Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL TEKNIS

 PEMAHAMAN DAN SARAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA


(KAK)
 URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
 JADWAL WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN
 KOMPOSISI TIM DAN PENUGASAN
 JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI
PEMAHAMAN DAN SARAN TERHADAP
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
4.1. UMUM
Tanggapan terhadap kerangka acuan kerja ini disusun oleh Team Tenaga Ahli CV. ASMARA 1618 yang diusulkan dalam
pekerjaan ini berdasarkan pengalaman menangani pekerjaan sejenis khususnya yang berkaitan dengan pekerjaan “Jasa
Konsultansi Perencanaan Peningkatan Puskesmas Menjadi Puskesmas Perawatan Tanoyan”. Kerangka Acuan
Kerja (KAK) ini secara umum telah memberikan gambaran yang cukup memadai kepada konsultan sebagai pegangan
dalam memahami pekerjaan yang dimaksud. Namun demikian konsultan memandang perlu untuk menyampaikan hal-hal
yang akan diuraikan di bawah ini. Setelah mempelajari dan meneliti isi Kerangka Acuan Kerja (KAK), konsultan dapat
memahami dan mengerti arah dari pelaksanaan pekerjaan ini, selanjutnya konsultan menyusun langkah-langkah tindak
lanjut pelaksanaan pekerjaan agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan asas “tepat mutu, waktu, efektif dan efisien dan
tepat sasaran”. Sebagai tindak lanjut atas pemahaman konsultan terhadap KAK selanjutnya konsultan menanggapi
beberapa hal yang tertuang dalam KAK dan memberikan rekomendasi guna mendukung keberhasilan pekerjaan.

4.2. PERIHAL KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)


1. Latar Belakang
Setiap bangunan gedung yang bersumber dana dari Negara adalah milik Negara dan harus diwujudkan sebaik – baiknya,
sehingga mampu memenuhi secara optimal fungsi bangunannya, andal dan dapat menjadi teladan bagi lingkunyannya,
serta berkontribusi positif bagi perkembangan arsitektur Indonesia. Setiap bangunan gedung Negara harus direncanakan,
dirancang dengan sebaik – baiknya sehingga dapat memenuhi kriteria teknis bangunan yang layak dari segi mutu, biaya
dan kriteria administrasi bagi bangunan gedung Negara. Penyedia jasa perencanaan untuk bangunan gedung Negara
perlu diarahkan secara baik dan menyeluruh sehingga mampu menghasilkan karya perencaan teknis banguna yang
memadai dan layak diterima menurut kaidah, norma serta tata laku professional. Kerangka Acuan Kerja (KAK) untuk
pekerjaan perencanaan perlu dipersiapkan secara matang sehingga mampu mendorong perwujudan karya perencaaan
yang sesuai dengan kepentingan kegiatan. Dalam melakukan upaya-upaya tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten
Bolaang Mongondow akan melakukan Kegiatan Jasa Konsultansi Perencanaan Peningkatan Puskesmas Menjadi
Puskesmas Perawatan Tanoyan Kabupaten Bolaang Mongondow T.A 2019 sehingga memenuhi standar mutu bangunan
gedung dan akan didapatkan hasil yang baik mutu, tepat waktu dan biaya yang optimal.
2. Maksud Dan Tujuan
Maksud dari Kegiatan Jasa Konsultansi Perencanaan Peningkatan Puskesmas Menjadi Puskesmas Perawatan Tanoyan
Kabupaten Bolaang Mongondow adalah :
1. Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini merupakan petunjuk bagi penyedia jasa perencanaan yang memasukan azas,
kriteria, keluaran dan proses yang harus dipenuhi dan diperhatikan dalam pelaksanaan tugas-tugas.
2. Dengan penugasan ini dirapkan penyedai jasa perencanaan dapat melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik
untuk menghasilkan keluaran yang memadai sesuai KAK ini.
3. Sasaran
Sedangkan sasaran dari Kegiatan Jasa Konsultansi Perencanaan Peningkatan Puskesmas Menjadi Puskesmas
Perawatan Tanoyan adalah :
1. Sasaran yang akan dicapai adalah hasil perencanaan yang representatif dan optimal, sehingga menjadi tahap awal
pelaksanaan pekerjaan yang baik dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan secara keseluruhan.
2. Hasil perencanaan diharapkan menjadi tauladan bagi perkembangan Arsitektur terutama dibidang Bangunan dan
dapat memacu perkembangan pembangunan di daerah Kab. Bolaang Mongondow.
Konsultan wajib menyediakan jasa-jasanya semaksimal mungkin untuk menyelenggarakan pekerjaan perencanaan,
sehingga diperoleh hasil pekerjaan yang memenuhi persyaratan dan dapat dipertanggung-jawabkan.
4. Lokasi Kegiatan
Kab. Bolaang Mongondow.
5. Sumber Pendanaan
Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan : APBD Kab. Bolaang Mongodow T.A. 2019 (APBD).
Pagu Anggaran : Rp. 135.000.000,- (Seratus Tiga Puluh Lima Juta Rupiah).
6. Nama Dan Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen
Nama Kuasa Pengguna Anggaran : Dr. Hj. Sahara Albugis, MPHM. DK
Satuan Kerja : Dinas Kesehatan Kabupaten Bolaang Mongondow
7. Data Dasar
Kontrak
8. Standar Teknis
Kontrak
9. Referensi Hukum
1. Perpres 16 Tahun 2018;
2. Permen PU 14 Tahun 2013;
3. Permen PU 45 Tahun 2007;
4. Spek umum Edisi November 2010;
5. Kepmen PUPR No. 897 Tahun 2017.
10. Lingkup Kegiatan
Ruang Lingkup Pekerjaan yang direncanakan antara lain :
1. Pekerjaan Persiapan.
2. Pekerjaan Tanah / Pasir Urug.
3. Pekerjaan Pondasi Batu Kali.
4. Pekerjaan Beton Bertulang Dan Lantai Kerja.
5. Pekerjaan Pasangan, Plesteran Dan Acian.
6. Pekerjaan Kusen, Daun Pintu, Jendela Dan Ventilasi + Assesories.
7. Pekerjaan Rangka Atap, Penutup Atap Dan Langit - Langit.
8. Pekerjaan Pengecatan.
9. Pekerjaan Instalasi Air Bersih Dan Air Kotor.
10. Pekerjaan Lantai Dan Keramik.
11. Pekerjaan Lainnya.
11. Keluaran
Dokumen Perencanaan dengan mutu dan kualitas memenuhi spesifikasi yang ada, dokumen-dokumen yang harus
dimasukan adalah :
- Laporan Perencaaan;
- Gambar (Ukuran A3);
- Rencana Anggaran Biaya (RAB);
- Spesifikasi Teknis;
- Gambar Perencanaan dalam bentuk Soft Copy.
12. Peralatan, Material, Personil Dan Fasilitas Dari Pejabat Pembuat Komitmen
Tidak Ada
13. Peralatan, Material Dari Penyedia Jasa Konsultansi
a. Brang-barang yang harus disediakan 1 (satu) unit komputer PC/Laptop dan Printer, Alat Ukur Lainnya, dengan sewa
fasilitas lain untuk kantor, ATK dan bahan habis pakai serta biaya pembuatan dan Penggandaan Laporan dan
dokumen lain yang dibutuhkan dapat dimasukkan dalam usulan biaya yang diajukan oleh Konsultan.
b. Fasilitas kendaraan Bermotor roda dua yang dibutuhkan oleh Field Supervision Team, dapat dimasukan dalam usulan
biaya yang diajukan oleh Konsultan dan disesuaikan dengan kebutuhan lapangan serta diadakan dengan cara sewa.
14. Lingkup Kewenangan Penyedia Jasa
1. Tahap Pengumpulan Data Lapangan/survey;
2. Tahap Analisa Data Lapangan dan penggambaran (shop drawing);
3. Tahap Perencanaan dan Perancangan bangunan;
4. Tahap Penggambaran Akhir Perencanaan :
- Kegiatan jasa konsultansi ini harus dilaksanakan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, Kab. Bolaang
Mongondow Provinsi Sulawesi Utara.
5. Tahap estimasi biaya;
6. Tahap penyusunan Spesifikasi teknis;
15. Jangka Waktu Penyelesaian Kegiatan
Jangka waktu pelaksanaan kegiatan ini diperkirakan 1,5 Bulan (45 Hari Kalender)
16. Personil
Posisi Kualifikasi Jumlah Orang Bulan

Tenaga Ahli :
Team Leader/Arsitek Min. S1 Arsitek 1
Ahli Teknik Sipil Min. S1 Sipil 1
Ahli Elektrikal Min. S1 Elektro 1
Tenaga Pendukung :
Drafter/Juru Gambar Min. D3 Arsitektur 1
Estimator/Estimasi Biaya Min. D3 Sipil 1
Surveyor/Juru Ukur Min. STM 1
Tenaga Administrasi Min. SMA/SMK 1
Seluruh pekerjaan perencanaan Peningkatan Puskesmas Menjadi Puskesmas Perawatan Tanoyan Kabupaten Bolaang
Mongondow akan diketuai oleh seorang ahli dalam bidang Arsitektur bangunan yang juga akan bertindak selaku Team
Leader. Team Leader akan dibantu oleh Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung.
Secara umum kriteria dan tugas serta tanggung jawab masing-masing personil adalah sebagai berikut:
1. Team Leader/Ahli Arsitektur Lansekap (1 Orang)
Posisi ini dipegang oleh seorang Sarjana (S1) Arsitektur yang sudah berpengalaman profesional minimal 3 tahun
dalam bidang desain arsitektur bangunan gedung, memiliki sertifikat keahlian (SKA) Arsitek – Madya serta
berpengalaman mengkoordinasikan pekerjaan serta telah pernah menjadi Team Leader dari satu atau dua proyek
perencanaan bangunan gedung.
Team Leader bertanggung jawab terutama atas pengendalian seluruh pelaksanaan pekerjaan perencanaan
berdasarkan ketentuan dan persyaratan yang telah ditentukan dalam dokumen kontrak.
2. Ahli Tehnik Sipil (1 Orang)
Posisi ini dipegang oleh seorang Sarjana (S1) Teknik Sipil yang sudah berpengalaman profesional minimal 3 tahun
dalam bidangnya dan memiliki sertifikat keahlian (SKA) Ahli Teknik Bangunan Gedung - Madya.
Adapun tugas dari Ahli Teknik Sipil adalah sbb :
- Mengidentifikasi Dan Merumuskan Teknis perencanaan bangunan
- Mengupayakan dan menyimpulkan hasil pengujian hasil survey tanah
- Membuat konsep dasar outline sistim struktur, rencana struktur serta perhitungan awal struktur
- Menentukan spesifikasi bahan dan material yang akan digunakan.
3. Ahli Elektrikal (1 Orang)
Posisi ini dipegang oleh seorang Sarjana (S1) Teknik Elektro yang sudah berpengalaman profesional minimal 3
tahun dalam bidang perencanaan kelistrikan bangunan Gedung, memiliki sertifikat keahlian (SKA) Ahli Teknik
Tenaga Listrik - Madya.
Adapun tugas dari Ahli Teknik Elektrikal adalah sbb :
- Melakukan perencanaan sistim elektrikal berdasarkan pada kebutuhan Gedung.
- Melakukan Analisa dan perhitungan kebutuhan beban serta daya listrik yang dibutuhkan.
4. Drafter/Juru Gambar (1 Orang)
Posisi ini dipegang oleh seorang lulusan min. Diploma 3 (D3) Arsitektur yang berpengalaman minimal 2 Tahun
pada bidang Penggambaran Konstruksi bangunan. Kewajiban dan tanggung jawab Drafter/Juru Gambar meliputi
penyajian gambar rencana arsitektur maupun struktur serta gambar – gambar detail yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan pembangunan.
5. Estimator (1 Orang)
Posisi ini dipegang oleh seorang lulusan Diploma 3 (D3) Teknik Sipil dengan pengalaman minimal 2 tahun di bidang
perhitungan rencana anggaran biaya pembangunan Bangunan Gedung.
Estimator dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada Tim Leader
6. Surveyor/Juru Ukur (1 Orang)
Posisi ini dipegang oleh seorang lulusan STM yang berpengalaman profesional minimal 2 tahun di bidang survey
dan pengukuran serta mampu melakukan pemetaan menggunakan alat ukur (theodolite).
Surveyor dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada Team Leader selaku Ahli Arsitektur.
7. Tenaga Administrasi (1 Orang)
Posisi ini dipegang oleh seorang minimal SMA/SMK yang berpengalaman minmal 2 tahun di bidang Administrasi
dan Keuangan. Tenaga Administrasi dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada Team Leader.
17. Jadwal Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
a. Persiapan;
b. Pengumpulan Data Lapangan :
- Identifikasi Pendahuluan (Reconnaissance Survey);
- Identifikasi Detail;;
- Survey Keadaan Lapangan
- Analisa Data Lapangan;
- Sketsa lapangan sesuai peta;
c. Penggambaran desain;
d. Perhitungan perkiraan biaya konstruksi;
e. Pelaporan kepada PA/PKA/PPK;
f. Pemerikasaan gambar - gambar pelaksanaan/shop drawing;
g. Laporan hasil perencanaan.
18. Lapopran Akhir Hasil Perencanaan
Laporan Perencanaan memuat :
1) Rangkuman kegiatan yang telah dilakukan.
2) Uraian kegiatan semua hasil perencanaan yang telah dilakukan.
3) Foto Dokumentasi pelaksanaan perencanaan dari awal sampai akhir.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya : 45 (empat puluh lima) hari kalender sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5
(lima) buku laporan dan Flash Disk.
19. Produksi Dalam Negeri
Semua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan KAK ini harus dilakukan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia
kecuali ditetapkan lain dalam KAK dengan pertimbangan keterbatasan kompetensi dalam negeri.
20. Persyaratan Kerja Sama
Jika kerjasama dengan penyedia jasa konsultansi lain diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan jasa konsultansi ini maka
persyaratan berikut harus dipatuhi :
(Tidak ada)
21. Pedoman Pengumpulan Data Lapangan
Pengumpulan data lapangan harus memenuhi persyaratan berikut:
a. Persiapan;
b. Pengumpulan Data Lapangan :
- Survey Pendahuluan (Reconnaissance Survey)
- Survey Detail :
 Kondisi lapangan saat teraktual;
 Mutu Bahan/material yang digunakan;
 Survey Upah regional;
 Semua kewajiban yang harus dilakukan oleh Konsultan Perencana.
c. Perencanaan Teknis :
- Analisa Data Lapangan;
- Penggambaran, Perhitungan dan pelaporan.
d. Penyimpanan Dokumen.
22. Alih Pengetahuan
Jika diperlukan, Penyedia Jasa Konsultansi berkewajiban untuk menyelenggarakan pertemuan dan pembahasan dalam
rangka alih pengetahuan kepada KPA/Pejabat Pembuat Komitmen/Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.

4.3. TANGGAPAN DAN SARAN


Kami beranggapan bahwa apa yang telah disajikan pada Kerangka Acuan Kerja (KAK) cukup jelas yaitu maksud dan
tujuan yang hendak dicapai dalam pekerjaan “Jasa Konsultansi Perencanaan Peningkatan Puskesmas Menjadi
Puskesmas Perawatan Tanoyan”, namun ada beberapa hal yang perlu kami tanggapi yaitu :
1. Dalam penjelasan tentang Kerangka Acuan Kerja (KAK). Bahwa masa Perencanaan adalah 45 (Empat Puluh Lima)
Hari Kalender. Menurut kami, itu merupakan waktu yang kurang cukup untuk melaksanakan perencanaan yang
optimal, mengingat lingkup pekerjaan yang membutuhkan analisa rancangan dengan tingkat detail yang tinggi,
namun dengan tenaga ahli yang kami miliki kami yakin bisa menyelesaikan pekerjaan tersebut tepat pada
waktunya. Agar mendapatkan hasil Perencanaan yang Optimal dibutuhkan Pengarahan Tenaga Ahli dan tenaga
pendukung yang cukup dan pengaturan jadwal kegiatan secara efisien, karena dalam Perencanaan sangat
membutuhkan waktu, terutama untuk Pendataan / Survey Lapangan serta Pengolahan Data Hasil Survey.
2. Pada perencanaan bangunan Konsultan akan berpedoman pada ketentuan petunjuk teknis yang disyaratkan
instansi terkait, persyaratan teknis pada bangunan dan analisis perencanaan.
3. Perihal Personil/Tenaga Ahli dan Pendukung yang tertuang dalam KAK Pekerjaan ini, menurut kami Tenaga
Surveyor perlu ditambahkan menjadi 2 Orang, guna mempercepat proses pengumpulan data lapangan dan
pengukuran eksisting lokasi rencana pembangunan, pun guna menjaga margin of error dari personil tersebut.
4. Fasilitas ruang kantor, Selama melaksanakan pekerjaan ini, dibutuhkan Ruang Kantor dan Tempat Tinggal di
Lokasi Kegiatan kabupaten/kota, oleh karenanya dalam usulan teknis ini diusulkan penyediaan fasilitas ruang
kantor beserta Mess beserta fasilitas dan kelengkapan untuk menunjang terlaksananya Pekerjaan.
5. Pada Biaya langsung Personil Konsultan / Tenaga ahli akan merifer pada Standard Upah yang dikeluarkan Inkindo
dan merifer dari KEPMEN-PUPR Nomor 987/KPTS/M/2017, tentang Besaran Remunerasi Minimal Tenaga Kerja
Konstruksi Pada Jenjang Jabatan Ahli Untuk Layanan Jasa Konsultansi Konstruksi, sebagaimana yang telah
disebutkan dalam Kerangka Acuan Kerja point Referensi Hukum.
6. Pada point Keluaran yang tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini disebutkan bahwa konsultan perencana
harus memasukkan Dokumen Perencanaan berupa, yaitu : Gambar, RAB, Spesifikasi Teknis, Laporan Perencanan
dan soft copy file. Kami beranggapan, bahwa mengingat tingkat pekerjaan yang akan dilaksanakan cukup detil
pada setiap prosesnya, maka sebaiknya ditambahkan dalam Dokumen Perencanaan konsultan berupa Laporan
Pendahuluan, Laporan Antara dan Laporan Akhir, sehingga proses konsultansi dan asistensi dapat terbangun
sebijaksana mungkin guna mewujudkan maksud, tujuan serta sasaran dari kegiatan ini.
7. Dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) kegiatan pekerjaan jasa konsultansi kali ini pada point Lingkup Kegiatan tidak
disebutkan Ruang Lingkup Pekerjaan Instalasi Sistem Kelistrikan, sehingga menjadi tidak terintegrasi dengan
komposisi Tenaga Ahli (Ahli Elektrikal) yang diminta untuk menyelesaikan pekerjaan ini.
8. Pada point Referensi Hukum yang ada dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini menurut kami perlu juga
ditambahkan hal ihwal yang berkaitan dengan standar teknis ataupun petunjuk teknis Bangunan Puskesmas
Perawatan/Rawat Inap yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan. Sehingga dengan itu tahap-tahap
perancangan dan perencanaan dapat memenuhi standar bangunan/gedung Puskesmas Perawatan terutama dari
sisi sirkulasi pengguna dan kebutuhan-kebutuhan ruangan penunjang.
Secara keseluruhan apa yang telah disebutkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) sudah sangat jelas. Dan sebagai
penyedia jasa konsultansi yang berpengalaman dan telah pernah melaksanakan pekerjaan sejenis seperti kegiatan kali
ini, maka kami menyatakan dapat memenuhi semua yang ada didalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) pada dokumen
pengadaan pekerjaan “Jasa Konsultansi Perencanaan Peningkatan Puskesmas Menjadi Puskesmas Perawatan
Tanoyan”. Demikan tanggapan dan saran dari kami, semoga bermanfaat bagi pengembangan pembangunan
kedepannya.
PENDEKATAN METODOLOGI
DAN PROGRAM KERJA
5.1 URAIAN PENDEKATAN TEKNIS
Dalam menetapkan Metodologi, terlebih dahulu perlu dibuatkan mekanisme tahapan proses pelaksanaan kegiatan yang
menggambarkan secara bertahap sesuai dengan tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh tim konsultan, secara
sistimatis dan menyeluruh. Proses perancangan Desain Bangunan pada prinsipnya merupakan upaya memecahkan
masalah kehidupan yang berkaitan dengan sebuah bangunan, yang bertujuan untuk merespon manusia terhadap
bangunan maupun ruang. Untuk dapat memecahkan masalah secara utuh maka diperlukan sebuah konsep perancangan
yang tepat. Keberhasilan konsep perancangan tergantung pada pendekatan yang dilakukan dalam proses
penyusunannya. Masalah yang harus dipecahkan dalam proses desain bangunan akan berkaitan dengan masalah fisik
dan non fisik. Masalah fisik berkaitan dengan kondisi Bangunan, ruang yang terdiri atas unsur lantai, dinding, plafon,
perabot, utilitas seperti jendela untuk memasukan cahaya alam, ventilasi untuk mengalirkan udara alami, pintu untuk
mengakses hubungan antar-ruang, mekanikal dan elektrikal seperti saluran perlistrikan dan perpipaan. Masalah non fisik
berkaitan dengan faktor manusia seperti kondisi psikologis, sosial dan budaya yang membentuk persepsi-persepsi dan
perasaan terhadap suasana ruang dan bangunan tertentu. Keberadaan sebuah konsep desain dalam perancangan
bangunan sangatlah penting. Dengan adanya konsep maka seluruh permasalahan yang akan dipecahkan dalam
perancangan diformulasikan ke dalam satu perumusan yang bersifat abstrak, sebagai landasan atau panduan untuk
diterjemahkan ke dalam tataran teknis, yaitu penerapan dari abstraksi konsep ke dalam perwujudan nyata yang dapat
terukur dan tergambar secara visual. Dengan demikian maka diharapkan konsep desain akan dapat mengikat hasil
perancangan menjadi sebuah desain yang terintegrasi secara utuh.

5.1.1 Mekanisme proses kegiatan


Mekanisme proses kegiatan Perencanaan Peningkatan Puskesmas Menjadi Puskesmas Perawatan Lokasi
Kecamatan Lolayan, yang kemudian akan dijadikan sebagai acuan pedoman standar tim konsultan perencana dalam
melaksanakan kegiatan perencanaannya. Mekanisme proses tahapan ini dibuat berdasarkan rencana kerja yang
disusun oleh tim konsultan perencana, yang kemudian diurutkan berdasarkan standar teknis pelaksanaannya SOP.
Dari mekanisme proses ini, tim konsultan baru dapat merumuskan dan menetapkan konsep pendekatan dan
metodologi yang akan diterapkan pada setiap tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan, sehingga dengan demikain
antara kegiatan dan Meotologi yang akan diterapkan memiliki korelasi, koneksitas dan konsistensi yang lebih akurat
dan terarah. Pendekatan konseptual dapat dibangun dengan cara memahami beberapa hal, meliputi: komponen
pemahaman desain, skema perancangan analitis, pemetaan pola pikir desain, metode pendekatan desain, dan di
akhiri dengan perumusan konsep desain. Dengan memahami hal-hal tersebut maka sebuah permasalahan desain
yang kompleks dapat disederhanakan ke dalam klasifikasi yang jelas dan sistematis, sehingga proses penyusunan
konsep perancangan yang tepat dapat dilakukan dengan lebih mudah. Konsep yang tepat pada akhirnya akan mampu
mengikat hasil perancangan menjadi sebuah desain yang terintegrasi secara utuh. Dengan menggunakan metolodogi
desain yang sistematis (systematic design method)1, maka upaya pemecahan permasalahan dapat dilakukan dengan
mendeskripsikan permasalahan tersebut dengan cara mendata secara lengkap untuk kemudian diuraikan satu persatu

1 Metodologi ini dimaksudkan untuk: (1) mengurangi jumlah kesalahan desain, redesain dan penundaan, (2) memungkinkan untuk lebih
imajinatif dan perancangan-perancangan lebih lanjut (Jones dalam Cross, 1984).
secara bertahap dalam bentuk analisis masalah. Setelah itu akan ditemukan titik-titik permasalahan yang menjadi
bahan untuk menetapkan rumusan permasalahan. Dari rumusan permasalahan maka akan dimunculkan program
kebutuhan perancangan berupa daftar yang berisi hal-hal yang harus dipenuhi dalam perancangan. Setelah program
kebutuhan perancangan ditemukan maka proses pencarian ide-ide desain pun dimulai. Proses penggalian ide-ide
awal ini disampaikan dalam bentuk gambar-gambar skematik atau sering disebut sebagai skematik desain. Dalam
proses pengembangan skematik desain itulah sering terjadi kesulitan karena alternatif-alternatif pengembangan
desain dapat simpang siur antara satu alternatif terhadap alternatif yang lain. Oleh karena itu ketika proses skematik
desain berlangsung maka desainer harus mulai merumuskan apa yang disebut sebagai konsep desain.

5.1.2 Pendekatan Aspek Kajian


Hal pertama yang perlu dilakukan untuk merumuskan pendekatan konseptual dalam proses perencanan kali ini adalah
memahami tentang hakekat desain yang secara umum dapat dibagi ke dalam tiga komponen, yaitu:
(1) desain sebagai perwujudan nilai simbolik dan budaya,
(2) desain sebagai pemecahan masalah teknis, dan
(3) desain sebagai perwujudan nilai ekonomis.
Sebagai perwujudan nilai simbolik dan budaya, maka desain dapat dikaitkan dengan faktor nilai, pandangan hidup,
kepercayaan, mitos, dan lain-lain. Disini desain merupakan sarana untuk menginterpretasikan nilai-nilai, pandangan
hidup, kepercayaan, mitos, dan lain-lain ke dalam wujud materi yaitu benda konkrit yang berfungsi untuk
mengungkapkan sesuatu nilai budaya tertentu. Dengan demikian maka desain dikonsentrasikan pada olah bentuk,
komposisi dan kombinasi dari bahan, proporsi, tekstur, warna, dan unsur-unsur detail lainnya. Jadi, dalam konteks ini
desain dipahami sebagai seni. Untuk mampu memahami desain sebagai perwujudan nilai simbolik dan budaya maka
diperlukan suatu pengalaman mental tertentu. Jadi seseorang perlu masuk ke dalam konteks pemahaman budaya
tertentu baik secara alami (dengan sendirinya) maupun disengaja (dengan mempelajari). Komponen pertama ini
banyak ditemukan pada masyarakat tradisional atau etnik, dimana benda-benda di sekitar lingkungan kehidupan
mereka didesain berdasarkan keterkaitannya dengan nilai-nilai, pandangan hidup, kepercayaan, mitos, dan lain-lain.
Anggota masyarakat tradisional secara otomatis akan memiliki pengalaman mental melalui kehidupan sehari-hari
mereka sehingga untuk memahami nilai-nilai simbolik pada desain benda-benda di sekitar mereka, mereka akan
mudah melakukannya. Orang yang bukan anggota masyarakat tradisional tertentu perlu belajar untuk mampu
menyusun pengalaman mental tersebut. Dalam kehidupan masyarakat modern, nilai simbolik dan budaya banyak
ditemukan pada desain-desain ruang budaya (cultural space) seperti bangunan religius, museum, city hall, Sekolah,
dan lain-lain. Nilai-nilai simbolik yang ada pada desain-desain tersebut bertujuan untuk memberikan interpretasi atas
peradaban (civilization) sebuah masyarakat modern. Sebagai pemecahan masalah teknis maka desain dapat dikaitkan
dengan faktor fungsional. Disini desain merupakan sarana untuk memenuhi kebutuhan fungsi-fungsi dalam kehidupan
sehari-hari. Pemahaman ini muncul sejak adanya revolusi teknik pada era revolusi industri. Desain bukan lagi
dipandang sebagai seni melainkan lebih kepada ilmu teknik (engineering). Desain dipelajari dan dikembangkan secara
ilmiah dengan pendekatan-pendekatan empirik untuk memberikan pemecahan masalah (problem solving) secara
objektif dan hasil temuannya dapat digeneralisasikan. Hasil atau wujud konkrit dari pemahaman desain sebagai
pemecahan masalah teknis adalah desain-desain modern yang mengutamakan fungsi teknis, oleh karenanya desain
menjadi bersifat mekanis dan rakitan. Hal ini dapat dilihat contohnya seperti penggunaan bahan-bahan industrial yang
standar, homogen dan dapat dirakit secara cepat dan mudah serta hasilnya kuat atau optimum secara teknis. Wujud
yang tercipta biasanya bentuk-bentuk standar yaitu geometris, menggunakan bahan, konstruksi, tekstur, pewarnaan
dan finishing secara lugas dan produknya homogen. Sebagai perwujudan nilai ekonomis maka desain dapat dikaitkan
dengan faktor investasi atau komoditas. Disini desain merupakan solusi untuk memberikan keuntungan ekonomis
dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Sama halnya dengan pemahaman yang kedua di
atas, pemahaman desain sebagai perwujudan nilai ekonomis muncul sejak adanya revolusi dibidang ilmu sosial
khususnya ilmu ekonomi di era revolusi industri. Hal ini kemudian berkembang seiring dengan perkembangan budaya
konsumsi masa yang melahirkan gaya hidup modern (modern life style). Gaya hidup modern itu sendiri didasari oleh
suatu nilai baru yaitu pencitraan (image projection). Pencitraan diciptakan untuk mendukung keberlangsungan budaya
konsumsi masa. Dari pencitraan inilah muncul apa yang disebut sebagai trend. Trend dalam dunia desain dapat
diartikan sebagai kecenderungan dalam mengikuti dan menggunakan model desain tertentu dalam kurun waktu yang
sementara. Trend ini selalu diciptakan dan disurutkan supaya orang terus melakukan konsumsi atas model desain
yang terbaru. Oleh karena itu desain sebagai perwujudan nilai ekonomis dapat dipahami melalui pencitraan.
Pencitraan ini selalu dikaitkan dengan produk konsumsi, yang dalam dunia desain hal ini berkaitan dengan ruang-
ruang komersial (commercial space) seperti perwujudan citra merek dagang (brand image) pada penataan outlet
pertokoan, waralaba (frenchise), dan sebagainya. Langkah Kedua yang perlu dilakukan untuk merumuskan
pendekatan konseptual dalam proses perencanaan kali ini adalah memahami tentang skema perancangan atau
pentahapan-pentahapan dalam perancangan. Karena perancangan Bangunan pada umumnya memiliki kompleksitas
permasalahan yang relatif tinggi, maka metode yang paling banyak digunakan adalah metode analitis (analitical
method). Hal ini mengacu pada metodologi desain sebagai formulasi dari apa yang dinamakan “berpikir sebelum
menggambar” (“thinking before drawing”)2. Metode ini merupakan metode dasar yang didalamnya dapat dipilah lagi
dalam metode-metode pendekatan yang lebih spesifik yang akan diuraikan dalam pembahasan selanjutnya. Dalam
metode analitis ini hasil rancangan akan sangat dipengaruhi oleh proses yang dilakukan sebelumnya. Proses tersebut
meliputi penetapan masalah, pendataan lapangan, literature, tipologi, analisis pemrograman, sintesis, skematik
desain, penyusunan konsep dan pewujudan desain.
Gambar : Skema Perancangan Metode Analitis

PROBLEMA
Umpan balik

DATA
Lapangan, Literatur, Tipologi

ANALISIS PROGRAMMING

SINTESIS
Simpulan Awal
Alternatif-Alternatif

SKEMATIK DESAIN KONSEP DESAIN

PRODUK DESAIN

2 Thinking before drawing menyatakan adanya suatu disiplin dari perancang dalam aktivitas merancang, dan ini mengarah ke suatu
pertimbangan akan perlunya suatu strategi dalam perancangan. Para ahli teori menyatakan bahwa pembentukan suatu strategi, yang mereka
istilahkan proses, akan tidak saja memberi perancang suatu kerangka yang tertib yang bisa diandalkan, tetapi juga akan membuat suatu tim
perancang bekerja dengan lebih efisien. Semua proses ini bersandar pada suatu prosedur kerja yang bertahap-tahap, secara linier atau
melingkar, dengan atau tanpa umpan balik (Jones, 1971 & Broadbent, 1973 dalam Mark I. Aditjipto, 2002).
Untuk memunculkan sebuah kebutuhan perancangan maka hal pertama yang perlu dilakukan adalah menemukan
permasalahan3. Permasalahan disini akan selalu dikaitkan dengan faktor manusia sebagai penggunanya, yang
menghadapi kendala-kendala dalam merespon keberadaan suatu massa bangunan maupun ruang tertentu, baik itu
disadari maupun tidak. Untuk kendala yang dapat diasadari oleh penggunanya, maka pengguna itu sendiri yang
menetapkan permasalahan; sedangkan untuk kendala yang tidak disadari maka desainer sebagai orang yang
menguasai teori dan aplikasi perancangan akan dapat memiliki kepekaan untuk menemukan kendala-kendala
tersebut4. Langkah selanjutnya adalah melakukan pendataan. Pendataan dapat dilakukan setidaknya dari lapangan,
yaitu kondisi objek yang akan dirancang meliputi data fisik (unsur pembentuk dan pengisi Bangunan, ukuran-ukuran,
material, kondisi udara, suara, cahaya dan lain-lain) dan data non fisik (lingkungan sosial, ekonomi, budaya, psikologis
dan lain-lain). Data lainnya adalah data literatur. Data literatur sangat penting untuk dijadikan tolok ukur perancangan.
Data literatur disusun berdasarkan tingkat kebutuhannya untuk menilai hasil pendataan fisik dan non fisik. Data literatur
dapat disusun secara tekstual maupun tidak. Apabila literatur-literatur itu bersifat umum dan formalistik maka tidak
perlu dicantumkan dalam pendataan, karena mudah dimengerti secara umum. Literatur yang spesifik yang berkaitan
dengan permasalahan utama perancangan penting untuk dicantumkan secara mendetail dalam proses pendataan.
Jenis data ketiga adalah data tipologi, yaitu berupa data lapangan yang diambil dari lokasi berbeda namun memiliki
tipe yang sama dengan data lapangan yang menjadi objek perancangan. Data tipologi ini berfungsi sebagai
pembanding atas data lapangan. Disamping itu data tipologi juga dapat digunakan sebagai tolok ukur untuk membantu
kasus-kasus perancangan yang sulit dicari literaturnya. Setelah data terkumpul lengkap maka langkah selanjutnya
adalah melakukan analisis. Tahap ini merupakan tahap pemrograman, yaitu membuat program-program kebutuhan
desain berdasarkan hasil-hasil analisis. Semakin data yang dihimpun lengkap maka hasil analisis pun dapat semakin
tuntas sehingga program-program kebutuhan yang dimunculkan akan dapat menjadi acuan yang dapat dipenuhi. Hasil
analisis program merupakan dasar dalam menarik sintesis berupa kesimpulan-kesimpulan awal yang dapat dijadikan
alternatif-alternatif arah perancangan. Dari sinilah proses perancangan dapat dipecah menjadi dua jalur yaitu membuat
skema-skema pemecahan masalah perancangan atau skematik desain dan disisi lain mulai memformulasikan konsep
desain yang dijadikan pengikat arah perancangan. Skematik desain dan konsep dasar desain ini dapat dievaluasi
sebelum dikembangkan lebih lanjut menjadi sebuah produk desain berupa gambar-gambar penyajian. Produk desain
ini juga perlu dievaluasi berdasarkan program-program yang ditetapkan dalam analisis pemrograman melalui sebuah
proses umpan balik (feed back).5 Pembahasan langkah kedua tentang skema perancangan merupakan pembahasan
dari sisi objek perancangan. Oleh karena itu, Langkah Ketiga yang perlu dilakukan untuk merumuskan pendekatan
konseptual dalam proses perancangan bangunan adalah memahami tentang pemetaan pola pikir desain, yaitu posisi

3 Dalam morfologi penyelesaian masalah, Jaques menjelaskan bahwa masalah merupakan penyelesaian itu sendiri. Masalah-masalah yang
mendasar dalam tiap-tiap bidang perancangan pada dasarnya telah berulangkali diselesaikan dan telah dikenali dengan baik. Hal ini
memungkinkan terjadinya akumulasi pengetahuan terhadap cara penyelesaian masalah yang mengakibatkan adanya landasan untuk
memunculkan versi penyelesaian masalah yang baru berangkat dari hal-hal yang telah sering dilakukan (Jaques dalam Evans, 1982).
4 Dalam hal nilai, Jaques menjelaskan bahwa orang harus ditunjukkan apa yang semestinya diinginkan. Desainer memiliki persepsi dan

kepekaan yang lebih tinggi terhadap nilai-nilai sosial dan budaya melampaui apa yang dimiliki orang awam. Hal ini merupakan tanggung jawab
para desainer untuk mengembangkan dan menanamkan nilai-nilai tersebut bagi kepentingan masyarakat. Hal ini membutuhkan keteguhan
dalam penciptaan hasil akhir dan cara hidup yang orang awam tidak akan tahu bahwa mereka sesungguhnya membutuhkannya hingga
mereka sungguh-sungguh mengalaminya sendiri. Hal tersebut merupakan tugas para desainer untuk memberikan kepada masyarakat apa
yang mereka tidak pernah impikan bahwa mereka dapat memilikinya, oleh karena itu akan ada gunanya untuk memberikan konsultasi kepada
mereka (Jaques dalam Evans, 1982).
5 Bentuk dasar dari metode perancangan analitis ini dijelaskan oleh Luckman tersusun atas: (1) analisis: pengumpulan dan pemilahan semua

informasi yang relevan berkaitan dengan masalah desain yang ditangani, (2) sintesis: formulasi penyelesaian yang potensial atas bagian-
bagian dari permasalahan yang memungkinkan ketika pengambilan keputusan atas informasi telah terpenuhi di tahapan analisis, (3) evaluasi:
usaha pengambilan keputusan dengan menggunakan beberapa kriteria yang diantara pemecahan-pemecahan masalah yang memungkinkan
merupakan yang paling bisa menjawab permasalahan secara memuaskan (Luckman dalam Cross, 1984).
desainer dalam kaitannya dengan cara berpikir terhadap objek yang dirancang6. Untuk memposisikan diri sebagai
desainer maka seseorang setidaknya memiliki tiga materi yaitu tapak (site), program dan ide7.
Gambar : Pemetaan pola pikir Desain

Apabila seseorang hanya memiliki tapak dan program maka ia akan memposisikan dirinya sebagai seorang perakit.
Pekerjaan ini lebih mudah karena ia hanya dituntut untuk menghasilkan rakitan dari olah tapak dengan mengacu pada
program-program yang ditetapkan untuk mengolah tapak tersebut. Hasil dari pekerjaan ini adalah desain yang
fungsional. Sebagai sebuah rakitan maka desain ini memiliki ciri-ciri kompak, standar objektif, dan homogen.
Selanjutnya apabila seseorang hanya memiliki tapak dan ide maka ia akan memposisikan dirinya sebagai seorang
seniman. Pekerjaan ini lebih bebas karena ia dapat mengolah tapak dengan ide-idenya sendiri tanpa adanya batasan-
batasan dari program yang telah ditetapkan. Hasil dari pekerjaan ini adalah desain yang ekspresif. Sebagai sebuah
hasil ekspresi seni maka desain ini memiliki ciri-ciri bebas, tidak standar, subjektif, dan khas atau unik. Selanjutnya
apabila seseorang hanya memiliki program dan ide maka ia akan memposisikan dirinya sebagai seorang pemimpi.
Pekerjaan ini lebih idealis karena ia dapat mengolah program yang telah ditetapkan dengan ide-idenya sendiri tanpa
adanya tapak yang membatasi ide-ide tersebut. Hasil dari pekerjaan ini adalah desain yang eksperimental bahkan
terkadang utopis sehingga hanya ada di dalam angan-angan saja dan belum tentu dapat diwujudkan secara nyata.
Sebagai sebuah hasil pemikiran ideal yang eksperimental maka desain ini memiliki ciri-ciri sempurna, imajiner,
ideologis dan bahkan absurd. Dengan posisi desainer yang memiliki ketiga materi yaitu tapak, program dan ide berarti
seorang desainer hendaknya mampu menjembatani tiga macam posisi yaitu sebagai perakit, seniman dan pemimpi
menjadi satu kesatuan yang saling bersinergi antara satu dengan yang lain. Jadi hasil kerja desainer berupa desain
yang fungsional tetapi tetap memperhatikan ekspresi dan juga mengandung eksperimen-eksperimen untuk membuka
peluang bagi pengembangan lebih lanjut. Dengan demikian maka karya seorang desainer bukan karya yang statis
melainkan dinamis, bukan karya yang subjektif sepenuhnya melainkan tetap bisa dipertanggungjawabkan
objektifitasnya, bukan karya yang mengawang-awang melainkan realistis dan dapat diwujudkan.
Langkah Keempat yang perlu dilakukan untuk merumuskan pendekatan konseptual dalam proses perancangan
Bangunan adalah memahami tentang metode pendekatan desain. Ada banyak metode-metode pendekatan desain

6 Hal ini berkaitan dengan masalah kepercayaan, yang dijelaskan oleh Jaques bahwa orang awam harus dirubah cara berpikirnya untuk dapat
memberikan kepercayaan kepada desainer profesional yang berpengalaman. Kualifikasi profesional dan reputasi dari seorang desainer akan
memberikan jaminan bahwa hasil pemikirannya dapat dihandalkan dan tepat sesuai tujuan (Jaques dalam Evans, 1982).
7 Pemecahan desain harus merespon beraneka pembatasan, meliputi ide-ide, kondisi lingkungan dan teknis. Kondisi teknis ini berkaitan

dengan tapak. Tapak bukan sekedar latar belakang melainkan perangsang bentukan arsitektural. Tapak akan mempengaruhi zoning,
peraturan-peraturan, pembatasan-pembatasan berkaitan dengan sejarah atau pengembangan area, perjanjian akte, kesulitan-kesulitan teknis
dan nilai-nilai sosial kemasyarakatan. Segala hal yang berkaitan dengan ide dan tapak tersebut diolah dalam program. Program yang baik
semestinya dapat dikomunikasikan dengan baik, memuat segala permasalahan dalam tabel, dan mengatur lingkup dan bahkan biaya dari
sebuah proyek (Shoshkes, 1989).
yang dapat dipakai dalam proses perancangan Bangunan, meliputi metode pendekatan pragmatis, tipologis, analogis,
sintaktis, programatik, ideologis, dan substansif dsb. Metode-metode pendekatan tersebut diperlukan untuk
mewujudkan ide-ide atau gagasan yang tertuang dalam konsep menjadi sebuah desain. Jadi metode-metode
pendekatan tersebut bukan merupakan konsep itu sendiri melainkan merupakan “katalisator” konsep.

Gambar : Metode Pendekatan Desain


PENDEKATAN DESAIN
Proses Perwujudan

KONSEP DESAIN

Uraian macam-macam metode pendekatan desain ini merupakan pengembangan dari metode-metode yang
dikemukakan. Melalui metode Pendekatan Pragmatis maka olah desain dilakukan melalui proses uji coba. Hasil
desain bersifat eksploratif dan ketepatan pemecahan masalah akan diketahui setelah melalui proses evaluasi berkala.
Apabila hasil desain tidak mampu memecahkan masalah secara tepat maka akan dicoba lagi dengan alternatif
pengolahan yang lain, demikian seterusnya hingga sampai pada batas tertentu hasil olah desain dianggap optimal.
Melalui metode Pendekatan Tipologis maka olah desain dilakukan dengan cara mencontoh model yang pernah
dilakukan orang lain yang dianggap berhasil. Hasil desain bersifat imitatif tipikal dan ketepatan pemecahan masalah
akan diketahui bila hasilnya memiliki tingkat kesesuaian yang tinggi dengan model yang dijadikan acuan. Melalui
metode Pendekatan Analogis maka olah desain dilakukan dengan cara membandingkan dari bentuk dan mungkin
konstruksi yang didapat dari alam atau lingkungan disekitarnya. Hasil desain bersifat imitatif analogi dan ketepatan
pemecahan masalah akan diukur melalui kesamaan sifat atau karakter desain dengan bentuk benda yang dijadikan
analognya. Melalui metode Pendekatan Sintaktis maka olah desain didasarkan pada seperangkat aturan, dalam hal
ini kebanyakan adalah aturan-aturan geometris. Hasil desain bersifat material terstruktur dan ketepatan pemecahan
masalah akan diukur melalui kesesuaian wujud fisik desain dengan aturan-aturan komposisi bentuk. Melalui metode
Pendekatan Programatis maka olah desain didasarkan pada seperangkat aturan program. Hasil desain bersifat
material-kuantitatif dan ketepatan pemecahan masalah akan diukur melalui kesesuaian wujud fisik desain dengan
program yang telah ditetapkan. Melalui metode Pendekatan Ideologis maka olah desain didasarkan pada cita-cita
yang dipegang sebagai tujuan berdasar faham-faham tertentu yang diyakini sebagai sebuah kebenaran mutlak. Hasil
desain bersifat ideal menurut faham yang dianut dan ketepatan pemecahan masalah diukur melalui kesesuaian
dengan wujud-wujud yang dianggap mampu merefleksikan nilai-nilai dari faham tersebut. Melalui metode Pendekatan
Substansif maka olah desain didasarkan pada hakikat atas apa yang dirancang. Hasil desain diarahkan untuk
menemukan kebenaran yang mendasar atau hakiki dan ketepatan pemecahan masalah diukur melalui prinsip-prinsip
kebenaran dasar tersebut. Kebenaran dasar tersebut ditemukan melalui penjelajahan nilai-nilai filsafat.
Dari metode-metode pendekatan di atas maka penggunaan metode pendekatan pragmatis, tipologis, analogis, dan
sintaktis biasanya mampu menghasilkan desain yang dapat diwujudkan secara nyata karena nilai-nilai yang dijadikan
tolok ukur lebih bersifat konkrit. Sementara itu penggunaan metode pendekatan ideologis dan substansif belum tentu
dapat menghasilkan desain yang aplikatif karena nilai-nilai yang dijadikan tolok ukur kadang lebih bersifat abstrak.
Semua metode pendekatan di atas merupakan bagian dari metode analitis yang mengacu pada metolodogi desain
yang sistematis (systematic design method). Dalam membuat perencanaan ini perlu dilakukan pendekatan teori dan
aplikasi terhadap beberapa faktor yang mendasar dalam pembuatan desain perencanaan yang antara lain faktor:
peruntukan bangunan, fungsi utama bangunan, dan fungsi yang lainnya, kondisi lahan ditinjau dari aspek teknis dan
non teknis, perkiraan anggaran biaya yang tersedia, analisis tapak exsisting, dan proyeksi kebutuhan akan
bangunan/ruangan. Lingkungan budaya masyarakat setempat, sasaran dan tujuan yang ingin dicapai dari keadaan
dari keberadaan bangunan. Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh konsultan perencana dalam merencanakan
pekerjaan ini, harus memperhatikan kriteria umum perencanaan bangunan berdasarkan fungsi dan kompleksitas
bangunan ruang yang direncanakan, yang meliputi:
1. Persyaratan Peruntukkan dan Intensitas
 Menjamin Pembangunan, didirikan berdasarkan ketentuan tata ruang dan bangunan yang telah ditetapkan
pemerintah daerah.
 Menjamin Pembangunan, dibangun sesuai dengan fungsinya.
 Menjamin keselamatan pengguna bangunan, Masyarakat dan lingkungannya akibat kegagalan bangunan.
2. Persyaratan Lingkungan
 Menjamin terwujudnya Pembangunan yang didirikan berdasarkan Karakteristik lingkungan, ketentuan
perwjudan bangunan, dan budaya Daerah, sehingga terdapat keseimbangan, keselarasan, keserasian
dengan lingkungannya berupa lingkungan fisik, social dan Budaya.
 Menjamin Pembangunan berwawasan lingkungan.
3. Persyaratan Struktur
 Menjamin terwujudnya Pembangunan yang dapat memdukung beban akibat perilaku alam dan manusia.
 Menjamin Keselamatan manusia akibat kegagalan struktur.
 Menjamin kepentingan manusia dari kehilangan dan kerusakan benda yang di akibatkan oleh perilaku
Bangunan/Gedung/Ruangan.
 Menjamin Perlindungan lainnya dari kerusakan fisik dari kegagalan bangunan.
4. Persyratan Ruang
 Menjamin Terwujudnya Pembangunan yang memenuhi fungsi kebutuhan ruang berdasarkan fungsi
bangunan dan standar dimemsi peruntukan ruang.
 Menjamin terpenuhinya kebutuhan ruang yang aman dan nyaman.
5. Persyaratan Lokasi Site
 Menjamin lokasi site dapat mendukung terbentuknya tata ruang kota.
 Menjamin lokasi site yang aman dan memilik akses yang mudah di jangkau.
 Menjamin tersedianya lahan yang cukup untuk didirikannya bangunan.
6. Persyaratan Mekanikal Elektrikal
 Menjamin terpasangnya Mekanikal Elektrikal secara cukup dan aman dalam menunjang
terselenggarakannya kegiatan dipekerjaan pembangunan ini.
Dalam mewujudkan perencanaan yang diharapkan, maka konsultan perencana hendaknya mencari informasi yang
dibutuhkan gun mengakuratkan data dan informasi serta memeriksa kebenaran informasi yang di gunakan dalam
analisa sintesa pelaksanaan perencanaan. Data dan informasi adalah sebagai berikut :
1. Informasi tentang lahan
 Kondisi fisik lokasi, seperti: Luasan Site, batas batas lahan, kontur topografi;
 Kondisi tanah (daya dukung tanah) Hasil Soil test;
 Peruntukan lahan;
 Vegetasi;
 Kondisi Iklim (lintasan matahari, angin);
 Akses pencapaian dan sirkulasi;
 Kebisingan;
 Koefisien dasar bangunan;
 Perencanaan Ruang.
2. Informasi tentang Fungsi Pengguna
 Jumlah Pengguna;
 Aktifitas Kegiatan Pengguna, Kegiatan Utama, Penunjang, dan Pelengkap;
 Perlengkapan/peralatan khusus, jenis berat dan dimensi yang disyaratkan pengguna.
3. Kebutuhan Sarana utama dan pendukung
 Keningin tentang Organisasi pengelola dan kebutuhan pemamfaatan bangunan;
 Keinginan tentang sarana yang berhubungan dengan pemakai maupun perlengkapan yang dibutuhkan dan
digunakan dalam bangunan tersebut.
4. Kelengkapan Utilitas Mekanikal Elektrikal dan perlengkapan lainnya
 Jaringan Listrik dan kapasitas yang dibtuhkan;
 Jaringan air bersih dan kapasitas yang dibutuhkan;
 Jaringan pembuangan air kotor dan kotoran, dll.

5.1.3 Pendekatan Operasional


Konsultan diharapkan mampu memberikan jasa-jasa teknis secara efesien dan efektif dalam pelaksanaan pekerjaan
perencanaan ini, dan beberapa langkah yang dilakukan meliputi:
- Organisasi dan Staffing yaitu konsultan wajib mengajukan tim yang merupakan tenaga ahli yang berkualitas
sesuai spesialisasi yang diperlukan.
- Modulus Kerja yaitu semua pekerjaan perencanaan akan ditangani oleh konsultan dan secara proaktif
melakukan konsultasi dan koordinasi dengan direksi pekerjaan dan instansi terkait untuk memberikan hasil
yang maksimal.
- Sistem Komunikasi yaitu Team Leader bertanggung jawab terhadap aktivitas perencanaan dan hasil pekerjaan
secara keseluruhan serta dalam melaksanakan tugas tetap mengacu pada standar kerja jasa konsultasi.
5.1.4 Pendekatan Teknis
Dalam pendekatan teknis ini beberapa langkah yang harus dilakukan oleh konsultan yaitu:
- Standar yang Digunakan
Dalam perencanaan pekerjaan dan pengujian material beton yang digunakan untuk semua jenis pekerjaan
mengacu pada standar antara lain Standar ASTM, Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI 1971).
- Sistem Manajemen Proyek
Konsultan harus melaksanakan suatu sistem manajemen proyek yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan
proyek yang meliputi pengendalian jadwal, kualitas dan biaya pelaksanaan konstruksi.
- Engineering Desain Selama Masa Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan kegiatannya konsultan konsultan melakukan perubahan atau pembuatan desain apabila
terjadi perubahan desain sesuai dengan kondisi lapangan setelah melalui suatu kajian teknis.

5.2 METODOLOGI
Dengan didasari atas konsistensi pemahaman dan penyampaian tanggapan Kerangka Acuan Kerja, selanjutnya konsultan
membuat usulan inovasi terhadap penyempurnaan dari KAK serta menyusun pendekatan dan metode pelaksanaan yang
sesuai. Untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang sesuai dengan harapan dan untuk kelancaran serta terkoordinasinya
pelaksanaan pekerjaan, maka kegiatan yang paling pokok adalah dengan pendekatan operasional, pendekatan teknis
dan penyusunan metodologi pelaksanaan pekerjaan. Uraian teknis pelaksanaan pekerjaan ini menyangkut urutan dan
jenis kegiatan yang akan dilaksanakan. Pendekatan teknis merupakan pendekatan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan. Untuk memudahkan dalam pelaksanaan pekerjaan, maka harus disusun Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan.
Dimana bagan ini berisikan tahapan-tahapan pekerjaan yang akan dikerjakan, sehingga dalam penyusunan jadwal
pelaksanaan pekerjaan harus perpatokan pada Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan tersebut. Untuk pelaksanaan
Pekerjaan akan melibatkan tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan proyek dan sesuai dengan
ketetapan personil pada Kerangka Acuan Kerja. Untuk memperlancar tugas, pelaksanaan pekerjaan akan didukung oleh
fasilitas penunjang berupa peralatan yang memadai dan sistem kerja yang seefisien mungkin.

Gambar : Kerangka Berpikir Makro

Peningkatan Puskesmas Perawatan

Layanan Kesehatan Yang Bermutu

Pengembangan Yang Berasal Dari


Instansi Terkait

Rencana Jangka Panjang Untuk


Kabupaten Bolaang Mongondow
Proses kajian yang akan digunakan dalam perencanaan kali ini dilakukan dengan metode yang bersifat analisa kuantitatif
– korelatif, yaitu mencari menetapkan adanya keeratan korelasi antar fariabel, metode ini berupa paparan deskripsi atas
fenomena yang terjadi saat ini disertai data literature-literatur yang mendukung teori yang dipakai. Adapun metodologi
kerja yang akan kami lakukan dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

Gambar : Metodologi Pekerjaan


•MOBILISASI PERSONIL
•MENYUSUN PROGRAM KERJA
•KOORDINASI DENGAN INSTANSI TERKAIT
•SURVEY DATA AWAL
PERSIAPAN
•KONSEP
•SKETSA GAGASAN

•STUDI NORMA, ATURAN DAN PROSEDUR YANG BERLAKU


•STUDI TEORI DARI PRANALA LUAR
STUDI
•STUDI LAINNYA YANG BERKAITAN DENGAN PERENCANAAN
LITERATUR
•MENYIMPULKAN ASPEK FUNGSIONAL, STRUKTURAL, ARSITEKTURIAL DAN
UITILITAS, ME DAN SANITAASI UNTUK PERENCANAAN

•PENGUKURAN LOKASI DAN BANGUNAN EKSISTING


SURVEY LOKASI •MONITORING PEMERINTAH SETEMPAT

ANALISIS •ANALISA TATA LINGKUNGAN BANGUNAN GEDUNG


SINTESIS •PENENTUAN KRITERIA BERDASARKAN TERM OF REFERENCES (TOR)

•KONSEP BANGUNAN
•STRUKTUR BANGUNAN
FORMULASI •BAHAN BANGUNAN
KONSEP
•UTILITAS
PERANCANGAN
•BENTUK ARSITEKTUR
•SKETSA GAGASAN

PRA RENCANA •IMPLEMENTASI KONSEP KE DALAM DESAIN

•KOORDINASI DENGAN PEMBERI TUGAS


PENGEMBANGAN •PENYEMPURNAAN RANCANGAN
DESAIN •PENYESUAIAN DENGAN KEBUTUHAN DAN FUNGSI
KARAKTERISTIK LOKAL

Secara kuantitatif dengan mengunakan Metode Deskripsi yang membahas teknik teknik pengumpulan, pegelolaan,
analisa, Penyajian terhadap kelompok data. Analisis data secara kualitatif atau korelatif dengan melakukan beberapa
tahapan meliputi survey lokasi tapak dan objek objek komparasi untuk memperoleh data data dan komparasi yang
berhubungan dengan objek perencanaan nantinya. Dalam proses kajian ini ide perancangan yang didapat kemudian di
transformasikan kedalam bentuk tertulis maupun sketsa. Transformasi tersebut dapat digambarkan melalui usulan kajian
dengan tahapan tahapan sebagai berikut:

5.2.1 Persiapan
Koordinasi dan konsultasi internal/eksternal Dalam tahap persiapan, konsultan menyusun program kerja kegiatan
secara keseluruhan, dengan melakukan konsolidasi dan koordinasi baik dalam internal tim tenaga ahli maupun dengan
instansi terkait seperti Pemerintah Daerah setempat untuk mendapatkan pengarahan awal sebagai bahan langkah
kerja di dalam menangani pekerjaan ini. Konsultan juga akan memaparkan dan memberikan interpetasi terhadap tugas
yang diberikan dan menentukan Sasaran atau Target Proyek Perencanaan Revitalisasi Pasar Rakyat Imandi ini.
Pendataan Awal Pada tahapan ini, konsultan akan menetapkan metode survey dan perangkat yang akan digunakan,
yaitu berupa pengumpulan data primer maupun sekunder termasuk informasi yang dapat menunjang perancangan
dengan melakukan survey lapangan dan menentukan delineasi batas-batas. Selain metode, konsultan juga menyusun
instrumen analisis untuk melakukan kajian terhadap data-data yang telah terkumpul.
Konsultan juga melakukan persiapan terhadap kegiatan lain seperti administrasi proyek, penyiapan personil serta
persiapan rencana kerja dalam sebuah kerangka jadwal kerja, sehingga setelah persiapan matang dapat dilakukan
kegiatan studi lapangan dan literatur. Adapun rincian kegiatan persiapan akan meliputi:
- Interpretasi secara garis besar terhadap Kerangka Acuan Kerja;
- Koordinasi dengan pihak terkait;
- Konsolidasi Tim dan Review;
- Menyusun Jadwal (program kerja perencanaan);
- Mengumpulkan data awal (penelitian, peraturan, dan lain-lain) dan informasi lapangan (termasuk penyelidikan
tanah sederhana);
- Penyusunan Metodologi;
- Penetapan lokasi kunjungan lapangan dan dokumentasi elektronik;
- Konsep perencanaan;
- Sketsa gagasan;
- Dan konsultasi dengan pemerintah daerah setempat mengenai peraturan daerah/ perizinan bangunan.

5.2.2 Studi Literatur


Kegiatan studi literatur sangatlah diperlukan untuk mendapatkan sumber data atau bahan didalam melakukan evaluasi
terhadap produk Penyusunan Perencanaan konsep model-model bangunan gedung studi literatur/ studi terkait
meliputi:
- Studi tentang norma-norma, standar-standar, prosedur, peraturan dan lain-lain
- Studi dari text book, dan teori-teorinya
- Studi-studi yang berkaitan dengan bangunan gedung perkantoran pemerintah.
- Contoh-contoh dan studi banding dari berbagai bangunan gedung kantor pemerintah di beberapa lokasi Studi
literatur yang dapat menjadi acuan untuk aspek teknis-substansial maupun kebijakan dan peraturan yang terkait
dengan perencanaan, perancangan, persyaratan teknis, pelaksanaan pembangunan, dan pengawasan
pembangunan diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Persyaratan Teknis Bangunan Gedung (Kep. Men. PU No. 441/KPTS/1998).
b) Persyaratan Teknis Aksesibilitas pada Bangunan Gedung Umum dan Lingkungan (KepMen PU No.
468/KPTS/1998).
c) Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
(KepMeneg PU No. 1 0/KPTS/2000).
d) Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan (KepMeneg PU No. 11
IKPTS/2000).
e) KepMen Kimpraswil No. 332/KPTSIM/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung
Negara
f) Dan yang lainnya sesuai dengan ketentuan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK).
Pada tahap ini konsultan akan menggabungkan hasil-hasil studi literatur. Kemudian dari hasil studi tersebut di atas,
konsultan melakukan pengelompokan data berdasarkan aspek-aspek:
- Fungsional;
- Struktural;
- Arsitektural;
- Utilitas, ME dan Sanitasi.

5.2.3 Identifikasi Masalah


Adapun proses dan tahapan kajian yang digunakan dalam perancangan dan perencanaan ini adalah sebagai berikut.
Pencarian ide gagasan digali berdasarkan fungsi bangunan dan keinginan, ketentuan yang tertuang dalam rencana
pembangunan pemerintah, selain itu Kondisi Site dan lingkungan sekitar lokasi yang di kaitkan dengan perencanaan
Tata Ruang Kabupaten.

5.2.4 Survey Lokasi


Melakukan survey dan kunjungan lapangan yang disertai oleh Pemerintah Daerah setempat untuk melakukan
pengukuran dan penelitian tentang lokasi dan daya dukung tanah dengan tujuan untuk melihat lebih detail dan
mendokumentasikan secara elektronik lokasi rumah susun yang akan dibangun. Kunjungan ini tak terlepas dari kontrol
Pemerintah Daerah, agar dalam pembuatan rencana tapak bangunan, perkiraan biaya dan pengurusan perizinan, dan
lain-lain tidak mengalami perbedaan data. Tahapan ini dilakukan dengan metode survei yang dilakukan di lapangan,
sehingga penelitian ini bersifat deskriptif empiris. Untuk memperoleh data lapangan dilakukan dengan menggunakan
beberapa metode, yaitu melalui pengamatan (observasi), wawancara, diskusi kelompok terarah dan pencatatan
terhadap data-data yang diperlukan sesuai tujuan penelitian. Kegiatan dilaksanakan di Kelurahan Imandi. Kegiatan ini
akan difokuskan pada Pengukuran Lahan dan Bangunan Eksisting di lapangan serta identifikasi potensi dan
permasalahan yang menyangkut pengembangan yang akan digunakan sebagai dasar untuk merumuskan kebijakan
daerah guna bahan penyusunan dokumen perencanaan. Data data yang ada di lapangan sangatlah penting untuk di
gali dan di data secara sistimatis, baik berupa data primer maupun data sekunder, hal ini dilakukan baik untuk
mempertimbangkan acuan Desain maupun memperkaya alternative dalam penyelesaian permasalahan. Data primer
diperoleh dari hasil survey identifikasi langsung di lapangan dengan melihat, mendengar kondisi yang sebenarnya
pada objek yang akan di rencanakan. Data Sekunder di peroleh dari pengamatan secara tidak langsung, baik terhadap
objek data data, studi terdahulu atau literature yang menunjang pada proses kajian pada permasalahan yang ada dan
acuan dalam pengambilan alternatif Desain.

5.2.5 Analisa
Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul, maka tahapan selanjutnya yang dilakukan adalah mengelolah data
menjadi informasi dan menganalisis dalam kajian sampai didapatkan beberapa alternatif konsep penyelesaian
masalah yang terangkai dalam proses sintesa. Hasil dari Analisa dan masukan yang masih acak akan di kelompokkan
terlebuh dahulu sesuai kriteria yang di butuhkan, agar dapat menunjang keputusan Desain.
5.2.6 Sintesa
Tahapan ini merupakan tahapan kesimpulan bari berbagai alternative pemecahan masalah yang telah di identifikasi
pada tahapan sebelumnya. Pemecahan masalah ini diterjamahkan kedalam bentuk konsep konsep pendekatan
perancangan dan perancangan bangunan. Dari Konsep konsep tersebut yang kemudian dapat di transformasikan
kedalam bentuk skesa sketsa ide gagasan perancangan yang kemudian dilanjutkan dengan pembuatan gambar
gambar kerja, Denah, Tampak, Potongan, Siteplan, Layout, perspektif, Detail maupun Detail arsitektural.

5.2.7 Perancangan
Setelah melalui Tahap Sintesa, akan dihasikan berbagai macam alternatif yang selanjutnya akan dipilih alternatif yang
utama dalam penyelesaian permasalahan. Konsep Penyelesaian masalah ini akan di terjamahkan kedalam bentuk
sketsa sketsa ide awal perancangan bangunan untuk selanjutnya di sajikan dalam bentuk gambar kerja berupa Detail,
tampak, Potongan, site dan layout plant, perspektif, situasi serta detail detail arsitektural. Pada proses aktifitas
perancangan, setiap tahapan akan selalu mengalami perubahan baik penambahan maupun pengurangan, untuk
mengantisipasi hal tersebut maka diperlukan umpan balik (Feed Back) pada setiap tahapan, sehingga dapat
menghindari terjadinya kesalahan analis dan pengambilan keputusan rancangan, hasil rangcangan yang didapat akan
lebih optimal.

5.3 METODE PENGUMPULAN DATA


Pengumpulan di bagi menjadi dua ketegori antara lain:
5.3.1 Data Primer
1. Studi Lapangan
Studi lapangan lebih di tekankan pada pengamatan Objek dengan berbagai cara, antara lain: Observasi Langsung,
wawancara, maupun pengambilan data dokumentasi dan pengukuran lokasi site.
5.3.2 Data Sekunder
1. Studi Literatur
Studi literature yang dipakai meruoakan referensi dari semua jenis referensi, studi terdahulu, tesis, karya ilmiah,
hand outs laboratory manuals, arsitektur data, dan referensi referensi yang mendukung proses penyelesaian
masalah dan pengambilan keputusan desain, disamping itu penyesuaian terhadap Rencana Detail Tata Ruang
Kota (RDTRK) merupakan hal penting yang harus diperhatikan sebagai acuan dalam merancang kegiatan ini.
2. Studi Perbandingan
Studi perbandingan sebagai bahan memperkaya referensi di ambil dari beberapa literature maupun bangunan yang
telah ada yang memiliki kesamaan peruntukan fungsi sebagai bahan perbanding dalam melakukan analisis
rancangan.

5.4 METODE ANALIS DAN SINTESA


Data yang di peroleh dari analisa melalui pendekatan pendekatan perancangan yang sesuai dengan lingkup analisa yaitu,
Analisis yang dilakukan terdiri dari:

5.4.1 Analis Perilaku Aktifitas dan Ruang


Manusia sebagai pelaku utama yang beraktifitas sebagai penguna. Metode yang dilakukan adalah metode analisa
fungsional dan kedekatan fungsi dengan menentukan kebutuhan ruang yang mempertimbangkan fungsi dan tuntutan
pola aktifitas pelaku. Dari analisa fungsi pelaku dan pola aktifitas nantinya akan di dapat besaran ruang yang di
butuhkan. Ruang merupakan elemen penting dalam bangunan, didalam perencanaan ini dilakukan pendekatan-
pendekatan tertentu dalam menganalisis Bangunan/Gedung/Ruangan, Pendekatan Pendekatan tersebut Meliputi :
- Pendekatan Standar Ruang, diperoleh dari study internal standar-standar tertentu yang digunakan dalam
perencanaan ruang, seperti standar ruang berdasarkan dimensi standar ruang arsitektural, maupun standar
ruang yang dikeluarkan oleh intansi terkait yang digunakan dalam perancangan dan perencanaan ini.
- Pendekatan Komparasi, yaitu pendekatan yang diperoleh dari objek komparasi yang telah dilakukan. Alat yang
digunakan adalah konsep konsep programatik ruang berupa diagram-diagram dan sketsa.
- Pendekatan Asumsi, alat yang digunakan adalah diagram diagram alur kegitan, diagram fungsi dan sketsa
sketsa awal hubungan ruang.

5.4.2 Analisis Bangunan


Aspek bangunan merupakan objek wadah yang menampung aktifitas pelaku yang menjadi unsur fisik yang utama.
Pencitraan Bangunan sebagai identitas bangunan yang mendukung perwujudan bangunan, maka diperlukan analisis
terhadap beberapa faktor fisik bangunan yang mengacu pada kegiatan pelaku, fungsi bangunan, bentuk asitektural
lokal, kondisi alam tropis dan keselarasan bangunan terhadap lingkungan sekitarnya. Metode analisis yang digunakan
adalah metode Tipelogis dan Analogis yang digunakan untuk mengkaji bentuk dan tampilan bangunan mengingat
lokasinya terdapat di wilayah Lingkungan yang sudah ada atau Bangunan lama yang memiliki orientasi bangunan dan
View External maupun internal sebagai faktor pendukung pencitraan pada bangunan bangunan dalam meningkatkan
kualitas Lingkungannya. Metode pendekatan penerapan prinsip-prinsip Perancangan bentuk dan tampilan bangunan
serta studi bentuk dari perencanaan yang sudah ada, hasil dari studi analisis komparasi yang selanjutnya ditelaah
untuk membantu keputusan desain perancangan. Metode Pendekatan kontekstual digunakan untuk menyesuaikan
bangunan terhadap elemen-elemen bangunan disekitarnya. Alat yang digunakan adalah dengan mengunakan sketsa
dasar.

5.4.3 Analisa Tapak dan Lingkungan.


Analisa tapak yang dilakukan untuk mendapatkan data-data tentang lokasi tapak (SITE) yang berada di area
perencanaan yang meliputi : kondisi tapak, tata ruang luar, aspek mekanikal elektrikal, jaringan kota, kedudukannya
dan hubugan site terhadap lingkungan disekitarnya. Metode yang dipakai adalah metode tautan (kontekstual analisys)
dan Analis sintesa, yaitu menggambarkakan kondisi yang ada, yang kemudian dianalisis dalam bentuk evaluasi-
evaluasi existing dari tapak guna membantu menyelesaikan masalah-masalah yang disesuaikan dengan konteks tata
ruang luar, aspek utilitas, dukungan dan hubugannya dengan lingkungan sekitarnya. Alat yang digunakan: rencana
tata ruang, masterplan, foto dokumentasi bangunan-bangunan yang berada di kawasan lokasi tapak dan sketsa data
lokasi (site). Berdasarkan analisis-analisis diatas, langkah selanjutnya dengan melakukan sintesa. Sintesa merupakan
tahapan kesimpulan dari berbagai alternatif pemecahan masalah yang telah di analisis pada tahapan sebelumnya.
Pemecahan masalah ini diterjamahkan kedalam konsep-konsep dalam bentuk ferbal, grafis dan gambar sketsa. Dari
konsep ini dapat ditranspormasikan ke dalam bentuk sketsa sketsa ide perancangan yang dilanjutkan dengan gambar
kerja, denah, tampak, potongan, lay out, masterplan, detail arsitektural dsb.
5.5 METODE PERANCANGAN
5.5.1 Analisis Data
Dalam Proses Analisis dilakukan berbagai pendekatan yang merupakan satu tahapan kegiatan yang terdiri dari
rangkaian pengamatan terhadap kondisi tapak kawasan yang akan direncanakan. Proses Analisis ini yaitu: Analisis
Tapak dan lingkungan, Analisis Pelaku, Analisis Aktifitas, Analisis Ruang dan Fasilitas, Analisis bangunan, Analisis
Utilitas Mekanikal Elektrikal, yang diharapkan dapat menjawab dari tema yang diinginkan.

5.5.2 Pemecahan Masalah


Pemecahan masalah disini diharapkan bisa mengatasi permasalahan saat ini maupun mendatang, cakupan
pemecahan masalah disini hanya meliputi permasalahan yang berkaitan dengan cakupan Desain Perencanaan yang
dimaksudkan, maupun cakupan Wilayah Perencanaan yang mampu mewadahi aktivitas fungsi Bangunan/Struktur
tersebut. Pada proses kegiatan tahapan Perancangan sering kali terjadi beberapa penambahan, pengurangan bahkan
perubahan, tergantung dari masukan dan data yang digunakan sebagai analisis, untuk mengantisipasi hal tersebut
terhadap kesalahan perencanaan, maka, unpan balik (Feed Back) dilakukan pada setiap lonpatan tahapan kegiatan
sebagai langkah evalusai.
DIAGRAM POLA PIKIR PERENCANAAN

umpan balik TEMA PERENCANAAN

Point-point yang dipergunakan untuk


menganalisis

ANALISA
Analisa Tapak
Analisa Aktivitas Pelaku
Analisa Program Ruang
Analisa Bangunan

KONSEP
Konsep Dasar
Konsep Tapak
Konsep Penzoningan
Konsep perwujudan Bangunan
Konsep Sistim Struktur
Konsep Sistim Utilitas

ANALISA PROGRAM RUANG


ANALISA BANGUNAN

Sketsa PRA DESAIN

PRODUK DESAIN
5.6 PROGRAM KERJA
Program Kerja ini diuraikan dalam 5 sub pokok bahasan, yaitu :
 Pola Kerja.
 Sistematika Pengumpulan Data.
 Analisis Permasalahan dan Pemecahan Masalah.
 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan.
 Organisasi dan Personil.

5.7 POLA KERJA


Berdasarkan pemahaman terhadap kondisi dan permasalahan yang dihadapi, maka pola kerja yang harus akan dilakukan
guna menyusun rencana kegiatan / kerja antara lain:
1. Persiapan/Mengumpulkan Data, meliputi :
- Studi Literatur Dasar dasar yang dipegunakan untuk menganalisa dan pegambilan keputusan rancangan.
- Studi Internal yang berkaitan dengan Pengumpulan data Sekunder.
- Studi external yang berkaitan dengan Pengumpulan data Primer.
2. Melakukan Analisis Tapak (Site) :
- Vegetasi.
- Kondisi Iklim (lintasan angin / matahari.
- Pencapaian dan sirkulasi.
- Tata masa bangunan.
- Tata ruang dan perencanaan.
3. Melakukan Analisis Aktivitas :
- Analis Pelaku.
- Analisis Aktivitas Pelaku.
4. Membuat Analisis Program Ruang :
- Kebutuhan Ruang.
- Pengelompokan Ruang.
- Persyaratan Ruang.
- Basaran Ruang.
- Hubungan Ruang.
5. Membuat Analisis Bangunan :
- Struktur Bangunan.
- Utilitas Bangunan.
6. Membuat Konsep Perancangan :
- Dasar perencanaan.
- Tapak Layout Plan.
- Vegetasi Akustik lingkungan.
- Penghawaan dan Pencahayaan.
- Pencapaian dan sirkulasi.
- Tata massa bangunan.
- Perencanaan Ruang.
- Penzoningan area.
- Bentuk penampilan bangunan.
- Sistim struktur.
- Sistim jaringan Utilitas.
7. Membuat Gambar Pradisain Dan Desain :
- Gambar Existing Peta lokasi.
- Lay out.
- Site Plan.
- Gambar kerja.

5.8 SISTEMATIKA PENGUMPULAN DATA


1. Data Sekunder
Data sekunder diambil dari instansi yang berwenang.
Data sekunder yang diperlukan adalah :
- Rencana tata Ruang Kota RTRW.
- Persyaratan dan dimensi tata ruang.
- Dokumen / hasil studi terkait :
1. Hasil studi atau perencanaan yang terkait.
2. Hasil studi atau perencanaan sektor-sektor lain yang terkait dengan Bangunan.
3. Pemeriksaan Daya Dukung Tanah pada lahan.
2. Pengamatan di Lapangan
Ada beberapa macam survey dilapangan :
- Vegetasi.
- Kondisi iklim dan lingkungan.
- Luas lahan dan topografi.
- Tata massa bangunan.
- Pecapaian dan sirkulasi.
- Kebisingan.
- Perencanaan Ruang.
- Sarana pendukung lingkungan.
- Utilitas.

5.9 ANALISIS PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH


1. Materi yang harus dijabarkan dalam penyusunan analisa adalah :
- Analisa Tapak (Site).
- Analisa Aktivitas Pelaku.
- Analisa Program Ruang.
- Analisa Bangunan.
2. Penyusunan konsep desain :
- Konsep Dasar Rancangan.
- Konsep Perencanaan Tapak Perletakan Bangunan.
- Konsep Penzoningan Area.
- Konsep Perwujudan Bangunan.
- Konsep Sistim Struktur.
- Konsep Sistim Utilitas.
3. Pembuatan gambar desain dan pembiayaan :
- Gambar existing Peta lokasi.
- Lay out.
- Site Plan.
- Gambar kerja, Denah, Tampak, Potongan, gambar rencana, detail dan detail arsitektural.
- Estimasi Rencana Anggaran Biaya.
- Spesikasi Teknik dan persyaratanya.
4. Presentasi/Seminar Jika menmungkinkan
- Presentasi / Seminar Awal Penggalian Gagasan
- Presentasi / Seminar Hasil Perencanaan.
- Presentasi / Konsultasi Desain Hasil Desain.

5.10 JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


- Menyusun Jadwal Pelaksanaan dan tahapan kegiatan Perencanaan berdasarkan target waktu yang di tetapkan.
- Menyusun rencana kerja mobolisasi personil.

5.11 ORGANISASI DAN PERSONIL


Berdasarkan hasil pengkaijian terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK), mekanisme dan Metodologi Kegiatan yang akan
dilakukan dalam pekerjaan perencanaan dan perancangan kali ini, serta dalam rangka mengefektifkan pencapaian
sasaran dan tujuan yang ingin dicapai secara lebih optimal, maka konsultan membentuk suatu struktur organisasi
konsultan sebagaimana tergambar di bawah ini :

Gambar : Struktur Organisasi Proyek

STRUKTUR ORGANISASI PROYEK JASA KONSULTANSI


PERENCANAAN PENINGKATAN PUSKESMAS MENJADI PUSKESMAS PERAWATAN
DINAS KESEHATAN KAB. BOLAANG MONGONDOW TAHUN 2019

PEJABAT PEMBUAT Konsultan Perencana


KOMITMEN CV. ASMARA 1618
P
Garis Pengendalian CV. INDISUKO
Garis Koordinasi KONSULTAN
Team Leader

Ahli Sipil Ahli Elektrikal

Drafter, Estimator, Surveyor, Administrator


Kontribusi dari masing-masing tenaga ahli dalam setiap tahapan pelaksanaan kegiatan dan penyusunan laporan dalam
rangka pelaksanaan pekerjaan perencanaan dan perancangan kali ini, adalah sebagai berikut :
Tabel : Tugas, Tanggung Jawab serta Fungsi Tenaga Ahli

NO. TENAGA AHLI TUGAS TANGGUNG JAWAB PELAPORAN

1. Ketua Team Team Leader bertanggung jawab untuk koordinator tugas  Laporan
(Team Leader) dan tanggung jawab dari para tenaga ahli yang lain, Perencanaan (Awal,
sekaligus menerapkan prinsip manajemen dalam tim Antara & Akhir);
Identifikasi masalah
kerjanya. Team Leader akan merencanakan,
pada item-item
mengoperasikan, mendistribusikan dan mengontrol tugas pekerjaan
dari tenaga ahli. Selain itu Team Leader juga merangkap
sebagai Ahli Perencana bersama-sama dengan tenaga
ahli yang lain akan menyusun perencanaan kali ini.
2. Ahli Teknik Ahli Teknik Sipil membuat analisa struktur bangunan yang  Analisa Struktur dan
Sipil/Struktur telah didesain serta menyusun estimasi volume dan Spesifikasi Teknis
rencana anggaran biaya mengenai perencanaan terkait.
Tenaga Ahli Sipil/Struktur dibantu oleh Tenaga Estimator.
3. Ahli Teknik Elektrikal Ahli Teknik Elektrikal membuat rekayasa kehandalan  Analisa sistem
sistem kelistrikan bangunan yang telah didesain serta kelistrikan, spesifkasi
menyusun estimasi volume dan rencana anggaran biaya bahan dan alat
elektrikal.
mengenai perencanaan terkair.
4. Estimator Estimator yang cabang ilmunya berhubungan langsung  Laporan Pendukung
dengan Tim Tenaga Ahli Sipil. Estimator bertugas atau Penunjang
memberi pelaporan pendukung terkait perkembangan Perencanaan
(Estimasi Biaya);
pekerjaan perencanaan kali ini, baik kepada ketua tim
ataupun tim tenaga ahli.
5. Surveyor Melakukan fungsi dan tugasnya dalam pengambilan data  Data ukur,
ril lapangan baik sekunder maupun primer guna Dokumentasi
pengembagan perencanaan kali ini, yang kemudian Eksisting Lokasi dan
data-data penunjang
dilaporkan kepada ketua tim dan tenaga ahli yang lain.
lainnya
6. Drafter Melakukan fungsi dan tugasnya dalam input awal data-  Input & Output data
data yang didapat dari tim surveyor guna langkah awal primer maupun
rancangan desain pada pekerjaan perencanaan kali ini, sekunder
yang kemudian dilaporkan kepada ketua tim dan tenga
ahli yang lain.
7. Administrator Melakukan fungsi dan tugasnya dalam hal surat-menyurat  Seluruh Hal Tentang
maupun yang sejenis berkaitan dengan pekerjaan Administrasi dan
perencanaan kali ini, antara pengguna jasa dengan Keuangan
perusahaan dan atau antara perusahaan dengan tenaga-
tenaga pesonil.
JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
Instansi : Dinas Kesehatan Kab. Bolaang Mongondow
Pekerjaan : Jasa Konsultansi Perencanaan Peningkatan Puskesmas Menjadi Puskesmas Perawatan
Lokasi : Desa Tanoyan Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow
Waktu Pekerjaan : 45 Hari Kalender
Tahun Anggaran : 2019
Perusahaan : CV. ASMARA 1618

JADWAL PELAKSAAN PEKERJAAN


NO PEKERJAAN M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 KET
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45

1 Persiapan

Study External dan internal Survey


2
lapangan

3 Pengolahan Data dan Analisis sintesa

Penyusunan Konsep dan pembuatan


4
Gambar Desain
Penyusunan Estimasi dan
5
perhitungan Angaran Biaya
Penyusunan Spesifikasi Teknis dan
6
Syarat Syarat Teknis
Evaluasi dan Pencetakan Dokumen
7
perencanaan
Evaluasi dan Pencetakan Dokumen
8
perencanaan

9 Koordinasi / Reguler Meeting


KOMPOSISI TIM DAN PENUGASAN
Pekerjaan : Jasa Konsultansi Perencanaan Peningkatan Puskesmas Menjadi Puskesmas Perawatan
Lokasi : Desa Tanoyan Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow
Waktu Pekerjaan : 45 Hari Kalender
Tahun Anggaran : 2019
Perusahaan : CV. ASMARA 1618

A TENAGA AHLI (Personil Inti)


JUMLAH
TENAGA AHLI
NO NAMA PERSONIL PERUSAHAAN LINGKUP KEAHLIAN POSISI DIUSULKAN URAIAN PEKERJAAN ORANG
LOKAL/ASING
BULAN
1 Andhyka Hendra Asmara, ST CV. ASMARA 1618 Lokal Ahli Arsitek - Madya Team Leader Mengkoordinasi Tim Dalam Menyelesaikan Pekerjaan 1 / 1,5
2 Dewi Kartika Toligaga, ST CV. ASMARA 1618 Lokal Ahli Teknik Bangunan Gedung - Madya Tenaga Ahli Sipil Membuat & Menghitung Rekayasa Struktur Bangunan 1 / 1,5
3 Supardi Manangin, ST CV. ASMARA 1618 Lokal Ahli Teknik Tenaga Listrik - Madya Tenaga Ahli Elektrikal Membuat & Menghitung Rekayasa Sistem Kelistrikan 1 / 1,5

B TENAGA PENDUKUNG (Personil Lainnya)


JUMLAH
TENAGA AHLI
NO NAMA PERSONIL PERUSAHAAN LINGKUP KEAHLIAN POSISI DIUSULKAN URAIAN PEKERJAAN ORANG
LOKAL/ASING
BULAN
1 Hendy R. Mokodompit, ST CV. ASMARA 1618 Lokal Juru Gambar Drafter Membuat & Menyiapkan Gambar Kerja 1 / 1,5
2 Syahrial Mokoginta, ST CV. ASMARA 1618 Lokal Juru Hitung Estimator Membuat & Menghitung Kebutuhan Volume sampai Biaya 1 / 1,5
3 Riswanto Dali CV. ASMARA 1618 Lokal Juru Ukur Surveyor Mengukur dan Mengambil Data Lapangan 1/1
4 Fitria Mokodompit, SE CV. ASMARA 1618 Lokal Administrasi Administrator Entri Data Dan Arsip Data Perusahaan Serta Keuangan 1 / 1,5
JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI
Pekerjaan : Jasa Konsultansi Perencanaan Peningkatan Puskesmas Menjadi Puskesmas Perawatan
Lokasi : Desa Tanoyan Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow
Waktu Pekerjaan : 45 Hari Kalender
Tahun Anggaran : 2019
Perusahaan : CV. ASMARA 1618

WAKTU PENUGASAN
ORG
No NAMA PERSONIL M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7
BLN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
A NASIONAL (Lokal)
1 Andhyka Hendra Asmara, ST 1 / 1,5
2 Dewi Kartika Toligaga, ST 1 / 1,5
3 Supardi Manangin, ST 1 / 1,5
4 Hendy R. Mokodompit, ST 1 / 1,5
5 Syahrial Mokoginta, ST 1 / 1,5
6 Riswanto Dali 1/1
7 Fitria Mokodompit, SE 1 / 1,5
B ASING
1 - -

Anda mungkin juga menyukai