
5. Estimator (1 Orang)
Posisi ini dipegang oleh seorang lulusan Diploma 3 (D3) Teknik Sipil dengan pengalaman minimal 2 tahun di bidang
perhitungan rencana anggaran biaya pembangunan Bangunan Gedung.
Estimator dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada Tim Leader
6. Surveyor/Juru Ukur (1 Orang)
Posisi ini dipegang oleh seorang lulusan STM yang berpengalaman profesional minimal 2 tahun di bidang survey
dan pengukuran serta mampu melakukan pemetaan menggunakan alat ukur (theodolite).
Surveyor dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada Team Leader selaku Ahli Arsitektur.
7. Tenaga Administrasi (1 Orang)
Posisi ini dipegang oleh seorang minimal SMA/SMK yang berpengalaman minmal 2 tahun di bidang Administrasi
dan Keuangan. Tenaga Administrasi dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada Team Leader.
17. Jadwal Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
a. Persiapan;
b. Pengumpulan Data Lapangan :
- Identifikasi Pendahuluan (Reconnaissance Survey);
- Identifikasi Detail;;
- Survey Keadaan Lapangan
- Analisa Data Lapangan;
- Sketsa lapangan sesuai peta;
c. Penggambaran desain;
d. Perhitungan perkiraan biaya konstruksi;
e. Pelaporan kepada PA/PKA/PPK;
f. Pemerikasaan gambar - gambar pelaksanaan/shop drawing;
g. Laporan hasil perencanaan.
18. Lapopran Akhir Hasil Perencanaan
Laporan Perencanaan memuat :
1) Rangkuman kegiatan yang telah dilakukan.
2) Uraian kegiatan semua hasil perencanaan yang telah dilakukan.
3) Foto Dokumentasi pelaksanaan perencanaan dari awal sampai akhir.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya : 45 (empat puluh lima) hari kalender sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5
(lima) buku laporan dan Flash Disk.
19. Produksi Dalam Negeri
Semua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan KAK ini harus dilakukan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia
kecuali ditetapkan lain dalam KAK dengan pertimbangan keterbatasan kompetensi dalam negeri.
20. Persyaratan Kerja Sama
Jika kerjasama dengan penyedia jasa konsultansi lain diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan jasa konsultansi ini maka
persyaratan berikut harus dipatuhi :
(Tidak ada)
21. Pedoman Pengumpulan Data Lapangan
Pengumpulan data lapangan harus memenuhi persyaratan berikut:
a. Persiapan;
b. Pengumpulan Data Lapangan :
- Survey Pendahuluan (Reconnaissance Survey)
- Survey Detail :
Kondisi lapangan saat teraktual;
Mutu Bahan/material yang digunakan;
Survey Upah regional;
Semua kewajiban yang harus dilakukan oleh Konsultan Perencana.
c. Perencanaan Teknis :
- Analisa Data Lapangan;
- Penggambaran, Perhitungan dan pelaporan.
d. Penyimpanan Dokumen.
22. Alih Pengetahuan
Jika diperlukan, Penyedia Jasa Konsultansi berkewajiban untuk menyelenggarakan pertemuan dan pembahasan dalam
rangka alih pengetahuan kepada KPA/Pejabat Pembuat Komitmen/Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.
1 Metodologi ini dimaksudkan untuk: (1) mengurangi jumlah kesalahan desain, redesain dan penundaan, (2) memungkinkan untuk lebih
imajinatif dan perancangan-perancangan lebih lanjut (Jones dalam Cross, 1984).
secara bertahap dalam bentuk analisis masalah. Setelah itu akan ditemukan titik-titik permasalahan yang menjadi
bahan untuk menetapkan rumusan permasalahan. Dari rumusan permasalahan maka akan dimunculkan program
kebutuhan perancangan berupa daftar yang berisi hal-hal yang harus dipenuhi dalam perancangan. Setelah program
kebutuhan perancangan ditemukan maka proses pencarian ide-ide desain pun dimulai. Proses penggalian ide-ide
awal ini disampaikan dalam bentuk gambar-gambar skematik atau sering disebut sebagai skematik desain. Dalam
proses pengembangan skematik desain itulah sering terjadi kesulitan karena alternatif-alternatif pengembangan
desain dapat simpang siur antara satu alternatif terhadap alternatif yang lain. Oleh karena itu ketika proses skematik
desain berlangsung maka desainer harus mulai merumuskan apa yang disebut sebagai konsep desain.
PROBLEMA
Umpan balik
DATA
Lapangan, Literatur, Tipologi
ANALISIS PROGRAMMING
SINTESIS
Simpulan Awal
Alternatif-Alternatif
PRODUK DESAIN
2 Thinking before drawing menyatakan adanya suatu disiplin dari perancang dalam aktivitas merancang, dan ini mengarah ke suatu
pertimbangan akan perlunya suatu strategi dalam perancangan. Para ahli teori menyatakan bahwa pembentukan suatu strategi, yang mereka
istilahkan proses, akan tidak saja memberi perancang suatu kerangka yang tertib yang bisa diandalkan, tetapi juga akan membuat suatu tim
perancang bekerja dengan lebih efisien. Semua proses ini bersandar pada suatu prosedur kerja yang bertahap-tahap, secara linier atau
melingkar, dengan atau tanpa umpan balik (Jones, 1971 & Broadbent, 1973 dalam Mark I. Aditjipto, 2002).
Untuk memunculkan sebuah kebutuhan perancangan maka hal pertama yang perlu dilakukan adalah menemukan
permasalahan3. Permasalahan disini akan selalu dikaitkan dengan faktor manusia sebagai penggunanya, yang
menghadapi kendala-kendala dalam merespon keberadaan suatu massa bangunan maupun ruang tertentu, baik itu
disadari maupun tidak. Untuk kendala yang dapat diasadari oleh penggunanya, maka pengguna itu sendiri yang
menetapkan permasalahan; sedangkan untuk kendala yang tidak disadari maka desainer sebagai orang yang
menguasai teori dan aplikasi perancangan akan dapat memiliki kepekaan untuk menemukan kendala-kendala
tersebut4. Langkah selanjutnya adalah melakukan pendataan. Pendataan dapat dilakukan setidaknya dari lapangan,
yaitu kondisi objek yang akan dirancang meliputi data fisik (unsur pembentuk dan pengisi Bangunan, ukuran-ukuran,
material, kondisi udara, suara, cahaya dan lain-lain) dan data non fisik (lingkungan sosial, ekonomi, budaya, psikologis
dan lain-lain). Data lainnya adalah data literatur. Data literatur sangat penting untuk dijadikan tolok ukur perancangan.
Data literatur disusun berdasarkan tingkat kebutuhannya untuk menilai hasil pendataan fisik dan non fisik. Data literatur
dapat disusun secara tekstual maupun tidak. Apabila literatur-literatur itu bersifat umum dan formalistik maka tidak
perlu dicantumkan dalam pendataan, karena mudah dimengerti secara umum. Literatur yang spesifik yang berkaitan
dengan permasalahan utama perancangan penting untuk dicantumkan secara mendetail dalam proses pendataan.
Jenis data ketiga adalah data tipologi, yaitu berupa data lapangan yang diambil dari lokasi berbeda namun memiliki
tipe yang sama dengan data lapangan yang menjadi objek perancangan. Data tipologi ini berfungsi sebagai
pembanding atas data lapangan. Disamping itu data tipologi juga dapat digunakan sebagai tolok ukur untuk membantu
kasus-kasus perancangan yang sulit dicari literaturnya. Setelah data terkumpul lengkap maka langkah selanjutnya
adalah melakukan analisis. Tahap ini merupakan tahap pemrograman, yaitu membuat program-program kebutuhan
desain berdasarkan hasil-hasil analisis. Semakin data yang dihimpun lengkap maka hasil analisis pun dapat semakin
tuntas sehingga program-program kebutuhan yang dimunculkan akan dapat menjadi acuan yang dapat dipenuhi. Hasil
analisis program merupakan dasar dalam menarik sintesis berupa kesimpulan-kesimpulan awal yang dapat dijadikan
alternatif-alternatif arah perancangan. Dari sinilah proses perancangan dapat dipecah menjadi dua jalur yaitu membuat
skema-skema pemecahan masalah perancangan atau skematik desain dan disisi lain mulai memformulasikan konsep
desain yang dijadikan pengikat arah perancangan. Skematik desain dan konsep dasar desain ini dapat dievaluasi
sebelum dikembangkan lebih lanjut menjadi sebuah produk desain berupa gambar-gambar penyajian. Produk desain
ini juga perlu dievaluasi berdasarkan program-program yang ditetapkan dalam analisis pemrograman melalui sebuah
proses umpan balik (feed back).5 Pembahasan langkah kedua tentang skema perancangan merupakan pembahasan
dari sisi objek perancangan. Oleh karena itu, Langkah Ketiga yang perlu dilakukan untuk merumuskan pendekatan
konseptual dalam proses perancangan bangunan adalah memahami tentang pemetaan pola pikir desain, yaitu posisi
3 Dalam morfologi penyelesaian masalah, Jaques menjelaskan bahwa masalah merupakan penyelesaian itu sendiri. Masalah-masalah yang
mendasar dalam tiap-tiap bidang perancangan pada dasarnya telah berulangkali diselesaikan dan telah dikenali dengan baik. Hal ini
memungkinkan terjadinya akumulasi pengetahuan terhadap cara penyelesaian masalah yang mengakibatkan adanya landasan untuk
memunculkan versi penyelesaian masalah yang baru berangkat dari hal-hal yang telah sering dilakukan (Jaques dalam Evans, 1982).
4 Dalam hal nilai, Jaques menjelaskan bahwa orang harus ditunjukkan apa yang semestinya diinginkan. Desainer memiliki persepsi dan
kepekaan yang lebih tinggi terhadap nilai-nilai sosial dan budaya melampaui apa yang dimiliki orang awam. Hal ini merupakan tanggung jawab
para desainer untuk mengembangkan dan menanamkan nilai-nilai tersebut bagi kepentingan masyarakat. Hal ini membutuhkan keteguhan
dalam penciptaan hasil akhir dan cara hidup yang orang awam tidak akan tahu bahwa mereka sesungguhnya membutuhkannya hingga
mereka sungguh-sungguh mengalaminya sendiri. Hal tersebut merupakan tugas para desainer untuk memberikan kepada masyarakat apa
yang mereka tidak pernah impikan bahwa mereka dapat memilikinya, oleh karena itu akan ada gunanya untuk memberikan konsultasi kepada
mereka (Jaques dalam Evans, 1982).
5 Bentuk dasar dari metode perancangan analitis ini dijelaskan oleh Luckman tersusun atas: (1) analisis: pengumpulan dan pemilahan semua
informasi yang relevan berkaitan dengan masalah desain yang ditangani, (2) sintesis: formulasi penyelesaian yang potensial atas bagian-
bagian dari permasalahan yang memungkinkan ketika pengambilan keputusan atas informasi telah terpenuhi di tahapan analisis, (3) evaluasi:
usaha pengambilan keputusan dengan menggunakan beberapa kriteria yang diantara pemecahan-pemecahan masalah yang memungkinkan
merupakan yang paling bisa menjawab permasalahan secara memuaskan (Luckman dalam Cross, 1984).
desainer dalam kaitannya dengan cara berpikir terhadap objek yang dirancang6. Untuk memposisikan diri sebagai
desainer maka seseorang setidaknya memiliki tiga materi yaitu tapak (site), program dan ide7.
Gambar : Pemetaan pola pikir Desain
Apabila seseorang hanya memiliki tapak dan program maka ia akan memposisikan dirinya sebagai seorang perakit.
Pekerjaan ini lebih mudah karena ia hanya dituntut untuk menghasilkan rakitan dari olah tapak dengan mengacu pada
program-program yang ditetapkan untuk mengolah tapak tersebut. Hasil dari pekerjaan ini adalah desain yang
fungsional. Sebagai sebuah rakitan maka desain ini memiliki ciri-ciri kompak, standar objektif, dan homogen.
Selanjutnya apabila seseorang hanya memiliki tapak dan ide maka ia akan memposisikan dirinya sebagai seorang
seniman. Pekerjaan ini lebih bebas karena ia dapat mengolah tapak dengan ide-idenya sendiri tanpa adanya batasan-
batasan dari program yang telah ditetapkan. Hasil dari pekerjaan ini adalah desain yang ekspresif. Sebagai sebuah
hasil ekspresi seni maka desain ini memiliki ciri-ciri bebas, tidak standar, subjektif, dan khas atau unik. Selanjutnya
apabila seseorang hanya memiliki program dan ide maka ia akan memposisikan dirinya sebagai seorang pemimpi.
Pekerjaan ini lebih idealis karena ia dapat mengolah program yang telah ditetapkan dengan ide-idenya sendiri tanpa
adanya tapak yang membatasi ide-ide tersebut. Hasil dari pekerjaan ini adalah desain yang eksperimental bahkan
terkadang utopis sehingga hanya ada di dalam angan-angan saja dan belum tentu dapat diwujudkan secara nyata.
Sebagai sebuah hasil pemikiran ideal yang eksperimental maka desain ini memiliki ciri-ciri sempurna, imajiner,
ideologis dan bahkan absurd. Dengan posisi desainer yang memiliki ketiga materi yaitu tapak, program dan ide berarti
seorang desainer hendaknya mampu menjembatani tiga macam posisi yaitu sebagai perakit, seniman dan pemimpi
menjadi satu kesatuan yang saling bersinergi antara satu dengan yang lain. Jadi hasil kerja desainer berupa desain
yang fungsional tetapi tetap memperhatikan ekspresi dan juga mengandung eksperimen-eksperimen untuk membuka
peluang bagi pengembangan lebih lanjut. Dengan demikian maka karya seorang desainer bukan karya yang statis
melainkan dinamis, bukan karya yang subjektif sepenuhnya melainkan tetap bisa dipertanggungjawabkan
objektifitasnya, bukan karya yang mengawang-awang melainkan realistis dan dapat diwujudkan.
Langkah Keempat yang perlu dilakukan untuk merumuskan pendekatan konseptual dalam proses perancangan
Bangunan adalah memahami tentang metode pendekatan desain. Ada banyak metode-metode pendekatan desain
6 Hal ini berkaitan dengan masalah kepercayaan, yang dijelaskan oleh Jaques bahwa orang awam harus dirubah cara berpikirnya untuk dapat
memberikan kepercayaan kepada desainer profesional yang berpengalaman. Kualifikasi profesional dan reputasi dari seorang desainer akan
memberikan jaminan bahwa hasil pemikirannya dapat dihandalkan dan tepat sesuai tujuan (Jaques dalam Evans, 1982).
7 Pemecahan desain harus merespon beraneka pembatasan, meliputi ide-ide, kondisi lingkungan dan teknis. Kondisi teknis ini berkaitan
dengan tapak. Tapak bukan sekedar latar belakang melainkan perangsang bentukan arsitektural. Tapak akan mempengaruhi zoning,
peraturan-peraturan, pembatasan-pembatasan berkaitan dengan sejarah atau pengembangan area, perjanjian akte, kesulitan-kesulitan teknis
dan nilai-nilai sosial kemasyarakatan. Segala hal yang berkaitan dengan ide dan tapak tersebut diolah dalam program. Program yang baik
semestinya dapat dikomunikasikan dengan baik, memuat segala permasalahan dalam tabel, dan mengatur lingkup dan bahkan biaya dari
sebuah proyek (Shoshkes, 1989).
yang dapat dipakai dalam proses perancangan Bangunan, meliputi metode pendekatan pragmatis, tipologis, analogis,
sintaktis, programatik, ideologis, dan substansif dsb. Metode-metode pendekatan tersebut diperlukan untuk
mewujudkan ide-ide atau gagasan yang tertuang dalam konsep menjadi sebuah desain. Jadi metode-metode
pendekatan tersebut bukan merupakan konsep itu sendiri melainkan merupakan “katalisator” konsep.
KONSEP DESAIN
Uraian macam-macam metode pendekatan desain ini merupakan pengembangan dari metode-metode yang
dikemukakan. Melalui metode Pendekatan Pragmatis maka olah desain dilakukan melalui proses uji coba. Hasil
desain bersifat eksploratif dan ketepatan pemecahan masalah akan diketahui setelah melalui proses evaluasi berkala.
Apabila hasil desain tidak mampu memecahkan masalah secara tepat maka akan dicoba lagi dengan alternatif
pengolahan yang lain, demikian seterusnya hingga sampai pada batas tertentu hasil olah desain dianggap optimal.
Melalui metode Pendekatan Tipologis maka olah desain dilakukan dengan cara mencontoh model yang pernah
dilakukan orang lain yang dianggap berhasil. Hasil desain bersifat imitatif tipikal dan ketepatan pemecahan masalah
akan diketahui bila hasilnya memiliki tingkat kesesuaian yang tinggi dengan model yang dijadikan acuan. Melalui
metode Pendekatan Analogis maka olah desain dilakukan dengan cara membandingkan dari bentuk dan mungkin
konstruksi yang didapat dari alam atau lingkungan disekitarnya. Hasil desain bersifat imitatif analogi dan ketepatan
pemecahan masalah akan diukur melalui kesamaan sifat atau karakter desain dengan bentuk benda yang dijadikan
analognya. Melalui metode Pendekatan Sintaktis maka olah desain didasarkan pada seperangkat aturan, dalam hal
ini kebanyakan adalah aturan-aturan geometris. Hasil desain bersifat material terstruktur dan ketepatan pemecahan
masalah akan diukur melalui kesesuaian wujud fisik desain dengan aturan-aturan komposisi bentuk. Melalui metode
Pendekatan Programatis maka olah desain didasarkan pada seperangkat aturan program. Hasil desain bersifat
material-kuantitatif dan ketepatan pemecahan masalah akan diukur melalui kesesuaian wujud fisik desain dengan
program yang telah ditetapkan. Melalui metode Pendekatan Ideologis maka olah desain didasarkan pada cita-cita
yang dipegang sebagai tujuan berdasar faham-faham tertentu yang diyakini sebagai sebuah kebenaran mutlak. Hasil
desain bersifat ideal menurut faham yang dianut dan ketepatan pemecahan masalah diukur melalui kesesuaian
dengan wujud-wujud yang dianggap mampu merefleksikan nilai-nilai dari faham tersebut. Melalui metode Pendekatan
Substansif maka olah desain didasarkan pada hakikat atas apa yang dirancang. Hasil desain diarahkan untuk
menemukan kebenaran yang mendasar atau hakiki dan ketepatan pemecahan masalah diukur melalui prinsip-prinsip
kebenaran dasar tersebut. Kebenaran dasar tersebut ditemukan melalui penjelajahan nilai-nilai filsafat.
Dari metode-metode pendekatan di atas maka penggunaan metode pendekatan pragmatis, tipologis, analogis, dan
sintaktis biasanya mampu menghasilkan desain yang dapat diwujudkan secara nyata karena nilai-nilai yang dijadikan
tolok ukur lebih bersifat konkrit. Sementara itu penggunaan metode pendekatan ideologis dan substansif belum tentu
dapat menghasilkan desain yang aplikatif karena nilai-nilai yang dijadikan tolok ukur kadang lebih bersifat abstrak.
Semua metode pendekatan di atas merupakan bagian dari metode analitis yang mengacu pada metolodogi desain
yang sistematis (systematic design method). Dalam membuat perencanaan ini perlu dilakukan pendekatan teori dan
aplikasi terhadap beberapa faktor yang mendasar dalam pembuatan desain perencanaan yang antara lain faktor:
peruntukan bangunan, fungsi utama bangunan, dan fungsi yang lainnya, kondisi lahan ditinjau dari aspek teknis dan
non teknis, perkiraan anggaran biaya yang tersedia, analisis tapak exsisting, dan proyeksi kebutuhan akan
bangunan/ruangan. Lingkungan budaya masyarakat setempat, sasaran dan tujuan yang ingin dicapai dari keadaan
dari keberadaan bangunan. Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh konsultan perencana dalam merencanakan
pekerjaan ini, harus memperhatikan kriteria umum perencanaan bangunan berdasarkan fungsi dan kompleksitas
bangunan ruang yang direncanakan, yang meliputi:
1. Persyaratan Peruntukkan dan Intensitas
Menjamin Pembangunan, didirikan berdasarkan ketentuan tata ruang dan bangunan yang telah ditetapkan
pemerintah daerah.
Menjamin Pembangunan, dibangun sesuai dengan fungsinya.
Menjamin keselamatan pengguna bangunan, Masyarakat dan lingkungannya akibat kegagalan bangunan.
2. Persyaratan Lingkungan
Menjamin terwujudnya Pembangunan yang didirikan berdasarkan Karakteristik lingkungan, ketentuan
perwjudan bangunan, dan budaya Daerah, sehingga terdapat keseimbangan, keselarasan, keserasian
dengan lingkungannya berupa lingkungan fisik, social dan Budaya.
Menjamin Pembangunan berwawasan lingkungan.
3. Persyaratan Struktur
Menjamin terwujudnya Pembangunan yang dapat memdukung beban akibat perilaku alam dan manusia.
Menjamin Keselamatan manusia akibat kegagalan struktur.
Menjamin kepentingan manusia dari kehilangan dan kerusakan benda yang di akibatkan oleh perilaku
Bangunan/Gedung/Ruangan.
Menjamin Perlindungan lainnya dari kerusakan fisik dari kegagalan bangunan.
4. Persyratan Ruang
Menjamin Terwujudnya Pembangunan yang memenuhi fungsi kebutuhan ruang berdasarkan fungsi
bangunan dan standar dimemsi peruntukan ruang.
Menjamin terpenuhinya kebutuhan ruang yang aman dan nyaman.
5. Persyaratan Lokasi Site
Menjamin lokasi site dapat mendukung terbentuknya tata ruang kota.
Menjamin lokasi site yang aman dan memilik akses yang mudah di jangkau.
Menjamin tersedianya lahan yang cukup untuk didirikannya bangunan.
6. Persyaratan Mekanikal Elektrikal
Menjamin terpasangnya Mekanikal Elektrikal secara cukup dan aman dalam menunjang
terselenggarakannya kegiatan dipekerjaan pembangunan ini.
Dalam mewujudkan perencanaan yang diharapkan, maka konsultan perencana hendaknya mencari informasi yang
dibutuhkan gun mengakuratkan data dan informasi serta memeriksa kebenaran informasi yang di gunakan dalam
analisa sintesa pelaksanaan perencanaan. Data dan informasi adalah sebagai berikut :
1. Informasi tentang lahan
Kondisi fisik lokasi, seperti: Luasan Site, batas batas lahan, kontur topografi;
Kondisi tanah (daya dukung tanah) Hasil Soil test;
Peruntukan lahan;
Vegetasi;
Kondisi Iklim (lintasan matahari, angin);
Akses pencapaian dan sirkulasi;
Kebisingan;
Koefisien dasar bangunan;
Perencanaan Ruang.
2. Informasi tentang Fungsi Pengguna
Jumlah Pengguna;
Aktifitas Kegiatan Pengguna, Kegiatan Utama, Penunjang, dan Pelengkap;
Perlengkapan/peralatan khusus, jenis berat dan dimensi yang disyaratkan pengguna.
3. Kebutuhan Sarana utama dan pendukung
Keningin tentang Organisasi pengelola dan kebutuhan pemamfaatan bangunan;
Keinginan tentang sarana yang berhubungan dengan pemakai maupun perlengkapan yang dibutuhkan dan
digunakan dalam bangunan tersebut.
4. Kelengkapan Utilitas Mekanikal Elektrikal dan perlengkapan lainnya
Jaringan Listrik dan kapasitas yang dibtuhkan;
Jaringan air bersih dan kapasitas yang dibutuhkan;
Jaringan pembuangan air kotor dan kotoran, dll.
5.2 METODOLOGI
Dengan didasari atas konsistensi pemahaman dan penyampaian tanggapan Kerangka Acuan Kerja, selanjutnya konsultan
membuat usulan inovasi terhadap penyempurnaan dari KAK serta menyusun pendekatan dan metode pelaksanaan yang
sesuai. Untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang sesuai dengan harapan dan untuk kelancaran serta terkoordinasinya
pelaksanaan pekerjaan, maka kegiatan yang paling pokok adalah dengan pendekatan operasional, pendekatan teknis
dan penyusunan metodologi pelaksanaan pekerjaan. Uraian teknis pelaksanaan pekerjaan ini menyangkut urutan dan
jenis kegiatan yang akan dilaksanakan. Pendekatan teknis merupakan pendekatan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan. Untuk memudahkan dalam pelaksanaan pekerjaan, maka harus disusun Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan.
Dimana bagan ini berisikan tahapan-tahapan pekerjaan yang akan dikerjakan, sehingga dalam penyusunan jadwal
pelaksanaan pekerjaan harus perpatokan pada Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan tersebut. Untuk pelaksanaan
Pekerjaan akan melibatkan tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan proyek dan sesuai dengan
ketetapan personil pada Kerangka Acuan Kerja. Untuk memperlancar tugas, pelaksanaan pekerjaan akan didukung oleh
fasilitas penunjang berupa peralatan yang memadai dan sistem kerja yang seefisien mungkin.
•KONSEP BANGUNAN
•STRUKTUR BANGUNAN
FORMULASI •BAHAN BANGUNAN
KONSEP
•UTILITAS
PERANCANGAN
•BENTUK ARSITEKTUR
•SKETSA GAGASAN
Secara kuantitatif dengan mengunakan Metode Deskripsi yang membahas teknik teknik pengumpulan, pegelolaan,
analisa, Penyajian terhadap kelompok data. Analisis data secara kualitatif atau korelatif dengan melakukan beberapa
tahapan meliputi survey lokasi tapak dan objek objek komparasi untuk memperoleh data data dan komparasi yang
berhubungan dengan objek perencanaan nantinya. Dalam proses kajian ini ide perancangan yang didapat kemudian di
transformasikan kedalam bentuk tertulis maupun sketsa. Transformasi tersebut dapat digambarkan melalui usulan kajian
dengan tahapan tahapan sebagai berikut:
5.2.1 Persiapan
Koordinasi dan konsultasi internal/eksternal Dalam tahap persiapan, konsultan menyusun program kerja kegiatan
secara keseluruhan, dengan melakukan konsolidasi dan koordinasi baik dalam internal tim tenaga ahli maupun dengan
instansi terkait seperti Pemerintah Daerah setempat untuk mendapatkan pengarahan awal sebagai bahan langkah
kerja di dalam menangani pekerjaan ini. Konsultan juga akan memaparkan dan memberikan interpetasi terhadap tugas
yang diberikan dan menentukan Sasaran atau Target Proyek Perencanaan Revitalisasi Pasar Rakyat Imandi ini.
Pendataan Awal Pada tahapan ini, konsultan akan menetapkan metode survey dan perangkat yang akan digunakan,
yaitu berupa pengumpulan data primer maupun sekunder termasuk informasi yang dapat menunjang perancangan
dengan melakukan survey lapangan dan menentukan delineasi batas-batas. Selain metode, konsultan juga menyusun
instrumen analisis untuk melakukan kajian terhadap data-data yang telah terkumpul.
Konsultan juga melakukan persiapan terhadap kegiatan lain seperti administrasi proyek, penyiapan personil serta
persiapan rencana kerja dalam sebuah kerangka jadwal kerja, sehingga setelah persiapan matang dapat dilakukan
kegiatan studi lapangan dan literatur. Adapun rincian kegiatan persiapan akan meliputi:
- Interpretasi secara garis besar terhadap Kerangka Acuan Kerja;
- Koordinasi dengan pihak terkait;
- Konsolidasi Tim dan Review;
- Menyusun Jadwal (program kerja perencanaan);
- Mengumpulkan data awal (penelitian, peraturan, dan lain-lain) dan informasi lapangan (termasuk penyelidikan
tanah sederhana);
- Penyusunan Metodologi;
- Penetapan lokasi kunjungan lapangan dan dokumentasi elektronik;
- Konsep perencanaan;
- Sketsa gagasan;
- Dan konsultasi dengan pemerintah daerah setempat mengenai peraturan daerah/ perizinan bangunan.
5.2.5 Analisa
Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul, maka tahapan selanjutnya yang dilakukan adalah mengelolah data
menjadi informasi dan menganalisis dalam kajian sampai didapatkan beberapa alternatif konsep penyelesaian
masalah yang terangkai dalam proses sintesa. Hasil dari Analisa dan masukan yang masih acak akan di kelompokkan
terlebuh dahulu sesuai kriteria yang di butuhkan, agar dapat menunjang keputusan Desain.
5.2.6 Sintesa
Tahapan ini merupakan tahapan kesimpulan bari berbagai alternative pemecahan masalah yang telah di identifikasi
pada tahapan sebelumnya. Pemecahan masalah ini diterjamahkan kedalam bentuk konsep konsep pendekatan
perancangan dan perancangan bangunan. Dari Konsep konsep tersebut yang kemudian dapat di transformasikan
kedalam bentuk skesa sketsa ide gagasan perancangan yang kemudian dilanjutkan dengan pembuatan gambar
gambar kerja, Denah, Tampak, Potongan, Siteplan, Layout, perspektif, Detail maupun Detail arsitektural.
5.2.7 Perancangan
Setelah melalui Tahap Sintesa, akan dihasikan berbagai macam alternatif yang selanjutnya akan dipilih alternatif yang
utama dalam penyelesaian permasalahan. Konsep Penyelesaian masalah ini akan di terjamahkan kedalam bentuk
sketsa sketsa ide awal perancangan bangunan untuk selanjutnya di sajikan dalam bentuk gambar kerja berupa Detail,
tampak, Potongan, site dan layout plant, perspektif, situasi serta detail detail arsitektural. Pada proses aktifitas
perancangan, setiap tahapan akan selalu mengalami perubahan baik penambahan maupun pengurangan, untuk
mengantisipasi hal tersebut maka diperlukan umpan balik (Feed Back) pada setiap tahapan, sehingga dapat
menghindari terjadinya kesalahan analis dan pengambilan keputusan rancangan, hasil rangcangan yang didapat akan
lebih optimal.
ANALISA
Analisa Tapak
Analisa Aktivitas Pelaku
Analisa Program Ruang
Analisa Bangunan
KONSEP
Konsep Dasar
Konsep Tapak
Konsep Penzoningan
Konsep perwujudan Bangunan
Konsep Sistim Struktur
Konsep Sistim Utilitas
PRODUK DESAIN
5.6 PROGRAM KERJA
Program Kerja ini diuraikan dalam 5 sub pokok bahasan, yaitu :
Pola Kerja.
Sistematika Pengumpulan Data.
Analisis Permasalahan dan Pemecahan Masalah.
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan.
Organisasi dan Personil.
1. Ketua Team Team Leader bertanggung jawab untuk koordinator tugas Laporan
(Team Leader) dan tanggung jawab dari para tenaga ahli yang lain, Perencanaan (Awal,
sekaligus menerapkan prinsip manajemen dalam tim Antara & Akhir);
Identifikasi masalah
kerjanya. Team Leader akan merencanakan,
pada item-item
mengoperasikan, mendistribusikan dan mengontrol tugas pekerjaan
dari tenaga ahli. Selain itu Team Leader juga merangkap
sebagai Ahli Perencana bersama-sama dengan tenaga
ahli yang lain akan menyusun perencanaan kali ini.
2. Ahli Teknik Ahli Teknik Sipil membuat analisa struktur bangunan yang Analisa Struktur dan
Sipil/Struktur telah didesain serta menyusun estimasi volume dan Spesifikasi Teknis
rencana anggaran biaya mengenai perencanaan terkait.
Tenaga Ahli Sipil/Struktur dibantu oleh Tenaga Estimator.
3. Ahli Teknik Elektrikal Ahli Teknik Elektrikal membuat rekayasa kehandalan Analisa sistem
sistem kelistrikan bangunan yang telah didesain serta kelistrikan, spesifkasi
menyusun estimasi volume dan rencana anggaran biaya bahan dan alat
elektrikal.
mengenai perencanaan terkair.
4. Estimator Estimator yang cabang ilmunya berhubungan langsung Laporan Pendukung
dengan Tim Tenaga Ahli Sipil. Estimator bertugas atau Penunjang
memberi pelaporan pendukung terkait perkembangan Perencanaan
(Estimasi Biaya);
pekerjaan perencanaan kali ini, baik kepada ketua tim
ataupun tim tenaga ahli.
5. Surveyor Melakukan fungsi dan tugasnya dalam pengambilan data Data ukur,
ril lapangan baik sekunder maupun primer guna Dokumentasi
pengembagan perencanaan kali ini, yang kemudian Eksisting Lokasi dan
data-data penunjang
dilaporkan kepada ketua tim dan tenaga ahli yang lain.
lainnya
6. Drafter Melakukan fungsi dan tugasnya dalam input awal data- Input & Output data
data yang didapat dari tim surveyor guna langkah awal primer maupun
rancangan desain pada pekerjaan perencanaan kali ini, sekunder
yang kemudian dilaporkan kepada ketua tim dan tenga
ahli yang lain.
7. Administrator Melakukan fungsi dan tugasnya dalam hal surat-menyurat Seluruh Hal Tentang
maupun yang sejenis berkaitan dengan pekerjaan Administrasi dan
perencanaan kali ini, antara pengguna jasa dengan Keuangan
perusahaan dan atau antara perusahaan dengan tenaga-
tenaga pesonil.
JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
Instansi : Dinas Kesehatan Kab. Bolaang Mongondow
Pekerjaan : Jasa Konsultansi Perencanaan Peningkatan Puskesmas Menjadi Puskesmas Perawatan
Lokasi : Desa Tanoyan Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow
Waktu Pekerjaan : 45 Hari Kalender
Tahun Anggaran : 2019
Perusahaan : CV. ASMARA 1618
1 Persiapan
WAKTU PENUGASAN
ORG
No NAMA PERSONIL M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7
BLN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
A NASIONAL (Lokal)
1 Andhyka Hendra Asmara, ST 1 / 1,5
2 Dewi Kartika Toligaga, ST 1 / 1,5
3 Supardi Manangin, ST 1 / 1,5
4 Hendy R. Mokodompit, ST 1 / 1,5
5 Syahrial Mokoginta, ST 1 / 1,5
6 Riswanto Dali 1/1
7 Fitria Mokodompit, SE 1 / 1,5
B ASING
1 - -