Anda di halaman 1dari 14

Resume Materi Akuntabilitas (Afif, Arya, Bambang, Irna, Ratika)

BAB II KONSEP AKUNTABILITAS


A. Akuntabilitas
 Akuntabilitas berbeda dengan Responsibilitas
 Responbilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab
 Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggung jawaban yang harus dicapai, merujuk
pada kewajiban setiap individu, kelompok, atau institusi untuk memenuhi tanggung
jawab yang menjadi amanahnya  Amanah PNS: Menjamin terwujudnya nilai-nilai
public.
 Nilai-nilai publik:
1. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik
kepentingan
2. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah
keterlibatan PNS dalam politik praktis
3. Memperlakukan WN secara sama dan adil dalam penyelenggaraan pemerintahan
dan pelayanan public.
4. Menunjukkan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan sebagai
penyelenggara pemerintahan.

B. Aspek-aspek Akuntabilitas
1. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara individu/kelompok/
institusi dengan negara dan masyarakat. Hubungan yang terjadi adalah hubungan
yang bertanggung jawab antara kedua belah pihak.
2. Akuntabilitas berorientasi pada hasil
Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah yang
bertanggung jawab, adil dan inovatif.  Dituntut untuk bertanggung jawab dalam
menjalankan tugas dan kewajibannya.
3. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan
Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas.
4. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi
Tanggung jawab  KONSEKUENSI  Penghargaan/sanksi
5. Akuntabilitas memperbaiki kinerja
Proses setiap individu/kelompok/institusi akan diminta pertanggungjawaban secara
aktif yang terlibat dalam proses evaluasi dan berfokus peningkatan kinerja.

C. Pentingnya Akuntabilitas
 Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada setiap level/unit
organisasi sebagai suatu kewajiban jabatan dalam memberikan pertanggungjawaban
laporan kegiatan kepada atasannya  PNS perlu mengubah citra dirinya dari
berkinerja buruk
 Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu:
1. Untuk menyediakan control demokrasi (Peran Demokrasi)  membangun suatu
system yang melibatkan stakeholders dan users yang lebih luas
2. Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (Peran Konstitusional)
3. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (Peran Belajar)
 Ciri kontrak antara pemerintah dengan apatat birokrasi:
1. Akuntabilitas Eksternal  Tindakan pengendalian yang bukan bagian dari
tanggung jawabnya.
2. Akuntabilitas Interaksi  Pertukaran social dua arah antara yang menuntut dan
yang bertanggung jawab.
3. Hubungan akuntabilitas merupakan hubungan kekuasaan struktural (pemerintah
dan publik) .
 Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:
1. Akuntabilitas Vertikal: Pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada
otoritas yang lebih tinggi
2. Akuntabilitas Horizontal: Pertanggungjawaban kepada masyarakat luas
D. Tingkatan dalam Akuntabilitas

Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda, yaitu:


1. Akuntabilitas Personal (Personal Accountabilty)
Akuntabilitas personal mengacu pada nilai-nilai yang ada pada diri seseorang seperti
kejujuran, integritas, moral dan etika.
2. Akuntabilitas Individu
Akuntabilitas individu mengacu pada hubungan antara individu dan lingkungan
kerjanya, yaitu antara PNS dengan instansinya sebagai pemberi kewenangan
3. Akuntabilitas Kelompok
Pembagian kewenangan dan semangat kerjasama yang tinggi antar berbagai
kelompok yang ada dalam sebuah institusi memainkan peranan yang penting dalam
tercapainya kinerja organisasi yang diharapkan
4. Akuntabilitas Organisasi
Akuntabilitas organisasi mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang telah dicapai,
baik pelaporan yang dilakukan oleh individu terhadap organisasi/institusi maupun
kinerja organisasi kepada stakeholders lainnya.
5. Akuntabilitas Stakeholder
Akuntabilitas stakeholder adalah tanggungjawab organisasi pemerintah untuk
mewujudkan pelayanan dan kinerja yang adil, responsif dan bermartabat.
BAB III. MEKANISME AKUNTABILITAS

Contoh :

Sistem Penilaian Kinerja

Sistem Akuntansi

Sistem Akreditasi

Sistem Pengawasan (CCTV, fingerprints, dll)

Dimensi yang memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik akuntabel :

Akuntabilitas kejujuran dan hukum : berhubungan dengan kepatuhan terhadap


hukum dan peraturan yang diterapkan

Akuntabilitas proses :berhubungan dengan kualitas pelaksanaan tugas dalam hal


kecukupan sistem informasi akuntansi dan manajemen, dan prosedur administrasi

Akuntabilitas program : berhubungan dengan pertimbangan dalam penetapan


tujuan yang akan dicapai.

Akuntabilitas kebijakan : berhubungan dengan pertanggungjawaban pemerintah


yang diambil kepada DPR/D dan masyarakat luas.

Mekanisme Akuntabilitas Birokrasi Indonesia


Jenis alat akuntabilitas

Perenca
naan
Strategis

Kontrak
Kinerja

Laporan
Kinerja
A. Jenis alat akuntabilitas :
1. Perencanaan Strategis : Contoh Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
Nasional/Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional/Daerah,
dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Nasional/Daerah, Rencana Strategis (Renstra)
untuk setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Sasaran Kerja Pegawai (SKP)
untuk setiap PNS.
2. Kontrak Kinerja : Merupakan kesepakatan antara pegawai dengan atasan langsungnya.
Hal ini merupakan implementasi Peraturan Pemerintah (PP) No. 46 tahun 2011 tentang
Penilaian Prestasi Kerja PNS.
3. Laporan Kinerja : berupa Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
yaitu perencanaan dan perjanjian kinerja pada tahun tertentu, pengukuran dan analisis
capaian kinerja, serta akuntabilitas keuangan.

Nilai Akuntabilitas

Kepemi
mpinan
Konsiste Transpar
nsi ansi

Kejelasa Integrita
n s
Nilai
Akuntabilitas

Keseimb Tanggun
angan g Jawab

Kepercay
Keadilan
aan

B. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Akuntabel


1. Kepemimpinan : Pemimpin yang memainkan peranan penting dengan memberikan
contoh kepada orang lain sehingga memberikan efek positif lain untuk berkomitmen, dan
menghindarkan dari aspek yang dapat menggagalkan kinerja yang baik.
2. Transparansi : Bertujuan untuk mendorong komunikasi yang lebih besar tanpa ada hal
yang ditutupi, termasuk melindungi dari pengaruh luar dan meningkatkan kepercayaan
pada pemimpin.
3. Integritas : Bertujuan untuk menjunjung tinggi suatu kewajiban dan mematuhi semua
hukum yang berlaku.
4. Tanggung jawab (responsibilitas)
a. Responsibilitas Perseorangan : Ditandai dengan adanya pengakuan terhadap tindakan
yang diambil secara pribadi
b. Responsibilitas Insitutisi : Ditandai dengan adanya pengambilan keputusan yang
menimbang kebaikan yang lebih besar serta melindungi individu, publik dan
sumberdaya didalamnya.
Kedua jenis responsibilitas diatas memberikan kewajiban untuk memenuhi konsekuensi
dari tindakan yang dilakukan/keputusan yang telah dibuat.
5. Keadilan : merupakan landasan utama akuntabilitas untuk menghindari hancurnya
kepercayaan dan kredibilitas organisasi.
6. Kepercayaan : Merupakan sebuah rasa yang melahirkan akuntabilitas yang didasari oleh
rasa keadilan.
7. Keseimbangan : Mencapai akuntabilitas dengan menyeimbangkan akuntabilitas dan
kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
8. Kejelasan : Untuk mengetahui wewenang, peran & tanggung jawab, misi organisasi,
kinerja yang diharapkan organisasi dan sistem pelaporan kinerja baik individu maupun
organisasi sehingga jelas akan apa yang akan dicapai.
9. Konsistensi : Dilakukan secara terus menerus untuk menjamin stabilitas.

C. Framework akuntabilitas
5 Langkah Framework Akuntabilitas di Lingkungan Kerja PNS:
1. Menentukan tujuan dan tanggungjawab (Identify) : Tujuan ditentukan dari rencana
strategis organisasi, mengembangkan indikator, ukuran dan tujuan kinerja dan
mengenali peran dan tanggung jawab masing-masing individu
2. Perencanaan untuk mencapai tujuan (Plan) : Mengidentifikasi program/kebijakan yang
perlu dilakukan, kapan akan dilaksanakan dan biaya yang dibutuhkan, juga identifikasi
sumberdaya organisasi dan konsekuensinya.
3. Implementasi & Monitoring Kemajuan (Do & Check) : Melaksanakan perencanaan yang
telah dibuat dan mengetahui sejauh mana progres kebijakan, dan hambatan apa saja
yang dihadapi.
4. Laporan yang lengkap (Report) : Diperlukan untuk dokumentasi sebagai perwujudan
akuntabilitas.
5. Evaluasi dan umpan balik (Evaluate) : Memberikan masukan untuk perubahan yang
lebih baik dimasa depan, juga untuk memperbaiki kinerja.

Menentukan
Tujuan dan
Tanggung
Jawab

Rencanakan
Berikan
apa yang akan
Evaluasi dan
dilakukan untuk
masukan
mencapai
perbaikan
tujuan

Lakukan
Berikan
Implementasi
Laporan Secara
Monitoring
Lengkap
Kemajuan
BAB IV. AKUNTABILITAS DALAM KONTEKS

A. TRANSPARANSI DAN AKSES INFORMASI


Keterbukaan informasi → standar normatif legitimasi pemerintahan. Partisipasi
masyarakat dapat berupa: (a) pemberian/penolakan dukungan terhadap kebijakan
pemerintah; (2) evaluasi terhadap kebijakan.
UU no. 14/2008 (Keterbukaan Informasi Publik/KIP) → pengambilan kebijakan yang
terkait kepentingan publik bertumpu pada partisipasi masyarakat dan akuntabilitas
lembaga penyelenggara kebutuhan publik agar praktik demokratisasi dan good
governance bermakna.
Tujuan (pasal 3):
1. Menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana dan program kebijakan publik
serta proses dan alasan suatu keputusan publik
2. Mendorong partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik
3. Meningkatkan peran masyarakat dalam pengambilan kebijakan public dan pengelolaan
Badan Publik
4. Mewujudkan penyelenggaraan negara yang transparan, efektif, efisien, dan akuntabel
5. Mengetahui alasan kebijakan publik yang menyangkut orang banyak
6. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan bangsa
7. Meningkatkan layanan informasi di Badan Publik
Informasi publik (Pasal 1:2)→ informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim,
&/ diterima oleh Badan Publik yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara &/
Badan Publik lain sesuai UU.
Tiap WNI berhak mendapatkan informasi publik dari semua Badan Publik
Kategori informasi publik:
1. Wajib diumumkan
2. Dikecualikan/dirahasiakan, tidak boleh permanen. Tolak ukur: UU, kepatutan,
kepentingan umum
Badan Publik (Pasal 1:3) → lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dll dengan tupoksi
terkait penyelenggaraan negara, dengan sumber dana seluruh/sebagian dari APBN &/
APBD, atau lembaga nonpemerintah dengan sumber dana seluruh/sebagian dari APBN &/
APBD, sumbangan masyarakat, &/ luar negeri.
Prinsip keterbukaan informasi:
1. Maximum Access Limited Exemption (MALE)
2. Permintaan tidak perlu disertai alasan
3. Mekanisme sederhana, murah, dan cepat
4. Informasi utuh dan benar
5. Informasi proaktif
6. Perlindungan pejabat beritikad baik
Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) → pejabat publik yang berwenang
memberi akses informasi publik
Mayoritas ASN dalam konteks informasi → memberi informasi yang dibutuhkan
pimpinan dalam mendukung pelaksanaan tugas
Aturan terkait:
1. Pasal 28F UUD 1945
2. UU no. 14/2008 → Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP)
3. UU no. 32/2009 → Hak Atas Informasi Lingkungan Hidup
4. UU no. 8/1999 → Perlindungan Konsumen
5. UU no. 28/1999 → Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN
6. UU no. 36/1999 → Telekomunikasi
7. UU no. 40/1999 → Pers

B. Praktik Kecurangan (Fraud) dan perilaku Korup


 Etika pelayanan publik publik adalah suatu pengaduan atau pegangan yang harus dipatuhi
oleh para pelayan publik atau birokrat untuk menyelenggarakan pelayanan yang baik
untuk publik.
 Buruknya sikap aparat sangat berkaitan dengan etika.
 Diskresi administrasi menjadi starting point bagi masalah moral / etika dalam dunia
administrasi publik. (Rohr1989 dalam Keban 2008)
 Penyalahgunaan wewenang terus tumbuh di tubuh birokrasi Indonesia yang berkaitan
dengan etika para pelasananya yaitu aparat pemerintah.
 Penyalahgunaan wewenang berdampak pada prktik kecurangan (fraud)
 Definisi Fraud:
- Sekumpulan tindakan yang tidak di izinkan dan melanggar hukum yang ditandai
dengan adanya unsur kecurangan yang disengaja (The Institute of Internal Auditor
(IIA)).
- Tindakan yang disengaja oleh anggota manajemen perusahaan, pihak yang berperan
dalam governance perusahaan, karyawan, atau pihak ketiga yang melakukan
pembohongan atau penipuan untuk memperoleh keuntungan yang tidak adil atau
ilegal (International Standards of Auditing seksi 240)
 3 cabang utama fraud tree:
1. Kecurangan tindak pidana korupsi
2. Kecurangan penggelapan aset
3. Kecurangan dalam laporan keuangan
 Fraud terjadi karena tiga hal yang dapat terjadi secara bersamaan, yaitu:
1. Peluang untuk melakukan fraud. Terjadi akibat lemahnya pengendalian internal di
organisasinya. Dapat menggoda individu/ kelompok yang sebelumnya tidak memiliki
motif untuk berbuat fraud.
2. Intensif/tekanan untuk melakukan fraud. Ex: berjudi, narkoba, berhutang berlebihan
3. Sikap/ rasionalisasi untuk membenarkan tindakan fraud. Seseorang mencari
pembenaran pembenaran atas aktifitasnya yang mengandung fraud.
 Keberhasilan pembangunan suatu etika perilaku dan kultur organisasi yang anti
kecurangan dapat mendukung secara efektif penerapan nilai-nilai budaya kerja, yang
sangat erat hubungannya dengan faktor-faktor penentu keberhasilan:
1. Komitmen dari top Manajemen Dalam organisasi
2. Membangun lingkungan organisasi yang kondusif
3. Perekrutan dan promosi pegawai
4. Pelatihan nilai-nilai organisasi atau entitas dan standard- standard pelaksanaan
5. Menciptakan saluran komunikasi yang efektif
6. Penegakan disiplin
C. Penggunaan Sumber Daya Milik Negara
 Fasilitas publik adalah barang (rumah dinas, telepon, komputer,dll) yang di manfaatkan
untuk mencapai tujuan organisasi dalam melayani publik.
 Penggunaan fasilitas publik oleh PNS harus memperhatikan:
a. Penggunaannya di atur sesuai prosedur yang berlaku
b. Penggunaannya dilakukan secara bertanggung jawab dan efisien.
c. Pemeliharaan fasilitas secara benar dan bertanggung jawab.
 Pengambilan keputusan dalam penggunaan fasilitas publik:
a. Apakah penggunaan fasilitas tertentu dapat merugikan instansi dan negara?
b. Apakah penggunaan fasilitas tertentu merugikan reputasi pribadi Anda dan juga
yang lain?
c. Apakah penggunaan fasilitas menguntungkan diri pribadi semata?
D. Penyimpanan dan Penggunaan data dan Informasi Pemerintah
 Data dan informasi yang disimpan dan digunakan harus sesuai dengan prinsip:
a. Relevant information: data dan informasi yang disediakan dapat digunakan untuk
mengevaluasi kondisi sebelumnya, saat ini dan mendatang
b. Reliable information : informasi tersebut dapat dipercaya dan tidak bias
c. Understandable information: informasi yang disajikan dengan cara yang mudah di
pahami pengguna/ orang awam sekalipun.
d. Comparable information: informasi yang di berikan dapat digunakan oleh
pengguna untuk di bandingkan dengan institusi lain yang sejenis.
 Contoh: Sekolah dapat mengumpulkan dan menyajikan data dan informasiyang
dibutuhkan.

E. Konflik Kepentingan
Konflik kepentingan: pertentangan antara tugas publik dengan kepentingan pribadi.
Jenis konflik kepentingan:
a. Keuangan: penggunaan sumber daya lembaga untuk urusan pribadi
b. Nonkeuangan: penggunaan wewenang untuk membantu diri/orang lain
Cara identifikasi konflik kepentingan:
a. Tugas publik dengan kepentingan pribadi → apakah ada urusan pribadi/swasta yang
bertentangan dengan kewajiban publik?
b. Proporsionalitas → apakah pengambilan keputusan saya adil dan wajar?
c. Presence of mind → apakah konsekuensi jika konflik kepentingan saya abaikan?
d. Janji → apakah saya berkomitmen dalam kaitannya dengan konflik?
Konsekuensi konflik kepentingan:
a. Kepercayaan berkurang
b. Memburuknya reputasi
c. Tindakan indisipliner
d. Pemutusan hubungan kerja
e. Dihukum perdata/pidana

BAB V. MENJADI PNS YANG AKUNTABEL


PNS yang akuntabel adalah PNS yang mampu mengambil pilihan yang tepat ketika
terjadi konflik kepentingan, tidak terlibat dalam politik praktis, melayani warga secara adil dan
konsisten dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

A. Apa yang diharapkan dari seorang PNS?


1. PNS bertindak sesuai dengan persyaratan legislatif, kebijakan lembaga dan kode etik
yang berlaku
2. PNS membuat keputusan adil, tidak memihak dan segera, memberikan pertimbangan
untuk semua informasi yang tersedia, Undang-undang dan kebijakan dan prosedur institusi
tersebut
3. PNS melayani stakeholders

B. Perilaku Berkaitan dengan Transparansi dan Akses Informasi


1. PNS tidak mengungkapkan informasi resmi atau dokumen yang diperoleh selain seperti
yang dipersyaratkan oleh hukum atau otoritas yang diberikan oleh institusi.
2. PNS tidak menyalahgunakan informasi resmi untuk keuntungan pribadi atau komersial
untuk diri mereka sendiri atau yang lain.
3. PNS yang mematuhi persyaratan legislatif, kebijakan setiap instansi dan semua arahan
yang sah lainnya mengenai komunikasi dengan pimpinannya
C. Menghindari perilaku yang curang dan koruptif
1. PNS tidak terlibat dalam penipuan atau korupsi
2. PNS melaporkan setiap perilaku curang atau korup
3. PNS memahami dan menerapkan kerangka akuntabilitas yang berlaku di sektor public

D. Perilaku terhadap penggunaan sumber daya negara


1. PNS bertanggung jawab untuk pengeluaran yang resmi
2. PNS hanya menggunakan pengeluaran yang berhubungan dengan pekerjaan
3. PNS tidak menggunakan waktu kantor atau sumber daya untuk pekerjaan partai politik
atau keuntungan pribadi atau keungan
4. PNS berhati-hati untuk memastikan bahwa setiap perjalanan dinas yang dilakukan untuk
tujuan resmi dan benar-benar diperlukan

E. Perilaku berkaitan dengan penyimpanan dan penggunaan data serta informasi


pemerintah
1. PNS bertindak dan mengambil keputusan secara transparan
2. PNS menjamin penyimpanan informasi yang bersifat rahasia
3. PNS mematuhi perencanaan yang telah ditetapkan
4. PNS diperbolehkan berbagi informasi untuk mendorong efisiensi dan kreativitas

F. Perilaku berkaitan dengan Konflik Kepentingan


1. PNS harus dapat memastikan kepentingan pribadi tidak bertentangan dengan kemampuan
2. Ketika terjadi konflik kepentingan antara publik atau personal, maka PNS dapat memilih
untuk kepentingan umum
3. PNS memahami bahwa konflik kepentingan sebenarnya, dianggap ada atau berpotensi
ada di masa depan.
4. Jika konflik muncul PNS melaporkan kepada pimpinan secara tertulis
5. PNS dapat menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya

G. Bagaimana mengambil keputusan yang akuntabel bagi PNS?


Pengambilan keputusan secara akuntabel dan beretika berarti dapat membuat keputusan
dan tindakan yang tepat dan akurat. Sebuah keputusan yang akuntabel dan beretika sangat
penting dalam menjaga kepercayaan dan keyakinan terhadap masyarakat dalam pekerjaan
pemerintahan. Dalam praktiknya, penempatan kepentingan umum berarti bahwa:
1. Memastikan tindakan dan keputusan yang berimbang dan tidak bias.
2. Bertindak adil dan mematuhi prinsip-prinsip due process.
3. Akuntabel dan transparan.
4. Melakukan pekerjaan secara penuh, efektif dan efisien.
5. Berperilaku sesuai dengan standar sektor publik, kode sektor publik etika sesuai
dengan organisasinya.
6. Mendeklarasikan secara terbuka bila terjadi adanya potensi konflik kepentingan

Anda mungkin juga menyukai