Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PUDARNYA NILAI-NILAI PANCASILA

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada
Program studi ilmu Pendidikan Agama Islam

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Wilodati, M.Si.

Disusun Oleh :
Ajeng Khodijah 1802377
Eva Febrianan 1806009
Fikran Shafa Alam 1806598
Melina Septiani Sri Rahayu 1804903
Muhammad Fariz Baihaqi 1806408
Risda Pratiwi 1801908
Taopik Romdoni Rohmatuloh 1806064
Tiara Aulia Nurlianti 1804843

ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2019
KATA PENGANTAR
‫سم هللا الر حمن الر حيم‬
ِ ‫ِب‬
Segala puji bagi Allāh SWT. yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, atas limpahan
kehadirat, rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penulisan
makalah tentang “Pudarnya Nilai-Nilai Pancasila”.
Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasūl Allāh SAW. yang telah menyampaikan
petunjuk Allah SWT untuk kami semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar
yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi
seluruh alam semesta.
Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas mata kuliah
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Pada makalah ini akan dibahas mengenai isu yang
menyebabkan pudarnya nila-nilai pancasila.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun
kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bimbingan
Dr. Wilodati, M.Si. sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Pendidikan Bandung. Kami
sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk
itu, kepada dosen pembimbing kami meminta masukannya demi perbaikan
pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca.

Bandung, 30 Maret 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... 1


DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3
1.1. Latar Belakang Masalah................................................................................................................ 3
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 3
1.3. Tujuan ........................................................................................................................................... 4
1.4. Manfaat ......................................................................................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................................................ 5
2.1. Konsep Identitas Negara ............................................................................................................... 5
2.2. Nilai-Nilai Pancasila ..................................................................................................................... 5
2.3. Penerapan dan Pelaksanaan di Masyarakat ................................................................................... 8
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................................... 10
3.1. Faktor Yang Menyebabkan Pudarnya Nilai-Nilai Pancasila............................................................ 10
3.2. Dampak dari Pudarnya Nilai-Nilai Pancasila .................................................................................. 14
3.3. Upaya Menumbuhkan Kembali Nilai-Nilai Pancasila ..................................................................... 15
3.4. Nilai-Nilai Pancasila Yang Menjadi Aspek Penting Dalam Kehidupan ..................................... 17
BAB IV PENUTUP ..................................................................................................................... 23
4.1. Kesimpulan ...................................................................................................................................... 23
4.2. Saran ................................................................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 24

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Saat ini kita telah memasuki era globalisasi, yang dimana waktu, ruang, dan jarak bukan
lagi menjadi pembatas. Globalisasi dapat berpengaruh terhadap perubahan nilai-nilai budaya suatu
bangsa. Yang mau tidak mau, suka tidak suka telah datang dan menggeser nilai-nilai pancasila
yang telah ada. Nilai-nilai tersebut, ada yang bersifat positif ada pula yang bersifat negatif. Semua
ini merupakan ancaman, tantangan, dan sekaligus sebagai peluang bagi bangsa ini untuk berkreasi
dan berinovasi di segala aspek kehidupan, khususnya pada generasi muda Indonesia.
Di era globalisasi, pergaulan antarbangsa semakin kental. Batas antarnegara hampir tidak
ada artinya, batas wilayah tidak lagi menjadi penghalang. Di dalam pergaulan antarbangsa yang
semakin kental itu, akan terjadi proses akulturasi, saling meniru, dan saling mempengaruhi di
antara budaya masing-masing. Adapun yang perlu dicermati dari proses akulturasi tersebut adalah
proses lunturnya nilai budaya suatu bangsa itu sendiri, sebagai contoh yaitu: munculnya sikap
individualistis, konsumerisme, semakin menonjolnya sikap materialistis, dan lunturnya budaya
leluhur dari semulanya. Arus informasi yang semakin pesat mengakibatkan akses masyarakat
terhadap nilai-nilai asing yang negatif semakin besar. Apabila proses ini tidak segera dibendung,
akan berakibat lebih serius ketika pada puncaknya masyarakat tidak bangga lagi pada bangsa dan
negaranya. Pada genersi muda hal ini merupakan masalah yang serius karena mereka adalah tunas
penerus bangsa, yang jika tidak dibendung akan mengancam eksistensi dan ciri luhur bangsa ini.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1.2.1. Apa saja faktor yang menyebabkakn pudarnya nila-nilai pancasila?


1.2.2. Apa dampak yang disebabkan dari pudarnya nilai-nilai pancasila?
1.2.3. Bagaimana upaya menumbuhkan kembali nilai-nilai pancasila?
1.2.4. Bagaimana nilai-nilai pancasila menjadi aspek penting dalam kehidupan?

3
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka terdapat beberapa tujuan dari penyusunan
makalah ini, yaitu:
1.3.1. Untuk mengetahui hal-hal yang menyebabkan pudarnya nilai-nilai pancasila.
1.3.2. Untuk mengetahui dampak apa yang disebabkan pudarnya nilai-nilai pancasila.
1.3.3. Untuk mengetahui upaya apa yang harus dilakukan untuk menumbuhkan nilai-nilai
pancasila yang sudah memudar.
1.3.4. Untuk mengetahui nilai-nilai pancasila yang menjadi aspek penting kehidupan.

1.4. Manfaat
Berdasarkan tujuan diatas, makalah ini memiliki manfaat sebagai berikut:
1.4.1 Untuk pengajar, makalah ini dapat dijadikan sebagai referensi bahan ajar
1.4.2 Untuk pelajar makalah ini dapat menambah wawasan sehingga nilai nilai yang terkandung
di dalam makalah ini dapat dijadikan pedoman bersikap dalam kehidupan sehari hari
1.4.3 Untuk pihak pemangku kebijakan, makalah ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam
mengambil keputusan yang menyangkut Pancasila sebagai aspek ideologis dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.Konsep Identitas Negara
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata
Sanskerta: panca berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan
pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Lima sendi utama
penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan permusyawaratan
perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4
preambule (pembukaan) Undang-Undang Dasar 1945 (anonymous, 2011).
Pancasila merupakan cerminan karakter bangsa dan negara Indonesia yang beragam, hal
itu dapat terlihat dari fungsi dan kedudukan pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia, kepribadian
bangsa, pandangan hidup bangsa, sarana tujuan hidup dan pedoman bangsa Indonesia. Sebagai
warga negara yang setia kepada nusa dan bangsa haruslah mau mepelajari dan menhayati pancasila
yang sekaligus sebagai dasar filsafat negara ( Kaelan dan Zubaidi, Ahmad. 2007 ).
Negara Pancasila adalah suatu negara yang didirikan, dipertahankan dan dikembangkan
dengan tujuan untuk melindungi dan mengembangkan martabat dan hak-hak azasi semua warga
bangsa Indonesia (kemanusiaan yang adil dan beradab), agar masing-masing dapat hidup layak
sebagai manusia, mengembangkan dirinya dan mewujudkan kesejahteraannya lahir batin
selengkap mungkin, memajukan kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir batin seluruh
rakyat dan mencerdaskan kehidupan bangsa “keadilan sosial” (Kirdi Dipuyo. 1979:30).

2.2.Nilai-Nilai Pancasila

Nilai yang ada dalam Pancasila memiliki serangkaian nilai, yaitu ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan.Kelima nilai tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh
dimana mengacu dalam tujuan yang satu. Nilai-nilai dasar Pancasila seperti ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan yang bersifat universal, objektif, artinya nilai-
nilai tersebut dapat dipakai dan diakui oleh negara-negara lain, walaupun tidak diberi nama
Pancasila.Pancasila bersifat subjektif, artinya bahwa nilai-nilai pancasila itu melekat pada
pembawa dan pendukung nilai pancasila itu sendiri, yaitu masyarakat, bangsa, dan negara
Indonesia. Nilai-nilai Pancasila juga merupakan suatu pandangan hidup bangsa Indonesia.
Pancasila juga merupakan nilai-nilai yang sesuai dengan hati nurani bangsa Indonesia, karena
bersumber pada kepribadian bangsa.Nilai-nilai Pancasila ini menjadi landasan dasar, serta
motivasi atas segala perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kenegaraan.

5
Dalam kehidupan kenegaraan, perwujudan nilai Pancasila harus tampak dalam suatu peraturan
perundangan yang berlaku di Indonesia.Karena dengan tampaknya Pancasila dalam suatu
peraturan dapat menuntun seluruh masyarakat dalam atau luar kampus untuk bersikap sesuai
dengan peraturan perundangan yang disesuaikan dengan Pancasila.
Ciri hukum yang didasari nilai-nilai Pancasila membedakan Indonesia dengan hukum yang
ada di negara lain. Hukum di Indonesia didasari oleh keagamaan, sedangkan di negara sekuler
tidak didasari oleh keagamaan.Sehingga banyak hukum yang bertentangan dengan keagamaan,
misalnya Aborsi yang dilegalkan.Berikut ini adalah nilai-nilai dalam tiap –tiap butir Pancasila :
1. KetuhananYangMahaEsa Nilai-nilai yang terkandung dalam sila pertama ini adalah dimana kita
sebagai manusia yang diciptakan wajib
menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Didalam konteks masyarakat dalam kampus,
masyarakat kampus berhak untuk memeluk agama dan kepercayaannya masing-masing dan
wajib menjalankan apa yang diperintahkan dalam agama masing-masing dan menjauhi apa
yang dilarang.
2. KemanusiaanYangAdildanBeradab Sila kedua ini menjelaskan bahwa kita sesama manusia
mempunyai derajat yang sama di hadapan hukum.
3. PersatuanIndonesia Makna persatuan hakikatnya adalah satu, yang artinya bulat tidak terpecah.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Dalam sila ini menjelaskan tentang demokrasi, adanya kebersamaan dalam mengambil
keputusan dan penanganannya, dan kejujuran bersama.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Makna dalam sila ini adalah adanya kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat, seluruh
kekayaan dan sebagainya dipergunakan untuk kebahagiaan bersama, dan melindungi yang
lemah.
Nilai-nilai pancasila terdapat dalam alenia ke 4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,
oleh karena itu pancasila juga merupakan pokok kaidah negara yang fundamental. Pancasila
merupakan norma dasar bagi negara dan bangsa Indonesia. Hal ini berarti bahwa pancasila
merupakan peraturan, hukum atau kaidah yang sangat fundamental.
Tujuan mencantumkan pancasila dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah untuk
dipergunakan sebagai dasar negara Rebublik Indonesia, yaitu landasan dalam mengatur jalannya
pemerintahan di Indonesia. Pancasila merupakan jiwa dan kepribadian bangsa, karena unsur-
unsurnya telah berabad-abad lamanya terdapat dalam kehidupan bangsa Indonesia.Oleh karena itu,
pancasila adalah pandangan hidup atau falsafah hidup bangsa yang sekaligus merupakan tujuan
hidup bangsa Indonesia.
Dari pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa pancasila mempunyai kedudukan sebagai
dasar negara republik Indonesia. Dalam pancasila terdapat nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang
kemudian tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 negara republik Indonesia dan
secara tegas dinyatakan sebagai dasar ideologi bangsa Indonesia artinya pancasila dipakai sebagai
dasar untuk mengatur dan menyelenggarakan tata pemerintahan negara Indonesia.
Pancasila dalam kedudukannya ini sering disebut sebagai dasar filsafat atau dasar falsafah
Negara (philosofische Gronslag) dari Negara, ideology Negara atau staatsidee. Dalam pengertian
ini pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan Negara atau
dengan lain perkataan pancasila merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan Negara.
Konsekuensinya seluruh pelaksanaan dan pengelenggaraan negar terutama segala peraturan
perundang-undangan termasuk proses reformasi dalam segala bidanng dewasa ini, dijabarkan di
derivasikan dari nilai-nilai pancasila. Maka pancasila merupakan sumber dari segala sumber

6
hukum, pancasila merupakan sumber kaidah hukum Negara yang secara konstitusional mengatur
Negara republik Indonesia beserta seluruh unsure-unsurnya yaitu rakyat, wilayah, serta
pemerintahan Negara.
Sebagai dasar Negara pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang meliputi suasana
kebatinan atau cita-cita hukum sehingga merupakan suatu sumber nilai, norma serta kaidah, baik
moral maupun hukum Negara, dan menguasai hukum dasar baik yang tertulis atau Undang-
Undang Dasar maupun yang tidak tertulis maupun konfensi. Dalam kedudukannya sebagai dasar
Negara pancasila mempunyai kekuatan mengingat secara hukum. Sebagai sumber dari segala
sumber hukum atau sebagai sumber terbit hukum Indonesia maka pancasila tercantum dalam
ketentuan tertinggi yaitu pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, kemudian dijamahkan atau
dijabarkan lebih lanjut dalalm poko-pokok pokiran yang meliputi suasana kebatinan dari Undang-
Undang Dasar 1945, yang pada akhirnya dikonkritisasikan atau dijabarkan dalam pasal-pasal
Undang-Undang Dasar 1945, serta hukum positif lainnya. Kedudukan pancasila sebagai dasar
Negara tersebut dapat dirinci sebagai berikut :
1. Pancasila sebagai dasar Negara adalah merupakan sumber dari segala sumber hukum (sumber
tertib hukum) Indonesia. Dengan demikian pancasila merupakan asas kerohanian tertib hukum
Indonesia yang dalam pembukaan Undang-Undang
Dasar1945 dijelmakan lebih lanjut kedalam empat pokok pikiran.
2. Meliputi suasana kebatinan (geistlichenhintergrund) dari Undang-Undang Dasar 1945.
3. Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar Negara (baik hukum gasal tertulis maupun tidak
tertulis).
4. Mengandung norma yang mengharuskan Undang-Undang Dasar mengandung isi yang
mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara Negara (termasuk para penyelenggara
partai dan golongan fungsional). Memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.Hal ini
sebagai mana tercantum dalam pokok pikiran ke empat yang bunyinya sebagai berikut “Negara
berdasarkan atas ketuahanan yang maha esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
5. Merupakan sumber semangat bagi Undang-Undang Dasar 1945, bagi penyelenggara Negara,
para pelaksanan pemerintahan (juga para penyelenggara partai dan golongan fungsional). Hal
ini dapat dipahami karena semangat adalah penting bagi pelaksanaan dan penyelenggaraan
Negara, karena masyarakan dan Negara Indonesia senantiasa tumbuh dan berkembang seiring
dengan perkembangan jaman dan dinamika masyarakat. Dengan semangat yang bersumber
pada asas kerohanian Negara sebagai pandangan hidup bangsa, maka dinamika masyarakat
dan Negara akan tetap diliputi dan diarahkan asas kerohanian Negara.

Dasar formal kedudukan pancasila sebagai dasar Negara republik Indonesia tersimpul dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia IV yang bunyinya sebagai berikut “ maka
disusunlah kemerdekan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan Negara republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasar kepada ketuahanan yang maha esa kemanusiaan yang adil dan beradap,
persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia” Menurut kelan kata “dengan berdasar kepada” hal ini secara yuridis memiliki makna
sebagai dasar negara. Walaupun dalam kalimat terakhir pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
tidak tercantum kata pancasila secara eksplisit namun anak kalimat “ dengan berdasar kepada” ini
memiliki makna dasar negara adalah pancasila. Hal ini berdarkan atas interpratasi historis sebagai

7
mana ditentukan oleh BPUPKI bahwa dasar negara Indonesia itu disebut dengan istilah pancasila.
Sebagaimana telah ditentukan oleh pembentukan negara bahwa tujuan utama dirumuskannya
pancasila adalah sebagai dasar negara republik Indonesia.Hal ini sesuai dengan dasar yuridis
sebagai mana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, ketetapan
NO.XX/MPRS/1966. Ketetapan MPR NO.V/MPR/1973 dan ketetapan NO.IX/MPR/1978.
Dijelaskan bahwa pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertub hukum
Indonesia yang pada hakekatnya adalah merupakan suatu pandangan hidup, kesadaran dan cita-
cita hukum serta cita-cita moral yang meliputi suasana kebatinan serta watak dari bangsa
Indonesia. Selanjutnya dikatakan bahwa cita-cita tersebut meliputi cita-cita mengenai
kemerdekaan individu, kemerdekaan bangsa, prikemanusian, keadilan sosial, perdamaian sosial,
cita-cita politik mengenai sifat, bentuk dan tujuan negara cita cita moral mengenai kehidupan
kemasyarakatan dan keagamaan sebagai pengejawantahan dari budi nurani manusia. Dalam proses
reformasi dewasa ini MPR melalui siding istimewa tahun 1998, mengembalikan kedudukan
pancasila sebagai dasar negara republik Indonesia yang tertuang dalam tap MPR
NO.XVIII/MPR/1998. Oleh karena itu segala agenda dalam proses reformasi, yang meliputi
berbagai bidang selain berdasarkan panda kenyataan aspirasi rakyat (sila 4 juga harus mendasarkan
pada nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila). Reformasi tidak mungkin menyimpang dari
nilai ketuhanan, kemansiaan, persatuan, kerakyatan, serta keadilan.

2.3.Penerapan dan Pelaksanaan di Masyarakat

Pancasila merupakan pandangan hidup yang berakar dalam kepribadian bangsa, maka ia
diterima sebagai dasar negara yang mengatur hidup ketatanegeraan. pancasila berperan sebagai
pengatur sikap dan tingkah laku orang Indonesia masing-masing dalam hubungannya dengan
Tuhan Yang Maha Esa (Sila-I), dengan sesama manusia (sila II) dengan tanah air dan nusa bangsa
Indonesia (Sila-III) dengan kekuasaan dan pemerintahan negara (kerakyatan) dan dengan negara
sebagai kesatuan dalam rangka realisasi kesejahteraan (sila-V). Hal ini tampak dalam sejarah
bahwa meskipun dituangkan dalam rumusan yang agak berbeda, namun dalam 3 buah Undang-
Undang Dasar yaitu dalam pembukaan UUD’45, dalam mukadimah konstitusi RIS dan dalam
mukadimah UUDS RI (1950). Pancasila tetap tercantum di dalamnya. Pancasila yang selalu
dikukuhkan dalam kehidupan konstitusional itu dan menjadi pegangan bersama pada saat-saat
terjadi krisis nasional dan ancaman terhadap ekosistem bangsa kita, merupakan bukti sejarah
bahwa pancasila memang selalu dikehendaki oleh bangsa Indonesia sebagai dasar kehormatan
Indonesia, yaitu sebagai dasar negara, hal ini karena telah tertanam dalam kalbunya rakyat dan
dapat mempersatukan seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila memberikan corak yang khas kepada bangsa Indonesia dan tak dapat dipisahkan
dari bangsa Indonesia serta merupakan ciri khas yaitu membedakan bangsa Indonesia dari bangsa
lain. Terdapat kemungkinan, bahwa tiap-tiap sila secara terlepas dari yang lain, bersifat universal
yang juga dimiliki bangsa-bangsa lain di dunia ini, akan tetapi ke-5 sila yang merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisah pula itulah yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Kenyataan
sehar-hari yang kita lihat dalam masyarakat bangsa Indonesia antara lain:
1. Bangsa Indonesia sejak dahulu sebagai bangsa yang religius, percaya akanadanya zat yang maha
kuasa dan mempunyai keyakinan yang penuh, bahwa segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini
akan ciptaan Tuhan. Dalam sejarah nenek moyang, kita ketahui bahwa kepercayaan kepada
Tuhan itu dimulai dari bentuk dinamisme (serba tenaga), lalu animisme (serba arwah),
kemudian menjadi politeisme (serba dewa)dan akhirnya menjadi monoteisme (kepercayaan

8
akan adanya Tuhan Yang Maha Esa) sisanya dalam bentuk peninggalan tempat-tempat
pemujaan dan peribadatan upacara-upacara ritual keagamaan.
2. Sejak dahulu, bangsa Indonesia berkeyakinan bahwa pada hakekatnya semua manusia
dilahirkan sama, dan karena itu yang hidup dan menikmati kehadapan sepenuhnya watak mesti
bangsa Indonesia yang sebenarnya, tidak menyukai perbedaan perihal martabat yang
disebabkan karena perbedaan warna kulit, daerah keturunan dan kasta seperti yang terjadi
masyarakat feodal.
3. Karena pengaruh keadaan geografisnya yang terpencar antara satu wilayah dengan wilayah yang
lainnya, antar satu pulau dengan pulau lainnya maka Indonesia terkenal mempunyai banyak
perbedaan yang beraneka ragam sejak dari perbedaan bahasa daerah, suku bangsa, adat istiadat,
kesenian dan kebudayaannya (bhineka), tetapi karena mempunyai kepentingan yang sama,
maka setiap ada bahagian yang mengancam dari luar selalu menimbulkan kesadaran bahwa
dalam kebhinekaan itu terdapat ketunggalan yang harus diutamkana kesadaran kebangsaan
yang berbeda yaitu sebagai bangsaIndonesia.
4. Ciri khas yang merupakan kepribadian bansga dari berbagai suku, bangsa Indonesia adalah
adanya prinsip musyawarah diantara warga masyarakat sendiri dalam mengatur tata kehidupan
mereka. Sedang kepala desa, kepala suku,dan sebagainya hanya merupakan pamong
(pembimbing mereka yang dipilih dan dari antara mereka sendiri, prinsip musyawarah dan
masyarakat yang merupakan inti dari kerakyatan telah dipraktikkan dalam kehidupan
masyarakat adat seperti : desa marga, kurnia, nagori, banua, dsb.
5. Salah satu bentuk khusus dari kerakyatan ialah kerakyatan dibidang ekonomi, yang dirumuskan
sebagai keadilan atau kesejahteraan sosial bagi rakyat Indonesia, asas ini sudah dikenal berabad-
abad lamanya yang sisanya masih dapat kita jumpai dalam masyarakat terutama di desa, yaitu
kebisaaan tolong menolong antara sesama masyarakat, gotong – royong dalam mengusahakan
kepentingan bersama atau membantu (menolong seseorang yang sangat membutuhkan seperti
materialistik, kapitalisme dan individualisme sama sekali tidak disukai oleh bangsa Indonesia,
karena tidak memungkinkan tercapainya keadilan / kesejahteraan sosial.
Pancasila sebenarnya adalah cita-cita yang ingindicapai bersama oleh bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, Pancasila sering disebut dengan landasan ideal. Maksud dari ideal adalah bahwa
Pancasila merupakan hal yang menjadi sebuah gagasan dan dambaan. Hal ini sesuai dengan
pengeraian Pancasila sebagai ideologi negara. Dalam era yang hiruk-pikuk ini, eksistensi Pancasila
sudah mulai dipertanyakan. Benarkah Pancasila memang menjadi dasar hidup bangsa, benarkah
Pancasila merupakan identitas bagi bangsa Indonesia. Melihat realita yang ada, sulit untuk
membuktikan bahwa Pancasila masih menjiwai dan mendarah-daging dalam diri manusia
Indonesia.
Pancasila pada saat ini cenderung menjadi lambangdan hanya menjadi formalitas yang
dipaksakan kehadirannya di Indonesia.Kehadiran Pancasila pada saat ini bukan berasal dari hati
nurani bangsa Indoensia.Bukti dari semua itu aalah tidak aplikatifnya sila-sila yang terkandung
dalam Pancasila dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

9
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Faktor Yang Menyebabkan Pudarnya Nilai-Nilai Pancasila
Di zaman sekarang ini banyak nilai-nilai Pancasila yang begitu penting telah tergeser oleh
nilai-nilai dan pola pikir kebaratan yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia. Hal ini
mengakibatkan krisis moral yang terjadi pada bangsa Indonesia, terutama generasi muda.
Kehidupan sehari-hari generasi muda Indonesia kini jauh dari pedoman Pancasila. Penyebab
lunturnya nilai-nilai Pancasila saat ini yaitu generasi muda yang mengagung-agungkan budaya
barat, terlebih pemerintah kurang bersosialisasi dan menekankan nilai Pancasila yang sesuai
dengan perkembangan zaman.
Pancasila adalah dasar negara kita yang semestinya dijadikan dasar dan pandangan dari
segala aspek dalam kehidupan para generasi muda. Pancasila adalah dasar, pandangan, pedoman
yang harus dijadikan dasar dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat. Pancasila telah menjadi
ideologi Bangsa Indonesia. Pancasila juga sebagai cita-cita yang ingin dicapai Bangsa Indonesia.
Namun, dalam realita masyarakat khususnya remaja sebagai subjek yang dibahas, belum
mengamalkan Pancasila sebagai dasar dan pedoman dalam kehidupannya. Padahal kita semua tahu
bahwa remaja adalah aset penerus bangsa. Kebanyakan dari mereka hanya mementingkan dirinya
sendiri, melakukan hal – hal yang mereka sukai tanpa berlandaskan Pancasila. Generasi muda
merupakan sekelompok orang yang mempunyai semangat dan masih dalam tahap pencarian jati
diri. Dalam tahap pencarian jati diri inilah terkadang remaja masih mengalami kendala. Apalagi di
jaman serba bebas seperti sekarang ini pergaulan lah yang membentuk karakter dan jati diri
seorang remaja. Banyaknya penyimpangan menunjukkan buruknya moral generasi muda dan
lunturnya nilai – nilai Pancasila dalam diri generasi muda Indonesia.
Sekarang, pergaulan antarbangsa semakin kental. Di dalam pergaulan antarbangsa yang
semakin kental itu, akan terjadi proses akulturasi, saling meniru, dan saling mempengaruhi di
antara budaya masing-masing. Adapun yang perlu dicermati dari proses akulturasi tersebut adalah
proses lunturnya nilai budaya suatu bangsa itu sendiri, sebagai contoh yaitu : munculnya sikap
individualistis, konsumerisme, dan lunturnya budaya lokal yang seharusnya dilestarikan. Arus
informasi yang semakin pesat mengakibatkan akses masyarakat terhadap nilai-nilai asing yang
negatif semakin besar. Apabila proses ini terus berlanjut, akan berakibat lebih serius ketika pada
puncaknya masyarakat tidak bangga lagi pada bangsa dan negaranya. Pada generasi muda hal ini

10
merupakan masalah yang serius karena mereka adalah penerus bangsa, yang jika tidak dibendung
akan mengancam eksistensi dan ciri luhur bangsa ini. Berikut merupakan beberapa faktor yang
menyebabkan lunturnya nilai-nilai pancasila :

3.1.1. Kurangnya peranan pendidikan Agama dalam pembentukan sikap remaja.


Agama selalu membawa manusia pada jalan yang benar. Agama mengajarkan kita untuk
selalu berbuat baik bagi sesama. Jika kurangnya pegangan seseorang pada ajaran agama, maka
hilanglah kekuatan pengontrol yang ada didalam dirinya. Namun, jika setiap orang utamanya
generasi muda teguh dengan keyakinannya kepada Tuhan serta menjalankan agama dengan
sungguh-sungguh, tidak perlu adanya pengawasan yang ketat, karena setiap orang sudah dapat
menjaga dirinya sendiri atau kekuatan pengontrol dalam dirinya, tidak mau melanggar hukum-
hukum dan ketentuan-ketentuan Tuhan. Sebaliknya dengan semakin jauhnya remaja dari agama,
semakin sulit memelihara moral dalam diri remaja itu, dan semakin kacaulah suasana, karena
semakin banyak pelanggaran-pelanggaran, hak, hukum dan nilai moral.
Pendidikan Agama seharusnya dapat meminimalkan kenakalan-kenakalan remaja yang
acuh terhadap negaranya sendiri. Kehidupan remaja Indonesia akan sangat bermanfaat apabila
memiliki kesadaran terhadap pentingnya Pancasila dalam kelangsungan hidup bermasyarakat.

3.1.2. Kurangnya pendidikan pancasila.


Remaja adalah aset bangsa. Di dalam lingkungan sekolah kita rasa pendidikan Pancasila
masih sangat kurang. Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila kurang menjadi perhatian yang
penting bagi kalangan remaja karena Nilai-nilai pancasila dianggap kurang menarik untuk
diterapkan, bahkan lebih parahnya lagi belakangan ini remaja semakin mengarah kepada paham
barat yang identik dengan hidup bebas sebebas-bebasnya. dan mereka mereka seakan telah lupa
memiliki dasar negara sendiri yaitu Pancasila.
Pendidikan moral juga sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan remaja
menjadi seorang dewasa yang akan lepas ke dunia yang lebih keras. Indonesia perlu membentuk
para remaja yang berkualitas, yang cinta pada tanah airnya sendiri dalam segala aspek kehidupan.
Maka dari itu diperlukannya pendidikan Pancasila untuk generasi muda bangsa dan hendaknya
diberikan sejak dini.

11
Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh rumah tangga, sekolah maupun
masyarakat.
Pembinaan moral yang dilakukan oleh ketiga institusi ini tidak berjalan menurut
semestinya. Pembinaan moral dirumah tangga misalnya harus dilakukan dari sejak anak masih
kecil, sesuai dengan kemampuan dan umurnya. Karena setiap anak lahir, belum mengerti mana
yang benar dan mana yang salah, dan belum tahu batas – batas dan ketentuan moral yang tidak
berlaku dalam lingkungannya. Tanpa dibiasakan menanamkan sikap yang dianggap baik, anak-
anak akan dibesarkan tanpa mengenal moral. Pembinaan moral pada anak dirumah tangga bukan
dengan cara menyuruh anak menghapalkan rumusan tentang baik dan buruk, melainkan harus
dibiasakan.
Moral bukanlah suatu pelajaran yang dapat dicapai dengan mempelajari saja, tanpa
membiasakan hidup bermoral dari sejak kecil. Seperti halnya rumah tangga, sekolah pun dapat
mengambil peranan yang penting dalam pembinaan moral anak muda. Hendaknya dapat
diusahakan agar sekolah menjadi sarana yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan mental
dan moral anak muda. Di samping tempat pemberian pengetahuan, pengembangan bakat dan
kecerdasan. Dengan kata lain, supaya sekolah merupakan sarana sosial bagi generasi muda,
dimana pertumbuhan mental, moral dan sosial serta segala aspek kepribadian berjalan dengan baik.
Selanjutnya masyarakat juga harus mengambil peranan dalam pembinaan moral. Masyarakat yang
lebih rusak moralnya perlu segera diperbaiki dan dimulai dari diri sendiri, keluarga dan orang-
orang terdekat dengan kita. Karena kerusakan masyarakat itu sangat besar pengaruhnya dalam
pembinaan moral anak muda. Terjadinya kerusakan moral dikalangan pelajar dan generasi muda
sebagaimana disebutkan diatas, karena tidak efektifnnya keluarga, sekolah dan masyarakat dalam
pembinaan moral. Bahkan ketiga lembaga tersebut satu dan lainnya saling bertolak belakang, tidak
seirama, dan tidak kondusif bagi pembinaan moral.

3.1.3. Penyimpangan nilai – nilai Pancasila.


Kenakalan remaja juga termasuk penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila. Bagaimana
tidak, Pancasila mengajarkan pada kita untuk mengutamakan Tuhan didalam hidup kita, memiliki
rasa simpati dan empati, bersatu walaupun kita memiliki perbedaan satu sama lain, dan tidak
mengutamakan pribadi, serta bersikap adil kepada sesama kita. Itu hanya beberapa contoh kecil
yang diberikan Pancasila. Namun, dalam realita kehidupan masih banyak remaja yang melakukan

12
kenakalan remaja tanpa merasa bersalah pada diri sendiri, keluarga, dan negara. Contohnya seperti
tawuran antar sekolah yang menunjukkan bahwa anak muda sekarang sudah tidak memiliki sikap
toleransi, tenggang rasa, dan sikap saling menghargai. Ada pula remaja yang bertengkar dan
melakukan kekerasan kepada temannya sendiri hanya karena berselisih pendapat dan juga
banyaknya perilaku bullying, rasisme, serta diskriminasi. Itu menunjukkan bahwa nilai – nilai
Pancasila tak lagi dijadikan pedoman oleh para generasi muda. Padahal dalam butir Pancasila sila
ke 3 kita mengetahui bahwa kita hendaknya mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar
Bhineka Tunggal Ika.

3.1.4. Efek Globalisasi


Arus globalisasi sangat cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan remaja
di Indonesia. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi
tersebut telah membuat banyak anak muda kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia.
Hal tersebut ditunjukkan dengan gejala – gejala yang muncul dalam kehidupan sehari –
hari generasi muda jaman sekarang. Pertama, dari cara berpakaian banyak remaja – remaja yang
bergaya layaknya selebritis yang cenderung kebaratan. Mereka memakai pakaian yang minim
bahan. Padahal cara berpakaian tersebut jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita.
Kedua, teknologi internet bukanlah hal yang asing lagi di Indonesia. Teknologi internet
dapat memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses dengan mudah oleh siapa saja. Apalagi
bagi anak muda internet sudah menjadi santapan sehari – hari. Jika digunakan dengan semestinya
tentu akan memperoleh manfaat yang berguna. Namun jika disalahgunakan akan membawa
dampak buruk bagi kita.
Rasa sosial terhadap masyarakat akan memudar karena mereka lebih memilih berkicau di
media sosial dan lebih sibuk memegang handphone masing – masing.
Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan
cenderung cuek, tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Karena globalisasi
menganut kebebasan dan keterbukaan, sehingga banyak anak muda yang bertindak sesuka hatinya.
Contohnya, geng motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan yang mengganggu
ketentraman dan kenyamanan masyarakat.

13
Maka dari itu perlu dilaksanakan antisipasi untuk mengatasi menumbuhkan nilai – nilai
Pancasila dan nasionalisme, antara lain:

 Pendidikan Agama yang harus menjadi peranan penting untuk membentuk ketakwaan pada
diri generasi muda Indonesia
 Pendidikan moral bagi anak hendaknya dilakukan sedini mungkin agar membentuk
generasi muda yang bermoral dan taat kepada norma aturan.
 Pendidikan Pancasila yang harus ditanamkan sehingga dapat menjadi pedoman dan
landasan bagi generasi muda.
 Menumbuhkan kesadaran dalam diri generasi muda Indonesia untuk membangkitkan
semangat Pancasila.
 Menumbuhkan semangat nasionalisme, misalnya mencintai produk dalam negeri.
 Menanamkan dan mengamalkan nilai – nilai Pancasila dengan sebaik – baiknya.
 Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dan keyakinan dengan sebaik – baiknya.
 Lebih selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ekonomi, maupun budaya
bangsa.

3.2. Dampak dari Pudarnya Nilai-Nilai Pancasila


Unit Kerja Presiden Pemantapan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) menyatakan, dalam kurun
waktu 19 tahun terakhir, nilai-nilai Pancasila terus memudar. Terdapat pokok permasalahan yang
menyebabkan masalah ini. "Menurut Yudi Latief (Ketua UKP-PIP), pokok pertama adalah
pemahaman," kata Deputi bidang Pengendalian dan Evaluasi UKP-PIP Silverius Yoseph Soeharso
dalam pengenalan kehidupan kampus bagi mahasiswa tahun ajaran 2017/2018 di Universitas
Pancasila, Jakarta, Senin 28 Agustus 2017.” (Medcom.id, Jakarta)
Akhir-akhir ini, nila-nilai pancasila sudah tidak dihiraukan dan sudah diabaikan oleh
masvarakat termasuk generasi muda di dalamnya. Nilai pancasila yang menjadi pandangan hidup,
dasar negara, dan negara pemersatu yang majemuk sekarang sudah terbengkalai tiada arti. Banyak
masyarakat yang tidak mementingkan Pancasila, sehingga norma, dan bahkan moral bangsa ini
sudah mulai memudar. Hal ini terlihat dari maraknya peristiwa-peristiwa yang bertentangan
dengan nilai Pancasila yang melanda Indonesia. Seperti contohnya pembunuhan, pemerkosaan,
tawuran, curanmor. Hal-hal diatas banyak dilakukan oleh remaja atau kaum muda di Indonesia.
Kaum muda yang merupakan kandidat dari tulang punggung dan penerus bangsa malah melakukan

14
hal yang bertentangan dengan pancasila. Generasi akan kehilangan fungsiinya sebagai penerus
bangsa jika hal ini terus berlangsung Memudarnya nilai pancasila di kalangan remaja adalah
adanva globalisasi. Dengan adanya globalisasi, maka generasi muda dengan mudah dan cepat
mendapatkan segala informasi dari seluruh dunia. Informasi tersebut termasuk kebudavaan dan
cara hidup manusia dari berbagai belahan dunia, Dan karena kurangnya pengetahuan bimbingan.

3.3. Upaya Menumbuhkan Kembali Nilai-Nilai Pancasila


Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai pancasila kepada
generasi bangsa, yaitu sebagai berikut :
3.3.1 Melakukan pendidikan politik dalam rangka meningkatkan kesadaran akan hak dan
kewajiban sebagai warga negara dengan penuh tanggung jawab.

3.3.2 Meningkatkan disiplin nasional dan tanggung jawab sosial dalam rangka menumbuhkan
sikap mental kesetiakawanan sosial, tenggang rasa, dan rasa tanggung jawab.

3.3.3 Memelihara semangat, tekad, disiplin dan meningkatkan partisipasi aktif dalam
pelaksanaan pembangunan.
3.3.4 dengan cara keteladanan dan pewarisan.

3.3.4.1 Cara keteladanan


Keteladanan dapat diberikan di berbagai aspek kehidupan dan lingkungan, seperti
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keteladanan di lingkungan keluarga biasanya diberikan oleh
ayah, ibu atau anak yang lebih tua. Contoh:

 Orang tua yang selalu bersikap adil kepada anak-anaknya


 Orang tua yang memegang pada prinsip kebenaran
 Seorang kakak yang memberi teladan dalam hal kegiatan keagamaan
 Seorang anak yang menjaga nama baik keluarga dalam sikap dan perbuatan

15
Keteladanan di lingkungan sekolah biasanya diberikan oleh guru, kepala sekolah, pengurus
OSIS dan pengurus kelas. Contoh:

 Mengikuti setiap upacara bendera yang diadakan oleh sekolah


 Ikut membantu meringankan beban teman dengan uang saku kita
 Ikut aktif dalam gerakan pramuka
 Ikut menjaga kebersihan lingkungan sekolah

3.3.4.2 Cara Pewarisan


Cara pewarisan dilakukan dengan mengadakan serangkaian kegiatan yang dapat
menumbuhkembangkan nilai-nilai pancasila. Melalui kegiatan tersebut nilai-nilai pancasila
diwariskan. Kegiatan-kegiatan tersebut seperti mengunjungi tempat-tempat bersejarah, mengenal
perjuangan tokoh-tokoh pahlawan, dan tapak tilas perjuangan bangsa.
Negara sangat membutuhkan orang-orang yang memiliki semangat dan tekad yang
tinggi, pikiran yang jernih serta sikap berani menegakkan kebenaran dalam masyarakat.
Nilai-nilai pancasila perlu ditanamkan sejak dini. Sejak masa kanak-kanak pun semangat
nilai-nilai pancasila perlu diperkenalkan. Hal ini dapat diwujudkan di berbagai lingkungan, baik
lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun berbangsa dan bernegara.

3.3.5 Melalui Pendidikan Sejarah Perumusan Pancasila

Pendidikan memiliki peran paling sentral dalam menanamkan kesadaran dan pemahaman
warga negara Indonesia terhadap Pancasila. Baik atau buruknya pemahaman terhadap Pancasila
oleh seorang warga negara, dipengaruhi besar oleh peran pendidikan Pancasila yang warga negara
tersebut dapatkan.

Salah satu upaya untuk menumbuhkan nilai Pancasila yaitu dengan memahami Pancasila
itu sendiri. cara terbaik untuk memahami Pancasila adalah dengan menelusuri sejarah bagaimana
proses terbentuknya Pancasila, bagaimana berjalanya diskusi yang dilakukan founding father
bangsa Indonesia ketika merumuskan Pancasila.

Sebagai contoh, apa yang menjadi sebab sila pertama berbunyi “Ketuhanan yang maha
Esa” ? bagaimana proses diskusi yang terjadi ketika sebelumnya bunyi sila pertama adalah
“Ketuhanan dengan menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya ?” mengapa pada sila
kedua berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab ?” bukan “kemanusiaan yang berbudaya”,
“kemanusiaan yang berkarakter”, “kemanusiaan yang berbudi pekerti”. Mengapa adil dan beradab.

16
maka untuk mengetahui makna dari tiap tiap kata dalam tiap butir Pancasila adalah dengan
menelusuri sejarah bagaimana saat itu Pancasila didiskusikan.

Sehingga dari proses pemahaman sejarah yang utuh tersebut, Pancasila pun dapat dipahami
dengan utuh. proses menanamkan pemahaman Pancasila terjadi dalam proses Pendidikan. Buah
dari proses penanaman pemahaman Pancasila tersebut, akan membuat nilai nilai Pancasila kembali
tumbuh, disadari secara substantif dan dijadikan sebagai pandangan hidup oleh setiap warga
negara.

Maka, ketika setiap warga negara sudah memperoleh pemahaman Pancasila yang utuh
melalui proses pendidikan, dengan sendirinya akan tercipta masyarakat yang menjadikan Pancasila
sebagai pandangan hidup. Pancasila akan dijadikan pijakan dasar pada setiap pengambilan
keputusan dalam kehidupan sehari hari.

3.4. Nilai-Nilai Pancasila Yang Menjadi Aspek Penting Dalam Kehidupan

3.4.1. Peranan Nilai Nilai Pancasila


3.4.1.1 Nilai-Nilai Pancasila
Pancasila bagi bangsa Indonesia memiliki keuinikan atau kekhasan karena Pancasila
memiliki kedudukan atau status yang tetap dan berangkai. Keuinikan ini ada karena setiap sila
dalam Pancasila saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan, inilah yang menyebabkan Pancasila
menjadi identitas bangsa Indonesia.
Perlu disadari bahwa Pancasila merupakan nilai-nilai yang universal, pada bangsa lain
tidak dapat dilaksanakan secara utuh dan menyeluruh sebagaimana bangsa Indonesia. Dengan
demikian perbedaannya bukan terletak pada sikap ramah tamah, gotong royong dan lain-lain,
tetapi terletak pada pengamalan setiap sila yang terdapat didalamnya. Makadari itu penerapannya
ditumbuhkan dan dikembangkan tanpa paksaan melainkan atas kesadaran diri, merupakan
pengganti hati nurani yang timbul dari dalam.

3.4.1.2. Penerapn Nilai-Nilai Pancasila


Penerapan nlai-nilai Pancasila merupakan kebutuhan aspek kehidupan bangs Indonesia
sebagai konsekuensi yang logis dari kesadaran kehendak yang akan menimbulkan:

 Rasa Keimanan.
 Rasa Kemanusiaan.
 Rasa Berbangsa atau Kebangsaan.

17
 Rasa Demokrasi.
 Rasa Keadilan.

Bila kita simak lebih lanjut akan terlihat uraiian –uraian sebagai berikut.

 Rasa Keimanan

Kehendar akan rasa keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, bahwa ada sesuatu yang
terletak diluar nalar manusia, yang menciptakan manusia dan segala isi alam semsta sekaligus
memelihara dan mengatur ciptaan-Nya.
Penerapannya berupa hidup beragama sebagaimana yang telah bangsa Indonesia jalani saat ini.
Meskipun ketentua atau aturannya dijalankan berdasarkan agama masing-masing.

 Rasa Kemanusiaan
Kesadaran akan kehendak manusia adalah jiwa yang merasakan bahwa manusia itu selalu
ingin berhubungan atau dikatakan saling membutuhkan dengan manusia yang lainnya.
Sesuai dengan hakikat dan martabat manusia, maka diperlukan ketentuan dan peraturan
agar tidak ada kesewenang-wenangan. Ketentuan ini akan menimbulkan hak-hak dan
kewajiban asasi manusia, baik sebgai pribadi ataupun sebagai warga negara.
 Rasa Kebangsaan
Bahwa bangsa Indonesia merupakan bagian dari bangsa-bangsa yang ada didunia ini.
Tetapi secra sadarbangsa Indonesia mempunyai keunikan dan kekhasan sedndiri yang
membedakan dengan bangsa-bangsa lainnya. Menyadarkan akan hal ini bahwa bangsa
Indonesia perlu hidup sejajar dan sederajat, dan berdampingan secara damai dan
berdampingan ddengan damai dengan bangsa lain. Indonesia memiliki ketentuan dan
peraturan sendiri yang perwujudannya adalah Persatuan Bangsa Indonesia.
 Rasa Demokrasi
Bahwa pada dasarnya manusia secr sadar ingin diperhatikan dan ingin berperan dalam
kelompok dilingkungannya. Perasaaan ingin memiliki dan berperan serta ini tercermin
dalam demikrasi. Dalam musyawarah dan mufakat kepentingan manusia sebagai pribadi
dan masyarakat dijamin. Kepentingan manusia pribadi akan dikalahkan bila bertentangan
dengan kepentingan masyarakat. Kebebasan dijamin sesuai dengan mufakat. Segala
sesuatu diambil secara musyawarah untuk mendapatkan mufakat.

18
 Rasa Keadilan
Rasa keadilan adalah rasa bahwa sesuatu yang menjadi milik orang lain diberikan kepada
yang memang miliknya begitupun sebaliknya. Damana masyarakat yang berkeadialn sosil
pribadi dan masyarakat mengenyam cukup sandang, papa, hasil budaya, pendidikan,
pengetahuan, seni sastra dapat dinikmati oleh seluruh rakyat.

3.4.1.3. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa

 Bangsa adalah rakyat mempunyai tekad untuk membangun mas depan dengan
mendirikan negara yang akan mengurus terwujudnya aspirasi dan kepentingan bersama
secara adil.
 Hubungan antara pandangan hidup masyarakat, pandangan hidup bangsa dan pandangan
hidup negara.
 Dalam proses perumusannya pandangan hidup masyarakat dituangkan dan
dilembagakan menjadi pandangan hidup bangsa dan selnjutnya pandangaan hidup
bangsa. Dituangkan dan dilembagakan menjadi pandangan hidup negara. Tidak semua
pandangan hidup masyarakat, khusunya masyarakat majemuk menjadi atau diangkat
sebgi pandangan hidup bangsa.
 Pancasila sebagai ideology terbuka. Terdiri dri dua jenis nilai dasar yang bersifat tetap
namun mampu berkembang secara dunamis ayng s=disebut sebagai ideology terbuka.
 Negara Pancasila negara kebangsaan Yang Berketuhanan Yang Maha Esa. Republik
Indonesia ini berdasrkan pancsila baik sebagai pandangan hidup bangsa maupun sebagai
pandngan hidup bangsa yang jelas mendasarkan kepada Ketuhanan Yang Mah Esa
(theis), menyadari bahwa bangsa Indonesia adalah negara yang majemuk mka perlu
dipupuk integrase nasional dalam rangka mewujudkan persatun dan kesatuan bangsa.

19
3.4.1.4. Nilai dalam Pancasila sebagai Pokok Moralitas Bangsa

3.4.1.4.1. Pertama
Nilai Ketuhanan sebagai sumber etika dan spiritual yang bersifat vertikal transendental
memiliki peranan penting sebagai dasar beretika dalam kehidupan bernegara. Dalam kaitannya,
Indonesia bukan meupkan negara sekuler yang memisahkan “agama” dari ”negara”.
Karena hal tersebut dapat berpotensi menyudutkan peran agama ke ruang privat komunitas. Negara
menurut nilai dasar Pancasila diharapkan dapat memberi perlindungan dalam mengembangkan
kehidupan beragama. Dan juga agama diharapkan dapat berperan dalam penguatan etika sosial.
Pada saat yang sama, Indonesia juga bukan “negara agama”, yang hanya mendukung salah satu
(unsur) agama yang memungkinkan agama tertentu dapat mendikte ketentuan negara.

3.4.1.4.2. Kedua
Nilai kemanusiaan secara umum bersumber dari hukum Tuhan, hukum alam, dan sifat
manusia sebagai makhluk sosial sangat penting sebagai dasar dalam etika dalam kehidupan
berpolitik dan bernegara dalam pergaulan dunia. Prinsip kebangsaan secara luas mengarah pada
persatuan dunia tersebut diwujudkan melalui jalan eksternalisasi dan internalisasi.
Eksternalisasi, bangsa Indonesia menggunakan segenap daya upaya dan khazanah yang dimiliki
guna bebas-aktif “ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.” Internalisasi, bangsa Indonesia mengakui serta memuliakan hak warga
dan penduduk negeri secara mendasar dalam hubungan negara dengan warga negara.

3.4.1.4.3.Ketiga
Penerapan nilai-nilai kemanusiaan terlebih dulu harus tertanam kuat dalam lingkungan
pergaulan masyarakat secara mendalam, sebelum lebih jauh ingin menjangkau pergaulan dunia.
Dalam internalisasi nilai-nilai persatuan kebangsaan ini, Indonesia merupakan sebuah negara yang
memiliki kemajeukan bangsa yang dapat mengatasi paham golongan dan perseorangan. Persatuan
dari kemajemukan masyarakat dikelola berdasarkan konsep kebangsaan yang mencerminkan
persatuan dalam keragaman, dan keragaman dalam persatuan, seperti semboyan yang dinyatakan
dengan ungkapan “Bhinneka Tungal Ika.”

20
3.4.1.4.4. Keempat
Nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan serta cita-cita kebangsaan itu dalam
penerapannya harus menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam semangat permusyawaratan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan. Dalam visi demokrasi permusyawaratan, demokrasi
memperoleh kekuatannya dalam kedaulatan rakyat. Pada prinsipnya, keputusan yang diambil
dalam musyawarah mufakat tidak didikte oleh golongan mayoritas, namun dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan yang menjunjung tinggi rasionalisme deliberatif serta kearifan setiap warga demi
mencerminkan manfaat musyawarah itu sendiri.

3.4.1.4.5. Kelima
Nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, merupakan nilai dan cita-cita kebangsaan, serta
demokrasi permusyawaratan dalam pengertian agar dapat mewujudkan keadilan sosial. Di satu
sisi, perwujudan keadilan sosial itu harus merefleksikan nilai imperatif etis keempat sila yang
lainnya. Di sisi lain, otentisitas pengamalan sila-sila Pancasila bisa diukur dari perwujudan
keadilan sosial dalam kehidupan berbangsa.
Implementasi nilai nilai Pancasila dalam kehidupam bermasyarakat secara menyeluruh
merupakan sebuah realisasi praksis untuk mencapai tujuan bangsa. Sebagaimana berikut
penjelasannya:
3.4.1.5. Pancasila dalam Kehidupan Bangsa

3.4.1.5.1. Dalam bidang Politik


Pembangunan serta pengembangan dalam bidang politik haruslah berdasarkan pada dasar
ontologis manusia. Hal tersbut berdasarkan kenyataan objektif bahwa manusia merupakan subjek
negara, oleh karenanya kehidupan politik harus sungguh-sungguh merealisasikan tujuan demi
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Pengembangan politik negara haruslah
berdasarkan pada moralitas seperti yang tercantum di dalam sila-sila Pancasila dan maknanya,
sehingga dalam praktek-praktek politik paham yang menghalalkan segala cara haruslah ditiadakan
segera.
3.4.1.5.2. Dalam bidang Ekonomi
Di dalam ilmu ekonomi terdapat sebuah istilah siapa yang kuat maka ialah yang akan
menang, sehingga umumnya dalam pengembangan ekonomi selalunya mengarah pada persaingan

21
bebas. Dan sangat jarang yang mementingkan moralitas kemanusiaan. Hal tersebut tentunya sangat
tidak sesuai dengan ciri-ciri demokrasi Pancasila yang lebih mengarah pada ekonomi kerakyatan,
yakni perekonomian yang manusiawi yang berdasarkan pada tujuan guna mensejahterakan rakyat
secara luas (Mubyarto,1999).
Pengembangan dalam segi ekonomi bukan hanya untuk mengejar pertumbuhan belaka
namun juga demi kemanusiaan juga kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Maka dari itu
sistem perekonomian di Indonesia berdasarkan pada asas ekonomi kekeluargaan untuk seluruh
bangsa.
3.4.1.5.3. Dalam bidang Sosial dan Budaya
Dalam membangun maupun mengembangkan aspek sosial budaya di masyarakat
hendaknya berdasarkan pada sistem nilai. Sebuah sistem yang memiliki kesesuaian dengan nilai-
nilai luhur budaya yang telah dimiliki oleh masyarakat. Sebab fungsi kebudayaan bagi masyarakat,
terutama dalam rangka guna melakukan reformasi di segala bidang. Dengan adanya stagnansi nilai
sosial budaya yang ada di masyarakat, sehingga tak jarang timbul berbagai macam konflik sosial
yang dapat menimbulkan dampak ketimpangan sosial di masyarakat secara luas.
Sehingga sangat dibutuhkan peran akhlak dalam pembentukan karakter bangsa supaya
menjadi bangsa yang memiliki karakter Pancasila. Karenanya sebagai cara melestarikan budaya
harus mengangkat nilai-nilai budaya yang dimiliki bangsa Indonesia Yakni nilai-nilai Pancasila
itu sendiri. Yang bersumber pada harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang berbudaya.

3.4.1.5.4. Dalam bidang Pertahanan dan Keamanan


Pada hakikatnya sebuah negara merupakan kumpulan suatu masyarakat hukum. Demi
tegaknya hak dan kewajiban warga negara maka sangat dibutuhkan adanya peraturan perundang-
undangan negara, guna mengatur ketertiban maupun keteraturan warga serta sebagai landasan
hukum persamaan kedudukan warga negara.

22
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik Indonesia. Pancasila
juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara Republik Indonesia. Maka masyarakat
Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama dalam kehidupan
kemasyarakatan dan kehidupan kenegaraan. Pancasila memiliki serangkaian nilai, yaitu
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Nilai-nilai dasar Pancasila seperti
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan yang bersifat universal, objektif,
artinya nilai-nilai tersebut dapat dipakai dan diakui oleh negara-negara lain. Pancasila bersifat
subjektif, artinya bahwa nilai-nilai Pancasila itu melekat pada pembawa dan pendukung nilai
Pancasila itu sendiri, yaitu masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. Sebagai suatu ideologi
bangsa dan Negara Indonesia maka Pancasila pada hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil
perenungan atau pemikiran seseorang atau kelompok orang sebagaimana idelogi-ideologi lain di
dunia, namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai
religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk Negara,
dengan lain perkatan unsur-unsur yang merupakan materi (bahan) Pancasila tidak lain diangkat
dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri.
Perkembangan yang modern mengakibatkan arus globalisasi semakin kuat menerjang
Indonesia. Hal ini sangat berdampak terhadap nilai-nilai pancasila yang semakin pudar dikalangan
pemuda bangsa. Hal ini disebabkan karena pemahaman Pancasila dan budi pekerti tidak efektif
dalam proses belajar mengajar, sehingga pemuda menganggap Pancasila hanya dasar Negara
semata dan rasa nasionalisme yang tergantikan dengan kebudayaan barat dan kemajuan zaman.
Kita dapat mengembalikan nilai-nilai Pancasila di kalangan muda dengan melakukan pengawasan
pergaulan, kerja sama antar anak, orang tua dan pemerintah serta terus memberikan pemahaman
dan pengalaman Pancasla yang diiringi dengan ajaran-ajaran agama kepada generesi bangsa
Indonesia.
4.2. Saran
Makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu penyusuun menyarankan para pembaca
untuk mencari referensi lain untuk memperkuat dan memenuhi segala kekurangan dari makalah
ini.

23
DAFTAR PUSTAKA

Aminullah. (n.d.). Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan Bermasyarakat. Jurnal Ilmiah IKIP
Mataram.

Asmaroini, A. P. (2016). IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA BAGI SISWA DI


ERA GLOBALISASI. Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan.

Koentowibisono, P. D. (1992). PENJABARAN HAK-HAK ASASI MANUSIA.

Yudhanti, R. (2016). Pancasila dan Berbagai Permasalahan Aktual. Seminar Nasional Hukum.

Suyadi, Suyadi (2017, 5 Oktober). Upaya Menumbuhkan Nilai Nasionalisme Bagi Rakyat
Indonesia. Dikutip 28 Maret 2019 dari Upaya Menumbuhkan Nilai-Nilai Pancasila:
http://www.google.com/search?q=upaya+menumbuhkan+nilai-nilai+pancasila.

24

Anda mungkin juga menyukai