ISDAR
NIM 1617594
RINGKASAN
Oleh:
ISDAR
NIM: 1617594
Pembimbing I Pembimbing II
Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang sangat besar sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan magang dan Praktik Kerja Lapang (PKL)
yang berjudul “Estimasi Ketidakpastian Pengukuran pada Penetapan Kadar Free
Fatty Acid (FFA) dalam Sampel Minyak Goreng Sawit Merek AB Secara
Alkalimetri di PT SMART Tbk Unit Refinery Marunda Bekasi” tepat pada
waktunya. Salawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya.
Laporan magang dan PKL ini disusun guna memenuhi syarat
menyelesaikan program pendidikan Diploma Tiga Program Studi Analisis Kimia
di Politeknik AKA Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. Herawati, M. Si., sebagai pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, arahan, saran, dan nasihatnya dalam penyusunan laporan ini.
2. Bapak Hidayatur Rahman, S. Si., sebagai pembimbing II yang telah
memberikan arahan, bimbingan, dan saran selama praktik kerja lapang dan
penyusunan laporan ini.
3. Bapak Ir. Maman Sukiman, M. Si., sebagai direktur Politeknik AKA
Bogor dan sebagai ketua sidang komprehensif, staf dosen, dan civitas
akademik atas semua nasihat dan ilmu pengetahuan yang telah diberikan
kepada penulis.
4. Bapak Reza Mulyawan, M. Si., sebagai dosen penguji seminar yang telah
memberikan arahan, saran, dan nasihatnya kepada penulis.
5. Bapak Dr. Supriyono, M. Si., sebagai dosen penguji sidang komprehensif
yang telah memberikan arahan, saran, dan nasihatnya kepada penulis.
6. Ibu Dra. Nunung Widijantie, M. Hum., sebagai dosen wali yang telah
memberikan arahan, saran, dan nasihatnya sampai akhir akademis.
7. Head Department, Head Section, Officer, dan seluruh analis di Quality
Management Department PT SMART Tbk Unit Refinery Marunda Bekasi
v
vi
Penulis menyadari bahwa laporan magang dan PKL ini masih jauh dari
sempurna. Semoga laporan magang dan PKL ini bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkannya.
Isdar
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA ................................................................................................. v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL...................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. x
PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
TIJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 3
Minyak Goreng Sawit ................................................................................. 3
Alkalimetri .................................................................................................. 5
Estimasi Ketidakpastian Pengukuran .......................................................... 8
PERCOBAAN ........................................................................................... 11
Waktu dan Tempat ...................................................................................... 11
Bahan dan Alat ............................................................................................ 11
Bahan ............................................................................................... 11
Alat .................................................................................................. 11
Metode Percobaan ....................................................................................... 12
Cara Kerja ................................................................................................... 12
Standardisasi Larutan NaOH 0,1 M ................................................ 12
Penetapan Kadar FFA dalam Sampel Minyak Goreng Sawit
Merek AB ........................................................................................ 13
Pengolahan Data Estimasi Ketidakpastian Pengukuran pada
Penetapan Kadar FFA dalam Sampel Minyak Goreng Sawit
Merek AB ........................................................................................ 13
SIMPULAN ............................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 23
LAMPIRAN ............................................................................................... 25
vii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
viii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
x
PENDAHULUAN
Minyak goreng kelapa sawit adalah fraksi cair minyak kelapa sawit dari
hasil proses penghilangan gum (degumming), pemucatan (bleaching), dan
deodorisasi minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) atau fraksinasi
minyak kelapa sawit yang sudah dimurnikan (Refined Bleached Deodorized Palm
Oil/RBDPO) (BPOM, 2006). Minyak goreng merupakan medium pengolahan
bahan makanan yang berfungsi sebagai penghantar panas, penambah rasa gurih,
dan menambah nilai kalori bahan pangan. Salah satu faktor yang memengaruhi
kualitas minyak goreng sawit yaitu Free Fatty Acid (FFA). Bahan pangan yang
mengandung kadar FFA lebih besar 0,2% dari berat bahan pangan, akan
mengakibatkan aroma yang tidak diinginkan dan dapat meracuni tubuh
(GUNAWAN et al., 2003).
PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (PT SMART Tbk)
Unit Refinery Marunda Bekasi merupakan salah satu industri berbasis kelapa
sawit terbesar di indonesia. PT SMART Tbk Unit Refinery Marunda Bekasi
memproduksi minyak goreng sawit dengan berbagai macam merek dagang, salah
satu diantaranya yaitu minyak goreng sawit merek AB. Penentuan kualitas
minyak goreng sawit tersebut dilakukan dengan cara melakukan pengujian
berdasarkan parameter-parameter pengujian yang mengacu pada metode
American Oil Chemists’ Society (AOCS) tahun 2009.
Laboratorium PT SMART Tbk Unit Refinery Marunda Bekasi
menerapkan sistem International Organization for Standardization (ISO) 17025
tahun 2017 mengenai persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan
laboratorium kalibrasi. Pada dokumen standar ISO 17025 tahun 2017 klausul
7.6.3., tercantum ketentuan bahwa laboratorium yang melakukan pengujian perlu
mengevaluasi ketidakpastian pengukuran sehingga setiap laporan hasil uji
penetapan kadar FFA dalam minyak goreng sawit merek AB perlu mencantumkan
hasil ketidakpastian pengukurannya. Ketidakpastian merupakan suatu parameter
yang menyatakan rentang/kisaran yang di dalamnya diperkirakan terletak nilai
benar dari sifat yang diukur (SUNARDI dkk, 2007).
1
2
Minyak goreng (olein) sawit adalah fraksi cair minyak kelapa sawit dari
hasil proses penghilangan gum (degumming), pemucatan (bleaching), dan
deodorisasi minyak olein sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) atau fraksinasi
minyak kelapa sawit yang sudah dimurnikan (Refined Bleached Deodorized Palm
Oil/RBDPO). Karakteistik dasar minyak olein sawit meliputi: kadar air dan kadar
kotoran tidak lebih dari 0,1%, bilangan iod tidak kurang dari 56 g I2/100 g, kadar
asam lemak bebas sebagai asam palmitat tidak lebih dari 0,1%, dan bilangan
peroksida tidak lebih dari 10 mek O2/kg (BPOM, 2016).
Minyak goreng merupakan salah satu produk olahan yang dihasilkan dari
buah kelapa sawit. Pada kelapa sawit dapat diperoleh dua jenis minyak kasar,
yaitu CPO dan Crude Palm Kernel Oil (CPKO). Proses pengolahan CPO menjadi
minyak goreng juga menghasilkan beberapa hasil samping yang bernilai
ekonomis antara lain stearin yang merupakan bahan baku margarin, dan Palm
Fatty Acid Destillate (PFAD). Hasil samping yang diperoleh ini merupakan salah
satu daya tarik investasi industri minyak goreng dari CPO, disamping minyak
goreng yang dihasilkan merupakan minyak tidak jenuh yang sangat baik untuk
kesehatan (MARIATI, 2007). Komposisi asam lemak pada minyak kelapa sawit
didominasi oleh asam palmitat yang dapat dilihat pada Tabel 1.
3
4
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas minyak goreng sawit yaitu
asam lemak bebas/FFA. FFA adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas
tidak terikat sebagai trigliserida. FFA dihasilkan oleh proses hidrolisis dan
oksidasi biasanya bergabung dengan lemak netral. Hasil reaksi hidrolisis minyak
sawit yaitu gliserol dan FFA. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-
faktor panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Kadar FFA yang terbentuk
semakin banyak jika reaksi ini berlangsung semakin lama. Menurut NADIRA
5
(2015) reaksi trigliserida minyak sawit menghasilkan gliserol dan asam lemak
bebas (Free Fatty Acid/FFA), adapun reaksi hidrolisisnya yaitu sebagai berikut:
O O
H2C O C R1 R1 C OH
H2O H2C OH
O
O
HC O C R2
OH- HC OH
R2 C OH
H2C O C R3
H2C OH
O
O
R3 C OH
Alkalimetri
Analisis volumetri juga dikenal sebagai titrimetri, dimana zat yang akan
dianalisis dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang konsentrasinya diketahui dan
dialirkan dari buret dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang tidak
diketahui (analit) kemudian dihitung. Syaratnya yaitu reaksi harus berlangsung
secara cepat, reaksi berlangsung kuantitatif, dan tidak ada reaksi samping selain
itu jika reagen penitrasi yang diberikan berlebih, maka harus dapat diketahui
dengan suatu indikator (KHOPKAR, 1990).
6
O O
C15H31 C NaOH C15H31 C H2O
OH ONa
Ion karbonat merupakan suatu basa, akan bereaksi dengan ion hidrogen
dalam dua tahap.
merupakan indikator yang cocok untuk digunakan dan jika CO2 telah diserap oleh
titran maka kesalahan akan terjadi. Cara yang paling umum digunakan untuk
menghindari kesalahan karbonat yaitu membuat natrium bebas karbonat kemudian
melindungi larutan terhadap pengambilan CO2 dari udara. Natrium hidroksida
bebas karbonat dapat dengan mudah dibuat dari suatu larutan basa yang pekat,
sekitar 50% berat NaOH. Natrium karbonat tidak larut dalam larutan NaOH
pekat dan mengendap ke dasar bejana. Larutan ini didekantasi dari padatan
Na2CO3 dan diencerkan sampai konsentrasi yang dikehendaki. Larutan-larutan
asam basa yang digunakan di laboratorium biasanya berkonsentrasi diantara batas
sekitar 0,05 N sampai 0,5 N (DAY & UNDERWOOD, 1990).
Larutan baku NaOH dipakai untuk titrasi asam, tetapi NaOH tidak dapat
diperoleh dalam keadaan sangat murni. Larutan NaOH ini harus di standardisasi
atau dibakukan, yakni ditentukan konsentrasinya yang setepatnya atau
sebenarnya. Cara yang mudah untuk standardisasi ialah dengan titrasi, misalnya
larutan NaOH itu dipakai sebagai titrant suatu laturan “bahan baku primer”.
Kalium Hidrogen Ptalat (KHP) dengan rumus molekul C6H4(COOH)(COOK),
memiliki banyak sifat yang menguntungkan, anatara lain non higroskopis, murni,
dan mempunyai Bobot Ekuivalen (BE) tinggi. KHP bereaksi dengan NaOH
sebagai berikut:
O O
C C
OK OK
NaOH H2O
OH ONa
C C
O O
Pada titrasi ini digunakan suatu indikator asam basa yang merupakan suatu
zat yang dapat berubah apabila pH lingkungannya berubah. Setiap indikator asam
basa mempunyai trayeknya sendiri, demikian warna asam dan warna basanya.
Diantara indikator ada yang mempunyai satu macam warna, misalnya Phenol
Ptalein (PP) yang berwarna merah dalam keadaan basa tetapi tidak berwarna
dalam keadaan asam. Letak trayek PP di antara 8,0 dan 9,6 sehingga pH dibawa
8,0 larutan tidak berwarna dan diatas 9,6 warna merahnya tidak berubah
intensitasnya (HARJADI, 1990).
8
uc (Y) =
Bahan yang digunakan pada percobaan ini terdiri atas bahan uji dan bahan
kimia. Bahan uji yang digunakan yaitu minyak goreng sawit merek AB. Bahan
kimia yang digunakan antara lain akuades, Kalium Hidrogen Ptalat (KHP), larutan
indikator Phenol Phtalein (PP) 1%, larutan Iso Propil Alkohol (IPA) netral, dan
larutan NaOH 0,1 M.
Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini terdiri atas alat utama dan alat
pendukung. Alat utama yang digunakan yaitu titrette brand 50 mL dan neraca
digital mettler toledo (AB204-S). Alat pendukung yang digunakan antara lain
dispensette brand (5-50) mL, erlenmeyer 250 mL, dan pipet tetes.
11
12
Metode Percobaan
Cara Kerja
Keterangan :
Keterangan :
Penetapan kadar FFA dalam sampel minyak goreng sawit merek AB pada
dasarnya mengandung kesalahan. Istilah kesalahan didasarkan pada perbedaan
antara hasil pengukuran dengan nilai sebenarmya. Nilai sebenarnya dari suatu
kuantitas yang diukur merupakan sesuatu yang tidak pernah diketahui secara
pasti. Meskipun demikian, seorang kimiawan analisis akan menerima suatu nilai
sebenarnya jika nilai tersebut mempunyai ketidakpastian paling kecil di antara
nilai-nilai lain dari suatu pengukuran kuantitas (ROHMAN, 2016) sehingga
ketidakpastian pengukuran pada penetapan kadar FFA dalam minyak goreng
sawit merek AB perlu dilakukan untuk mengetahui rentang nilai benar kadar FFA
dalam sampel tersebut.
Pada percobaan ini, dilakukan penentuan nilai ketidakpastian pengukuran
pada penetapan kadar FFA dalam sampel minyak goreng sawit merek AB.
Sumber ketidakpastian pengukuran tersebut terdiri atas sumber ketidakpastian asal
presisi metode, volume titran, molaritas larutan NaOH 0,1 M, BM asam palmitat,
dan ketidakpastian asal penimbangan sampel. Ketidakpastian standardisasi
larutan NaOH 0,1 M dilakukan karena nilai ketidakpastian standardisasi akan
digunakan dalam perhitungan nilai ketidakpastian pengukuran pada penetapan
kadar FFA dalam sampel minyak goreng sawit merek AB. Sumber ketidakpastian
standardisasi larutan NaOH 0,1 M terdiri atas sumber ketidakpastian asal presisi
metode, kemurnian KHP, penimbangan KHP, volume titran, dan BM KHP.
Larutan NaOH 0,1 M digunakan untuk titrasi asam, tetapi NaOH tidak
dapat diperoleh dalam keadaan sangat murni sehingga konsentrasi tepatnya tidak
dapat dihitung dari berat NaOH yang ditimbang dan volume larutan yang dibuat,
walaupun kedua-duanya dilakukan dengan cermat. Larutan NaOH 0,1 M ini perlu
distandardisasi atau dibakukan, yakni ditentukan konsentrasi yang sebenarnya.
KHP digunakan sebagai bahan baku primer untuk standardisasi larutan
NaOH 0,1 M. KHP merupakan asam yang agak lemah dengan tetapan asam (Ka)
15
16
kalibrasi neraca digital yaitu 0,00013 g dengan faktor cakupan (k) sebesar 2 pada
tingkat kepercayaan 95%. Nilai ketidakpastian tersebut merupakan nilai
ketidakpastian kalibrasi neraca digital pada nominal penimbangan 0,5 g yang
disesuaikan dengan penimbangan KHP. Nilai ketidakpastian penimbangan KHP
diperoleh nilai sebesar 0,0001 g dan merupakan evaluasi tipe B.
KHP memiliki rumus molekul C8H5O4K dengan BM sebesar
204,44 g/mol. Nilai ketidakpastian asal BM KHP diperoleh nilai sebesar
0,0038 g/mol dan merupakan evaluasi tipe B.
KHP yang digunakan dalam standardisasi memiliki tingkat kemurnian
99,9% b/b tercantum pada sertifikat KHP pada Lampiran 9. Ketidakpastian asal
kemurnian KHP merupakan evaluasi tipe B dan memiliki nilai ketidakpastian
sebesar 0,0577% b/b.
Konsentrasi larutan NaOH 0,1 M hasil standardisasi menggunakan bahan
baku primer KHP diperoleh sebesar (0,1005±0,0008) M pada tingkat kepercayaan
95%. Molaritas larutan NaOH 0,1 M hasil standardisasi berada pada rentang nilai
benar (0,0997-0,1013) M.
0,0038
Nilai Ketidakpastian Relatif (u/xi)
0,0040
0,0035
0,0030
0,0025
0,0020
0,0015 0,0009
0,0006
0,0010 0,0002
0,0000
0,0005
0,0000
m P KHP V PM BM
KHP NaOH KHP
Sumber Ketidakpastian
0,0398
Nilai KetidakpastianRelatif
0,0400
0,0300 0,0210
(u/xi)
0,0200
0,0040
0,0100 0,0000 0,0000
0,0000
M NaOH V NaOH BM Asam W sampel PM
Palmitat
Sumber Ketidakpastian
Kadar FFA yang diperoleh pada sampel minyak goreng sawit merek AB
yang ditetapkan secara alkalimetri sebesar (0,046±0,004)% b/b pada tingkat
kepercayaan 95%. Syarat keberterimaan nilai estimasi ketidakpastian yang
ditetapkan oleh Laboratorium PT SMART Tbk Unit Refinery Marunda Bekasi
yaitu tidak lebih 15% dari rata-rata hasil pengukuran yang ditentukan nilai
estimasi ketidakpastian pengukurannya sehingga syarat keberterimaan nilai
estimasi ketidakpastian pengukuran pada penetapan kadar FFA dalam sampel
minyak goreng sawit merek AB tidak lebih dari 0,007%. Nilai estimasi
ketidakpastian yang diperoleh pada penetapan kadar FFA dalam sampel minyak
goreng sawit merek AB memenuhi syarat keberterimaan tersebut. Kadar FFA
dalam sampel minyak goreng sawit merek AB berada pada rentang nilai benar
(0,042-0,050)% b/b. Syarat keberterimaan kadar FFA dalam minyak goreng sawit
merek AB yang ditetapkan oleh Laboratorium PT SMART Tbk Unit Refinery
Marunda Bekasi yaitu maksimal 0,050% b/b. Kadar FFA dalam sampel minyak
goreng sawit merek AB yang diperoleh sesuai dengan syarat keberterimaan kadar
FFA yang ditetapkan oleh Laboratorium PT SMART Tbk Unit Refinery Marunda
Bekasi dalam minyak goreng sawit merek AB sehingga sampel minyak goreng
sawit merek AB tersebut telah memenuhi salah satu parameter kualitas minyak
goreng sawit merek AB yang diproduksi PT SMART Tbk Unit Refinery Marunda
Bekasi.
SIMPULAN
Pada hasil percobaan, diperoleh kadar FFA dalam sampel minyak goreng
sawit merek AB secara alkalimetri sebesar (0,046±0,004)% b/b dengan tingkat
kepercayaan 95% sehingga kadar FFA berada pada rentang nilai benar
(0,042-0,050)% b/b. Hasil yang diperoleh sesuai dengan syarat keberterimaan
kadar FFA dalam minyak goreng sawit merek AB yang ditetapkan oleh
Laboratorium PT SMART Tbk Unit Refinery Marunda Bekasi yaitu maksimal
sebesar 0,050% b/b.
22
DAFTAR PUSTAKA
23
24
RIYANTO. 2014. Validasi & Verifikasi Metode Uji: Sesuai dengan ISO/IEC
17025Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi. Ed. ke-1. Deapublish.
Yogyakarta.
WINARNO, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Ed. ke-6. PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
LAMPIRAN
26
Lampiran 1. (Lanjutan)
Lampiran 1. (Lanjutan)
Lampiran 1. (Lanjutan)
Lampiran 1. (Lanjutan)
1. Analisis moisture content, peroxide value, colour, solid fatty content metode
NMR, slip melting point pada sampel control shortening
2. Menginput data behaviour be safety dan pengecekan suhu hygro thermometer
3. Dokumentasi alat instrumen
31
Lampiran 1. (Lanjutan)
Lampiran 1. (Lanjutan)
Lampiran 1. (Lanjutan)
Lampiran 1. (Lanjutan)
Lampiran 1. (Lanjutan)
Lampiran 1. (Lanjutan)
Lampiran 1. (Lanjutan)
Lampiran 1. (Lanjutan)
Lampiran 1. (Lanjutan)
Lampiran 1. (Lanjutan)
Lampiran 1. (Lanjutan)
Lampiran 1. (Lanjutan)
1. Analisis peroxide value pada sampel olein sebelum dan sesudah penambahan
TBHQ pada hari yang berbeda
2. Mengolah data hasil uji ring test analis menggunakan metode Z-score
43
Lampiran 1. (Lanjutan)
Lampiran 1. (Lanjutan)
Lampiran 1. (Lanjutan)
Lampiran 1. (Lanjutan)
Lampiran 1. (Lanjutan)
Lampiran 1. (Lanjutan)
1. Analisis solid content dalam sampel Crude Palm Kernel Stearin (CPKST)
pada suhu 20ºC menggunakan alat NMR. Hasilnya 29,89%
2. Membaca WI yang ada pada laboratorium biodiesel
3. Analisis solid content pada sampel minyak goreng pada suhu 10 ºC dan 20 ºC
menggunakan alat NMR. Hasilnya 6,01%, 8,85%, 7,75% pada suhu 10 ºC
dan 6,95%, 7,19%, dan 7,54% pada suhu 20 ºC
4. Analisis mmoiture pada bleaching earth menggunakan moisture analyzer
hasilnya 12,47%
5. Analisis kemurnian phosporic acid menggunakan titrasi asam basa. Hasilnya
83,79%, 85,88%, dan 85,64%
49
Lampiran 1. (Lanjutan)
1. Analisis Cu pada sampel olein menggunakan ICP OES. Hasil sebagai berikut:
F1 olein CR 6/1 = 0,08 mg/kg
F1 olein CR7/1 = 0,16 mg/kg
F1 olein CR7/1 = 0,10 mg/kg
50
Lampiran 1. (Lanjutan)
Lampiran 1. (Lanjutan)
Lampiran 1. (Lanjutan)
Ulangan Bobot KHP (g) Vol NaOH 0,1 M (mL) Molaritas (M)
1 0,5001 24,30 0,1006
2 0,5001 24,38 0,1002
3 0,5002 24,18 0,1011
4 0,5001 24,47 0,0999
5 0,5002 24,27 0,1007
6 0,5002 24,29 0,1006
7 0,5001 24,31 0,1005
Rerata 0,5001 24,31 0,1005
SB / uPM 0,0004
%SBR 0,38
Syarat Keberterimaan %SBR ≤ 5%
Lampiran 3. Hasil Penetapan Kadar FFA dalam Sampel Minyak Goreng Sawit
Merek AB Secara Alkalimetri
Volume NaOH
Ulangan Bobot Sampel (g) % FFA
0,1005 M (mL)
1 56,4043 1,03 0,047
2 56,4109 1,06 0,048
3 56,4562 1,01 0,046
4 56,4099 1,01 0,046
5 56,4683 0,95 0,043
6 56,4171 0,97 0,044
7 56,4054 0,97 0,044
Rerata 56,4246 1,00 0,046
SB / uPM 0,002
% SBR 3,98
Syarat Keberterimaan % SBR ≤ 5%
Contoh perhitungan penetapan kadar FFA dalam sampel minyak goreng sawit
merek AB pada pengulangan 1:
55
A. Rumus
Lampiran 4. (Lanjutan)
Kal
PM P KHP m KHP
Kal mi
mo
Molaritas
(NaOH±U )M
ET C
H
Kal O
K
V NaOH BM KHP
Lampiran 4. (Lanjutan)
Jumlah Qu/√3
Unsur Qu (g/mol) u (g/mol)
unsur (g/mol)
Lampiran 4. (Lanjutan)
Sumber
Nilai Ketidakpastian Ketidakpastian
Ketidakpastian Satuan (u/xi)²
(xi) baku (u) relatif (u/xi)
Jumlah 1,5657x10-5
ucM NaOH 0,0004
UM NaOH = ucM NaOH x 2 0,0008
Pelaporan Molaritas NaOH = (0,1005±0,0008)M
uc
uc
uc 0,0004
59
Lampiran 4. (Lanjutan)
uc
uc
uc
M NaOH = PM = 0,1005M, maka:
uc
uc
A. Rumus
Lampiran 5. (Lanjutan)
C. Diagram tulang ikan (fish bone) pada penetapan kadar FFA dalam sampel
minyak goreng sawit merek AB
Kal
M NaOH PM m Sampel
Kal mi
mo
Kadar
(FFA±U% FFA)% b/b
ET H C
Kal O
V NaOH BM asam palmitat
Lampiran 5. (Lanjutan)
Jumlah Qu/√3
Unsur Qu (g/mol) u (g/mol)
unsur (g/mol)
Lampiran 5. (Lanjutan)
uc
uc
uc b/b
64
Lampiran 5. (Lanjutan)
uc
uc
uc
% FFA = PM = 0,046% b/b, maka:
uc
uc b/b
b/b