Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)

yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar. In Partu adalah

seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan. Partus biasa atau partus

normal atau partus spontan adalah bila bayi lahir dengan presentasi belakang

kepala tanpa memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu

dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam. Partus luar

biasa atau partus abnormal ialah bila bayi dilahirkan pervaginam dengan cunam,

atau ekstraktor vakum, versi dan ekstraksi, dekapitasi, embriotomi dan sebagainya

(Prawirohardjo Sarwono, 2007).

Salah satu indikator untuk menentukan derajat kesehatan suatu bangsa

adalah tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi. Angka kematian bayi ialah

banyaknya kematian bayi berumur dibawah satu tahun per 1000 kelahiran hidup

dalam satu tahun. Berdasarkan survey demografi dan kependudukan Indonesia

pada tahun 2014, didapati sebanyak 35 kasus kematian per 1000 kelahiran. Saat

ini kematian bayi di Indonesia masih tertinggi diantara Negara-negara ASEAN,

karena di Singapura hanya 3 per 1000, Brunai Darusalam 8 per 1000, Malaysia 10

per 1000, Vietnam 18 per 1000 dan Vietnam 20 per 1000.

Menurut Millenium Development Goals (MDGs), tahun 2015 Indonesia

harus mampu menurunkan angka kematian bayi hingga 23 per 1000 kelahiran

hidup. Penyebab kematian bayi baru lahir (neonatus) yang terbanyak adalah
kegawatdaruratan dan penyulit pada masa neonatus. Premature juga masih

merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa bayi baru lahir.

Persalinan preterm atau partus premature adalah persalinan yang terjadi

pada kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu) atau dengan berat

janin kurang dari 2500 gram. Persalinan preterm merupakan hal yang berbahaya

karena potensial meningkatnya kematian perinatal sebesar 65-75%, umumnya

berkaitan dengan berat lahir rendah. Berat lahir rendah dapat disebabkan oleh

kelainan preterm dan pertumbuhan janin yang terhambat.

Menurut WHO (Word Health Organisasion), sejak tahun 1961

menyatakan bahwa semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama

dengan 2500 gram disebut Low Birt Weight Infant (bayi berat lahir rendah).

Menurut WHO premature adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari

2500 gram. Angka kematian bayi menjadi indikator utama dalam menentukan

derajat kesehatan anak karena merupakan cerminan dari status kesehatan anak

saat ini. Secara statistik angka kesakitan dan kematian pada neonatus di Negara

berkembang sangat tinggi, dengan penyebab utama adalah berkaitan dengan

premature.

Prevalensi premature menurut WHO 2010 diperkirakan 15% dari seluruh

kelahiran di dunia dengan batasan 3,3-3,8% dan lebih sering terjadi di Negara-

negara berkembang atau sosial ekonomi rendah. Secara statisktik menunjukan

90% kejadian premature didapatkan di Negara berkembang dan angka

kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat badan lahir

lebih dari 2500 gram.


Ada beberapa faktor resiko yang mempengaruhi premature ditinjau faktor

ibu, kehamilan dan faktor janin. Faktor ibu meliputi gizi saat hamil kurang, umur

ibu (<20 tahun dan >35 tahun), jarak kehamilan terlalu dekat, dan solusio

plasenta. Faktor kehamilan seperti hidramnion dan kehamilan ganda. Faktor janin

yang mempengaruhi premature antara lain paritas, status ekonomi, pendidikan dan

pekerjaan ibu.

Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan

daerah lain, yaitu berkisar antara 9-30%. Premature dapat diketahui berdasarkan

estimasy dari survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI). Secara nasional

berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka bayi lahir premature sekitar 7,3 %. Angka

ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan

gizi menuju Indonesia sehat 2010 yakni 7%.

Berdasarkan data yang diambil dari kamar bersalin RSUD Kabupaten

Muna jumlah persalinan pada tahun 2010 yaitu sebanyak 8 orang (19,3%), dan

pada tahun 2011 jumlah persalinan sebanyak 12 orang (22,5%) sedangkan pada

tahun 2012 yaitu 16 orang (23,8%), pada tahun 2013 jumlah persalinan sebanyak

10 orang (19,5%), pada tahun 2014 jumlah persalinan sebanyak 12 orang (22,5%),

pada tahun 2015 jumlah persalinan sebanyak 15 orang (24,5%), sedangkan pada

tahun 2016 jumlah persalinan sebanyak 16 orang (25%) dengan persalinan

premature. Dalam rangka menurunkan angka kejadian perdarahan pasca

persalinan serta mengurangi resiko kematian ibu maka salah satu upaya yang

dapat dilakukan meningkatkan pelayanan kesehatan berkualitas pada kehamilan,

persalinan serta nifas.


Berdasarkan latar belakang maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Gambaran faktor-faktor penyebab persalinan premature di

RSUD Kabupaten Muna Tahun 2016”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Bagaimanakah gambaran faktor-faktor penyebab persalinan premature di

RSUD Kabupaten Muna Tahun 2016” ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor penyebab persalinan premature di RSUD Kabupaten Muna

Tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui faktor penyebab persalinan premature berdasarkan umur di

RSUD Kabupaten Muna Tahun 2016.

b. Mengetahui faktor penyebab persalinan premature berdasarkan paritas di

RSUD Kabupaten Muna Tahun 2016.

c. Mengetahui faktor penyebab persalinan premature berdasarkan solusio

plasenta di RSUD Kabupaten Muna Tahun 2016.

d. Mengetahui faktor penyebab persalinan premature berdasarkan kurang gizi

di RSUD Kabupaten Muna Tahun 2016.


D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian diharapkan menjadi salah satu sumber informasi dalam

memperkaya wawasan ilmu pengetahuan dan bahan kepustakaan sekaligus

dapat dijadikan acuan untuk penelitian yang berhubungan dengan faktor-faktor

penyebab persalian premature berdasarkan umur di RSUD Kabupaten Muna

Tahun 2016.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber

informasi penentu kebijakan baik Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan,

dalam menyusun perencanaan yang terkait dengan permasalahan faktor- faktor

penyebab persalian premature berdasarkan umur di RSUD Kabupaten Muna

Tahun 2016.

a. Manfaat bagi Akademik

Sebagai tambahan literatur dan referensi bagi mahasiswa kebidanan dalam

rangka peningkatan pengetahuan khususnya dengan faktor-faktor penyebab

persalian premature berdasarkan umur di RSUD Kabupaten Muna Tahun

2016.

b. Manfaat bagi Bidan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi bagi pembaca

untuk menambah pengetahuan dan berguna untuk penelitian lain sebagai

dasar atau pembanding untuk penelitian lain sebagai dasar atau pembanding

untuk penelitian tahap berikutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Premature

a. Pengertian

Persalinan preterm atau partus premature adalah persalinan yang

terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu) atau

dengan berat janin kurang dari 2500 gram. Persalinan preterm merupakan

hal yang berbahaya karena potensial meningkatnya kematian perinatal

sebesar 65-75%, umumnya berkaitan dengan berat lahir rendah. Berat lahir

rendah dapat disebabkan oleh kelainan preterm dan pertumbuhan janin yang

terhambat. Keduanya sebaiknya dicegah karena dampaknya yang negative,

tidak hanya kematian perinatal tetapi juga morbiditas, potensi generasi akan

datang, kelainan mental dan beban ekonomi bagi keluarga, bangsa secara

keseluruhan (Nugroho Taufan, 2010).

Angka kematian perinatal dikalangan bayi berat badan sangat rendah

telah menurun secara dramatis dalam 10 tahun terakhir. Dikalangan bayi

yang hidup, banyak yang menderita morbiditas jangka pendek atau jangka

panjang. Dewasa ini, kehamilan 25 minggu kelihatannya merupakan titik

kritis yang pada atau setelahnya sejumlah besar bayi dapat diharapkan akan

hidup dengan perawatan intensif (Rayburn William F, 2001).

Persalinan premature merupakan persalinan dengan BB bayi kurang

dari 2500 gram. Ada 2 macam premature yaitu bayi KB yaitu dengan umur
kehamilan 37 minggu dan bayi kecil masa kehamilan (KMK) yaitu bayi

dilahirkan kurang dari percentile ke 10 kurva pertumbuhan janin.

Berdasarkan penanganan dan harapan hidup, bayi premature dibedakan

dalam BBLR: 1500-2499 gram, BBLSR: <1500 gram, BBLER: <1000 gram

(Fauziah Afroh, 2013).

Kelahiran dalam 2 minggu dari tanggal melahirkan yang

diperkirakan, diinginkan oleh baik wanita hamil dan professional kesehatan.

Persalinan premature merujuk pada persalinan yang terjadi setelah janin

telah mencapai periode viabilitas (sedikitnya 20 minggu gestasi tetapi

sebelum selesai minggu ke-37). Menunggu kehamilan sampai term mungkin

dikontraindikasikan bila resiko bagi klien atau janin lebih berat dari pada

risiko melahirkan bayi premature (Doenges Marilynn E, 2001).

Partus premature merupakan sebab kematian neonatal yang

terpenting (± 50%). Selain kematian bayi, premature menyebabkan

morbiditas bayi yang tidak sedikit dan kelainan mental, yang dapat

mempunyai akibat dikemudian hari. Partus premature ialah berakhirnya

suatu kehamilan dengan umur kehamilan 28-37 minggu atau bayi dengan

berat badan lahir antara 1.000-2.499 gram. Premature murni ialah bayi yang

lahir dengan masa kehamilan <37 minggu dengan berat badan lahir yang

sesuai (masa kehamilan dihitung mulai dari HPHT dengan syarat haid

teratur) (Tesno Fat, 2006).


b. Kriteria Diagnosis

1. Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu lengkap atau antara 140 dan

259 hari

2. Kontraksi uterus teratur, pastikan dengan pemeriksaan inspekulo adanya

pembukaan dan servisitis

3. Pemeriksaan dalam menunjukan bahwa serviks telah mendatar 50-80%

atau sedikitnya 2 cm

4. Selaput ketuban seringkali telah pecah

5. Merasakan seperti gejala rasa kaku diperut menyerupai kaku menstruasi,

rasa tekanan intrapelvik dan nyeri bagian belakang

6. Mengeluarkan lendir pervaginam, mungkin bercampur darah (Nugroho

Taufan, 2010).

c. Tanda dan gejala

1. BB < 2500 gram

2. PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm

3. Kepala bayi lebih besar dari badan, rambut kepala tipis dan halus,

elastisitas daun telinga

4. Dada: dinding thorax elastis, puting susu belum terbentuk

5. Abdomen : distensi abdomen, kulit perut tipis, pembuluh darah kelihatan

6. Kulit : tipis, transparan dan pembuluh darah kelihatan

7. Jaringan lemak subkutan sedikit, lanugo banyak

8. Genitalia : LK skrotum kecil, testis tidak teraba PR labia mayora hampir

tidak ada dan klitoris menonjol


9. Ekstremitas : kadang oedema, garis telapak kaki sedikit

10. Motorik : pergerakan masih lemah (Fauziah Afroh, 2001).

d. Etiologi

Tidak semua penyebab partus prematurus diketahui hanya kira-kira 40%

etiologinya dapat ditemukan. Ada beberapa kondisi medik yang mendorong

untuk dilakukan tindakan sehingga terjadi partus prematurus (Tesno Fat,

2006).

e. Patofisiologi

Temperatur dalam kandungan 370C sehigga bayi setelah lahir dalam

ruangan suhu temperatur ruangan 28-320C. perubahan temperatur ini perlu

diperhitungkan pada bayi prematur karena belum bisa mempertahankan

suhu normal yang disebabkan :

1. Pusat pengaturan suhu badan masih dalam perkembangan

2. Intake cairan dan kalori kurang dari kebutuhan

3. Cadangan energi sangat kurang

4. Jaringan lemak subkutan sangat tipis sehingga kehilangan panas sangat

besar

5. Luas permukaan tubuh relatif luas sehingga resiko kehilangan panas

sangat besar

6. Bayi premature sering terjadi penurunan berat badan disebabkan malas

minum dan pencernaan masih lemah


7. Bayi premature rentan infeksi sehingga terjadi syndrome gawat nafas,

hipotermi, tidak stabil sirkulasi (edema), hipoglikemi, hipokalsemia, dan

hiperbilirubin (Fauziah Afroh, 2001).

f. Pemeriksaan Penunjang

1. Radiologi : Thorak foto, baby gram, USG kepala

2. Laboratorium : gula darah, analisa gas darah, k/p elektrolit darah, tes

kocok (shake test), darah rutin (Fauziah Afroh, 2001).

g. Manajemen Terapi

Setelah bayi lahir

Umum :

1. Membersihkan jalan nafas

2. Mengusahakan nafas pertama dan seterusnya

3. Perawatan tali pusat dan perawatan mata

Khusus :

1. Suhu tubuh dijaga pada suhu 36,5-37,5 0C

2. Beri O2 sesuai dengan masalah pernapasan, pantau dengan oksimetri

3. Sirkulasi dipantau dengan ketat

4. Awasi keseimbangan cairan

5. Pemberian cairan dan nutrisi

6. Pencegahan infeksi

7. Pencegahan perdarahan : vitamin K mg/ pemberian (Fauziah Afroh,

2001).
h. Prinsip Umum Pemberian Cairan dan Nutrisi

1. Prinsip pemberian minum peroral sesegera mungkin

2. Periksa reflex hisap dan menelan

3. Motivasi ASI

4. Pemberian nutrisi intravena jika ada indikasi

5. Berikan multivitamin jika minum aksternal dapat diberikan secara

kontinyu (Fauziah Afroh, 2001).

i. Masalah yang Sering Muncul

1. Gangguan pola nafas

Intervensi

a) Pertahankan pola nafas efektif

b) Kaji frekuensi pernafasan dan pola nafas

c) Berikan oksigen sesuai indikasi

d) Observasi irama, kedalaman, dan frekuensi pernafasan

e) Hisap jalan nafas sesuai kebutuhan

f) Kolaborasi pemeriksaan AGD

2. Hipotermi

Intervensi

a) Berikan penghangat bertahap

b) Berikan pakaian (selimut hangat)

c) KMC

d) Monitor suhu

e) Monitor vital sign


f) Berikan oksigen terapi sesuai kebutuhan

g) Manajemen cairan

3. Kebutuhan nutrisi

Intervensi

a) Timbang berat badan tiap hari dalam waktu yang sama

b) Berikan enteral tube feeding dengan porsi kecil tapi sering, masukkan

secara perlahan

c) Berika ASI/ PASI per-oral jika reflex hisap baik

d) Beri vitamin dan mineral (Fauziah Afroh, 2001).

j. Pencegahan

Secara umum untuk mencegah partus premature dapat dilakukan upaya

sebagai berikut :

a) Pendidikan masyarakat melalui media yang ada tentang bahaya dan

kerugian partus premature atau berat badan rendah. Masyarakat

diharapkan untuk menghindarkan faktor resiko diantaranya ialah dengan

menjarangkan kelahiran menjadi lebih dari 3 tahun, menunda usia hamil

sampai 22-23 tahun, larangan merokok yang berlebihan dan sebagainya

b) Menggunakan kesempatan periksa hamil dan memperoleh pelayanan

antenatal yang baik, antara lain pemberian secara rutin multivitamin dan

preparat besi, penanggulangan segera preeklamsia pada tingkat

permulaan, penanganan bakteriuria asimptomatik serta menentukan

tuanya kehamilan dan besarnya janin secara seksama sebelum

melakukan induksi persalinan.


c) Mengusahakan makanan lebih baik pada masa hamil agar

menghindarkan kekurangan gizi dan anemia

d) Menghindarkan kerja berat selama hamil dalam hal ini diperlukan

peraturan yang melindungi wanita hamil dari sangsi pemutusan

hubungan kerja (Tesno Fat, 2006).

k. Penanganan

Bila persalinan premature sudah mulai, kadang-kadang dengan

istirahat baring dalam letak trendelenburg dan pemberian fenobarbital 3 x 30

mg maupun obat-obatan tokolitik, sehingga diharapkan his dapat mengurang

dan berhenti. Bila terjadi juga persalinan premature, maka pada pimpinan

persalinan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a) Persalinan tidak boleh berlangsung terlalu lama, tetapi sebaliknya jangan

juga terlalu cepat

b) Jangan memecah ketuban sebelum pembukaan lengkap

c) Dilakukan episiotomy

d) Kalau persalinan perlu diselesaikan, maka pilihlah ekstraksi forceps dari

pada ekstraksi vakum

e) Tali pusat sebaiknya secepatnya digunting untuk menghindari ikterus

neonatorum yang berat

f) Penanganan bayi baru lahir premature dilakukan secara baik terutama

yang berhubungan sindroma gawat nafas (Tesno Fat, 2006).


l. Komplikasi

Pada ibu, setelah persalinan premature infeksi endometrium lebih

sering terjadi mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka

episiotomi. Bayi-bayi premature meiliki resiko infeksi neonatal lebih tinggi

resiko distress pernafasan, sepsis neonatal, necrotizing enterocolitis dan

perdarahan intra ventrikuler (Nugroho Taufan, 2010).

2. Faktor Penyebab Persalinan Premature

a. Umur

Umur adalah lamanya seseorang hidup berdasarkan ulang tahunnya

yang terakhir. Umur ibu merupakan salah satu faktor yang menentukan

tingkat risiko kehamilan dan persalinan (Huliana, 2011).

WHO merekomendasikan bahwa usia yang dianggap paling aman

menjalani kehamilan dan persalinan adalah 20 hingga 35 tahun. Presentase

tertinggi bayi dengan berat badan lahir rendah terdapat pada kelompok

remaja dan wanita berusia lebih dari 40 tahun. Ibu yang terlalu muda

seringkali secara emosional dan fisik belum matang, sedangkan pada ibu

yang sudah tua meskipun mereka berpengalaman, tetapi kondisi tubuh dan

kesehatan sudah mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi janin intra

uteri dan dapat menyebabkan kelahiran premature.

Umur yang terlalu muda dan terlalu tua, umur yang terlalu muda ibu

yang belum siap menerima kehamilan, sehingga perawatan belum memadai

sedangkan umur yang terlalu tua organ-organ sudah mulai berdegenerasi

sehingga memungkinkan terjadinya komplikasi atau penyulit-penyulit


dalam kehamilan atau persalinan, dengan kata lain kehamilan dengan umur

yang tua akan mempengarui sirkulasi darah ke plassenta sudah mulai

berkurang sehingga untuk memenuhi kebutuhan janin akan berkurang juga.

Perencanaan keluarga kecil bahagia dan sejahtera dibagi atas tiga

masa dari usia reproduksi wanita yaitu :

1) Masa menunda kehamilan atau kesuburan. Bagi wanita dibawah umur 20

tahun dianjurkan untuk menunda kehamilan

2) Masa mengatur atau menjarangkan kehamilan. Periode usia wanita antara

20-35 tahun merupakan usia yang paling baik untuk melahirkan dengan

jumlah anak 2 orang dengan jarak antara anak 1 dan 2 adalah 2-4 tahun

3) Masa mengakhiri kesuburan (tidak hamil lagi). Periode usia wanita diatas

35 tahun sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang

anak (Manuaba, 2010).

b. Paritas

Paritas adalah jumlah persalinan yang dialami oleh ibu. Keadaan ibu

dan anak sangat berpengaruh terhadap kebahagiaan dan kesejahteraan

keluarga, dimana salah satunya adalah banyaknya anak (paritas). Paritas 1

dengan umur muda dianjurkan untuk menunda kehamilan karena

mempunyai risiko untuk hamil yaitu dapat menyebabkan berbagai

komplikasi kehamilan. Paritas 2-3 merupakan paritas yang aman untuk

hamil dan setelah memiliki anak sangat dianjurkan untuk menggunakan alat

kontrasepsi. Dan paritas >3 juga merupakan faktor risiko untuk hamil

sehingga dianjurkan pula untuk mengakhiri kehamilan setelah mempunyai 2


anak. Untuk wanita dengan paritas 1 dengan usia 20-35 tahun merupakan

usia yang paling baik untuk hamil dan melahirkan serta dianjurkan untuk

mengatur jarak kehamilan selama 2-4 tahun. Wanita dengan paritas >3

dengan umur ibu >35 tahun sebaiknya tidak hamil lagi dan segera

mengakhiri kesuburan karena mempunyai risiko dalam kehamilan maupun

persalinan (BKKBN, 2015).

c. Kurang gizi

Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Masa

kehamilan merupakan periode yang sangat menentukan kualitas SDM

dimasa depan, karena tumbuh kembang anak sangat ditentukan oleh kondisi

saat masa janin dalam kandungan. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat

menyebabkan bayi lahir premature sehingga bisa berdampak pada

rendahnya status gizi pada bayi.

Bayi merupakan salah satu kelompok rawan gizi. Kekurangan gizi

pada masa bayi dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang secara

fisik, mental, sosial dan intelektual yang sifatnya menetap dan terus dibawa

sampai anak menjadi dewasa.

Kesehatan dan gizi ibu hamil merupakan kondisi yang sangat

diperlukan bagi janin menjadi lebih sehat. Jika tidak, maka dari awal

kehidupan manusia akan bermasalah pada kehidupan selanjutnya. Masa

kehamilan merupakan periode yang sangat menentukan kualitas anak yang

dilahirkan. Keadaan gizi ibu yang kurang baik sebelum hamil dan pada

waktu hamil cenderung untuk melahirkan bayi dengan Premature, bahkan


kemungkinan bayi meninggal dunia. Gizi buruk pada bayi berdampak pada

penurunan tingkat kecerdasan atau IQ. Lebih jauh lagi dampak yang

diakibatkan adalah meningkatnya kejadian kesakitan bahkan kematian.

Salah satu altenatif memotong siklus hayati kekurangan gizi jauh

pada masa rantai status gizi dan kesehatan ibu hamil yang merupakan faktor

penentu kesehatan dan gizi generasi selanjutnya.intervensi gizi pada masa

kehamilan dapat memperbaiki komposisi dan ukuran tubuh pada masa

remaja dan dewasa kelak.

Selama proses kehamilan bayi sangat membutuhkan zat-zat penting

yang hanya dapat dipenuhi dari ibu. Kurang gizi akan menimbulkan banyak

komplikasi yang dapat berakibat fatal pada kehamilan. Zat gizi yang tidak

mencukupi diyakini dapat mengganggu pertumbuhan janin. Ibu dan janin

dengan gizi kurang dapat mengalami stress dan berakhir dengan persalinan

premature (Krisnadi, 2009).

Salah satu teori yang menjelaskan pengaruh status nutrisi pada

seorang ibu hamil pada janin yang dikandungnya adalah teori yang dikenal

dengan nama fetal programming. Menurut teori tersebut, seorang ibu hamil

yang mengalami kekurangan gizi akan menyebabkan fetus yang

dikandungnya mendapat asupan makanan yang kurang dalam

pertumbuhannya. Asam folat amat dibutuhkan sangat dibutuhkan saat

terjadinya penambahan jumlah sel dimasa awal kehamilan.


d. Solusio Plasenta

Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal di

korpus uteri yang tejadi setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin

dilahirkan. Definisi yang lain dari solusio plasenta adalah terlepasnya

plasenta yang letaknya normal pada fundus/ korpus uteri sebelum janin lahir

(Nugroho Taufan, 2010).

Beberapa kasus trauma eksternal seperti kecelakaan kendaraan

bermotor atau kekerasan fisik dapat mengakibatkan lepasnya plasenta dari

tempat insersinya. Perdarahan retroplasenta yang terus berlangsung dapat

mengakibatkan syok hipovolemik dan insufisiensi fungsi plasenta. Jika hal

tersebut terjadi pada usia kehamialan kurang dari 37 minggu, maka

terminasi kehamilan dapat berakibat pada persalinan premature.

Trauma yang ditimbulkan akibat kecelakaan atau kekerasan selama

masa kehamilan akan memicu si ibu untuk melahirkan secara premature. Air

ketuban akan pecah bahkan belum si bayi berkembang sempurnah dan siap

dilahirkan.

B. Landasan Teori

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)

yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar. In Partu adalah

seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan. Partus biasa atau partus

normal atau partus spontan adalah bila bayi lahir dengan presentasi belakang

kepala tanpa memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu
dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam. Partus luar

biasa atau partus abnormal ialah bila bayi dilahirkan pervaginam dengan cunam,

atau ekstraktor vakum, versi dan ekstraksi, dekapitasi, embriotomi dan sebagainya

(Prawirohardjo Sarwono, 2007).

Persalinan preterm atau partus premature adalah persalinan yang terjadi

pada kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu) atau dengan berat

janin kurang dari 2500 gram. Persalinan preterm merupakan hal yang berbahaya

karena potensial meningkatnya kematian perinatal sebesar 65-75%, umumnya

berkaitan dengan berat lahir rendah. Berat lahir rendah dapat disebabkan oleh

kelainan preterm dan pertumbuhan janin yang terhambat.

Umur yang terlalu muda dan terlalu tua, umur yang terlalu muda ibu yang

belum siap menerima kehamilan, sehingga perawatan belum memadai sedangkan

umur yang terlalu tua organ-organ sudah mulai berdegenerasi sehingga

memungkinkan terjadinya komplikasi atau penyulit-penyulit dalam kehamilan

atau persalinan, dengan kata lain kehamilan dengan umur yang tua akan

mempengarui sirkulasi darah ke plassenta sudah mulai berkurang sehingga untuk

memenuhi kebutuhan janin akan berkurang juga.

Paritas adalah jumlah persalinan yang dialami oleh ibu. Keadaan ibu dan

anak sangat berpengaruh terhadap kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga,

dimana salah satunya adalah banyaknya anak (paritas). Paritas 1 dengan umur

muda dianjurkan untuk menunda kehamilan karena mempunyai risiko untuk

hamil yaitu dapat menyebabkan berbagai komplikasi kehamilan. Paritas 2-3

merupakan paritas yang aman untuk hamil dan setelah memiliki anak sangat
dianjurkan untuk menggunakan alat kontrasepsi. Dan paritas >3 juga merupakan

faktor risiko untuk hamil sehingga dianjurkan pula untuk mengakhiri kehamilan

setelah mempunyai 2 anak. Untuk wanita dengan paritas 1 dengan usia 20-35

tahun merupakan usia yang paling baik untuk hamil dan melahirkan serta

dianjurkan untuk mengatur jarak kehamilan selama 2-4 tahun. Wanita dengan

paritas >3 dengan umur ibu >35 tahun sebaiknya tidak hamil lagi dan segera

mengakhiri kesuburan karena mempunyai risiko dalam kehamilan maupun

persalinan.

Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Masa

kehamilan merupakan periode yang sangat menentukan kualitas SDM dimasa

depan, karena tumbuh kembang anak sangat ditentukan oleh kondisi saat masa

janin dalam kandungan. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan bayi

lahir premature sehingga bisa berdampak pada rendahnya status gizi pada bayi.

Bayi merupakan salah satu kelompok rawan gizi. Kekurangan gizi pada

masa bayi dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang secara fisik, mental,

sosial dan intelektual yang sifatnya menetap dan terus dibawa sampai anak

menjadi dewasa.

Kesehatan dan gizi ibu hamil merupakan kondisi yang sangat diperlukan

bagi janin menjadi lebih sehat. Jika tidak, maka dari awal kehidupan manusia

akan bermasalah pada kehidupan selanjutnya. Masa kehamilan merupakan periode

yang sangat menentukan kualitas anak yang dilahirkan. Keadaan gizi ibu yang

kurang baik sebelum hamil dan pada waktu hamil cenderung untuk melahirkan

bayi dengan Premature, bahkan kemungkinan bayi meninggal dunia.


Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal di

korpus uteri yang tejadi setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin

dilahirkan. Definisi yang lain dari solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta

yang letaknya normal pada fundus/ korpus uteri sebelum janin lahir (Nugroho

Taufan, 2010).

Beberapa kasus trauma eksternal seperti kecelakaan kendaraan bermotor

atau kekerasan fisik dapat mengakibatkan lepasnya plasenta dari tempat

insersinya. Perdarahan retroplasenta yang terus berlangsung dapat mengakibatkan

syok hipovolemik dan insufisiensi fungsi plasenta. Jika hal tersebut terjadi pada

usia kehamialan kurang dari 37 minggu, maka terminasi kehamilan dapat

berakibat pada persalinan premature.


C. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel dependen

Umur

Paritas

Persalinan Premature

Kurang Gizi

Solusio Plasenta

Keterangan :

: Variabel Independen

: Hubungan variabel yang diteliti

: Variabel Dependent

Gambar 1: Pola pikir variabel yang diteliti


D. Pertanyaan Penelitian

1. Berapa presentase faktor-faktor penyebab persalinan premature berdasarkan

umur di RSUD Kabupaten Muna Tahun 2016 ?

2. Berapa presentase faktor-faktor penyebab persalinan premature berdasarkan

paritas di RSUD Kabupaten Muna Tahun 2016 ?

3. Berapa presentase faktor-faktor penyebab persalinan premature berdasarkan

kekurangan gizi di RSUD Kabupaten Muna Tahun 2016 ?

4. Berapa presentase faktor-faktor penyebab persalinan premature berdasarkan

solusio plasenta di RSUD Kabupaten Muna Tahun 2016 ?


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang

dimaksudkan untuk mendeskripsikan variabel yang sesuai dengan tujuan

penelitian tentang sesuatu keadaan secara objektif (Notoadmodjo, 2009).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat penelitian direncanakan di RSUD Kabupaten Muna, sedangkan waktu

penelitian direncanakan pada bulan Juli 2016.

C. Subjek Penelittian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang persalinan dengan

premature yang tercatat di kamar bersalin RSUD Kabupaten Muna Tahun 2015

sampai tahun 2016 sebanyak 31 orang.

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah semua ibu yang mengalami

persalinan premature dan tercatat dalam berkas rekam medic Kebidaanan dan

Kandungan di RSUD Kabupaten Muna Tahun 2015 sampai 2016 sebanyak 31

orang. Tehnik pengambilan sampel secara “Total Sampling”

D. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel dependent dalam penelitian ini adalah persalinan premature.

Sedangkan umur, paritas, kekurangan gizi dan solusio plasenta menjadi variabel

independent dalam penelitian ini.


E. Definisi Operasional

Untuk memberikan kemudahan didalam identifikasi variabel ditetapkan

batasan-batasan sebagai berikut :

Tabel 1
Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Variabel Definisi Operasional Kriteria Objektif Alat Skala

Dependent Persalinan preterm adalah Chek list Ordinal


Persalinan persalinan yang terjadi pada
Premature kehamilan kurang dari 37
minggu dengan berat janin
kurang dari 2500 gram.

Independent Umur yang dianggap paling Chek list Ordinal


Umur aman menjalani kehamilan
dan persalinan adalah 20
hingga 35 tahun.

Paritas Paritas adalah jumlah Chek list Ordinal


persalinan yang dialami oleh
ibu. Dengan jumlah anak > 2
dengan usia > 35 tahun

Kekurangan Gizi Jika LILA < 23,5 cm status Chek list Ordinal
gizi ibu hamil kurang
sedangkan Jika LILA > 23,5
cm status gizi ibu hamil baik

Solusio Plasenta Solusio plasenta adalah Chek list Ordinal


terlepasnya plasenta yang
letaknya normal di korpus
uteri yang tejadi setelah
kehamilan 20 minggu.
F. Instrument Penelitian

Alat tersebut digunakan untuk mengambil data-data yang terdapat dalam

buku register ruang Kebidanan RSUD Kabupaten Muna yang dipilih sesuai

kebutuhan dan tujuan penelitian yaitu perdarahan post partum, yaitu lembar

pengumpulan Chek List.

G. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolaan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari

hasil register.

2. Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang

lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan. Penelitian ini menggunakan analisis

univariat untuk menganalisi tiap-tiap variabel penelitian yang ada secara

deskriptif dengan menghitung deestribusi frekuensi untuk memberikan

deskriptif secara umum.

Rumus yang digunakan adalah :

𝑓
P= x 100
𝑛

Keterangan :

f : Frekuensi

P : Persentase

n : Jumlah sampel
H. Rancangan Penelitian

No Uraian Kegiatan Bulan

6 7 8 9 10

1 Persiapan (Pembuatan Proposal Penelitian)

2 Presentasi Proposal

3 Pelaksanaan Penelitian (Pengumpulan Data)

4 Pengolaan Data (Analisis Data)

5 Penyusunan Laporan

6 Presentasi / Seminar Hasil

Anda mungkin juga menyukai