Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL/USULAN

PENGEMBANGAN DAN UJICOBA


MODEL PENILAIAN DAN EVALUASI PEMBELAJARAN
PADA KURSUS ONLINE CAREGIVER
Mengacu Pada Kurikulum Kursus dan Pelatihan
Pekarya Kesehatan Jenjang II Berbasis KKNI

Tim Pengembang:

Agus Ramdani, S.Sos,M.M.Pd


Apipudin, M.Pd
Asep Saepudin, S.S

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Pusat Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat
PP PAUD dan Dikmas Jawa Barat
Bidang Kajian Kursus dan Kewirausahaan
Jalan Jayagiri Nomor 63 Lembang, Bandung Barat 40791
Telepon (022) 2786017 Faksimile (022) 2787474
http://www.bpplsp-reg2.go.id
Tahun 2019

0
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini, dunia sedang memasuki era revolusi industri generasi ke-4 atau biasa
disebut era 4.0 yang ditandai dengan semakin massifnya penggunaan internet dan
teknologi digital dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, termasuk di Indonesia.
APJII1 menginformasikan, sampai tahun 2017, jumlah pengguna internet di Indonesia
mencapai 143,26 juta atau sekitar 54,68% dari seluruh jumlah penduduk di Indonesia.
Dengan kata lain, penggunaan internet telah mendorong terjadinya disrupsi digital
yang merubah berbagai aspek kebudayaan manusia, dari mulai ekonomi, mata
pencarian, teknologi dan peralatan hidup, termasuk dunia pendidikan.
Fenomena disrupsi digital, menutut para pelaku pendidikan di Indonesia untuk
beradaptasi, antara lain dengan cara merancang suatu strategi yang inovatif dengan
mengoptimalkan internet sebagai medium transformasi pendidikan, dengan cara
melaksanakan pembelajaran dalam jaringan (daring) atau pembelajaran online,
termasuk di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) yang ditujukan untuk memperluas
akses layanan, meningkatkan partisipasi, dan kemudahan bagi masyarakat yang
membutuhkan pemerolehan suatu kompetensi dengan cara mengikuti program kursus
yang diselengarakan LKP.
Menyikapi peluang dan potensi yang diuraikan di atas, maka PP PAUD dan
Dikmas Jawa Barat pada tahun 2018 mengembangkan sebuah platrom yang ditujukan
untuk bisa dipergunakan oleh LKP menyelenggarakan kelas online atau pembelajaran
daring dari program kursus yang diselenggarakannya. Platform yang dipergunakan
sebagai medium pelaksanaan kelas online di LKP tersebut dikembangkan dengan
berbasis moodle (modular object oriented dynamic learning environment). Moodle
merupakan sebuah aplikasi berberbentuk web yang bersifat gratis atau open source,
sehingga aplikasi tersebut dapat di download, dipergunakan, dan dimodifikasi oleh
siapa saja yang ingin mempergunakannya, termasuk oleh LKP
Sebagai bentuk inovasi dan pengembangan platform, maka pada platrom tersebut
aplikasi moodle dimodifikasi dengan cara mengintegrasikan aplikasi
BigBlueButtonBN untuk memfasilitasi video conference, dan disinergiskan dengan
penggunaan beberapa aplikasi media sosial untuk mempromosikan,
menyosialisasikan, serta menginformasikan hal-hal yang berkaitan dengan
pelaksanaan kursus online. Adapun yang menjadi konten belajar pada platrom

1
Asosiasi Penyelenggara Jaska Internet Indonesia

1
tersebut adalah program kursus dan pelatihan pekarya kesehatan atau caregiver
Jenjang II Berbasis KKNI.
Namun dari hasil evaluasi program yang dilaksanakan pada tahun 2019, masih
terdapat beberapa kelemahan dari platform kursus online caregiver tersebut, terutama
yang berkaitan dengan aktivitas penilaian dan evaluasi pembelajaran yang bersifat
online untuk mengetahui ketercapaian materi belajar oleh peserta didik, dan
mengetahui kualitas penyelenggaraaan program kursus online secara keseluruhan.
Karena itu pada tahun 2019, PP PAUD dan Dikmas Jawa Barat kembali
melaksanakan program pengembangan dan ujicoba model kursus online caregiver
yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas platform supaya lebih meningkat
fungsinya, terutama untuk melakukan aktivitas penilaian dan evaluasi pembelajaran
kursus caregiver secara online.

.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dirumuskan beberapa rumusan
masalah sebagai fokus masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah prosedur dan instrumen pre dan post test secara online, sebagai
bentuk evaluasi untuk mengetahui keberhasilan program pembelajaran kursus
online caregiver?
2. Bagaimana instrument-instrumen yang menjadi alat ukur pencapaian hasil belajar
peserta didik untuk dimasukaan ke dalam fitur-fitur penilaian yang ada di
platform?
3. Bagaimana mengoptimalkan fungsi media sosial untuk mempermudah instruktur
melakukan penilaian keterampilan peserta didik kursus online caregiver?

C. Tujuan Pengembangan
Secara umum tujuan dari pengembangan model ini adalah untuk menguatkan dan
meningkatkan kualitas platform supaya lebih mempunyai kapasitas untuk
memfasilitasi aktivitas penilaian dan evaluasi pembelajaran pada kursus online
caregiver. Secara khusus, tujuan pengembangan model ini antara lain bertujuan untuk:
1. Memformulasikan prosedur dan instrumen pre dan post test secara online, sebagai
bentuk evaluasi untuk mengetahui keberhasilan program pembelajaran kursus
online caregiver;
2. Mengembangkan instrument-instrumen yang menjadi alat ukur pencapaian hasil
belajar peserta didik untuk dimasukaan ke dalam fitur-fitur penilaian yang ada di
platform; dan
3. Mengoptimalkan fungsi media sosial untuk mempermudah instruktur melakukan
penilaian keterampilan peserta didik kursus online caregiver.

2
D. Manfaat Pengembangan
Manfaat dari pengembangan model penguatan kursus caregiver dalam jaringan,
adalah:
1. Profesi caregiver, dengan adanya model ini diharapkan akan menjadi medium
untuk lebih memperkenalkan atau mempromosikan profesi caregiver ke
masyarakat umum, sehingga mereka tertarik untuk bergabung dan berminat untuk
memilih profesi sebagai caregiver;
2. LKP, tersedianya contoh platfrom yang bisa diadopsi dan/atau diadaptasi oleh LKP
untuk menyelenggarakan kursus online caregiver yang terstruktur, sistematis,
sinergis, terintegrasi, dan akuntabel, sehingga secara tidak langsung dengan
mengadaptasi atai mengadopsi model ini, LKP yang bergerak dalam program
caregiver sudah mengikuti perkembangan trend dan akan berdampak pada
terciptanya daya adaptif dan eksistensi LKP, sehingga diharapkan jumlah warga
masyarakat yang mendaftar menjadi peserta didik dapat meningkat;
3. Masyarakat, dengan tersedianya model diharapkan dapat mengetahui keberadaan
caregiver sebagai profesi yang menjanjikan, kemudian tertarik untuk mendaftar
dan mengikuti kursus caregiver secara online, melakukan praktikum, magang,
ujian, dan memperoleh sertifikat dari Lembaga Sertifikasi Kompetensi (LSK)
caregiver di Indonesia;
4. Lembaga mitra dan instansi terkait, dengan tersedianya model ini dapat mengetahui
pola pembelajaran yang akuntabel dan terstruktur yang disediakan pada platfrom
online caregiver, selain itu dapat dijadikan peluang untuk melakukan rekruitmen
calon peserta didik dan/atau menyerap lulusan kursus online caregiver; dan;
5. Kementerian Pendidikan Nasional, keberadaan model ini dapat dijadikan contoh
dari penyelenggaraan kursus online yang dapat dikelola secara mandiri oleh LKP.

E. Spesifikasi Model
Model penilaian dan evaluasi pembelajaran kursus online caregiver mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
1. Dilengkapi fitur dan analisis hasil pre dan post test;
2. Dilengkapi dengan fitur assigments untuk memfasilitasi pemberian tugas dari
instruktur kepada peserta didik kursus online caregiver;
3. Mengoptimalkan fungsi fitur choices untuk memfasilitasi instruktur memberikan
pertanyaan kepada peserta didik kursus online caregiver;
4. Mengoptimalkan fungsi fitur kuis untuk memfasilitasi instruktur memberikan
pengayaan soal kepada peserta didik kursus online caregiver;

3
5. Mengoptimalkan fungsi fitur survai untuk mengetahui kualitas penggunaan
metode belajar, kualitas materi belajar, dan kualitas media belajar yang
dipergunakan dalam proses pembelajaran kursus online caregiver;
6. Masukkan fitur media sosial untuk mempermudah peserta didik mengupload
penugasan dan mempermudah instruktur melakukan penilaian keterampilan
peserta didik.
Penilaian atau asesmen adalah proses mengindentifikasi, mengumpulkan, dan
mempersiapkan data dan informasi yang bertujuan untuk mengevaluasi capaian hasil
belajar peserta didik dan pencapaian tujuan program kursus online caregiver.
Sementara itu, evaluasi pembelajaran adalah proses menginterpretasi atau
menafsirkan data beserta bukti-bukti nya dari hasil proses penilaian. Evaluasi
pembelajaran digunakan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah mencapai
kompetensi yang diharapkan, dan untuk mengetahui kualitas pembelajaran pada
kursus online caregiver.
Proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik kursus online caregiver perlu
dilakukan penilaian dan evaluasi dalam rangka pemenuhan capaian pembelajaran oleh
peserta didik. Penilaian ditujukan antara lain untuk mengindentifikasi dan
mengumpulkan data tentang hasil belajar peserta didik yang bisa dilaksanakan dengan
cara pemberian tugas, tes tulis, tes lisan, kuis, dan praktik.

Bagan 3.1
Prototipe Model Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran Kursus Online Caregiver

Pertanyaan Kasus
 Penjabaran Terbuka
KIKD ke
Indikator Choices Kuis
 Analisis Pretest Post Test
KIKD dan Peserta
Materi
Didik Siap:
 Sintesa Pembelajaran Online  Praktikum
KIKD dan
Indikator  Magang
Assigments Survai
Butir  UJK
 Penentuan
Pemberian Kualitas
Bobot
Tugas Praktik Pembelajara

Unjuk Kinerja

4
Aktivitas penilaian pembelajaran pada kursus online caregiver untuk mengetahui hasil
belajar peserta didik pada kompetensi pengetahuan bisa difasilitasi dengan
mengoptimalkan fitur assigments, fitur choices, dan fitur kuis yang terdapat pada platform.
Untuk mengetahui pencapaian hasil belajar dimensi kompetensi keterampilan dapat
dilakukan dengan pemberian tugas praktik yang diupload ke media sosial yang sudah
terintegrasi pada platform untuk diberikan masukan dan komentar perbaikan, serta
pemberian nilai oleh instruktur.
Sementara itu, untuk mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik secara
keseluruah dilakukan dengan mempergunakan evaluasi sumatif dengan melaksanakan pre
dan post test secara online dalam platform yang dipergunakan untuk menetapkan nilai
peserta dan memutuskan kelulusan peserta didik. Untuk mengetahui kualitas metode
belajar, kualitas materi belajar, dan kualitas media belajar yang dipergunakan dalam
kursus online caregiver, dapat dilakukan dengan mengoptimalkan fungsi fitur survai yang
terdapat pada platform kursus online caregiver.

5
BAB II
KONSEP MODEL YANG DIKEMBANGKAN

A. Caregiver/Pekarya Kesehatan
Caregiver atau pekarya kesehatan adalah laki-laki atau perempuan yang telah
mengikuti pelatihan atau kursus bidang pekarya kesehatan dan dinyatakan lulus yang
dapat memberikan bantuan dan pendampingan kepada lansia dan orang dengan
kelemahan fisik. Mereka mempunyai kewenangan melaksanakan tindakan pelayanan
dasar pada klien di bawah naungan dan tanggung jawab tenaga kesehatan profesional
atau institusi kesehatan, pelayanan yang di maksud dapat dilaksanakan di rumah, panti
sosial, klinik, rumah sakit, dan unit pelayanan kesehatan lainnya (PP No 15/2012).
Sementara itu, definisi caregiver dalam Merriam-Webster Dictionary (2012)
adalah orang yang memberikan perawatan langsung pada anak atau orang dewasa
yang menderita penyakit kronis. Elsevier (2009) menyatakan caregiver sebagai
seseorang yang memberikan bantuan medis, sosial, ekonomi, atau sumber daya
lingkungan kepada seseorang individu yang mengalami ketergantungan baik sebagian
atau sepenuhnya karena kondisi sakit yang dihadapi individu tersebut.
Definisi lainnya tentang caregiver dapat dilihat pada literatur bahasa Indonesia,
dikemukakan oleh Subroto (2012) sebagai seseorang yang bertugas untuk membantu
orang-orang yang ada hambatan untuk melakukan kegiatan fisik sehari-hari baik yang
bersifat kegiatan harian personal (personal activity daily living) seperti makan,
minum, berjalan, atau kegiatan harian yang bersifat instrumental (instrumental daily
living) seperti memakai pakaian, mandi, menelpon atau belanja.
Caregiver dibagi menjadi caregiver informal dan caregiver formal. Caregiver
informal adalah seseorang individu (anggota keluarga, teman, atau tetangga) yang
memberikan perawatan tanpa di bayar, paruh waktu atau sepanjang waktu, tinggal
bersama maupun terpisah dengan orang yang dirawat, sedangkan formal caregiver
adalah caregiver yang merupakan bagian dari sistem pelayanan, baik di bayar maupun
sukarelawan (Sukmarini, 2009).
Timonen (2009) menyebutkan terdapat dua jenis caregiver, yaitu formal dan
informal. Caregiver formal atau disebut juga penyedia layanan kesehatan adalah
anggota suatu organisasi yang dibayar dan dapat menjelaskan norma praktik,
profesional, perawat atau relawan. Sementara informal caregiver bukanlah anggota
organisasi, tidak memiliki pelatihan formal dan tidak bertanggung jawab terhadap
standar praktik, dapat berupa anggota keluarga ataupun teman. Dengan demikian
caregiver keluarga merupakan bagian dari informal caregiver.
6
Family caregiver atau caregiver keluarga menurut Wenberg (2011) adalah
pasangan, anak dewasa, kenalan pasangan atau teman yang memiliki hubungan
pribadi dengan pasien, dan memberikan berbagai bantuan yang tidak dibayar untuk
orang dewasa yang lebih tua dengan kondisi kronis atau lemah. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa caregiver keluarga adalah anggota keluarga pasien, yang
bersedia dan bertanggung jawab dalam merawat, memberikan dukungan secara fisik,
sosial, emosional serta menyediakan waktunya untuk pasien hingga pulih atau bahkan
hingga akhir hayatnya.
Milligan (2004) dalam penelitiannya menarik perhatian terhadap fakta tugas
caregiver pada lansia. Tugas yang dilakukan caregiver tidak hanya terbatas kepada
pekerjaan rumah tangga, akan tetapi dibagi ke dalam 4 kategori, sebagai berikut:
1 physical care/perawatan fisik, yaitu: memberi makan, mengganti pakaian,
memotong kuku, membersihkan kamar, dll;
2 social care/kepedulian sosial, antara lain: mengunjungi tempat hiburan, menjadi
supir, bertindak sebagai sumber informasi dari seluruh dunia di luar perawatan di
rumah;
3 emotional care, yaitu menunjukkan kepedulian, cinta dan kasih sayang kepada
pasien yang tidak selalu ditunjukkan ataupun dikatakan namun ditunjukkan
melalui tugas-tugas lain yang dikerjakan; dan
4 quality care, yaitu: memantau tingkat perawatan, standar pengobatan, dan
indikasi kesehatan, serta berurusan dengan masalah yang timbul.

B. Pendidikan Jarak Jauh (PJJ)


Seamolec (2011) mendifinisikan PJJ sebagai pendidikan yang peserta didiknya
terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar
melalui teknologi komunikasi, informasi, dan media lain. Karena sistem PJJ
didasarkan pada keterpisahan antara peserta didik dan pendidiknya dalam ruang dan
waktu, maka:
1. kurikulum dan paket bahan belajar dirancang dan diproduksi secara sistematis;
2. dilengkapi kemungkinan pertemuan tenaga pendidik dan peserta didik yang tidak
terus menerus (non-contiguous);
3. penyediaan sarana interaksi antar peserta didik, tutor, organisasi pendidikan
melalui beragam media; dan
4. tersedianya layanan penyeliaan dan pemantauan yang intensif dari suatu
organisasi pendidikan.
Secara implisit dalam pengertian tersebut menggambarkan perlunya kemandirian
peserta didik dalam mengelola proses belajarnya melalui pemanfaatan beragam
pelayanan, baik yang disediakan oleh organisasi pendidikan maupun yang tersedia di

7
lingkungan sekitarnya. PJJ dapat diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan yaitu:
1. jalur pendidikan formal dan nonformal;
2. jenjang pendidikan anak usia dini; pendidikan dasar, pendidikan menengah,
pendidikan tinggi; dan
3. jenis pendidikan akademik, vokasi dan profesi.
Penyelenggaraan PJJ dilaksanakan sesuai standar nasional pendidikan dengan
ketentuan:
1 tersedianya kurikulum dan bahan ajar mandiri berbasis TIK yang terancang dan
terproduksi secara sistematis seuai dengan kaidah yang berlaku;
2 menggunakan moda pembelajaran yang peserta didik dengan pendidiknya
terpisah;
3 menekankan prinsip belajar secara mandiri, terstruktur, dan terbimbing dengan
menggunakan berbagai sumber belajar;
4 menjadikan media pembelajaran sebagai sumber belajar yang lebih dominan
daripada pendidik; dan
5 menggantikan pembelajaran tatap muka dengan interaksi pembelajaran berbasis
TIK, meskipun tetap memungkinkan adanya pembelajaran tatap muka secara
terbatas.
Pendidikan jarak jauh memberikan pelayanan berbasis teknologi informasi dan
komunikasi untuk kegiatan:
1 penyusunan bahan ajar;
2 penggandaan dan distribusi bahan ajar;
3 proses pembelajaran melalui kegiatan tutorial, praktik, praktikum, ujian; dan
4 administrasi serta registrasi.
PJJ yang memberikan pelayanan berbasis teknologi informasi dan komunikasi
dilaksanakan tanpa mengesampingkan pelayanan tatap muka. Pengorganisasian PJJ
dapat diselenggarakan dalam modus tunggal, ganda, atau konsorsium. Satuan
pendidikan yang akan menyelenggarakan PJJ harus memiliki akses kepada sistem
berikut:
1. manajemen administrasi untuk melakukan analisis kebutuhan, alokasi dan
administrasi sumberdaya, rekrutmen dan pelatihan personel, monitoring dan
evaluasi administrasi dan akademik, serta penetapan kebijakan;
2. personalia pengembang sumber belajar (termasuk kurikulum, bahan ajar, media,
bahan ujian dan bahan praktikum), pelaksana manajemen dan pelaksana
pembelajaran (tutor);
3. sumber belajar mandiri: cetak dan berbasik TIK;
4. tempat-tempat tutorial tatap muka dan praktikum yang memiliki peralatan yang
dibutuhkan dan komputer yang terhubung dengan internet;

8
5. penyampaian bahan ajar; dan
6. bantuan layanan belajar yang terekam untuk peserta didik dimana peserta didik
harus mengakses sumber belajar paling sedikit satu kali satu minggu untuk satu
mata pelajaran selama satu jam pelajaran.

C. Standar Kompetensi Lulusan Pekarya Kesehatan/Caregiver


Mengacu pada kurikulum kursus dan pelatihan pekarya kesehatan berbasis
KKNI Level II, para peserta didik yang terlibat pada program ini dapat mempunyai
kemAmpauan dengan parameter sebagai berikut:
Tabel 2.1. Parameter Deskripsi Capaian Pembelajaran Khusus
Bidang Pekarya Kesehatan Sesuai KKNI Jenjang II

Sikap dan Membangun, membentuk karakter dan kepribadian manusia


tata nilai Indonesia seutuhnya:
1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan
tugas dan bekerja dengan sepenuh hati;
3. Memiliki moral, etika dan kepribadian yang baik di dalam
menyelesaikan tugasnya;
4. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah
air memiliki nasionalisme serta mendukung perdamaian
dunia;
5. Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial dan kepedulian
yang tinggi terhadap masyarakat dan lingkungannya;
6. Menghargai keanekaragaman agama/kepercayaan, budaya,
pandangan, dan pendapat orang lain;
7. Taat hukum, dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat
dan bernegara;
8. Menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab, dapat
bekerja secara profesional dan memahami resiko tanggung
gugat; dan
9. Memiliki sikap menghormati hak privasi, nilai budaya dan
martabat dari klien dan keluarga.
Kemampuan di Memiliki kemampuan melaksanakan pendampingan, pelayanan
bidang kerja operasional dasar pada klien, meliputi:
1. Memelihara kebersihan perseorangan (personal higiene) dari
klien dan diri sendiri serta lingkungan;
2. Memberikan bantuan dalam proses buang air besar (bab) dan
buang air kecil (bak) dengan menggunakan bahan dan
peralatan kerja yang sesuai;
3. Memberikan bantuan dalam pemenuhan kebutuhan
berpakaian, makan dan minum, istirahat dan tidur, serta
mobilisasi dan transportasi;
4. Mengukur tanda - tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah dan
pernafasan);
5. Menyiapkan dan memberikan obat berdasarkan instruksi
dari dokter atau pendelegasian dari perawat;
6. mencatat dan melaporkan hasil pengukuran tanda – tanda
vital, keluhan dan perubahan perilaku klien;
7. Memotivasi dan menghibur klien; dan

9
8. Komunikasi yang baik dan efektif dengan klien, keluarga
dan tim kesehatan yang lain.
Pengetahuan Memiliki pengetahuan operasional dasar dan pengetahuan faktual
yang dikuasai untuk melaksanakan pendampingan, pelayanan pada klien,
meliputi:
1. Pengetahuan faktual tentang struktur dan fungsi organ tubuh
manusia (jantung dan pembuluh darah, paru, sistem
pencernaan dan sistem perkemihan, sistem integumen);
2. Prinsip dan konsep umum kebutuhan dasar manusia menurut
Abraham Maslow, kebutuhan gizi lansia dan klien, Sterlisasi
dan desinfeksi;
3. Pengetahuan faktual tentang faktor- faktor ancaman
kesehatan dan keselamatan lansia dan klien, serta efek
samping dari pemberian obat;
4. Konsep umum tentang perilaku dan perubahan perilaku
lansia dan klien;
5. Prinsip, teknik, dan pengetahuan operasional tentang
pendampingan, pelayanan, pelaksanaan tindakan bantuan
yang dilakukan terhadap klien, termasuk pembuatan dan
pemberian asupan makanan melalui selang sonde,
pencegahan infeksi, pemberian obat (oral, anal, topikal) dan
penyimpanan obat;
6. Pengetahuan faktual tentang jenis dan manfaat peralatan
untuk melakukan pendampingan, pelayanan operasional
dasar pada klien dan mengukur tanda-tanda vital;
7. Prinsip, teknik, dan pengetahuan operasional tentang
penggunaan peralatan untuk melakukan pendampingan,
pelayanan operasional dasar pada klien dan mengukur
tanda-tanda vital;
8. Prinsip dan teknik berkomunikasi efektif dengan klien dan
keluarga serta petugas kesehatan lain;
9. Prinsip dan teknik memotivasi klien;
10. Teknik dan prosedur pencatatan dan pelaporan tanda - tanda
vital, keluhan dan perubahan perilaku klien; dan
11. Pengetahuan faktual dan operasional tentang kebersihan
perseorangan (personal higiene) dari klien dan diri sendiri
serta lingkungan, keselamatan klien dan kesehatan kerja
(K3).
Hak dan tanggung Bertanggung jawab atas pendampingan, pelayanan operasional
jawab dasar pada klien, meliputi:
1. Pekerjaannya secara mandiri;
2. Pekerjaannya dalam suatu tim; dan
3. Pembimbingan dan pendampingan kepada rekan sekerja
yang baru masuk

D. Kurikulum Pekarya Kesehatan/Caregiver


Mengacu pada kurikulum kursus dan pelatihan pekarya kesehatan berbasis
KKNI Level II, pembelajaran kursus dan pelatihan caregiver dilaksanakan dengan
stuktur materi sebagai berikut:
Tabel 2.2 Struktur Materi Kursus Online Pekarya Kesehatan/Caregiver

10
No Materi Belajar JP
P K Total
1 Komunikasi efektif 14 43 57
2 Etika dan perilaku 7 6 13
3 Struktur dan fungsi tubuh manusia 12 0 12
4 Konsep kebutuhan dasar manusia 4 0 4
5 Kesehatan dan Keselamatan Kerja 18 7 25
6 Kebersihan diri dan lingkungan 3 82 85
7 Istirahat dan tidur 2 10 12
8 Sterilisasi dan desinfeksi 4 2 6
9 Gizi 25 19 44
10 Tanda vital 11 46 57
11 Mobilisasi dan transportasi 6 28 34
12 Pemberian obat 12 18 30
13 Peran dan tanggung jawab prakarya kesehatan 8 14 22
14 Pencatatan dan pelaporan 9 10 19
Total 135 285 420

Sementara itu lingkup materi dari kurikulum kursus dan pelatihan pekarya
kesehatan berbasis KKNI Level II, sebagai berikut:
Tabel 2.3 Lingkup Materi Kursus Online Pekarya Kesehatan/Caregiver

No Materi Lingkup Materi


1 Komunikasi efektif a. Penggunaan tata bahasa yang mudah di pahami,
verbal ataupun non verbal,
b. Tata cara penggunaan alat komunikasi
c. Pendampingan dan pelayanan
d. Cara-cara memotivasi dan menghibur klien
e. Teknik komunikasi dengan klien, keluarga dan tim
kesehatan lain
f. Teknik menjadi pendengar yang baik
g. Penerapan sikap empati
h. Teknik pemberian support
2 Etika dan perilaku a. Etika sopan santun
(David) b. Etika berkomunikasi
c. Tata cara berpakaian
d. Perilaku klien
3 Struktur dan fungsi Pengetahuan tentang jantung, pembuluh darah, paru,
tubuh manusia sistem pencernaan, sistem perkemihan; dan sistem
integumen
4 Konsep kebutuhan Kebutuhan dasar menurut Abraham Maslow
dasar manusia
5 Kesehatan dan a. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan klien
Keselamatan Kerja dan keselamatan kerja
b. Pengetahuan faktual tentang faktorfaktor ancaman
keselamatan klien
c. Pencegahan kecelakaan dan cedera pada klien
d. Teknik dan prosedur pelaksanaan tindakan
pertolongan pertama terhadap klien
e. Alat pelindung diri

11
No Materi Lingkup Materi
6 Kebersihan diri dan a. Pengertian kebersihan perorangan dan lingkungan
lingkungan b. Teknik memelihara kebersihan diri
c. Teknik memelihara kebersihan klien
d. Teknik memelihara kebersihan lingkungan
e. Teknik pemenuhan kebutuhan berpakaian
f. Teknik bantuan dalam proses bab dengan atau tanpa
alat bantu
g. Teknik bantuan dalam proses bak dengan atau tanpa
alat bantu
7 Istirahat dan tidur Teknik pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur
8 Sterilisasi dan Teknik sterilisasi dan desinfeksi
desinfeksi
9 Gizi a. Kebutuhan gizi lansia
b. Komposisi gizi bagi klien
c. Bentuk –bentuk makanan
d. Pemberian makanan melalui selang
e. Teknik pemenuhan kebutuhan makan dan minum
10 Tanda vital a. Jenis dan manfaat peralatan mengukur tanda tanda
vital
b. Prinsip penggunaan tensimeter, thermometer
c. Area melakukan pengukuran nadi dan frekuensi
pernafasan
d. Teknik pengukuran suhu
e. Teknik pengukuran nadi dan frekuensi pernafasan
f. Teknik pengukuran tekanan darah
11 Mobilisasi dan a. Prinsip penggunaan peralatan dalam pendampingan
transportasi dan pelayanan
b. Jenis dan manfaat peralatan penunjang mobilisasi dan
transportasi
c. Teknik pemenuhan kebutuhan mobilisasi
d. Teknik pemenuhan kebutuhan transportasi
12 Pemberian obat a. Pengetahuan faktual tentang efek samping obat
b. Pemberian dan penyimpanan obat oral, anal dan
topikal
c. Etiket/label obat, tehnik pemberian obat sesuai
bentuk sediaan obat dan reaksi obat
13 Peran dan tanggung a. Identifikasi jenis pekerjaan yang dapat dilakukan
jawab prakarya secara mandiri
kesehatan (Reran) b. Identifikasi resiko kecelakaan kerja yang dilakukan
secara mandiri
c. Prinsip-prinsip kerja dalam tim
d. Metoda bekerja dalam tim
e. Teknik bimbingan dan pendampingan ke tim kerja
f. Teknik memberikan instruksi dengan tepat
14 Pencatatan dan a. Teknik mencatat dan melaporkan
pelaporan b. Perihal yang di catat dan dilaporkan
c. Manfaat dan tujuan pencatatan dan pelaporan
d. Teknik pencatatan dan pelaporan tanda – tanda vital
dan perilaku klien

12
E. Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran
1. Penilaian pembelajaran
Penilaian atau asesmen adalah proses mengindentifikasi, mengumpulkan,
dan mempersiapkan data dan informasi yang bertujuan untuk mengevaluasi
capaian hasil belajar mahasiswa dan pencapaian tujuan program pendidikan
(Arends, 2008; ABET Board of Directors, 20015). Bentuk penilaian secara
formal dapat berupa tugas, tes tulis, tes lisan, kuis, ujian tengah semester, ujian
akhir semester, laporan kegiatan praktek, dan bentuk tes lainnya yang dapat
menghasilkan informasi yang menggambarkan pencapaian kinerja belajar peserta
didik.

Ada beberapa prinsip yang harus melandasi aktivitas penilaian pembelajaran,


yaitu:

a. Edukatif, merupakan penilaian yang memotivasi pserta didik agar mampu


memperbaiki perencanaan dan cara belajar dan meraih capaian pembelajaran
lulusan;
b. Otentik, merupakan penilaian yang berorientasi padproses belajar yang
berkesinambungan danhasil belajar yang mencerminkan kemampuan peserta
didik pada saat proses pembelajaran berlangsung;
c. Objektif, merupakan penilaian yang didasarkan pada stándar yang disepakati
antara pendidik dan peserta didik, serta bebas dari pengaruh subjektivitas
penilai dan yang dinilai; dan
d. Akuntabel, merupakan penilaian yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur
dan kriteria yang jelas, disepakati pada awal pembelajaran, dan dipahami
oleh peserta didik.

Penilaian capaian pembelajaran terdiri dari penilaian pada ranah sikap,


pengetahuan dan keterampilan yang secara rinci dijelaskan sebagai berikut:

a. Penilaian ranah sikap dilakukan melalui observasi, penilaian diri, penilaian


antar peserta didik, dan penilaian aspek pribadi yang menekankan pada aspek
beriman, berakhlak mulia, percaya diri, disiplin dan bertanggung jawab
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar,
serta dunia dan peradabannya;
b. Penilaian ranah pengetahuan melalui berbagai bentuk tes tulis dan tes lisan
yang secara teknis dapat dilaksanakan secara langsung maupun tidak
langsung. Secara langsung maksudnya adalah pendidik dan peserta didik
bertemu secara tatap muka saat penilaian. Sedangkan secara tidak langsung,
misalnya menggunakan lembar-lembar soal ujian tulis; dan

13
c. Penilaian ranah keterampilan melalui penilaian kinerja yang dapat
diselenggarakan melalui praktikum, praktek, simulasi, praktek lapangan
yang memungkinkan mahasiswa untuk dapat meningkatkan kemampuan
ketrampilannya.
2. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran adalah proses menginterpretasi atau menafsirkan data
beserta bukti-bukti nya dari hasil proses penilaian. Evaluasi pembelajaran
digunakan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah mencapai capaian
pembelajaran nya. Hasil evaluasi digunakan untuk memutuskan tidak lanjut dari
capaian pembelajaran peserta didik. Hasil evaluasi juga dapat digunakan untuk
tindakan perbaikan proses pembelajaran ataupun program rancangan
pembelajaran (Arends, 2008; ABET Board of Directors, 20015).

Para ahli evaluasi pada umumnya membedakan evaluasi menjadi dua, yakni
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif berdasarkan penggunaan nya (Arends,
2008). Evaluasi formatif digunakan untuk perbaikan (improvement), misalnya
perbaikan metoda belajar, perbaikan kelompok belajar, perbaikan meteri
pembelajaran, perbaikan cara penilaian, dll. Sedangkan evaluasi sumatif
digunakan untuk pengambilan keputusan (judgment), misalnya menetapkan nilai
keseluruhan dari hasil belajar peserta didik, mengetahui dan menetapkan kinerja
hasil capaian pembelajaran, memutuskan apakah lulus atau tidak lulus dari
sebuah program yang diikutinya.

14
BAB III
METODE PENGEMBANGAN

A. Rancangan Penelitian dan Pengembangan


Ujicoba model merupakan kegiatan mencermati suatu objek dengan
menggunakan cara dan aturan atau metodologi tertentu untuk menemukan data akurat
tentang hal-hal yang dapat meningkatkan mutu objek yang diamati. Metode ujicoba
yang digunakan dalam pengembagan model ini adalah eksperimen. Penelitian
eksperimen merupakan suatu metode penelitian untuk mengetahui atau menyelidiki
perbedaan dan pengaruh dua metode mengajar pada mata pelajaran tertentu di dalam
kelas. Sugiyono (2012, hlm. 107) menyatakan bahwa di dalam penelitian eksperimen
ada perlakuan (treatment) yang diberikan kepada kelompok-kelompok tertentu.
Metode penelitian eksperimen memiliki bermacam-macam jenis desain. Metode
eksperimen dalam penelitian ini menggunakan jenis desain penelitian dengan metode
pretest-posttest control group design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang
dipilih secara random, kemudian sebelumnya diberi pretest untuk mengetahui
keadaan awal antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Sugiyono, 2012,
hlm. 112). Selanjutnya setelah diketahui hasil dari pretest dua kelompok tersebut,
maka pada kelas eksperimen diberikan perlakuan (X), sedangkan pada kelas kontrol
tidak diberikan perlakuan (X).
Setelah diberikan perlakuan atau treatment pada salah satu kelompok sampel
(kelompok eksperimen) dilanjutkan dengan pemberian posttest pada kedua kelas atau
kedua kelompok sampel yang digunakan. Pengaruh perlakuan disimbolkan dengan
(O2-O1)-(O4-O3) dan selanjutnya untuk melihat pengaruh perlakuan berdasarkan
signifikasinya adalah dengan menggunakan uji statistik parametrik ataupun uji
statistik nonparametrik. Jika terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol, maka perlakuan yang diberikan berpengaruh
secara signifikan. Untuk lebih jelasnya tentang desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini, dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain Penelitian Pretest-Posttest Control Group Design

Keterangan:
R = kelompok dipilih secara random
X = perlakuan atau sesuatu yang diujikan

15
O1 = hasil pretest kelas eksperimen
O3 = hasil pretest kelas kontrol
O2 = hasil posttest kelas eksperimen
O4 = hasil posttest kelas control (Sugiyono, 2012, hlm. 112)

Tujuan dari penelitian eksperimen ini adalah untuk mengetahui dan menyelidiki
ada tidaknya pengaruh dan hubungan sebab akibat suatu model atau metode mengajar
yang dilakukan atau yang diujikan oleh peneliti dengan cara memberikan perlakuan-
perlakuan tertentu pada beberapa kelompok yang diujikan, yaitu pada kelompok
eksperimen dan kelompok pada kontrol yang telah ditentukan.

B. Prosedur Pengembangan
Sementara itu secara produk, pengembangan dan ujicoba model kursus online
pekarya kesehatan/caregiver akan dilaksakan melalui langkah-langkah sebagai
bagaimana yang dicantumkan pada Perdirjen PAUD dan Dikmas Nomor 02 Tahun
2016 tentang petunjuk teknis pengembangan model pendidikan anak usia dini dan
pendidikan masyarakat, sebagai berikut

Gambar 3.1. Prosedur Pengembangan Model PAUD dan Dikmas

1. Tahapan perumusan masalah:


a. pengkajian permasalahan, kebijakan, literatur, hasil pemetaan mutu dan
bahan kajian lain;
b. pembahasan topik-topik pengembangan model;

16
c. penetapkan tim teknis yang relevan dan kompeten di setiap model yang
akan dikembangkan;
d. penelitian pendahuluan;
e. pengolahan hasil penelitian pendahuluan dan perumusan masalah;
f. penetapan berbagai alternatif model yang akan dikembangkan;
g. penyusunan desain pengembangan model; dan
h. desain pengembangan model dimasukkan ke dalam laporan online
Direktorat Jenderal.
2. Tahapan penyusunan model:
a. koordinasi dan sinkronisasi dengan Direktorat guna membahas draf model
dan desain pengembangan model untuk menetapkan rencana
pengembangan model yang direkomendasikan Direktorat;
b. revisi dan penyiapan perangkat ujicoba model;
c. pembahasan dan penyusunan draf model yang akan dikembangkan dengan
melibatkan pakar di bidangnya;
d. revisi draf model yg akan dikembangkan dan dikirim ke Direktorat untuk
memperoleh masukan; dan
e. draf model dimasukkan ke dalam laporan online Direktorat Jenderal.
f. penetapan lokasi uji coba draf model 1 sampai dengan 10 lokasi.
g. orientasi pelaksana uji coba draf model;
h. pelaksanaan uji coba draf model;
i. monitoring dan evaluasi pelaksanaan uji coba draf model dengan
menggunakan instrumen evaluasi;
j. analisis hasil ujicoba draf model;
k. revisi/perbaikan draf model; dan
l. hasil analisis dan model awal dimasukkan ke dalam online Direktorat
Jenderal.
3. Tahapan uji coba model skala luas:
a. penetapan lokasi uji coba model awal lebih dari 10 lokasi.
b. orientasi pelaksana uji coba model awal;
c. pelaksanaan uji coba model awal;
d. monitoring dan evaluasi pelaksanaan uji coba model awal dengan
menggunakan instrumen evaluasi;
e. analisis hasil ujicoba model awal;
f. revisi/perbaikan model awal; dan
g. hasil analisis dan model akhir dimasukkan ke dalam online Direktorat.
4. Tahapan akhir uji coba model:
a. pembahasan hasil uji coba atau perkembangan uji coba dengan melibatkan
pakar di bidangnya dan Direktorat;
17
b. revisi hasil uji coba atau perkembangan uji coba model yang
dikembangkan;
c. semua produk disusun rapi dicetak dan dikirim ke Direktorat untuk
memperoleh rekomendasi untuk disebarluaskan;
d. Direktorat melakukan pembahasan dengan mengundang tim pengembang
untuk mempresentasikan;
e. Direktorat memberikan catatan, merekomendasi atau menolak hasil
pengembangan;
f. hasil pembahasan bersama Direktorat dilaporkan ke Dirjen melalui sistem
online; dan
g. apabila model masih dikembangkan dapat diteruskan sampai tuntas dan
kembali ke tahapan uji coba model skala luas.

C. Waktu dan Tempat Penelitian dan Pengembangan


Waktu penilitian dan pengembangan akan dilaksanakan selama 9 (sembilan) bulan,
dari Bulan Maret s/d November 2019. Penelitian ini akan dilakukan di LKP Sinaama
dan Yayasan LBMK. Kedua lembaga ini terletak di Kota Bandung Provinsi Jawa Barat.

D. Subjek Penelitian dan Pengembangan


Peserta didik yang dijadikan subjek penelitian adalah 20 orang, kelas ini dipilih
oleh peneliti untuk meningkatkan kompetensi seorang caregiver. Hal ini dilakukan
karena peneliti melihat kompetensi dalam merawat dan mendampingi lansia masih
tergolong rendah sehingga perlu dilakukan peningkatan.

E. Variable
1. Pembelajaran
Pembelajaran kursus dan pelatihan caregiver dilaksanakan selama 420 JP @
45 menit yang akan diujicobakan dengan mempergunakan pola Blended Learning
yaitu pembelajaran yang mengkombinasikan antara pola belajar:
a. Tatap muka dalam jaringan (online) yang memfasilitasi interaksi langsung
antara instruktur dengan peserta didik untuk mentransformasikan materi-
materi belajar yang bersifat pengetahuan selama 135 jam pelajaran@45 menit;
b. Belajar mandiri secara online dengan cara mempelajari dan memahami
berbagai video dan modul yang akan disediakan dalam sistem pembelajaran
online kursus caregiver, serta menjawab soal-soal yang menjadi instrumen
untuk menditeksi peningkatan kemampuan peserta didik, terutama pada
ranah/dimensi pengetahuan.

18
2. Konten Platfrom
a. Nilai, fitur ini berisi informasi tentang progress hasil belajar dalam bentuk
nilai dan rata-rata nilai peserta didik kursus online caregiver yang
ditampilkan dalam bentuk tabel dan bagan/diagram. Selain itu, dalam fitur
nilai ini kita dapat mencermati keaktifan peserta dalam mengupload
penugasan, nilai pre dan post test, rata-rata nilai, kategori nilai, rentang nilai,
dan tindak lanjut yang dapat dilakukan intruktur dalam bentuk pemberian
nilai terhadap tugas-tugas yang diupload peserta didik. Dengan kata lain,
fitur nilai ini merupakan portopolio dari keaktifan peserta didik dalam
mengikuti kegiatan-kegiatan yang mengandung unsur penilaian, dari awal
kursus, pada saat proses, dan akhir pembelajaran.
b. Resources dan Aktivitas, fitur ini merupakan fitur yang sangat penting
dalam platfrom ini, karena merupakan pintu masuk untuk mengelola
aktivitas pembelajaran kursus online caregiver, terdiri dari:
1) Assignments, dengan aktifitas ini, kita dapat memberikan tugas yang
mengharuskan peserta didik Mengirim (upload) konten digital,
misalnya essay, tugas proyek, laporan, dan lain-lain. Jenis file yang
dapat dikirim misalnya word documents, spreadsheets, images, audio
and video clips. Selanjutnya kita dapat melihat dan menilai tugas yang
telah dikirim oleh peserta didik;
2) Choices, kita dapat memberikan beberapa pertanyaan dan
menyediakan beberapa pilihan jawaban. Aktifitas ini dapat digunakan
sebagai polling untuk merangsang daya pikir terhadap sebuah topik,
misalnya membiarkan sebuah kelas untuk menentukan (vote) arah dari
mata pelajaran;
3) Kuis, pada fitur ini kita dapat mendesain kumpulan soal, yang berisi
multiple choice, true-false, dan pertanyaan jawaban singkat.
Pertanyaan–pertanyaan tersebut akan tersimpan di bank soal yang dapat
dikategorikan dan digunakan ulang;
4) Surveys merupakan feedback, quisioner ataupun angket yang dapat
digunakan sebagai bahan pembelajaran ataupun kritikan bagi bapak/ibu
guru ataupun mata pelajaran. Sehingga kinerja pendidik dan isi dari
mata pelajaran dapat diperbaiki di waktu mendatang.

F. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data


1. Instrumen
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2012, hlm. 148).
Sedangkan menurut Arikunto (2006:160), instrumen penelitian adalah alat atau

19
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengolah data agar pekerjaannya
menjadi lebih mudah dan hasilnya pun menjadi lebih baik, dalam artian menjadi
lebih cermat, lengkap, dan sistematis, sehingga data lebih mudah diolah.
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa instrumen
penelitian ini adalah sebuah alat ukur yang digunakan peneliti dalam mengolah
data ataupun mengukur sebuah gejala yang diamati, sehingga membantu peneliti
dalam mengukur gejala yang diamati tersebut. Jumlah instrumen penelitian
tergantung pada jumlah variabel penelitian yang ditetapkan dalam sebuah
penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
instrumen untuk mengukur hasil belajar peserta didik pada aspek kognitif, yaitu tes
hasil belajar peserta didik (nilai posttest) pada pembelajaran caregiver setelah
diberikan perlakuan (treatment) yaitu diajarkan dengan menggunakan model
kursus caregiver dalam jaringan sesuai dengan materi yang telah ditentukan.
Instrumen penelitian tes hasil belajar peserta didik dalam penelitian ini berupa
perangkat tes formatif tipe soal pilihan ganda yang berjumlah 45 soal dengan
pilihan jawaban A, B, C, D, dan E yang diberikan kepada peserta didik pada akhir
materi yang telah ditentukan. Kisi-kisi instrumen tes hasil belajar terlampir.
Sebelum instrumen penelitian digunakan sebaiknya dilakukan uji validitas, uji
reliabilitas, penghitungan tingkat kesukaran, dan daya pembeda butir soal tes pada
instrumen penelitian ini.
a. Uji Validitas, Realibilitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda
1) Uji Validitas
Dalam rangka menyusun soal tes yang baik, maka soal tes yang dibuat
harus diujicobakan terlebih dahulu agar dapat diketahui validitas,
reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran. Sebelum melakukan uji
coba instrumen soal terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap
validitas isinya. Uji coba dilaksanakan di LKP Hidayah, Kabupaten
Ciamis dengan pertimbangan bahwa mereka sudah mengenal dan
memahami pokok bahasan yang akan diuji cobakan dan masih dalam satu
karakteristik. Setelah data hasil uji coba telah terkumpul, kemudian
dilakukan penganalisisan data untuk mengetahui validitas, reliabilitas,
indeks kesukaran dan daya pembeda.
2) Uji Validitas Butir Soal
Seperangkat soal tes dikatakan valid apabila soal terebut mampu
mengukur apa yang hendak diukur atau soal tersebut mampu memberikan
hasil yang konsisten serta mengacu pada tujuan dari tes itu sendiri. Dalam
mengetahui validitas butir soal kemampuan merawat dan mendampingi
lansia perlu dilakukan pertimbangan yang ditinjau dari validitas muka dan
validitas isi.

20
Validitas muka dapat dilihat dari tampilan instrumen soal
kemampuan merawat dan mendampingi lansia yang disusun oleh peneliti.
Ketepatan penggunaan kata yang digunakan disesuaikan bahasa yang
mudah dimengerti oleh peserta didik dan tidak menimbulkan salah tafsir.
Validitas isi berkaitan dengan keahlian instrumen tes yang dilakukan
dengan cara melihat kesesuaian instrumen dengan materi yang diajarkan
dan dilihat kesesuaiannya dengan indikator kemampuan yang akan
diukur.
Pengertian validitas adalah ukuran sebuah instrumen dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang telah diinginkan secara mantap dan
sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak
diukur (Arikunto, 2011, hlm. 65). Rumus mencari atau mengetahui
validitas alat ukur:

Keterangan :
rXY:koefisien korelasi antara variable X dan variable Y, dua variable yang dikorelasikan
X :variable X
Y :variable Y
X2:kuadrat dari X
Y2:kuadrat dari Y
ΣXY:jumlah perkalian X dengan Y
n :jumlah sampel (Uji Product Moment: Pearson, dalam Suharsimi Arikunto, 2011, hlm. 72)

Langkah perhitungan selanjutnya adalah membandingkan nilai rhitung


dengan rtabel. Angka rtabel dari Product Moment untuk responden berjumlah
10 pada signifikan 0.05 adalah 0.576. Butir pernyataan instrumen dinyatakan
valid apabila nilai rhitung lebih besar dari rtabel. Namun sebaliknya, jika nilai
rhitung lebih kecil dari rtabel, maka tersebut dinyatakan tidak valid, dapat
dihilangkan atau diperbaiki sesuai kebutuhan. Seluruh pengujian validitas
dan reliabilitas instrumen dilakukan dengan SPSS 22.

3) Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan suatu kata yang berhubungan dengan sebuah
kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang
tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Menurut Arikunto
(2011, hlm. 86), reliabilitas adalah ketetapan suatu tes yang dapat diteskan
pada objek yang sama, dan untuk mengetahui ketetapan ini pada dasarnya
harus melihat kesejajaran hasil.

21
Suatu alat ukur itu mempunyai reliabilitas, jika hasil pengukurannya
dilakukan tidak jauh berbeda walaupun alat ukur tersebut diukur pada situasi
lain, maksudnya adalah suatu objek yang di tes atau diujikan akan mendapat
skor atau hasil yang sama bila tes uji tersebut diuji dengan alat uji yang sama
pula. Oleh karena itu untuk mengetahui alat ukur dapat dikatakan reliabel
ataupun tidak, maka sebelumnya harus dilakukan uji coba terlebih dahulu.
Salah satu rumus untuk menguji atau mengetahui reliabilitas suatu tes, adalah
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :
r 11 : koefisien reliabilitas instrumen (tes)
k : banyaknya item
: : jumlah varians dari tiap-tiap item tes

: varians total
Seluruh pengujian validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan dengan
SPSS 22. Berdasarkan output perhitungan untuk uji reliabilitas disajikan
dalam tabel berikut:
Tabel 3.2 Hasil Perhitungan Reliabilitas Butir Soal

r tabel
Cronbach's
No. Variabel (N=10, Keterangan
Alfa
α=0,05)
Soal pre-test dan post
1 0.913 0.576 Reliabel
test

Dari tabel di atas menunjukkan hasil uji reliabilitas, dimana dari ketiga
variabel penelitian memiliki nilai reliabilitas lebih besar dari 0,576.
Sehingga butir-butir pernyataan pada variabel soal pre-test dan post test
dinyatakan reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian.
4) Indeks kesukaran
Analisis indeks kesukaran tiap butir soal dilakukan untuk mengetahui
tingkat kesukaran dari masing-masing soal tersebut, apakah termasuk
kategori mudah, sedang, atau sukar. Menurut Suherman (2003) untuk

22
mengetahui indeks kesukaran tiap butir soal berbentuk uraian digunakan
rumus:

Keterangan:
IK = Indeks kesukaran
x̄ = Rata-rata skor
SMI = Skor Maksimum Ideal tiap butir soal
Nilai dari perhitungan indeks kesukaran dapat diinterpretasikan dengan
menggunakan klasifikasi koefisien indeks kesukaran sebagai berikut:
Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran
IK (Indeks Kesukaran) Interpretasi
IK = 0,00 Soal terlalu sukar
0,00 < IK ≤ 0,30 Soal sukar
0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang
0,70 < IK < 1,00 Soal mudah
IK = 1,00 Soal terlalu mudah
sumber: Suherman (2003)
Berdasarkan klasifikasi indeks kesukaran dapat disimpulkan bahwa soal
mudah terdiri dari 12 buah, soal sedang terdiri dari 27 buah, dah soal sukar
terdiri dari 6 buah.
5) uji daya pembeda
Daya pembeda adalah seberapa jauh kemampuan butir soal dapat
membedakan antara testi yang mengetahui jawaban dengan benar dan
dengan testi yang tidak dapat menjawab soal tersebut (Suherman, 2003).
Untuk menghitung daya pembeda tiap butir soal menggunakan rumus daya
pembeda sebagai berikut:

Keterangan:
DP = Daya Pembeda
XA = Rata-rata skor siswa kelas atas
XB = Rata-rata skor siswa kelas bawah
SMI = Skor maksimum tiap butir soal

Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi


yang tertera pada tabel berikut ini:
Tabel 3.4 Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda
Daya Pembeda Kriteria
DP ≤ 0,00 Sangat jelek
0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

23
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik
sumber: Suherman (2003)
Dari hasil perhitungan, diperoleh daya pembeda sebagaimana tampak
pada tabel di atas. Berdasarkan klasifikasi daya pembeda tersebut dapat
disimpulkan bahwa soal dengan daya pembeda yang cukup terdiri dari 27
buah, soal dengan daya pembeda yang baik terdiri dari 15 buah, dan soal
dengan daya pembeda yang sangat baik terdiri dari 3 buah.
Dari hasil pengujian validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya
pembeda tersebut di atas, maka secara keseluruhan hasil uji coba soal-soal
yang disajikan layak untuk dijadikan sebagai instrumen penelitian.
b. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang terdiri dari:
1) Data awal berupa skor yang diperoleh melalui pretest sebelum memulai
pembelajaran.
2) Data akhir berupa skor yang diperoleh melalui posttest yang dilakukan
di akhir pembelajaran atau setelah pemberian treatment, dan
3) Data pencapaian (gain).
c. Pengujian data analisis prasyarat
Sebelum melakukan analisis uji kesamaan dua rata-rata terhadap data nilai
pretest, data nilai posttest, dan data gain, perlu dilakukan uji prasyarat terlebih
dahulu, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas data. Apabila data
berdistribusi normal, maka pengujian hipotesis dilakukan dengan statistika
parametrik, tetapi apabila data berdistribusi tidak normal, maka pengujian
hipotesis dilakukan dengan menggunakan statistika nonparametrik.
Langkah-langkah analisis data sebelum uji kesamaan dua rata-rata atau
perbandingan rata-rata yang digunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai
berikut:
1) Uji normalitas
Tahap lebih lanjut sebelum menganalisis data adalah melakukan uji
normalitas pada data. Data di uji kenormalannya, apakah data kedua
kelompok tersebut berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas
dilakukan dengan uji Chi Kuadrat. Adapun rumus yang digunakan adalah
uji Chi Kuadrat menurut Sudjana (2005, hlm. 273), yaitu sebagai berikut:
 Hipotesis
Ho: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1: sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
 Taraf signifikan: α = 0,05

24
 Statistik uji

Keterangan:
Oi = frekuensi harapan
Ei = frekuensi yang diharapkan
k = banyaknya pengamatan
 Keputusan uji
Terima H0 jika χ2hitung ≤ χ2tabel, dengan χ2 tabel (1-α) (k-3)
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah kelompok
siswa atau sampel yang berasal dari kedua kelompok tersebut dapat
dikatakan bervarians sama (homogen) ataupun tidak. Untuk menguji
homogenitas varians dari dua kelompok data, maka peneliti menggunakan
rumus sebagai berikut:
 Hipotesis
H0 : σ12 = σ22 (varians populasi homogen)
H1 : σ12 ≠ σ22 (varians populasi tidak homogen)
 Taraf signifikansi: α = 0,1
 Statistik uji:

 Kriteria uji: tolak Ho jika Fhitung ≥ F1/2 α (v1,v2) dengan F1/2 α


(v1,v2) didapat dari daftar distribusi F dengan peluang 1/2 α , derajat
kebebasan v1 dan v2 masing-masing sesuai dengan dk pembilang dan
penyebut (Sudjana, 2005, hlm. 250).
2. Metode Pengumpulan Data
Sugiyono (2013, hlm. 308) menyatakan bahwa teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama
penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa menentukan teknik mengumpulkan
data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) teknik
pengumpulan data, yaitu sebagai berikut:

25
a. Tes/kuis merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui
atau mengukur sesuatu, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan
(Arikunto, 2011, hlm. 52). Tes yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
tes untuk menetukan atau mengukur hasil belajar peserta didik di bidang
aspek kognitif pada pembelajaran caregiver. Tes yang digunakan berupa tes
formatif pilihan ganda yang berjumlah 45 soal dan diadakan pada waktu yang
telah ditentukan. Tes diberikan kepada peserta didik sebelum pembelajaran
(pretest) dan sesudah pembelajaran (posttest) pada kelas eksperimen maupun
pada kelas kontrol. Tujuan utama diadakan tes untuk mengetahui pengaruh
dan perbedaan hasil belajar peserta didik di bidang aspek kognitif pada
pembelajaran caregiver setelah mengikuti proses kegiatan pembelajaran di
kelas dengan treatment atau perlakuan, yaitu dengan diajarkan menggunakan
model kursus caregiver dalam jaringan.
b. Lembar observasi, merupakan perangkat yang digunakan untuk
mengumpulkan data mengenai aktivitas instruktur dan peserta didik baik
pada pra penelitian maupun selama pelaksanaan tindakan dalam
pembelajaran dengan menggunakan model kursus caregiver dalam jaringan.
Data yang diperoleh adalah data yang berupa perkataan dan aktivitas yaitu
komunikasi interaktif antara instruktur dan peserta didik, maupun antara
peserta didik dengan peserta didik itu sendiri.
c. Pedoman wawancara disusun dengan tujuan sebagai skenario untuk
melaksanakan wawancara agar lebih terarah. Lembar pedoman wawancara
berisikan perangkat pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti untuk
mendapatkan jawaban dari peserta didik dan instruktur dengan cara
melakukan tanya jawab berkenaan dengan penelitian yang dilakukan penulis.
Wawancara ini digunakan untuk mengukur sikap dan tanggapan peserta
didik terhadap model kursus caregiver dalam jaringan yang diterapkan.
Disamping itu juga untuk mendapatkan tanggapan dari instruktur mengenai
kendala-kenadala yang dihadapi selama menerapkan model tersebut.

G. Analisa Data
Setelah memperoleh data hasil pretest dan posttest dari kedua sampel yang telah
diberi perlakuan, maka dilanjutkan dengan menganalisis data dan menghitung data
pencapaian (gain). Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besarnya peningkatan
kemampuan belajar peserta didik pada kelas eksperimen dan pada kelas kontrol.

26
Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan
klasifikasi seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 3.5 Klasifikasi gain (g)
Besarnya g Interpretasi
g > 0.7 Tinggi
0.3 < g ≤ 0.7 Sedang
g ≤ 0.3 Rendah

Selanjutnya data gain dianalisis dengan uji kesamaan dua rata-rata. Setelah data
diuji kenormalan dan kehomogenannya, maka selanjutnya dilakukan analisis data untuk
mengetahui hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik Analisis Data Kuantitatif. Dalam
penelitian ini, peneliti menganalisa data dengan menggunakan uji statistik parametrik.
Statistik Parametrik digunakan untuk data-data yang berdistribusi normal dan
homogen, sedangkan statistik nonparametrik disebut juga dengan statistik sebaran.
Statistik ini tidak menyaratkan bentuk sebaran parameter populasi. Statistik
nonparametrik dapat digunakan pada data yang memiliki sebaran normal ataupun tidak.
Uji statistik parametrik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan uji statistik Anova (Analysis Of Variance). Uji Anova digunakan untuk
mencari perbedaan antara nilai rata-rata atau nilai kelompok data. Dalam
perkembangannya uji Anova sering digunakan dalam rancangan percobaan eksperimen,
karena selain dapat menganalisis perbedaan kelompok juga dapat menganalisis bagaimana
pengaruh perlakuan terhadap kelompok-kelompok tersebut. Rumus uji Anova dapat
dilihat sebagai berikut:

Keterangan :
f = nilai uji f
s1 = ragam kelompok data
s2 = ragam galat (Walpole dalam Eliyani, 2012, hlm. 1-2)

27
PUSTAKA ACUAN

Andriani, Novi. 2013. “Persepsi Kesesuaian Kompensasi dan Rotasi Pekerjaan Terhadap
Kinerja Karyawan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi IX
Jember”. Skripsi. Jember: Fakultas Ekonomi (Jurusan Akuntansi) Universitas
Jember.
Arrizal. 2011. „Pelatihan Pegawai Dapat Meningkatkan Profesionalisme, Prestasi Kerja
Tinggi dan Karier Sukses”. Dosen Fakultas Ekonomi, Universitas Andalas
Padang, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol.2 No. 1, Januari 2011.
Buhler, Patricia. 2011. Alpa Teach Yourself Management Skills dalam 24 Jam. Jakarta:
Prenada Media.
Chaeruman, Uwes A. 5 Kunci Meramu Blended Learning secara Efektif.
http://www.teknologipendidikan.net/?p=499 diakses tanggal 08/02/2018
pukul 13:10 WIB
Dziuban, Charles D., dkk., (2004), Blended Learning, (http://net.e
ducause.edu/ir/library/pdf/E RB0407.pdf) diakses 20 Februari 2018.
Gomes, Cardoso Faustino. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta.
Penerbit: CV. Andi Offset
Handoko, T. Hani. 2004 Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
BPFE.
Kaymaz, Kurtulus. 2010. “The Effects of Job Rotation Practices on Motivation: A
Research on Managers in the Automotive Organizations. Business and
Economics Research” Journal Vol.1, No.3 2010.
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. (2011). Perkembangan Ketenagakerjaan di
Indonesia. Jakarta: Kemenakertrans.
Kementerian Ketenagakerjaan. (2014). Hadapi MEA 2015 Pemerintah Fokus Siapkan 8
Profesi Prioritas.http://ppid.depnakertrans.go.id/hadapi-mea-2015-
pemerintah-fokussiapkan-8-profesi-prioritas. Diakses 12 Febuari 2018.
Luhulima, CPF., dkk. (2008). Masyarakat Asia Tenggara Menuju Komunitas ASEAN
2015. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mc. Millan, James and Schumacher, shally. (2001). Research In Education A Conceptual
Introduction, New York and London: Longman.
Muhadjir Noeng. (2000). Metodologi Peneltian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin.
Mulyana, E. (2008). Model tukar Belajar (Learning Exchange) dalam Perspektif
Nanda, Farid, Nasir Azis dan Iskandarsyah Madjid. 2014. “Pengaruh Rotasi Kerja,
Komunikasi Interpersonal dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Motivasi
Kerja Serta Dampaknya Pada Prestasi Kerja Pegawai Bapedal Aceh,
(Online)” Vol.3, No.1.
Nasution, S. (1992). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif: Bandung Tarsito
Ndraha, T. (1982). Metodologi Penelitian Pembangunan Desa. Jakarta: PT bina AKsara.
Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba
Empat.
Rusyan, T. (1992). Pendidikan masa kini dan masa mendatang. Jakarta: Bina Mulia.

28
Seamolec. 2013. Standar Pendidikan Jarak Jauh Untuk SMK/SMA Sebagai Sub Kampus
Program Pendidikan Vokasi Berkelanjutan (PVB). Jakarta.
Suara Pembaruan. (2014). Indonesia Terancam Jadi Pasar Tenaga Kerja ASEAN.
http://sp.beritasatu.com/home/indonesia-terancam-jadi-pasar-tenaga-kerja-
asean/54233. Diakses 16 Febuari 2018.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sukmadinata, N.S. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Yayasan
Kusuma Karya.
Sukmadinata,NS. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya.
Suparlan. (2004). Mencerdaskan kehidupan Bangsa dari Konsepsi sampai dengan
Implementasi. Yogyakarta: Hikayat.
Supriyadi, D. (2001). “Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek”. Bandung;
ALFABETA.
Suryadi, A. (2009). Mewujudkan masyarakat Pembelajar, Konsep, Kebijakan dan
Implementasi. Bandung: Widya Aksara Press.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Bandung:
Alfabeta.
Suyanto. (2008). Dialog Interaktif tentang Pendidikan (dari konseptual menggelitik
sampai yang ringan dan ringan sekali. Yogyakarta: Multi Pressindo.

29

Anda mungkin juga menyukai