Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dewasa ini produksi dan operasi adalah unsur yang penting dalam suatu peusahaan.
Kelangsungan hidup dan mati perusahaan terdapat pada produksi dan operasinya. Perusahaan
dapat berjalan sebagaimana seperti perusahaan lain apabila dalam perusahaan tersebut ada
kegiatan produksi dan operasi. Kegiatan produksi dan operasi merupakan kegiatan
menciptakan barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada konsumen.
Kegiatan ini dalam banyak perusahaan melibatkan bagian terbesar dari karyawan dan
mencakup jumlah terbesar dan asset perusahaan. Oleh karena itu, kegiatan produksi dan
operasi menjadi salah satu fungsi utama dalam perusahaan. Melalui kegiatan produksi dan
operasi segala sumber daya masukan perusahaan diintegrasikan untuk menghasilkan keluaran
yang menghasilkan nilai tambah.
Pemasaran didefinisikan sebagai suatu runtutan kegiatan atau jasa yang dilakukan
untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. Kegiatan pemasaran
mulai dari pemenuhan produk, penetapan harga, pengiriman barang dan mempromosikan
barang. Sistem pemasaran di pertanian menciptakan berbagai kegunaan yaitu kegunaan
bentuk melalui kegiatan pengolahan, kegunaan tempat untuk melakukan pengangkutan,
kegunaan waktu untuk melakuakan penyimpanan dan kegunaan kepemilikan melalui
kegiatan jual beli. Dari penjelasan tersebut, bahwa tidak hanya petani saja yang bekerja
secara produktif tetapi dibutuhkan pedagang perantara dan jasa sehingga barang yang
dihasilkan petani dapat sampai ke konsumen dalam waktu dan tempat yang mereka butuhkan.
Saluran pemasaran pertanian merupakan sekelompok orang, organisasi, perusahaan
atau lembaga yang secara langsung terlibat dalam pengaliran ataupun pendistribusian barang
dari produsen/petani sampai konsumen dengan melewati satu atau lebih alur
pemasaran. Contoh lembaga pemasaran adalah pedagang pengumpul, pedagang
besar,pedagang pengecer, pelelang, pedlar dan lainya. Subak Kayupas terletak di Desa
Banyuning, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. Subak Kayupas memiliki komoditi
kacang tanah,padi, kelapa, jagung dan lainya. Kacang tanah adalah salah satu komoditi yang
paling menguntungkan bagi kebanyakan petani karena waktu tanamannya singkat dan
permintaan akan kacang tanah cukup tinggi dan keuntungan yang didapat lebih tinggi
dibandingkan dengan komoditi yang lainnya. Kacang tanah merupakan tananaman palawija

1
yang sangat membutuhkan tanah yang subur untuk mendukung pertumbuhan tanaman kacang
tanah.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu analisis Value Chain?
2. Bagaimana penerapan analisis Value Chain terhadap pemasaran kacang tanah di Subak
Kayupas di Desa Banyuning, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui analisis Value Chain.
2. Mengetahui penerapan analisis Value Chain terhadap pemasaran kacang tanah di Subak
Kayupas di Desa Banyuning, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Analisis Value Chain
2.1.1 Pengertian Analisis Value Chain
Konsep value chain memungkinkan perusahaan mendapatkan competitive advantage
melalui cost leadership, differentiation, atau keduanya.Untuk dapat memahami competitive
advantage suatu perusahaan, tidak bisa perusahaan dilihat sebagai satu keseluruhan, tetapi
sebagai aktivitas-aktivitas yang saling berhubungan. Aktivitas-aktivitas itu harus diselidiki
secara sistematis bagaimana kinerja dan interaksinya.Low cost strategy memfokuskan kepada
terciptanya low cost relatif terhadap pesaing, sehingga berkaitan dengan dengan Cost
Leadership. Cost Leadership dapat dicapai melalui beberapa pendekatan sbb :
1. Skala ekonomis dalam produksi
2. Pengalaman
3. Kontrol biaya yang ketat
4. Biaya minimum pada R&D, jasa, tenaga penjualan atau iklan'
Sebuah perusahaan dapat berkembang - baik menggunakan strategy cost leadership
maupun differentiation - adalah tergantung pada bagaimana perusahaan tersebut memanage
value chainnya.
Competitive advantage pada akhirnya dapat memberikan nilai lebih bagi customer
dengan biaya yang sama atau nilai yang sama pada customer dengan biaya rendah.Sehingga
analisa value chain adalah esensial untuk menentukan secara tepat apakah nilai customer
dapat ditingkatkan atau biaya direndahkan.
Tiap perusahaan mempunyai lingkup kompetitif (competitive scope) yang berbeda-beda
yang mencerminkan suatu sumber potensi competitive advantage. Untuk memperoleh dan
mempertahankan competitive advantage tidak hanya tergantung value chain perusahaan tetapi
bagaimana perusahaan menyesuaikan dengan value system secara keseluruhan.
Dengan menerapkan konsep value chain, perusahaan dapat :
- Meningkatkan persaingan
- Mengurangi biaya
- Meningkatkan pasar

 Kerangka value chain


Kerangka value chain adalah sebuah mata rantai dari hulu ke hilir. Namun secara realita
tidak ada perusahaan yang dapat menjangkau seluruh value chain ini dalam operasinya secara
sempurna.

3
Setiap perusahaan mendapatkan keuntungan melalui proses value chain, meskipun
mereka tidak berpartisipasi dalam setiap tahapan mata rantai tersebut.
Dalam suatu mata rantai dari hulu ke hilir, untuk bersaing di pasar, setiap perusahaan
mempunyai pilihan apakah mereka akan membuat sendiri atau membeli secara lebih murah.
Suatu perusahaan mungkin berbeda dengan perusahaan pesaingnya pada setiap tahapan.
Beberapa dari pesaing adalah perusahaan yang terintegrasi secara penuh dan beberapa yang
lain lebih terfokus secara khusus.

 Developing Competitive Advantage


Sehingga dapat disimpulkan bahwa value chain perusahaan mewakili kumpulan dari
kegiatan dimana perusahaan memainkan fungsi yang berbeda.
Sebuah perusahaan dapat meningkatkan keuntungan tidak hanya melalui pemahaman
value chain itu sendiri – dari desain sampai ke distribusi – tetapi juga melalui pemahaman
bagaimana aktivitas yang mempunyai nilai tambah pada perusahaan itu sesuai dengan value
chain dari pemasok dan pelanggan.

 Value Activities Within a Firm


Analisis dari value chain lebih sesuai untuk examine compettive advantage daripada
value added.
Value added bukanlah basis baik untuk analisa biaya karena tidak secara benar
memisahkan raw materials dari masukan lain yang dipergunakan dalam aktivitas perusahaan.
Lebih jauh, value added gagal meng-highlights hubungan antara perusahaan dan pemasoknya
yang dapat menurunkan biaya atau memperbesar differensiasi.

4
 Value Chain vs Value Added
Konsep Value Added biasanya berkaitan dengan managemen akuntansi, sementara
konsep Value Chain menyoroti 4 (empat ) hal yang berkaitan dengan perbaikan keuntungan,
yakni :
Hubungan dengan supplier
Hubungan dengan customer
Proses hubungan dalam value chain dari bisnis unit
Hubungan melewati value chain bisnis unit dalam perusahaan
Develop Competitive Advantage
Hubungan dengan Suplier
Hubungan dengan Customer
Hubungan dalam bisnis unit
Hubungan dengan bisnis unit lain dalam perusahaan

5
Related Suppliers-Business-Customers

 Hubungan dalam Value Chain


Aktivitas dalam value chain bukan aktivitas yang independen melainkan interdependen.
Hubungan antar aktivitas mempengaruhi kinerja dan biaya aktivitas lainnya.
Konsep value chain juga memperkenalkan pada keuntungan potensial yang timbul dari
hubungan yang bermanfaat antar departemen unit dalam satu perusahaan.

 Hubungan dengan Customer


Dalam Konsep value added berhenti pada kajian mengenai analisa biaya penjualan dan
mengabaikan aktivitas setelah produksi keluar dari pabrik. Konsep value chain memandang
bahwa hubungan antara perusahaan dengan customer sama pentingnya dengan hubungan
antara perusahaan dengan supplier dimana hubungan antara perusahaan dengan customer
adalah saling menguntungkan.
Konsep value chain menyoroti bagaimana sebuah perusahaan memproduksi sesuai
dengan value chain customer.

 Value Chain Menurut Porter


Porter (1980) berpendapat bahwa suatu perusahaan dapat mencapai keunggulan
kompetitifnya dengan mengembangkan salah satu dari dua strategi umum yaitu low cost
strategy dan differentiation strategy.
a. Low-cost strategy
Fokus utama dari low - cost strategy adalah mencapai kos yang lebih rendah secara
relatifnya dibandingkan dengan kompetitor (cost leadership). Cost leadership dapat dicapai
dengan beberapa pendekatan, antara lain economic of scale in production, experience curve
effects, high cost control, dan cost minimization dalam area research and development, sales,
atau advertizing.
b. Differentiation strategy
Fokus utama differentiation strategy adalah menciptakan suatu produk yang unik bagi
konsumen atau memiliki atribut yang berbeda secara signifikan dengan produk pesaing dan
atribut tersebut penting dan bernilai bagi konsumen. Keunikan produk dapat dicapai dengan
berbagai cara, antara lain brand royalty, superior customer service, dealer network product
design, atau technology.
Perusahaan akan dapat mengembangkan cost leadership atau differentiation tergantung
pada bagaimana perusahaan mengelola value chainyang dimiliki. Competitive
advantage akan dicapai bila perusahaan dapat memberikan customer value yang lebih tinggi

6
daripada kompetitor untuk kos yang sama atau customer value yang sama untuk kos yang
lebih rendahdaripada kompetitor.
Metode Analisis Value Chain

2.1.2 Metode Analisis Value Chain


Metode analisis value chain meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
a. Identifikasi value chain industri, pembebanan kos, pendapatan dan aset untuk nilai
aktivitas.
Langkah ini harus dilakukan dengan ide untuk mendapatkancompetitive
advantage. Penilaian competitive advantage tidak dapat diuji sepenuhnya pada level industri
secara keseluruhan. Value chain suatu industri dibagi dalam aktivitas yang berbeda
sehingga starting point analisis kos didefinisikan dalam value chain industri kemudian
menetapkan kos, pendapatan dan aset dalam berbagai nilai aktivitas. Aktivitas ini untuk
membangun blok perusahaan dalam industri untuk manciptakan produk yang bernilai bagi
pembeli.
Aktivitas-aktivitas harus diisolasi dan dipisahkan jika sesuai dengan kondisi-kondisi
berikut. Aktivitas-aktivitas tersebut menggambarkan persentase yang signifikan dengan kos
operasional, perilaku kos ak-tivitas(cost driver) berbeda, aktivitas-aktivitas tersebut dilakukan
oleh kompetitor dalam cara yang berbeda.
Setelah mengidentifikasi value chain, kos operasional, pendapatan dan aset harus
dibebankan pada nilai aktivitas secara individual. Untuk nilai
aktivitas intermediate, pendapatan harus ditetapkan dengan menyesuaikan harga transfer
internal dengan harga pasar.
b. Mendiagnosis Cost Driver
Dalam akuntansi manajemen konvensional fungsi utama suatu cost driver adalah
volume output. Konsep kos berhubungan dengan volume input, kos tetap versus kos variabel,
kos rata-rata versus kos marginal, kos volume analisis profit, analisis break
event, budget fleksibel, dan margin kontribusi. Dalam rerangka kerja value chain sangat
berbeda, volume output dipandang untuk menangkap sejumlah kccil variasi perilaku biaya.
Oleh karena itu, biasanya digunakan cost driver multiple, yaitu cost driver yang berbeda
untuk berbagai nilai aktivitas yang berbeda. Cost driver dibagi dalam dua kategori,
yaitu struktural cost driver dan executional cost driver.
Hitt, Ireland, Hoskisson (2001:127) menjabarkan kembali potensi penciptaan nilai dari
aktivitas primer dan pendukung.
 Aktivitas Primer

7
1) Inbound Logistics (logistik ke dalam), dihubungkan dengan menerima, menyimpan,
dan menyebarkan input-input ke produk. Termasuk di dalamnya penanganan bahan baku,
gudang dan kontrol persediaan.
2) Operations (operasi), segala aktivitas yang diperlukan untuk mengkonversi input-
input yang disediakan oleh logistik masuk ke bentuk produk akhir. Termasuk di dalamnya
permesinan, pengemasan, perakitan, dan pemeliharaan peralatan.
3) Outbound Logistik (logistik ke luar), aktivitas-aktivitas yang melibatkan
pengumpulan, penyimpanan, dan pendistribusian secara fisik produk final kepada para
pelanggan. Meliputi penyimpanan barang jadi di gudang, penanganan bahan baku, dan
pemrosesan pesanan.
4) Marketing and Sales (pemasaran dan penjualan), aktivitas-aktivitas yang
diselesaikan untuk menyediakan sarana yang melaluinya para pelanggan dapat membeli
produk dan mempengaruhi mereka untuk melakukannya. Untuk secara efektif memasarkan
danmenjual produk, perusahaan mengembangkan iklan-iklan dan kampanye professional,
memilih jaringan distribusi yang tepat, dan memilih, mengembangkan, dan mendukung
tenaga penjualan mereka.
5) Service (pelayanan), aktivitas-aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan atau
memelihara nilai produk. Perusahaan terlibat dalam sejumlah aktivitas yang berkaitan dengan
jasa, termasuk instalasi, perbaikan, pelatihan, dan penyesuaian.

 Aktivitas Pendukung
1) Procurement (pembelian/pengadaan), aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk
membeli input-input yang diperlukan untuk memperoduksi produk perusahaan. Input-input
pembelian meliputi item-item yang semuanya dikonsumsi selama proses manufaktur produk.
2) Technology development (pengembangan teknologi), aktivitas-aktivitas yang
dilakukan untuk memperbaiki produk dan proses yang digunakan perusahaan untuk
memproduksinya. Pengembangan teknologi dapat dilakukan dalam bermacam-macam
bentuk, misalnya peralatan proses, desain riset, dan pengembangan dasar, dan prosedur
pemberian servis.
3) Human resources management (manajemen sumber daya manusia), aktivitas-
aktivitas yang melibatkan perekrutan, pelatihan, pengembangan, dan pemberian kompensasi
kepada semua personel.
4) Firm infrastructure (infrastruktur perusahaan) atau general administration
(administrasi umum), infrastruktur perusahaan meliputi aktivitas-aktivitas seperti general
management, perencanaan, keuangan, akuntansi, hukum, dan relasi pemerintah, yang

8
diperlukan untuk mendukung kerja seluruh rantai nilai melalui infrastruktur ini, perusahaan
berusaha dengan efektif dan konsisten mengidentifikasi peluang-peluang dan ancaman-
ancaman, mengidentifikasi sumber daya dan kapabilitas, dan mendukung kompetensi inti.
Michael E. Porter (1998:43-44) menjelaskan mengenai tipe aktivitas. Dalam setiap
kategori aktivitas primer dan pendukung, terdapat tiga tipe aktivitas yang memainkan peranan
yang berbeda dalam keunggulan kompetitif:
a) Langsung: aktivitas yang secara langsung terlibat dalam menciptakan nilai
kepada pembeli, seperti perakitan, bagian mesin, operasi tenaga penjualan,
periklanan, desain produk, rekrutmen, dll.

b) Tidak Langsung: aktivitas yang memungkinkan untuk melakukan aktivitas


langsung secara terus menerus, seperti pemeliharaan, penjadwalan
pengoperasian fasilitas, tenaga administrasi penjualan, administrasi penelitian,
catatan vendor.
c) Jaminan Kualitas: aktivitas yang menjamin kualitas kegiatan lain, seperti
pemantauan, inspeksi, pengujian, meninjau, memeriksa, menyesuaikan dan
pengerjaan ulang. Jamina kualitas tidak identik dengan manajemen mutu,
karena banyak aktivitas nilai memberikan kontribusi terhadap kualitas.

2.2. Analisis Value Chain Terhadap Pemasaran kacang Tanah


2.2.1 Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung dalam
rangka proses penyaluran barang dari produsen kepada konsumen. Saluran pemasaran antara
satu bagian dengan bagian lainnya dari suatu organisasi adalah satu kesatuan yang saling
tergantung, yang nantinya akan memperlancar arus produk dan jasa kepada
konsumen. Konsumen memberi balas jasa kepada lembaga pemasaran berupa margin
pemasaran. Dalam pemasaran terdapat pelaku-pelaku pemasaran yang terlibat secara
langsung maupun secara tidak langsung dengan melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran.
Lembaga pemasaran merupakan badan usaha atau individu yang menyelenggarakan
pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen ke konsumen akhir hingga
mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya.
Lembaga pemasaran dapat dibedakan berdasarkan tahap dalam proses
pemasaran,sebagai berikut:

9
1. Pedagang pengumpul, adalah pedagang yang membeli hasil-hasil pertanian dari petani
produsen,kemudian hasil tersebut akan dikumpulkan dan dijual kepedagang yang
lainnya.
2. Pedagang besar, pedagang ini membeli hasil pertanian dari pedagang pengumpul
kemudian barang tersebut dijual kembali pada pedagang yang lain.
3. Pedagang pengecer, mereka adalah orang-orang yang secara langsung menjual atau
mengecerkan hasil pertanian dan produk pertanian kepada konsumen.
4. Pedlar adalah pedagang pengecer keliling.

2.2.3. Fungsi Pemasaran


Fungsi pemasaran adalah jasa-jasa atau kegiatan-kegiatan dan tindakan yang
diberikan dalam proses pengaliran barang dari tangan produsen sampai tangan konsumen.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan akan mempermudahkan dan mempercepat proses
penyampaian barang atau jasa-jasa. Terdapat tiga fungsi menurut (Kohls,1968) yaitu fungsi
pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran (exchange function), terdiri
dari fungsi penjualan dan fungsi pembelian. Fungsi penjualan bertujuan untuk mencari
pembelian suatu barang dengan motif keuntungan. Fungsi pembelian bertujuan untuk
mencari penjualan atau sumber penawaran barang guna menjamin kontinuitas persediaan
barang.
Fungsi fisik (fhysic function),fungsi ini terdiri dari fungsi pengangkutan,
penyimpanan dan pengolahan. Fungsi pengangkutan adalah suatu kegitan yang ditunjukan
untuk menggerakan barang-barang dari tempat produksi sampai dibutuhkan konsumen.
fungsi pengolahan meliputi transformasi dari suatu barang ke suatu bentuk yang mempunyai
nilai guna yang lebih besar. Fungsi penyimpanan bertujuan untuk memperlakukan benda
secara fisik guna menjamin tersedianya barang yang bersangkutan pada waktu dan tempat
yang dibutuhkan.

Fungsi fasilitas(facilitating function),merupakan fungsi yang bertujuan untuk


menyediakan dan memberikan jasa-jasa atau fasilitas guna memperlancar jalannya fungsi
pertukaran. Terdiri dari standardisasi, penanggungan resiko dan pembiayaan. Fungsi
standardisasi,proses penentuan standarisasi seperti warna,rupa,kadar kimia dan sebagainya.
Fungsi penanggungan resiko,bertujuan untuk mempelajari segala bentuk resiko yang terjadi
selama pengaliran barang dari produsen ke konsumen. fungsi pembiayaan,bertujuan untuk
mencari atau mengurus dana baik yang berupa uang tunai maupun kredit.

2.2.4. Saluran dan Lembaga Pemasaran

10
Lembaga Pemasaran adalah lembaga, orang atau perusahaan sebagai perantara
sampainya suatu produk dari produsen ke konsumen. Dibawah ini merupakan saluran
pemasaran kacang tanah di Subak Kayupas.
Dalam kegiatan pemasaran kacang tanah di Kayupas terdapat tiga fungsi pemasaran
yang dilakukan yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Fungsi pemasaran
yang pertama ialah fungsi pertukaran, dimana dalam fungsi ini kegiatan yang dilakukan ialah
fungsi penjualan dan fungsi pembelian.
Fungsi penjualannya dalam bentuk petani menjual kacang tanah ke pedagang
pengepul dan juga ke pedagang pengumpul. Selanjutnya pedagang pengumpul menjual
kacang tanah yang sudah di beli ke pedagang pengepul, pedagang pengepul menjualnya ke
pedagang pengecer dan konsumen langsung. Selanjutnya pembelian, dimana fungsi
pembelian yang dilakukan ialah pedagang pengumpul membeli kacang tanah dari petani
dengan mendatangi rumah petani langsung, pengepul membeli dari pengumpul dan pengecer
membeli dari pengepul selanjutnya konsumen membeli dari pengepul dan juga pengecer.
Kedua fungsi ini tujuannya sama yaitu pertukaran, dimana petani ataupun penjual
mendapatkan uang dari pedagang ataupun pembeli dan pedagang mendapatkan kacang tanah
dari petani ataupun penjual.
Fungsi pemasaran yang ke dua adalah fungsi fisik, terdapat tiga kegiatan pada fungsi
fisik yaitu pengangkutan atau bongkar muat, penyimpanan dan pengolahan. Kegiatan
pengangkutan ini dilakukan oleh semua lembaga baik itu pengumpul, pengepul dan pengecer.
Pedagang pengumpul melakukan pengangkutan dari petani dan juga menjual kacang tanah ke
pedagang pengepul. Sedangakn pada pedagang pengepul pengangkutan yang dilakukan ialah
melakukan pembelian kacang tanah ke petani langsung jika jumlah pembelian dari pedagang
pengumpul terlalu sedikit.
Selain itu juga untuk mendukung kegiatan pengolahan kacang tanah. Pada pedagang
pengecer, pengangkutan yang dilakukan ialah dtang ke pedagang pengepul untuk membeli
kacang tanah yang sudah diolah dan menjual kacang tanah ke pasar atau konsumen.
Selanjutnya kegiatan penyimpanan, dimana hanya dilakukan oleh pedagang pengumpul,
dimana pedagang mengumpulkan kacang tanah telebih dahulu sebelum dijualnya ke
pedagang pengepul. Penyimpanan dilakukan kurang lebih selama 1 minggu hingga kacang
tanah terkumpul cukup banyak dan dijual ke pedagang pengepul.
Pedagang pengumpul menjual kacang tanah dalam sekali jual mencapai kurang lebih
600- 700 Kg ke pedagang pengepul. Kegiatan selanjutnya ialah pengolahan , dimana dalam

11
hal ini hanya dilakukan oleh pedagang pengepul. Pengolahan yang dilakukan ialah mengupas
kacang tanah menggunakan penggiling yang bertenaga dinamo motor listrik.
Fungsi pemasaran yang ke tiga ialah fungsi fasilitas, dimana dalam fungsi ini terdapat
sortasi, transportasi, penyusutan, pengemasan dan retribusi. Pada hal sortasi hanya dilakukan
oleh pedagang pengepul dalam hal ini tujuanya untuk membersihkan kacang tanah yang
sudah dikupas dengan membuang kacang yang busuk dan sisa kulit kacang dari proses
penggilingan. Pada fungsi transportasi dilakukan oleh semua lembaga pemasaran, dimana
dalam hal ini untuk melakukan proses jual beli baik atar pedagang maupun ke konsumen
langsung atau untuk mendukung fungsi pertukaran. Pada hal penyusutan, ini ditanggung oleh
semua lembaga pemasaran dimana pedagang pengumpul mengalaminya sebagai akibat dari
kacang tanah yang dikumpulkan selama kurang lebih 1 minggu sebelum dijual. Sedangkan
pada pedagang pengepul, penyusutan lebih ke akibat dari pengolahan dimana dalam hal ini
bentuk penyusutannya sebanyak 20 % dari kacang kulit setelah digiling. Tiap 1 Kg kacang
kulit yang digiling menghasilkan kacang kupas yang sudah disortasi sebesar 0,8 Kg.
Sedangkan pada pedagang pengecer, bentuk penyusutanya karena kacang yang sudah dikupas
akan mengalami penyusutan yang lebih cepat karena pengaruh udara dimana penyusutanya
mencapai 1 % tiap 1 Kg. Sedangkan yang terahir ialah pengemasan dan biaya retribusi
dimana dalam hal ini hanya dikeluarkan oleh pedagang pengecer. Pengemasan dibutuhkan
untuk pnjualan kacang kupas secara eceran di pasar sedangkan retribusi harus dikeluarkan
oleh setiap pedagang yang berjualan di pasar.

2.2.5. Harga dan Marjin Pemasaran


Tabel 1. Perhitungan Marjin Kacang Tanah Per Lembaga
Saluran 1 Saluran 2 Saluran 3 Saluran 4
Uraian
(Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg)
Harga di Petani 9.500 9.500 9.200 9.200
Harga di PedagangPengumpul - - 9.700 9.700
Harga di PedagangPengepul 14.000 14.000 14.000 14.000
Harga di Pedagang Pengecer - 15.000 15.000 -
Harga di Konsumen 14.000 15.000 15.000 14.000
Total Marjin Pemasaran 4.500 5.500 5.800 4.800

Berdasarkan tabel 3 di atas, dapat diketahui marjin pemasaran pada masing-masing


saluran. Pada saluran pertama marjinya 4.500 dan merupakan marjin yang paling rendah. Hal
tersebut karena petani menjual langsung kacang tanah ke pedagang pengepul dan konsumen
datang langsung untuk membeli kacang tanah ke pedagang pengepul sehingga hanya

12
melibatkan satu lembaga pemasaran saja. Pada saluran ke dua diketahui marjinya mencapai
5.500. Meskipun petani menjual kacang tanah langsung ke pedagang pengepul namun untuk
sesampainya kacang tanah ke konsumen, pedagang pengecer ikut terlibat dengan membeli
dari pengepul dan menjualnya ke konsumen sehingga mngakibatkan marjinya naik karena
pedagang pengecer tentunya melakukan beberapa fungsi pemasaran sebelum kacang tanah
dijual ke konsumen.
Pada saluran ke tiga yang merupakan saluran pemasaran paling panjang, marjin
pemasaranya juga paling tinggi yaitu mencapai Rp.7.300. Hal tersebut karena jumlah
lembaga pemasaran yang terlibat paling banyak sehingga marjinya paling tinggi karena
tentunya tiap-tiap lembaga pemasaran mengambil keuntungan yang bervariasi serta
mengeluarkan biaya-biaya yang dikeluarkan pada kegiatan pemasaran kacang tanah. Pada
saluran pemasaran yang ke empat, diketahui marjin pemasaranya mencapai 4.800. Meskipun
petani menjualnya melalui pedagang pengumpul, namun pada saluran pemasaran yang ke
empat tidak melalui pedagang pengecer untuk sesampainya kacang tanah ke konsumen
karena konsumen membeli langsung kacang tanah dari pedagang pengepul.

2.2.6 Biaya Pemasaran


Berikut ini biaya pemasaran kacang tanah di Kayupas berdasarkan masing-masing
lembaga pemasaran dan masing-masing saluran pemasaran :
Tabel 2. Biaya Pemasaran Saluran Pertama
Biaya Pemasaran Pedagang Pengepul Rp/Kg
Transportasi 7,33
Bongkar muat 60,03
Pengolahan 4
Sortasi 60,03
Penyusutan 2.800
Total Biaya Pemasaran Saluran 1 Rp.2.931,39

Tabel 3. Biaya Pemasaran Saluran Ke Dua


Biaya Pemasaran Pedagang Biaya Pemasaran
Rp/Kg Rp/Kg
Pengepul Pedagang Pengecer
Transportasi 7,33 Transportasi 130
Bongkar muat 60,03 Penyusutan 150
Pengolahan 4 Pengemasan 100
Sortasi 60,03 Retribusi 10
Penyusutan 2.800
Total Biaya Pemasaran Pada 2.931,39 Total Biaya Pemasaran 390

13
Pengepul Pada Pengecer
Total Biaya Pemasaran Saluran 2 Rp. 3.321,39

Tabel 4. Biaya Pemasaran Saluran Ke Tiga


Biaya Biaya Biaya
Pemasaran Pemasaran Pemasaran
Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg
Pedagang Pedagang Pedagang
Pengumpul Pengepul Pengecer
Transportasi 32,5 Transportasi 7,33 Transportasi 130
Penyimpanan 45 Bongkar muat 60,03 Penyusutan 150
Penyusutan 194 Pengolahan 4 Pengemasan 100
Sortasi 60,03 Retribusi 10
Penyusutan 2.800
Total Biaya 271,5 Total Biaya 2.931,39 Total Biaya 390
Pemasaran Pada Pemasaran Pada Pemasaran Pada
Pengumpul Pengepul Pengecer
Total Biaya Pemasaran Saluran 3 Rp.3.592,89

Tabel 5. Biaya Pemasaran Saluran Ke Empat


Biaya Pemasaran Rp/Kg Biaya Pemasaran Rp/Kg
Pedagang Pengumpul Pedagang Pengepul
Transportasi 32,5 Transportasi 7,33
Penyimpanan 45 Bongkar muat 60,03
Penyusutan 194 Pengolahan 4
Sortasi 60,03
Penyusutan 2.800
Total Biaya Pemasaran 271,5 Total Biaya Pemasaran 2.931,39
Pada Pengumpul Pada Pengepul
Total Biaya Pemasaran Saluran 4 Rp.3.202,89

Berdasarkan tabel biaya pemasaran pada masing-masing saluran pemasaran diatas,


maka dapat diketahui perbandingan biaya pemasaran pada masing-masing saluran sebagai
berikut :
Tabel 7. Perbandingan Biaya Pemasaran Per Saluran Pemasaran
Biaya Pemasaran Pada Masing- Masing Saluran Total Biaya Pemasaran
(Rp/Kg)
Saluran 1 2.931,39
Saluran 2 3.321,39
Saluran 3 3.592,89
Saluran 4 3.202,89

Berdasarkan tabel biaya pemasaran pada masing-masing saluran pemasaran di atas,


maka dapat diketahui biaya pemasaran pada masing-masing lembaga pemasaran dan juga

14
pada masing-masing saluran pemasaran kacang tanah di Kayupas. Pada saluran pemasaran
pertama diketahui total biaya pemasaranya 2.931,39/Kg. Biaya pemasaran saluran pertama
merupakan yang paling rendah karena hanya melibatkan satu lembaga pemasaran yaitu
pedagang pengepul saja. Pedagang pengepul mengluarkan biaya pemasaran untuk
transportasi, bongkar muat, pengolahan, sortasi dan penyusutan. Pada saluran ke dua diketahi
total biaya pemasaran kacang tanah 3.321,39/Kg. Hal tersebut karena selain melibatkan
pedagang pengepul namun juga melibatkan pedagang pengecer, dimana pedagang pengecer
mengluarkan biaya untuk transportasi, penyusutan, pengemasan dan retribusi.
Pada saluan pemasaran ke tiga biaya pemasaranya merupakan yang paling tinggi yaitu
mencapai 3.592,89 /Kg. Hal tersebut karena saluran ke tiga melibatkan banyak lembaga
pemasaran, selain pedagang pengepul dan juga pedagang pengecer juga melibatkan lembaga
pengumpul. Pada pedagang pengumpul mengeluarkan biaya pemasaran untuk transportasi,
penyimpanan dan juga penyusutan. Pada saluran pemasaran yang ke empat, biaya
pemasaranya 3.202,89/Kg. Meskipun sama seperti saluran ke tiga yang melibatkan pedagang
pengumpul, namun pada saluran pemasaran ke empat tidak melibatkan pedagang pengecer
dalam pemasaran kacang tanah. Salah satu indikator yang berguna untuk mengetahui efisiensi
pasar adalah dengan menbandingkan bagian yang diterima petani (farmer share). Farmer
share adalah persentase bagian harga untuk petani terhadap harga ditingkat konsumen akhir,
dinyatakan dalam persen (%). Umumnya bagian yang diterima petani (Farmer share) akan
lebih sedikit apabila jumlah lembaga bertambah banyak.
Tabel 8. Perhitungan Farmer Share
Saluran Harga dipetani Harga di Harga Harga di FS (%)
Pemasaran (Rp) pengumpul dipengepul(Rp) pengecer
(Rp) (Rp)
1 9.500 - 14.000 - 67,86
2 9.500 - 14.000 15.000 63,33
3 9.200 9.700 14.000 15.000 61,33
4 9.200 9.700 14.000 - 65,71

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui farmer share tertinggi yaitu pada saluran
pemasaran pertama sebesar 67,86 %. Hal itu karena petani menjual kacang tanah langsung
kepada pedagang pengepul tanpa melalui pedagang pengumpul, selain itu konsumen juga
membeli kacang tanah langsung ke pedagang pengepul sehingga tidak melibatkan banyak
lembaga pemasaran. Sedangkan pada saluran pemasaran ke dua mencapai 63,33 %.
Meskipun petani menjual langsung kacang tanah ke pedagang pengepul namun untuk
sampai ke konsumen dari pengepul melalui perantara pedagang pengecer sehingga

15
mengakibatkan farmer share menjadi lebih rendah dibandingkan dengan saluran pertama.
Selanjutnya farmer share pada saluran pemasaran ke tiga yaitu 61,33 %, ini merupakan
saluran dengan nilai farmer share terendah karena petani menjual kacang tanah melalui
pedagang pengumpul.
Selain pedagang pengumpul, pedagang pengepul dan pengecer juga terlibat
didalamnya sehingga merupakan saluran paling panjang. Pada saluran ke empat nilai farmer
share mencapai 65,71 %. Meskipun petani menjual kacang tanah melalui pedagang
pengumpul namun dalam saluran pemasaran ini pedagang pengecer tidak terlibat karena
konsumen membeli langsung kacang tanah dari pedagang pengepul.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Analisis mata rantai menjelaskan aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam dan sekitar
organisasi dan menghubungkannya dengan posisi kompetitif suatu organisasi dalam bisnis.
Analisa yang menentukan nilai yang dapat ditambahkan setiap altivitas pada
produk/jasa yang dihasilkan perusahaan.
Analisis yang memerinci suatu organisasi menjadi serangkaian “value generating
activities” yang dapat dikembangkan guna menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan.
Valu Chain Analysis dapat :
 Meningkatkan daya saing
 Mengurangi biaya
 Meningkatkan pangsa pasar
Menurut M-Porter analisis rantai nilai merupakan “the building blocks of competitive
advantage”. Porter menjelaskan dua kategori yang berbeda dalam analisis rantai nilai.
Pertama, lima kativitas utama yang meliputi logistik inbound, operasi, logistik outbound,

16
pemasaran dan penjualan dan jasa yang memberikan kontribusi pada penciptaan fisik dari
produk dan jasa, penjualan dan pengirimannya kepada pembeli, dan pelayanan setelah
penjualan. Kedua, aktivitas manusia dan infrastruktur perusahaan, sebagai proses
penambahan nilai baik oleh mereka sendiri atau menambah nilai dengan membuat hubungan
antara aktivitas utama dan pendukung.
Berdasarkan observasi pemasaran kacang tanah di Kayupas yang sudah dilakukan,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat 4 saluran pemasaran kacang tanah di Subak Kayupas :
- Petani - Pedagang Pengepul – Konsumen
- Petani - Pedagang Pengepul - Pedagang Pengecer – Konsumen
- Petani - Pedagang Pengumpul - Pedagang Pengepul - Pedagang Pengecer - Konsumen
- Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Pengepul – Konsumen
2. Terdapat tiga fungsi pemasaran yang dilakukan yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik dan
fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran meliputi penjualan dan pembelian. Fungsi fisik
meliputi bongkar muat,penyimpanan dan pengolahan. Fungsi fasilitas meliputi sortasi,
transportasi, penyusutan, pengemasan dan retribusi.
3. Besarnya marjin pemasaran pada kacang tanah per saluran yaitu :
4. Saluran 1 marjintotalnya yaitu 4.500/Kg. Saluran 2 marjin totalnya yaitu 5.500/Kg.
Saluran 3 marjintotalnya yaitu 5.800/Kg. Saluran 4 marjin totalnya yaitu 4.800/Kg.
5. Besarnya biaya pemasaran pada masing-masing saluran yaitu : Saluran pemasaran
pertama Rp. 2.931,39/Kg. Saluran pemasaran ke dua Rp. 3.321,39/Kg. Saluran
pemasaran ke tiga Rp. 3.592,89/Kg. Saluran pemasaran ke tiga Rp. 3.202,89/Kg.
6. Besarnya farmer share pada masing-masing saluran yaitu : Saluran pertama sebesar
67,86 %, saluran ke dua sebesar 63,33 %, saluran ke tiga sebesar 61,33 % dan saluran ke
empat sebesar 65,71 %.

17
DAFTAR PUSTAKA

Subagyo, M.B.A, Pangestu: Manajemen Operasi, BPFE Yogyakarta, 2000. Daft, Richard L:
Manajement, Salemba Empat, 2003. https://id.wikipedia.org/wiki/Rantai_nilai
http://www.wealthindonesia.com/lain-lain/pengertian-saluran-distribusi.html, (diakses
tanggal 13 Februari 2018)
http://organisasi.org/definisi-pengertian-harga-tujuan-metode-pendekatan penetapan-harga-
manajemen-pemasaran, (diakses tanggal 13 Februari 2018)
http://agriunud.blogspot.com/2012/01/saluran-pemasaran-agribisnis.html, (diakses tanggal 14
Februari 2018)
http://ekonomi.kompasiana.com/marketing/2011/07/30/pengertian-pemasaran-pertanian-
384915.html (diakses tanggal 14 Februari 2018)

18

Anda mungkin juga menyukai