Anda di halaman 1dari 12

CBM SEBAGAI ENERGI NON KONVENSIONAL PROSPEKIF INDONESIA

TUGAS GEOLOGI MIGAS NON KONVENSIONAL

Dibuat sebagai tugas mata kuliah geologi migas non konvensional pada Jurusan
Teknik geologi Fakultas Teknik
Universitas Syiah kuala

Disusun Oleh:

SAHBUDIN
1604109010003

UNIVERSITAS SYIAH KUALA


FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK GEOLOGI
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya makalah yang berjudul "potensi coalbet methan di indonesia ". Atas
dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada para pihak yang telah banyak
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini.
.

Banda Aceh, 25 juni 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………….......i


DAFTAR ISI ……………………………………………… ........................ii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………...................1
1.1. Latar Belakang …………………………………………............1
1.2 Tujuan Penulisan ………………………………………..............1
1.3 Manfaat Penulisan ……………………………………...............1
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………................2
2.1 CBM Indonesia …………………………………........................2
2.2 Status dari Projek CBM EPHINDO………………………………3
2.3 Parameter Penting untuk CBM ………………………....................7

BAB III PENUTUP ………………………………………………...........9


3.1 Kesimpulan ………………………………………………..........9

3.2 Saran …………………………………………………………....9


DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………............10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Kelangkaan bahan bakar minyak menjadi salah satu masalah yang

tengah dihadapi Indonesia saat ini. Indonesia yang dulu dikenal sebagai negara

penghasil minyak dan gas bumi yang cukup besar kini mengalami kenaikan
harga BBM yang disebabkan oleh ketergantungan masyarakat terhadap bahan

bakar minyak sehingga Indonesia harus mengimpor minyak bumi dari negara

lain. Padahal di lain sisi masih banyak sumber energi di Indonesia yang apabila

dikelola dengan baik tidak akan kalah kualitasnya dengan bahan bakar minyak,

seperti energi panas bumi (geothermal), gas metana batubara (coal bed

methane/CBM), shale gas, dan gasifikasi batubara bawah tanah (underground

coal gasification) yang merupakan energi nonkonvensional dan sangat besar

keterdapatannya namun membutuhkan teknologi tingkat tinggi untuk

mengelolanya.

1.2. Maksud dan Tujuan


Maksud penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui keterdapatan dan

potensi CBM di indonesia.


1.3. Manfaat penulisan
Batubara ini bisa dimanfaatkan sebagai energy nonkonvensional, salah

satu alternatif mengatasi kelangkaan bahan bakar minyak di Indonesia, yaitu

gas metana batubara (coal bed methane) atau biasa disebut CBM.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.CBM Indonesia
Coalbed methane (CBM) adalah bentuk dari gas alam yang terjadi di

batubara. Cadangan CBM di Indonesia adalah salah satu cadangan CBM terbesar

di dunia. Saat ini, cadangan negara diperkirakan kurang lebih 453 triliun kaki

kubik (tcf) yang setara dengan sekitar enam persen dari total cadangan CBM

dunia. Angka ini juga menunjukkan bahwa cadangan CBM di Indonesia lebih dari
dua kali lipat cadangan gas alam dunia. Namun, pemanfaatan di Indonesia dari

sumber energi tersebut masih rendah.


Potensi CBM terbesar di Indonesia terletak pada:
a. Sumatera Selatan
b. Kalimantan Selatan
c. Kalimantan Timur

Dan beberapa potensi CBM kecil di Indonesia terletak pada:

a. Riau
b. Bengkulu

Pertama proyek CBM yang signifikan di Indonesia merupakan lapangan

Sanga Sanga di Kalimantan Timur yang mendapat penghargaan - pada tahun 2009

untuk sebuah konsorsium di mana BP dan ENI memegang saham besar.

Perusahaan energi milik negara Pertamina melakukan proyek CBM kedua dunia

(terletak di Sumatera Selatan) melalui anak usahanya Pertamina Hulu Energi.

Menjelang masa mendatang, perusahaan ingin lebih mengembangkan aset CBM

di negara ini.

Pemerintah Indonesia bermaksud untuk mengangkat peran sumber terbarukan

dalam kombinasi energi dunia ke arah masa depan :

Energy Mix Energy Mix


2011 2025

Oil 50% 23%

Coal 24% 30%

Gas 20% 20%

Renewable
6% 26%
Energy

Perusahaan besar CBM di Indonesia diduduki oleh:


• Ephindo

• Medco Energi International

• Pertamina Hulu Energi

• Energi Mega Persada

• Bumi Resources

2.2.Status dari Projek CBM EPHINDO


2.2.1 Blok Sekayu, Sumatera Selatan
Di Sumatera Selatan terdapat 2 lokasi eksplorasi CBM, yaitu Sekayu I dan
Sekayu II.

a. Sekayu I

Gambar2.1: peta lokasi sengkayu I.


Sekayu I mendapatkan penghargaan PSC (Production Sharing Contract)

CBM Indonesia ketika ditandatangani pada Mei 2008. Perusahaan gabungan

dioperasikan oleh Medco Energi, Perusahaan Minyak dan Gas independen

terbesar di Indonesia, yang memiliki 50% hak kepemilikan. Ephindo memiliki

kepemilikan ekonomis yang efektif dari 21,5% di PSC, melalui sahamnya di

Selatan Sumatera Energy Inc (SSE), yang dalam proses diubah menjadi

kepentingan kerja langsung, dengan persetujuan Pemerintah.


Sekayu terletak di cekungan Sumatera Selatan, yang diperkirakan

memiliki potensi CBM dari 180 tcf, dan memiliki manfaat infrastruktur minyak

dan gas yang ada cukup besar. The PSC meliputi area seluas 583 km 2. Sampai saat
ini partner sudah dibor dua inti-ke-pilot sumur dan satu inti dengan baik. Kegiatan

dewatering sudah dimulai di dua sumur uji coba, dengan gas yang telah mengalir

ke permukaan.

Signed
May 2008

Total Area 583 sq. km²

Basin South Sumatra

Target Formation(s) Palembang


Pangadeng

Typical Seam Thickness* ~20m

Coal Quality Sub-Bituminous

b.Sekayu II

Gambar2.2: peta lokasi sengkayu II.


PSC CBM Sekayu II ditandatangani pada 9 Oktober 2013, dan merupakan

projek pertama Ephindo yang dioperasikan di cekungan Sumater Selatan. PSC

terdiri dari dua blok, yang berdekatan dengan PSC CBM Sekayu I, di mana

Ephindo memiliki 21,5% saham yang tidak beroperasi. Ini, dikombinasikan

dengan Studi Bersama yang diselesaikan di wilayah tersebut di 2012, memberikan


Ephindo pemahaman teknis yang kuat tentang wilayah tersebut dan menempatkan

perusahaan di posisi yang bagus untuk mempercepat projek Sekayu II.


Ephindo mempunyai 74% saham di PSC, dengan sisa saham dimiliki oleh

Star Energy yang mempunyai dan mengoperasikan tumpang tindih PSC yang

konvensional.

Signed
October 2012

Total Area 451 sq. km²

Basin South Sumatra

Target Formation(s) Palembang


Pangadeng

Typical Seam Thickness* ~20m

Coal Quality Sub-Bituminous

Prognosed by analogy to Sekayu I

2.2.2 Blok Sangatta I, Kalimantan Timur

Gambar 2.3: peta lokasi blok sangatta I.


Sangatta I CBM PSC terletak di Kalimantan Timur dan ditandatangani

pada 13 November 2008. Ephindo mempunyai hak ekonomis yang efektif dari

24% di kontrak tersebut dan bersama-operator, melalui sahamnya di Sangatta

CBM Inc Barat (SWCI), yang dimiliki bersama oleh Dart Energy Ltd pasangan

lainnya di blok ini adalah perusahaan minyak nasional Indonesia, Pertamina,


dengan working interest 52%. Blok tersebut awalnya meliputi area seluas 1.301

km2, namun sejak itu telah dikurangi menjadi 1.168 km2 setelah pelepasan wajib

10%..

22.3 Blok Kutai Batumas, Kalimantan Timur


6

Gambar 2.4: peta lokasi kutai batu mas.


Ephindo memiliki 50% dan beroperasidi Kutai Timur CBM PSC, yang
ditandatangani pada tanggal 1 April 2011. Sisa 50% dipegang oleh perusahaan
minyak terbesar ke-5 di dunia dan produsen gas terbesar di Indonesia. Blok ini
disediakan 1,496 km2 dalam ukuran dan terletak sekitar 100 km sebelah barat dari
Bontang LNG Plant dan kota Sangatta.

2.3. Parameter Penting untuk CBM


a.Permeabilitas
Pada reservoir CBM kita tahu bahwa permeabilitas adalah parameter

utama dalam menentukan respon dari reservoir, reservoir coal-seam. Permeabilitas

yang tinggi akan meningkatkan produksi gas karena proses desorpsi gas terjadi

cepat. Makalah ini menyajikan sebuah ide baru untuk mempercepat produksi

reservoir CBM dengan menerapkan stimulasi vibrasi kepada sampel core CBM

yang diperkirakan secara konservatif efek dari vibrasi tersebut akan memperbaiki

properti batuan (porositas dan permeabilitas) dari sampel core CBM tersebut.
a.Anisotropy
Anisotropi (Anisotropy) adalah : sifat (permeabilitas) material yang tidak
seragam pada arah aliran rembesan yang berbeda. Misalnya, penyerapan pada
lapisan batubara, permeablilitas arah mendatar berbeda dengan arah vertical.
b.Kapasitas Gas
Rank atau tingkat kematangan batubara, yang ditunjukkan dengan nilai
vitrinit reflectance (Ro) batubara. Batubara dengan rank menengah Ro 0,55% - 2
% memiliki kapasitas serapan gas metan yang baik. Makin besar tekanan makin
besar kapasitas serapan gas tetapi dengan kecepatan yang makin berkurang
sewaktu mendekati batas jenuhnya. Makin tinggi temperatur makin kecil kapasitas
serapannya atau mempertinggi desorpsi gasnya. Makin tinggi kandungan mineral
matternya, makin kecil kapasitas serapan gasnya.
c.Saturation
Hasil lain dari proses coalifikasi adalah air. Air memiliki tempat yang
penting dalam analisa CBM. Air dapat tersimpan dibatubara melalui dua cara,
yaitu : (a) sebagai air yang terikat di matriks batubara dan (b) sebagai air bebas
pada cleat.
d.Porositas
Sebagai produksi terjadi dari reservoir batubara, perubahan tekanan yang
diyakini menyebabkan perubahan porositas dan permeabilitas batubara. Hal ini
umumnya dikenal sebagai penyusutan matriks / pembengkakan. Sebagai gas
desorbed, tekanan yang diberikan oleh gas di dalam pori-pori berkurang,
menyebabkan mereka menyusut dalam ukuran dan membatasi aliran gas melalui
batubara. Seperti pori-pori mengecil, menyusut matriks secara keseluruhan juga,
yang akhirnya dapat meningkatkan ruang gas dapat berjalan melalui (yang cleat),
meningkatkan aliran gas.

BAB II
PENUTUP

Kesimpulan
Dari hasil bahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1. CBM berpotensi dalam program diversifikasi energi nasional.
2. Mengembangkan sumber CBM nasional adalah salah satu cara untuk

mengatasi defisit energi nasional.


3. Industri minyak dan gas perlu membawa suasana yang lebih kondusif

dalam segala aspek (hukum, keuangan, fiskal, keamanan, dll) untuk

menantang pengembangan CBM nasional.


4. Transfer teknologi CBM dari luar negeri perlu dipercepat
5. Ada tantangan untuk mengatasi dan kesempatan untuk mengejar.
6. Ephindo tetap mempelopori ekplorasi dan perkembangan CBM nasional,

berharap mempunyai aliran gas di 2012.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Coalbed Methanes in Indonesia - http://www.indonesia-
investments.com/id/bisnis/komoditas/coalbed-methane/item269. Diakses
pada 25 Mei 2019.
Anonim. Operations – http://www.ephindo.com/operations. Diakses pada 25 Mei
2019.
Anonim. 2010. MENENTUKAN CADANGAN CBM (COAL BED METHANE)
MENGGUNAKAN METODE MATERIAL BALANCE -
http://semutberbisik.blogspot.com/2010/02/menentukan-cadangan-cbm-
coal-bed.html. Diakses pada 25 Mei 2019.
Suryana, Asep dan Fatimah. 2012. Tinjauan Terhadap Bitumen Padat Dan Gas
Metan Batubara Di Indonesia - http://psdg.bgl.esdm.go.id. Diakses pada 19
Mei 2019.

Anda mungkin juga menyukai