Anda di halaman 1dari 1

ANALISA PERMEABILITAS PADA CLEAT UNTUK

PERHITUNGAN POTENSI BATUBATARA PADA CEKUNGAN


BARITO FORMASI TANJUNG
1
Barmen Parlindungan S. 2Jassy Yudhistira A. 3Djohan Rizal Prasetya

Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia

Jl. Kyai Tapa No.1 Grogol, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11440

Email : parlindunganbarmen@gmail.com , jassyyudhistira4@gmail.com , djohan.rizal@gmail.com

Abstrak

Hasil studi awal mengenai potensi gas metana batubara (GMB) di Indonesia yang meliputi 11 cekungan batubara yang dilakukan
oleh Advanced Resources International, Inc, suatu perusahaan jasa konsultan dari Amerika Serikat,menyatakan bahwa Indonesia memiliki
potensi gas metana batubara (GMB) cukup besar dengan perkiraan total sumber daya sebesar 453,30Tcf (Ton Cubic Feet) yang tersebar dalam
cekungan batubara yang sudah diketahui. Salah satu potensi akan kandungan gas metana batubara (GMB) di Indonesia terdapat pada
Subcekungan Barito dengan total sumber daya sebesar 102Tcf, Formasi Tanjung dan Warukin bertindak sebagai formasi pembawa batubara
pada daerah tersebut. Secara regional daerah penelitian berada pada Lapangan Tanjung yang terletak di bagian timur laut Cekungan Barito yang
merupakan salah satu cekungan minyak terbesar di Kalimantan. Secara geografis terletak di propinsi Kalimantan Selatan. Di bagian barat
dibatasi oleh inti Kontinen Sunda yang sering dikenal sebagai Perisai Sunda yang terdiri dari batuan Pra-Tersier yang secara tektonik sudah
stabil sejak era Mesozoikum. Di bagian selatan terpisah dari Cekungan East Java Sea oleh paparan yang relatif stabil yang ditutupi oleh lapisan
tipis batuan sedimen Tersier yang sering dikenal sebagai Barito shelf. Ke arah Timur, Cekungan Barito terpisah dari Cekungan Asem-asem dan
Cekungan Pasir oleh Pegunungan Meratus sebagai hasil deformasi muda yang terdiri dari perlipatan dan pensesaran kuat batuan. Pegunungan
Meratus diinterpretasikan sebagai Lapisan suture (collision zone). Ke arah utara, batuan Pra-Tersier dari pegunungan Meratus semakin melebar
ke arah Barat membentuk rangkaian pegunungan yang berarah Utara-Selatan yang memisahkan cekungan Barito dari Cekungan Kutai di bagian
utaranya. Tetapi secara sedimentologi yang menjadi batas antara Cekungan Barito dan Cekungan Kutai adalah Adang Flexure atau LapisanSesar
Adang (Kusuma dan Darin, 1989; Satyana dan Silitonga, 1994).
Pendekatan studi megenai potensi batubara ini dapat dihubungkan dengan penelitian mengenai permeabilitas batubara sebagai
reservoir gas. Penelitian mengenai permeabilitas batubara akan dilakukan analisis terhadap cleat, yaitu rekahan yang biasanya terjadi dalam dua
set yang umumnya saling tegak lurus terhadap lapisan (Laubach, 1998). Studi tentang cleat sendiri membaginya menjadi beberapa karakteristik
seperti atribut, ukuran, jarak, geometri dan ikatannya, orientasi, petrografi, struktur lokal, dan asal cleat. Penelitian mengenai cleat ini akan
menghubungkan arah orientasi terhadap arah persebaran permeabilitas secara makro, meso, dan mikro, yang juga menjadi parameter-parameter
tentang pengertian lebih mendalam mengenai permeabilitas didalam batubara. Dengan kata lain cleat mempunyai arti penting di dalam
pengembangan explorasi batubara.

Kata kunci : Batubara, Cekungan Barito, Cleat,Formasi Tanjung, Permeabilitas.

Abstract

The results of the preliminary study on the potential of coal methane gas (GMB) in Indonesia which includes 11 coal basins carried out
by Advanced Resources International, Inc., will be corporate services from the United States, stating that Indonesia has a large enough coal
methane gas potential (GMB) with total sources power of 453.30Tcf (Ton Cubic Feet) spread in known coal basins. One potential of the coal
methane gas content (GMB) in Indonesia at the Barito Sub-basin with a total resource of 102Tcf, the Tanjung and Warukin Formation acts as a
coal operator formation in the area. Regionally the research area is located in the Tanjung Region which is located in the northeast. Barito Basin
which is one of the largest oil basins in Kalimantan. Geographical location in South Kalimantan. In the west by the Sundanese Continent core
which is often known as the Sunda Shield consisting of Pre-Tertiary stones which have been stabilized as a whole since the Mesozoic era. In the
south it is separated from the Northeast Java Basin by relatively stable exposures used by the Tertiary sedimentary soil layers which are often
known as Barito shelves. To the east, the Barito Basin is separated from the Asem-asem Basin and the Sand Basin by the Mountains as a result
of strong rocks. The Meratus Mountains are interpreted as the collision zone. To the north, the Pre-Tertiary stone from Mount Meratus widened
towards the West formed a mountain range that runs north-south which separates the Barito basin from the Kutai Basin in its northern part.
Coincidentally, the boundary between the Barito Basin and the Kutai Basin is the Adang Flexure or the Adang Great Circle (Kusuma and Darin,
1989; Satyana and Silitonga, 1994).
This study approach to coal potential can be linked to research on coal permeability as a gas reservoir. Research on coal permeability
will be analyzed for cleats, namely cracks which usually occur in two sets which are generally perpendicular to the layers (Laubach, 1998). The
study of cleats themselves divides them into several characteristics such as attributes, size, distance, geometry and bond, orientation,
petrography, local structure, and origin of cleats. Research on this cleat will connect the orientation direction to the direction of permeability
distribution in macro, meso, and micro, which also become parameters about a deeper understanding of permeability in coal. In other words,
cleats have an important meaning in the development of coal exploration.

Keywords : Barito basin, Cleat, Coal, Permeability, Tanjung Formation.

Anda mungkin juga menyukai