Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH KONSUMSI TELUR TERHADAP PENINGKATAN KADAR

HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI ANEMIA


DI KUDUS

Sri Karyati1, Aini Zahro2, ,Noor Hidayah3


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Kudus
srikaryati@stikesmuhkudus.ac.id

Abstrak
Menurut Rikesdas 2013 bahwa kejadian anemia yang terjadi pada remaja putri 13-18
tahun dan wanita usia subur 15-49 tahun yaitu 22,7% total prevalensi anemia di
Indonesia (21,7% penduduk Indonesia). Hasil survei yang dilakukan Dinas Kesehatan
Kabupaten Kudus pada bulan September 2006 prevalensi anemia yang terjadi pada ibu
hamil sebesar 60,4%. Diantara Kecamatan lain di Kabupaten Kudus, Kecamatan Gebog
mempunyai prevalensi paling tinggi sebesar 88,0%. Tujuan penelitian untuk
menganalisis konsumsi telur terhadap peningkatan kadar hemoglobin (Hb) pada remaja
putri yang mengalami anemia di Kudus.
Jenis penelitian adalah Quesy eksperimen dengan menggunakan bentuk rancangan
control group pre test-post tes. Metode pendekatan yang dipakai adalah case control
study. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 71 remaja putri yang mengalami anemia di
kec. Gebog kab. Kudus, sedangkan sampel dalam penelitian ini sebanyak 18 orang
dengan menggunakan random sampling. Analisa penelitian uji t test dan uji wilcoxon.
Kadar Hb kelompok intervensi sebelum diberikan telur terendah adalah 9,80 gr/dl dan
kadar Hb tertinggi adalah 11,10 gr/dl. Kadar Hb kelompok intervensi sesudah diberikan
telur terendah adalah 12,00 gr/dl dan kadar Hb tertinggi adalah 13,40 gr/dl. Kadar Hb
kelompok kontrol sebelum diperoleh terendah adalah 9,40 gr/dl dan kadar Hb tertinggi
adalah 11,60 gr/dl. Kadar Hb kelompok kontrol sesudah dengan kadar Hb terendah
adalah 9,40 gr/dl dan kadar Hb tertinggi adalah 11,40 gr/dl.
Kesimpulannya terdapat perbedaan bermakna kenaikan kadar Hb sebelum dan sesudah
perlakuan pada kelompok intervensi (p = 0,008) maupun pada kelompok kontrol (p =
0,001). Terdapat perbedaan kenaikan kadar Hb antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol (nilai p = 0,000).

kata Kunci: Konsumsi telur , kadar haemoglobin dan remaja putri anemia

1. PENDAHULUAN masalah yang sangat penting dan selalu


Masa remaja merupakan saat menjadi topik pembicaraan yang tak
terjadinya perubahan-perubahan cepat henti-henti.Kesehatan menjadi hal yang
dalam proses pertumbuhan fisik, paling penting dalam mendukung
kognitif dan psikososial. Pada masa ini kehidupan manusia (Grafindo,
terjadi kematangan seksual dan 2007).Masalah kesehatan sering
tercapainya bentuk dewasa karena diremehkan orang demi kesenangan
pematangan fungsi endokrin. Pada saat sementara, apalagi pada remaja.
proses pematangan fisik, juga terjadi Perubahan yang berjalan sangat cepat
perubahan komposisi tubuh. Periode pada bentuk tubuh menyebabkan remaja
Adolesensia ditandai dengan pada kondisi emosional yang kurang
pertumbuhan yang cepat (Growth Spurt) stabil, sehingga remaja cenderung
baik tinggi badannnya maupun berat melakukan perbuatan tanpa perhitungan,
badannya. Pada periode growth spurt, termasuk perilaku yang tidak sehat
kebutuhan zat gizi tinggi karena karena keinginan individu agar diterima
berhubungan dengan besarnya tubuh oleh teman-temannya (Sarwono, 2009).
(Sarlito, 2010). Masalah gizi pada remaja akan
Masalah kesehatan adalah berdampak negatif pada tingkat
MUSWIL IPEMI Jateng, 17 September 2016 182
kesehatan masyarakat, misalnya Organization (WHO) kepada ibu hamil,
penurunan konsentrasi belajar, risiko namun seiring berjalannya waktu
melahirkan bayi dengan BBLR, sasaran program ditambah menjadi
penurunan kesegaran jasmani. Banyak balita, anak usia sekolah dan wanita usia
penelitian telah dilakukan menunjukkan subur (Depkes RI, 2013).
kelompok remaja menderita/mengalami Data Riset Kesehatan Dasar
banyak masalah gizi. Masalah gizi (Riskesdas) tahun 2010, prevalensi
tersebut salah satunya adalah anemia di Indonesia 21,7% penduduk
anemia.Anemia masih dianggap masalah Indonesia. Berdasarkan kelompok umur,
kesehatan sampai saat ini. Menurut prevalensi balita sebesar 28,1%, anak 5-
Badan Kesehatan Dunia (WHO) anemia 12 tahun 29%, ibu hamil 37,1%, remaja
muncul karena kekurangan zat besi. putri 13-18 tahun dan wanita usia subur
Penyakit ini menempati urutan teratas 15-49 tahun masing-masing sebesar
penyebab kematian. Diperkirakan 4-5 22,7% (Kemenkes RI, 2013).
milyarpenduduk dunia (sekitar 66%- Berdasarkan hasil penelitian tahun
80% penduduk dunia) menderita anemia 1990, Kabupaten Kudus merupakan
karena kekurangan zat besi (Arisman, Kabupaten dengan prevalensi anemia
2010). pada ibu hamil yang cukup tinggi yaitu
Anemia pada remaja putri dapat sebesar 62,9%. Hampir sama dengan
menurunkan daya tahan tubuh sehingga rata-rata propinsi (63,5%). Hasil survei
rentan terhadap penyakit, aktifitas fisik yang dilakukan Dinas Kesehatan
dan prestasi belajar menurun (Arisman, Kabupaten Kudus pada bulan September
2010; Supariasa, dkk, 2012).Anemia 2006 prevalensi anemia
rentan terjadi pada remaja putri karena yang terjadi pada ibu hamil sebesar
meningkatnya kebutuhan zat besi selama 60,4%. Diantara Kecamatan lain di
masa pertumbuhan dan karena terjadi Kabupaten Kudus, Kecamatan Gebog
kehilangan darah pada masa menstruasi mempunyai prevalensi paling tinggi
(Arisman, 2010).Remaja putri yang sebesar 88,0%. Namun saat ini belum
berangkat dewasa dan sebagai calon ibu ada data prevalensi anemia pada remaja
yang mengalami anemia, keadaan ini di Kabupaten Kudus.
membawa efek keseluruhan terbesar Terapi zat besi ini dapat
dalam hal gangguan kesehatan saat dikombinasikan dengan terapi
kehamilan dan persalinan. Pada komplementer yang berasal dari
perempuan usia subur, anemia gizi herbal.Terapi komplementer merupakan
berkaitan dengan fungsi reproduktif terapi alternatif yang digunakan bersama
yang buruk, proporsi kematian maternal atau sebagai tambahan terhadap
yang tinggi (10 -20% dari total pengobatan konvensional.Terapi herbal
kematian), meningkatnya insiden BBLR biasanya sangat diminati oleh
(berat bayi kurang dari 2,5 kg pada saat masyarakat selain merasa aman karena
lahir), dan malnutrisi intrauterine terbuat dari bahan yang berasal dari
(Prawirohardjo, 2009). alam, pembuatan dan bahannya juga
Anemia merupakan suatu gejala mudah didapat untuk dikonsumsi sehari-
kekurangan kadar hemoglobin (Hb) hari (Vitahealth, 2009).
darah pada seseorang biasanya ditandai Semakin berkembangan ilmu
dengan kadar hemoglobin dalam darah pengetahuan, dengan berbagai hasil
rendah, kadar Hb darah untuk wanita penemuannya seperti buah-buahan yang
dewasa normal 12,00 gr%-14,00 gr% mengandung berbagai macam zat nutrisi
(Arisman, 2010). Penanganan yang yang diperlukan oleh tubuh. Hasil
biasa dilakukan pada orang dewasa yang penemuan yang telah dipublikasikan
mengalami anemia adalah dengan membuat banyak orang tahu mengenai
pemberian tablet zat besi (Fe), mulanya manfaat dari bahan-bahan makanan
program pemberian suplementasi besi yang dihasilkan oleh alam salah satu
direkomendasikan oleh World Health yaitu telur. Telur yang telah lama

MUSWIL IPEMI Jateng, 17 September 2016 181


dikenal oleh masyarakat dan dikonsumsi post test digunakan dalam penelitian ini.
ternyata memiliki kandungan zat gizi Desain ini bertujuan mengidentifikasi
yang baik untuk kesehatan. Terapi diet hubungan sebab akibat dengan cara
yang diberikan kepada para pendonor melibatkan dua kelompok subyek.
darah setelah darahnya diambil biasanya Kelompok subyek diobservasi sebelum
diberikan susu dan sebutir telur guna dilakukan intervensi, kemudian
memulihkan stamina dan mencegah diobservasi lagi setelah intervensi.
terjadinya anemia (IDI, 2009). Dalam rancangan ini, kelompok
Telur merupakan sumber protein eksperimental diberi perlakuan berupa
yang murah dan mudah diperoleh aplikasi konsumsi telur, sedangkan
demikian pula kandungan asam amino kelompok kontrol tidak diberi
esensialnya, hampir setara dengan yang perlakuan. Pada kedua kelompok
berasal dari air susu ibu. Beragam diawali dengan pre test dan setelah
vitamin juga terdapat dalam telur,: pemberian perlakuan diadakan
vitamin A, D, serta vitamin B kompleks pengukuran kembali (post test).
termasuk B 12. Telur juga menyimpan Rancangan penelitian sebagaimana pada
zat-zat mineral lainnya seperti zat besi, gambar dibawah ini :
kalsium, fosfor, sodium dan magnesium.
Telur sama sekali tidak mengandung Skema 3.1 Rancangan Penelitian Pre
karbohidrat meskipun memiliki kalori Test – Post Test With Control Group
59 kalori (248 kj) (Boga, 2010).
Dari pengamatan peneliti di SMA Subjek Pra Perlakuan Post Test
Grafika Raden Umar Said Kudus, K1 O I OI
didapatkan banyaknya remaja yang
mengalami anemia dan banyak remaja K2 O2 Io O3
yang jarang mengkonsumsi telur,
dikarenakan kondisi SMK yang jauh
pusat perkotaan dan perbelanjaan serta Metode pendekatan yang dipakai
kegiatan ekstrakurikuler yang banyak. adalah case control study yang
Dari hal itu penulis merasa tertarik membandingkan antara kelompok kasus
mengambil tempat penelitian di SMK dengan kelompok kontrol (Hidayat,
Grafika Raden Umar Said Kudus. 2011). Pada penelitian akan dilakukan
Berdasarkan survey awal dan pengumpulan data konsumsi telur pada
studi pendahuluan yang dilakukan oleh remaja putri yang mengalami anemia.
peneliti pada tanggal 19 Desember Populasi dalam penelitian ini
2015di kelas XI SMK Raden Umar Said remaja putrid penderita anemia di
Kudus dari semua jumlah siswa kelas kecamatan Gebog Kudus, sebanyak 71
sebanyak 106 didapatkan 71 orang diambil pada tahun 2016.
siswi yang Hb nya kurang dari 12 gr/dl Sedangkan sampel dalam penelitian ini
dan tergolong mengalami anemia sebanyak 18 orang yang dibagi dalam 2
sedangkan 35 siswi tergolong Hb nya kelompok yaitu 9 kelompok intervensi
normal. dan 9 kelompok control. Analisa data
Berdasarkan fenomena tersebut yang digunakan dalam penelitian ini
peneliti tertarik untuk melakukan meliputi analisa data wilcoxon jika data
penelitian dengan judul Aplikasi tidak berdistribusi normal dan analisa
konsumsi telur terhadap peningkatan data t test jika data berdistribusi normal.
kadar hemoglobin (Hb) pada remaja
putri yang mengalami anemia di SMK
Grafika Raden Umar Said Kudus.
2. METODELOGI
Jenis penelitian yang digunakan
Quesy eksperimen dengan menggunakan
bentuk rancangan control group pre test-

MUSWIL IPEMI Jateng, 17 September 2016 182


3. HASIL
1. Analisa Univariat
a. Sebelum Perlakuan

Tabel di atas dapat dijelaskan kelompok kontrol adalah nilai


Responden Mean Median Modus SD Min Max
Kelompok Intervensi 10,22 10,20 10,00 0,366 9,80 11,10
Kelompok Kontrol 10,12 10,10 9,80 0,687 9,40 11,60
sebelum diberikan telur bagi masing- mean (rata-rata) sebesar 10,12 gr/dl,
masing kelompok sampel, gambaran median sebesar 10,10 gr/dl, modus
kadar Hb dari kelompok intervensi sebesar 9,80 gr/dl dengan kadar Hb
adalah nilai mean (rata-rata) sebesar terendah sebesar 9,40 gr/dl dan kadar
10,22 gr/dl, median sebesar 10,20 gr/dl, Hb tertinggi sebesar 11,60 gr/dl. Dari
modus sebesar 10,00 gr/dl dengan kadar penjelasan tersebut dapat disimpulkan
Hb terendah sebesar 9.80 gr/dl dan Hb ada perbedaan rata-rata kadar Hb pada
tertinggi sebesar 11,10 gr/dl.Kelompok kelompok intervensi dan kelompok
kontrol sendiri diketahui gambaran kontrol sebelum diberikan telur sebesar
kadar Hb dari 0,10 gr/dl.

b. Sesudah Perlakuan
Responden Mean Median Modus SD Min Max
Kelompok Intervensi 12,77 12,90 12,40 0,496 12,00 13,40
Kelompok Kontrol 10,28 10,10 10,10 0,639 9,40 11,40

Tabel di atas dapat kadar Hb dari kelompok kontrol adalah


dijelaskan setelah diberikan telur bagi nilai mean (rata-rata) sebesar 10,28gr/dl,
kelompok intervensi dan kelompok median sebesar 10,10 gr/dl, modus
kontrol yang tidak diberikan, gambaran sebesar 10,10 gr/dl dengan kadar Hb
kadar Hb dari kelompok intervensi terendah sebesar 9,40 gr/dl dan kadar
adalah nilai mean (rata-rata) sebesar Hb tertinggi sebesar 11,40 gr/dl. Dari
12,77gr/dl, median sebesar 12,90 gr/dl, penjelasan tersebut dapat disimpulkan
modus sebesar 12,40 gr/dl dengan kadar ada perbedaan rata-rata kadar Hb pada
Hb terendah sebesar 12,00 gr/dl dan Hb kelompok intervensi dan kelompok
tertinggi sebesar 13,40 gr/dl. Kelompok kontrol setelah diberikan telur sebesar
kontrol sendiri diketahui gambaran 2,49 gr/dl.

2. Analisa Bivariat adanya perbedaan kadar Hb kelompok


a. Perbedaan kadar Hb kelompok intervensi sebelum dan sesudah
intervensi sebelum dan sesudah diberikan telur dengan statistik p value =
Perlakuan 0,008 < α 0,05.
Kelompok Mean SD Δ b. Perbedaan kadar Hb kelompok
p value*
Intervensi Mean kontrol sebelum dan sesudah
Sebelum 10,22 0,366 2,55 0,008 Perlakuan.
Sesudah 12,77 0,496 Kelomp Mea SD Δ p
SD = Standard deviasi, Δ = ok n Mea value
kenaikan, *= uji Wilcoxon Kontrol n **
Sebelu 10,1 0,68 0,16 0,000
Hasil uji Wilcoxon di atas diketahui m 2 7
terjadi kenaikan kadar Hb pada Sesudah 10,2 0,63
kelompok intervensi dari sebelum 8 9
diberikan telur sebesar 10,22 gr/dl ke Δ = kenaikan, *= uji t-test
sesudah diberikan telur sebesar 12,77
gr/dl. Terjadi kenaikan rata-rata sebesar Hasil uji t-test di atas diketahui terjadi
2,55gr/dl. Hasil uji juga menunjukkan kenaikan kadar Hb pada kelompok

MUSWIL IPEMI Jateng, 17 September 2016 183


kontrol dari sebelum sebesar 10,12 gr/dl Hasil uji wilcoxon di atas
ke sesudah sebesar 10,28 gr/dl. Terjadi diketahui terjadi kenaikan kadar Hb
kenaikan dengan rata-rata sebesar pada kelompok intervensi dari
0,16gr/dl. Hasil uji juga menunjukkan sebelum diberikan telur sebesar
ada perbedaan kadar Hb kelompok 10,22 gr/dl ke sesudah diberikan
kontrol dengan statistik p value = telur sebesar 12,77 gr/dl. Terjadi
0,000> α 0,05. peningkatan rata-rata sebesar 2,55
c. Perbedaan kadar Hb antara gr/dl. Hasil uji juga menunjukkan
kelompok intervensi dan kelompok adanya perbedaan kadar Hb
kontrol kelompok intervensi sebelum dan
Kelompok p sesudah diberikan madu hutan
N Mean Δ Mean dengan statistik p value = 0,008< α
Responden value**
0,05.
Kelompok
9 12,77 Terjadinya kenaikan kadar
Intervensi
2,49 0,000 Hb dibandingkan sebelum di
Kelompok berikan perlakuan pada responden
9 10,28
Kontrol ini dikarenakan tubuh mendapatkan
** Uji t-test asupan gizinya berupa protein telur
dimana protein ini mampu
Hasil uji t-test diperoleh bahwa ada memberikan zat besi kepada tubuh
perbedaan kadar Hb antara kelompok sehingga kadar Hb pada tubuh
intervensi setelah diberikan telur dengan mengalami kenaikan. Apalagi saat
kelompok kontrol yang tidak diberikan observasi responden patuh dan rutin
telur dengan nilai perbedaan mean mengkonsumsi telur selama yang
sebesar 2,49dan p value = 0,000< α = disarankan peneliti yaitu 3 hari
0,05. sehingga responden terpenuhi akan
kebutuhan zat besinya melalui
protein hewani yaitu telur.
4. PEMBAHASAN Telur merupakan sumber
1. Perbedaan nilai rata-rata kadar Hb protein yang murah dan m
kelompok intervensi sebelum dan
sesudah Perlakuan
udah diperoleh demikian darah (IDI, 2009).
pula kandungan asam amino Hasil penelitian tersebut
esensialnya, hampir setara dengan sejalan dengan penelitian Angklaita
yang berasal dari air susu ibu. Telur (2003) dengan hasil uji Wilcoxon
juga menyimpan zat-zat mineral Signed Ranks Testmenunjukkan
lainnya seperti zat besi, kalsium, ada perbedaan bermakna rata-rata
fosfor, sodium dan magnesium. kadar Hb WUS di Kota Surakarta
Telur sama sekali tidak sebelum dan sesudah intervensi
mengandung karbohidrat meskipun dengan pemberian tablet tambah
memiliki kalori 59 kalori (248 kj) darah, vitamin v dan protein hewani
(Boga, 2010). berupa telur dengan nilai z hitung -
Hasil penemuan yang telah 11.707 dannilai p 0.000. Berbeda
lama dikenal oleh masyarakat telur dengan hasil penelitian yang
yang dikonsumsi ternyata memiliki dilakukan Tristiyanti (2006), yang
kandungan zat gizi yang baik untuk menyatakan bahwa tidak ada
kesehatan. Salah satunya telur dan hubungan yang nyata antara tingkat
susu diberikan kepada para protein dengan kadar Hb.
pendonor darah setelah darahnya
diambil, hal ini berguna untuk 2. Perbedaan nilai rata-rata kadar Hb
memulihkan stamina dan mencegah kelompok kontrol sebelum dan
terjadinya anemia pada pendonor sesudah Perlakuan

MUSWIL IPEMI Jateng, 17 September 2016 184


Hasil uji t-test di atas ukuran pigmen respiratorik dalam
diketahui terjadi kenaikan kadar Hb butiran-butiran darah merah
pada kelompok kontrol dari (costill, 1998). Jumlah hemoglobin
sebelum sebesar 10,12 gr/dl ke dalam darah normal adalah kira-
sesudah sebesar 10,28 gr/dl. Terjadi kira 15 gram setiap 100 ml darah
peningkatan dengan rata-rata yang jumlah ini biasanya disebut
sebesar 0,16 gr/dl. Hasil uji juga “100%” (evelyn, 2009).
menunjukkan ada perbedaan kadar Adanya perbedaan
Hb kelompok kontrol sebelum dan kenaikan kadar Hb pada responden
sesudah dengan statistik p value = setelah mengkonsumsi telur dengan
0,000 > α 0,05. responden yang tidak
Adanya kenaikan kadar Hb mengkonsumsi telur karena telur
pada kelompok kontrol ini ada merupakan sumber protein yang
berbagai faktor yang murah dan mudah diperoleh
mempengaruhi bisa karena faktor demikian pula kandungan asam
makanan yang bergizi, meminum amino esensialnya, hampir setara
vitamin atau menambahkan asupan dengan yang berasal dari air susu
zat besi kedalam tubuh dengan cara ibu. Beragam vitamin juga terdapat
meminum tablet penambah darah. dalam telur,: vitamin A, D, serta
Zat besi merupakan salah vitamin B kompleks termasuk B 12.
satu komponen dari heme, bagian Telur juga menyimpan zat-zat
dari hemoglobin, protein dalam sel mineral lainnya seperti zat besi,
darah merah yang mengikat kalsium, fosfor, sodium dan
oksigen dan memungkinkan sel magnesium sehingga dapat
darah merah untuk mengangkut menaikan kadar Hb pada manusia
oksigen ke seluruh tubuh jika di konsumsi rutin sesuai aturan
(Proverawati, 2011). yang telah diberikan.
Menurut Hadju (2001) Menurut Suprapti (2010)
Kebutuhan zat besi umumnya tidak Berdasarkan komposisi unsur-unsur
dapat dipenuhi hanya darimakanan gizi yang terkandung dalam telur,
saja, walaupun makanan maka telur dapat dikategorikan
yangdimakan mengandung besi sebagai bahan makanan bernilai
yang banyak danabsorbsinya tinggi. gizi tinggi.
Karena itu pemenuhankecukupan Hasil tersebut sejalan
zat gizi dianjurkan dipenuhimelalui dengan penelitian Supiati (2015)
suplementasi seperti vitamin atau dengan dibuktikannya bahwa nilai t
tablet Fe. hitung lebih kecil dari t tabel (-
3. Perbedaan Kadar Hb antara 7,032 < -2,042) sehingga Ho
Kelompok Intervensi setelah diterima dan Ha ditolak. Jadi
diberikan telur rebus dan kelompok terdapat perbedaan secara
control yang tidak diberikan telur signifikan perubahan kadar Hb ibu
rebus pada remaja putri yang nifas antara ibu nifas yang
mengalami anemia mengkonsumsi telur rebus dengan
Berdasarkan hasil analisis ibu nifas yang tidak mengkonsumsi
statistik dengan uji t-test diperoleh telur rebus dengan selisih
bahwa ada perbedaan skala nyeri perubahan kadar Hb ibu nifas yang
antara kelompok intervensi setelah mengkonsumsi telur rebus rata-rata
diberikan telur dengan kelompok 2 gr %.
kontrol yang tidak diberikan telur
dengan nilai perbedaan mean 5. KESIMPULAN
sebesar 2,49dan p value = 0,000< α Dari hasil penelitian dan analisis
= 0,05. yang sudah dilaksanakan maka dapat
Kadar hemoglobin ialah dibuat kesimpulan bahwa:

MUSWIL IPEMI Jateng, 17 September 2016 185


1. a. Kadar Hb kelompok intervensi
sebelum diberikan telur Dharma, 2011. Metode Penelitian
diperoleh nilai mean sebesar Keperawatan. Jakarta : Trans
10,22 gr/dl dengan kadar Hb Info Media.
terendah adalah 9,80 gr/dl dan
kadar Hb tertinggi adalah
11,10 gr/dl. Desmita, Psikologi Perkembangan,
b. Kadar Hbkelompok intervensi Bandung: PT. Remaja
sesudah diberikan telur Rosdakarya, 2010.
diperoleh nilai mean sebesar
12,77 gr/dl, dengan kadar Hb Dahlan, 2011. Statistik untuk kedokteran
terendah adalah 12,00 gr/dl dan kesehatan Edisi 5. Jakarta.
dan kadar Hb tertinggi adalah Salemba Medika
13,40 gr/dl.
2. a. Kadar Hb kelompok kontrol Evelyn .2009. Anatomi Dan Fisiologi
sebelum diperoleh nilai mean Untuk Paramedis . Jakarta: PT
sebesar 10,12 gr/dl, dengan Gramedia Pustaka
kadar Hb terendah adalah 9,40
gr/dl dan kadar Hb tertinggi Hidayat, 2010. Metode penelitian
adalah 11,60 gr/dl. kesehatan paradigm
b. Kadar Hbkelompok kontrol kuantitatif. Jakarta. Health
sesudah diperoleh nilai mean Books
sebesar 10,28 gr/dl, dengan
kadar Hb terendah adalah 9,40 Hapzah, Y. R. (2012). Hubungan
gr/dl dan kadar Hb tertinggi Tingkat Pengetahuan dan
adalah 11,40 gr/dl. Status Gizi Terhadap Kejadian
3. a. Ada perbedaan Konsumsi telur Anemia Remaja Putri pada
terhadap kenaikan kadar Hb Siswi SMAN 1 Tinambung
pada kelompok intervensi Kabupaten Polewali
sebelum dan sesudah diberikan Mandar.Jurnal Kesehatan.
perlakuan (nilai p = 0,008).
b. Ada perbedaan kenaikan kadar Hidayat, 2011.Metode Penelitian
Hb pada kelompok kontrol Keperawatan dan Teknik
sebelum dan sesudah (nilai p = Analisa Data.Jakarta : Salemba
0,000). Medika.
c. Ada perbedaan Konsumsi telur
terhadap kenaikan kadar Hb Kusmiran, 2011.Kesehatan Reproduksi
antara kelompok intervensi Remaja dan Wanita.Jakarta :
dan kelompok kontrol sesudah Salemba Medika.
diberikan perlakuan (nilai p =
0,000). Nursalam, 2013. Metodologi Penelitian
Keperawatan, Pendekatan
5. DAFTAR PUSTAKA Praktis. Jakarta : Salemba
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Medika.
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Almatsier. 2011. Prinsip Dasar Ilmu Rineka Cipta.
Gizi. Jakarta : pt. Pustaka
Gramedia Utama. Prawirohardjo, 2009. Ilmu Kandungan.
Jakarta : YBP-SP.
Arisman, 2010. Daur Dalam Kehidupan.
Jakarta : EGC. Proverawati & Kusuma, 2011.Remaja

MUSWIL IPEMI Jateng, 17 September 2016 186


dan “What Works”. J Hematol
Perkembangannya.Yogyakarta Transfus 2(3): 1028.
: Nuha Medika. Sugiyono. 2010. Statistika Untuk
Penelitian. Bandung :
Proverawati & Asufah, 2011.Penyakit Alfabeta.
dan Penyebab Sulistyaningsih, 2011. Metode
Anemia.Yogyakarta : Nuha Penelitian Kuantitatif –
Medika. Kualitatif. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Riwidikdo, 2012. Statistik Kesehatan. Suprapti. Ilmu Bahan Makanan Dasar.
Yogyakarta : Nuha Medika. Yogyakarta : Nuha Medika.
Tarwoto .2010. Kesehata Remaja
Riskesdas .2013. Hasil Riset Kesehatan Problem Dan Solusinya.
Dasar . Jakarta : Departemen Jakarta : Salemba Medika
Kesehatan Widyastuti, dkk, 2010. Kesehatan
Reproduksi. Yogyakarta :
Sarlito, 2010. Psikologi Remaja. Jakarta Fitramaya.
: Pustaka Grafindo.
World Health Organization
Saryono, 2010. Metode Penelitian. 2011.Haemoglobin
Yogyakarta : Nuha Medika. concentrations for the
diagnosis of anaemia and
Sarwono, 2009. Psikologi assessment of
Perkembangan Remaja. severity.Department of
Yogyakarta : Rajawali Press. Nutrition for Health and
Development (NHD). Geneva,
Srivastava T, Negandhi H, Neogi SB, Switzerland, 20, Avenue
Sharma J, Saxena R (2014) Appia, 1211.
Methods for Hemoglobin
Estimation : A Review of

MUSWIL IPEMI Jateng, 17 September 2016 187

Anda mungkin juga menyukai