Anda di halaman 1dari 16

Diagnosis dan Tatalaksana Servisitis Gonokokal

Novella Ruana Fista Hamady

102014197

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta

Telp. (021) 5657867 E-mail: vella_hamady@yahoo.com

Pendahuluan

Wanita menderita banyak penyakit ginekologi karena infeksi bakteri atau penyakit
menular seksual. Salah satu masalah ginekologi yang paling umum adalah servisitis kronis.
Servisitis adalah kondisi yang sangat umum. Bahkan, lebih dari setengah dari semua
perempuan dapat mengembangkan servisitis di beberapa titik dalam kehidupan dewasa
mereka. Servisitis adalah peradangan dari serviks uterus. Servisitis pada wanita memiliki
banyak fitur yang sama dengan uretritis pada pria dan banyak kasus disebabkan oleh infeksi
penyakit menular seksual. Gangguan ini mempengaruhi sekitar 60% perempuan karena infeksi
bakteri seperti gonore atau infeksi pra dan pasca persalinan. Faktor risiko untuk pengembangan
cervicitis termasuk mulai hubungan seksual pada usia dini, risiko tinggi perilaku seksual,
riwayat penyakit menular seksual, dan memiliki banyak pasangan seks.1,2
Jika serviks sudah terinfeksi maka akan mempermudah pula terjadinya infeksi pada alat
genitalia yang lebih dalam lagi seperti, uterus, tuba atau bahkan sampai ke ovarium dan karena
itu fungsi genitalia sebagai alat reproduksi bisa terganggu atau bahkan tidak bisa difungsikan.
Banyak kasus servisitis tidak diobati karena perempuan yang terinfeksi tidak tahu apa yang
harus mereka lakukan, karena seringkali tidak ada gejala yang jelas. Jika servisitis tidak diobati,
dapat menyebabkan penyakit radang panggul, infertilitas, kehamilan ektopik, nyeri panggul
kronis, aborsi spontan, kanker serviks, atau komplikasi lain selama kehamilan.3,4
Serviks uteri adalah penghalang penting bagi masuknya kuman-kuman kedalam
genitalia interna, dalam hubungan ini seorang nullipara dalam keadaan normal kanalis
servikalis bebas kuman. Pada multipara dengan ostium uteri eksternum sudah lebih terbuka,
batas keatas dari daerah bebas kuman ialah ostium uteri internum sehingga lebih rentan
terjadinya infeksi oleh berbagai kuman yang masuk dari luar ataupun oleh kuman endogen itu
sendiri. Penyebab servisitis yang bukan merupakan penyakit menular seksual dapat
mencakup kelainan pada intrauterin, cedera pada serviks uterus karena masuknya benda asing

1
ke dalam vagina, seperti terjadinya rekasi alergi terhadap spermisida atau kondom. Dan kontrol
jalan kelahiran yang berkurang seperti penutup serviks atau diafragma, atau karena kanker.2,4

Anamnesis

Anamnesis merupakan wawancara antara dokter dan pasien, dapat dilakukan langsung
kepada pasien (autoanamnesis) atau dilakukan terhadap orang tua,wali, orang terdekat dengan
paisen atay sumber lain disebut autoanamnesis. Berikut ini hal-hal yang perlu ditanyakan:

 Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat , agama dan pendidikan
terakhir, suku bangsa, sudah menikah atau belum, paritas.
 Keluhan utama keluhan yang dirasakan pasien sehingga membawa pergi ke dokter atau
mencari pertolongan
Riwayat perjalanan penyakit : sudah berapa lama ? , keluar cairan warna apa? Gatal,
perih, dan berbau atau tidak ? ada keluar darah atau tidak?
 Riwayat haid: kapan menarke, haid teratur atau tidak, lama haid, banyak darah keluar
waktu haid, disertai nyeri atau tidak dan menopause
 Riwayat obstretrik : riwayat persalinan sebelumnya, persalinannya normal atau tidak
atau dengan operasi, pernah keguguran atau tidak, infeksi nifas dan kuretase dapat
menjadi sember infeksi panggul dan kemandulan
 Riwayat genikologi: riwayat penyakit genikologik serta pengobatannya
 Keluhan lain: demam, penurunan berat badan ,batuk pilek, ada nyeru atau tidak di perut
bagian bawah? ada keluar darah abnormal dari vagina,dll.
 Riwayat penyakit dahulu: sebelumnya ada keluhan seperti ini ? ada mempunyai
penyakit kronik ? sudah pernah kedokter atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu: mis
, antibiotik , kortikosterodi,kontrasepsi? , apakah menggunakan alat kontrasepsi? Sejak
kapan?
 Riwayat penyakit keluarga: apakah ada keluarga yang mempunyai keluhan yang sama
seperti ini? Dikeluarga ada riwayat penyakit kronik tidak?
 Riwayat sosial dan kebiasaan: ada riwayat kebiasaan gonta ganti pasangan?, apakah
ada riw berhibungan sesual (genitor-genital, orogenital,anogenital) jika laki-laki tanya
riwayat pengunaan kondom (jarang , sering atau selalu) ? Riwayat mengkonsumsi
alkohol, obat-obatan terlarang atau merokok? Riwayat mengganti pakaiyan dalam ?

Hasil anamesis: seorang perempuan berusia 22 tahun dengan keluhan keluar cairan dari vagina
selama 2 minggu, terakhir disertai keluar flek darah (spotting) setiap selesai berhubungan.
Pasien sudah menikah dan belum mempunyai anak, riwayat penyakit menular seksual
disangkal, dan saat ini tidak menggunakan kontrasepsi. Tidak ada riwayat penyakit dahulu.
Haid teratur tiap bulan, tidak ada keluhan. Haid terakhir dimulai 3 minggu yang lalu dengan
durasi 5 hari (normal).

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan melihat keadaan umum

2
pasien, kesadaran,tanda-tanda vital (TTV),teknik pemeriksaan meliputi secara pemandangan
atau visual(inspeksi), pemeriksaan melalui perabaan (palpasi), pemeriksaan dengan ketokan
(perkusi) dan pemeriksaan secara audiotorik dengan menggunakan stetoskop (auskultasi).6

Pemeriksaan fisik terutama dilakukan pada daerah genitalia dan sekitarnya, yang dilakukan
di ruang periksa dengan lampu yang cukup terang. Lampu sorot tambahan diperlukan untuk
pemeriksaan pasien perempuan dengan spekulum. Dalam pelaksanaan sebaiknya pemeriksa
didampingi oleh seorang tenaga kesehatan lain. Pada pemeriksaan terhadap pasien perempuan,
pemeriksa didampingi oleh paramedis perempuan, sedangkan pada pemeriksaan pasien laki-
laki, dapat didampingi oleh tenaga paramedis laki-laki atau perempuan. Beri penjelasan lebih
dulu kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan: 6

a. Pada saat melakukan pemeriksaan fisik genitalia dan sekitarnya, pemeriksa harus selalu
menggunakan sarung tangan. Jangan lupa mencuci tangan sebelum dan sesudah
memeriksa.
b. Pasien harus membuka pakaian dalamnya agar dapat dilakukan pemeriksaan genitalia
(pada keadaan tertentu, kadang–kadang pasien harus membuka seluruh pakaiannya
secara bertahap).
Pasien perempuan, diperiksa dengan berbaring pada meja ginekologik dalam posisi
litotomi.
1. Pemeriksa duduk dengan nyaman ambil melakukan inspeksi dan palpasi mons
pubis, labia, dan perineum
2. Periksa daerah genitalia luar dengan memisahkan ke dua labia, perhatikan adakah
kemerahan, pembengkakan, luka/lecet, massa, atau duh tubuh

Gambar 1. Posisi Litotomi.5

Pemeriksaan pasien laki-laki dapat dilakukan sambil duduk/ berdiri.


1. Perhatikan daerah penis, dari pangkal sampai ujung, serta daerah skrotum
2. Perhatikan adakah duh tubuh, pembengkakan, luka/lecet atau lesi lain
c. Lakukan inspeksi dan palpasi pada daerah genitalia, perineum, anus dan sekitarnya.
d. Jangan lupa memeriksa daerah inguinal untuk mengetahui pembesaran kelenjar getah
bening setempat (regional)
e. Bilamana tersedia fasilitas laboratorium, sekaligus dilakukan pengambilan bahan
pemeriksaan.
f. Pada pasien pria dengan gejala duh tubuh genitalia disarankan untuk tidak berkemih
selama 1 jam (3 jam lebih baik), sebelum pemeriksaan.6

Pemeriksaan Penunjang

3
1. Laboratorium: pengambilan specimen6
a. Sediaan langsung
1. Bahan: duh tubuh laki-laki (daerah fossa navicularis), perempuan (uretra, muara
kelenjar Bartholin, serviks, rectum).
2. Pewarnaan gram: diplokokkus gram negatif intraseluler dan ekstraseluler leukosit
polimorfonuklear

b. Biakan, memakai dua macam media:


1. Media transport: Stuart, Transgrow
2. Media pertumbuhan: agar coklat Mc Leod, agar Thayer Martin, atau agar Thayer
Martin modifikasi

c. Tes definitive
1. Tes oksidasi: tambahkan reagen oksidasi (larutan tetrametil-p-fenilendiamin
hidroklorida 1%) pada koloni gonokokus tersangka. Warna merah muda lembayung
menandakan positif
2. Tes fermentasi

d. Tes beta laktamase


Memakai cefinase TM disc. BBL 961192 yang mengandung sefalosporin kromogenik.
e. Tes Thomson
Pengabilan urin dilakukan dengan syarat
*urin dalam kandung kemih minimal 80 mL
*sebaiknya setelah bangun pagi
*urin dibagi menjadi dalam 2 gelas
*tidak boleh menahan miksi dari gelas I ke gelas II

Laki-laki

1. Beri penjelasan lebih dahulu agar pasien tidak perlu merasa takut saat pengambilan
bahan duh tubuh gentalia dengan sengkelit atau dengan swab berujung kecil
2. Bila menggunakan sengkelit, gunakanlah sengkelit steril.
3. Masukkan sengkelit/swab ke dalam orifisium uretra eksterna sampai kedalaman 1-2
cm, putar swab (untuk sengkelit tidak perlu diputar namun cukup menekan dinding
uretra), dan tarik keluar perlahan-lahan
4. Oleskan duh tubuh ke atas kaca obyek yang sudah disiapkan
5. Bila tidak tampak duh tubuh uretra dapat dilakukan pengurutan (milking) oleh pasien.

Gambar 2. Insersi Swab ke Dalam Uretra dan Diputar 180o.5

Perempuan

4
Pasien perempuan dengan status sudah menikah, dilakukan pemeriksaan dengan spekulum
serta pengambilan spesimen

1. Beri penjelasan lebih dulu mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan agar pasien tidak
merasa takut

2. Bersihkan terlebih dahulu dengan kain kasa yang telah dibasahi larutan NaCl

3. Setiap pengambilan bahan harus menggunakan spekulum steril (sesuaikan ukuran spekulum
dengan riwayat kelahiran per vaginam), swab atau sengkelit steril

4. Masukkan daun spekulum steril dalam keadaan tertutup dengan posisi tegak/vertikal ke
dalam vagina, dan setelah seluruhnya masuk kemudian putar pelan-pelan sampai daun
spekulum dalam posisi datar/horizontal. Buka spekulum dan dengan bantuan lampu sorot
vagina cari serviks. Kunci spekulum pada posisi itu sehingga serviks terfiksasi,

5. Setelah itu dapat dimulai pemeriksaan serviks, vagina dan pengambilan spesimen

♦ Dari serviks: bersihkan daerah endoserviks dengan kasa steril, kemudian ambil
spesimen duh tubuh serviks dengan sengkelit/ swab Dacron™ steril untuk pembuatan
sediaan hapus, dengan swab Dacron™ yang lain dibuat sediaan biakan,

♦ Dari forniks posterior: dengan sengkelit/ swab Dacron™ steril untuk pembuatan
sediaan basah, dan lakukan tes amin

♦ Dari dinding vagina: dengan kapas lidi/ sengkelit steril untuk sediaan hapus,

♦ Dari uretra: dengan sengkelit steril untuk sediaan hapus

6. Cara melepaskan spekulum: kunci spekulum dilepaskan, sehingga spekulum dalam posisi
tertutup, putar spekulum 90o sehingga daun spekulum dalam posisi tegak, dan keluarkan
spekulum perlahan-lahan.

Pada pasien perempuan berstatus belum menikah tidak dilakukan pemeriksaan dengan
spekulum, karena akan merusak selaput daranya sehingga bahan pemeriksaan hanya diambil
dengan sengkelit steril dari vagina dan uretra. Untuk pasien perempuan yang beum menikah
namun sudah aktif berhubungan seksual, diperlukan informed consent sebelum melakukan
pemeriksaan dengan spekulum. Namun bila pasien menolak pemeriksaan dengan spekulum,
pasien ditangani menggunakan bagan alur tanpa spekulum.

5
Gambar 3. Langkah-Langkah Pemasangan Spekulum.5

Pasien dengan gejala ulkus genitalis (laki-laki dan perempuan)

1. Untuk semua pasien dengan gejala ulkus genital, sebaiknya dilakukan pemeriksaan serologi
untuk sifilis dari bahan darah vena (RPR=rapid plasma reagin, syphilis rapid test )

2. Untuk pemeriksaan Treponema pallidum pada ulkus yang dicurigai karena sifilis:

a. Ulkus dibersihkan terlebih dahulu dengan kain kasa yang telah dibasahi larutan salin
fisiologis (NaCl 0,9%)

b. Ulkus ditekan di antara ibu jari dan telunjuk sampai keluar cairan serum

c. Serum dioleskan ke atas kaca obyek untuk pemeriksaan Burry atau mikroskop
lapangan gelap bila ada.

2. Pemeriksaan bimanual

1. Gunakan sarung tangan dan dapat digunakan pelumas


2. Masukkan jari tengah dan telunjuk tangan kanan ke dalam vagina, ibu jari harus
dalam posisi abduksi, sedangkan jari manis dan kelingking ditekuk ke arah telapak
tangan
3. Untuk palpasi uterus: letakkan tangan kiri di antara umbilikus dan tulang simfisis
pubis, tekan ke arah tangan yang berada di dalam pelvik
4. Dengan telapak jari tangan, raba fundus uteri sambil mendorong serviks ke anterior
dengan jari-jari yang berada di pelvik. Perhatikan ukuran, posisi, konsistensi,
mobilitas uterus, dan kemungkinan rasa nyeri saat menggoyangkan serviks
5. Dengan perlahan, geser jari-jari yang berada di vagina menuju forniks lateral sambil
tangan yang berada di atas perut menekan ke arah inferior

Gambar 4. Pemeriksaan Bimanual.5

6
3. Pemeriksaan anoskopi

Indikasi

Bila terdapat keluhan atau gejala pada anus dan rektum, pasien dianjurkan untuk diperiksa
dengan anoskopi bila tersedia alat tersebut. Pemeriksaan ini sekaligus dapat melihat keadaan
mukosa rektum atau pengambilan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium bila tersedia
fasilitas.

Kontra indikasi

Anus imperforata merupakan kontra indikasi absolut untuk tindakan anoskopi, namun bila
pasien mengeluh mengenai nyeri hebat pada rektum, may preclude awake anoscopic
examination in anxious patients in pain.

Posisi pasien

Pasien berbaring dalam posisi Sim atau miring dengan lutut ditekuk serta pinggul ditekuk 45o
. Posisi pasien di sebelah kiri pemeriksa.

Gambar 5. Alat Anoskopi dari Bahan Plastik Sekali Pakai, a. Disposable anoscope, dan b.
berbahan stainless stell.5

Gambar 6. Posisi lateral decubitus atau posisi Sim. Pasien tidak perlu membuka seluruh baju
seperti dalam gambar, namun cukup membuka celananya sampai nampak daerah anus.5

Prosedur

1. Sebelum melakukan pemeriksaan anoskopi, lakukan inspeksi daerah anus dan


sekitarnya, kemudian lakukan pemeriksaan rektum dengan jari tangan (digital rectal
examination)
2. Bila menggunakan anoskopi dengan bagian obturator yang dapat dilepaskan, pastikan
bahwa obturator telah terpasang dengan benar
3. Beri pelumas sepanjang badan anoskop dengan pelumas standard atau lidokain
4. Masukkan anoskop secara perlahan, dengan sedikit tekanan untuk melawan tahanan
akibat kontraksi otot sfingter anus eksterna. Terus dorong alat anoskop sampai
mencapai anorektum (lihat gambar 7)

7
5. Bila obturator terdorong mundur saat insersi, lepaskan anoskop seluruhnya dan ganti
obturator untuk mencegah mukosa anus terjepit bila obturator dimasukkan
belakangan.
6. Dorong terus anoskop sampai batas luar anoskopi mengenai pinggiran anus.
7. Kecuali alat anoskop dilengkapi dengan lampu, dapat digunakan sumber penerangan
dari luar, misalnya lampu senter atau lampu untuk pemeriksaan pelvis.
8. Bila anoskop sudah masuk dengan sempurna, tarik obturator keluar
9. Sambil menarik anoskop perlahan-lahan, perhatikan saluran anus. Adakah perdarahan
anus proksimal dari jangkauan anoskop. Hapus darah atau debris sehingga lapang
pandang lebih baik, dan bila ditemukan duh tubuh dapat dilakukan biakan.
10. Setelah seluruh lingkar mukosa anus diinspeksi, pelan-pelan tarik anoskop. Perhatikan
sumber nyeri atau perdarahan di daerah distal, misalnya hemoroid, fisura rektum,
ulkus, abses, atau robekan.
11. Mendekati tahap akhir penarikan, hati-hati terhadao refleks spasme sfingkter anus
yang dapat menyebabkan anoskop terlempar. Gunakan tekanan yang agak kuat untuk
mencegah anoskop melejit keluar.5

Gambar 7. Cara Memasang Anoskop.5

Diagnosis Banding

Klamidiasis

Klamidiasis genital adalah imfeksi yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trahomatis,
berukuran 0,2-1,5 mikron, berbentuk sfreris,tidak bergerak dan mempunyai parasit intrasel
oblogat. Terdapat 3 spesies yang patogen terhadap manusia yaitu C, pneumoniae, C psittaci, C
trahomatis. Masa inkubasi berkisar antara 1-3 minggu. Manisfestasi klinik yaitu, kerusakan
jaringan akibat replikasi chlamydia trahomatis respon inflamasi terhadap CT , dan bahan
nekrotik dari sel penjamu yang rusak. Sebagian besar asimtomatik dan tidak menunjukan gejala
kninik spesifik. Endoderviks organ sering terinfeksi. Walaupun asimtomatik , 37% perempuan
memberikan gambaran klinik duh mukopurulen dan 19% ektopi hipertrofik. Infeksi CT yang
kronik atau rekurens menyebabkan ektopik dan infertilitas akibat obstruksi. Komplikasi lain
juga dapat terjadi seperti artritis reaktif dan perihepatitis( Sindroma Fitz- Hugh Curtis).
Perempuan yang hamil terinfeksi CT akan menunjukan gejala keluarnya sekret vagina,
pendarahan, disuria, dan nyeri panggul. Namun, sebagian besar perempuan hamil tidak
menunjukan gejala. Dampak infeksi CT dapat mengakibatkan abortus spontan, kelainan
prematur, dan kematian perinatal. Diagnosis CT ditegakan dengan: kultur, deteksi antigen
secara (direct fluoresent antibody/DFA), enzyme immunoassay / enzym linked immunosorben
assay dan rapid atau piont of care test, deteksi asam nukleat hibridisasi probe deoxyribonuclei
acid (DNA), uji amplikasi asam nukleat seperti polymerase chain reaction (PCR) dan ligase
8
chain reaction (LCR), pemeriksaan serologi. Untuk pengobatan, obat yang diberikan terutama
yang dapat memperngaruhi sintesis protein CT, misalnya gol tetrasiklin dan eritromisin. Obat
yang dianjurkan adalah doksisiklin 100mg/oral 2x sehari selama 7 hari / azitromisin 1g/oral
dosis tunggal, atau tetrasiklin 500mg/oral 4x sehari selama 7 hari / eritromisin 500 mh/oral
sehari semala 7 hari / ofloksasin 200 mg 2x selama 9 hari. Untuk kehamilan obat golongan
kuinilon dan tetrasiklin tidak dianjurkan.5

Trikomoniasis

Trikomoniasis merupakan penyakit infeksi prtozoa yang disebabkan oleh Trichomonas


Vaginalis (TV) biasanya ditularkan melalui hubungan seksual dan sering menyerang traktus
urogenitalis bagian bawah baik pada perempuan maupun pria. Gejala yang dikeluhkan oleh
perempuan dengan trikomoniasis adalah keputihan , gatal, iritasi. Tanda infeksi tersebut
meliputi duh tubuh vagina 42% , bau 50% , edem atau eritem 22-27%. Duh tubuh yang klasik
berwarna kuning kehijauan dan berbusa, tetapi keadaan ini hanya ditemukan pada 10-30%
kasus. Kolpitis mukularis (strawbery cervix) merupakan tanda klinik untuk infesi ini, tapi
jarang ditemukan pada pemeriksaan rutin. Gejala klinik pada perempuan hamil tidak banyak
berbeda dengan keadaan tidak hamil. Akan tetapi bila ditemukan infeksi TV pada trimester II
kehamilan dapat mengakibatkan prematur membran, bayi berat lahir rendah (BBLR) dan
abortus. Diagnosis trikomoniasis paling sering ditegakan dengan melihat trikomonad hidup
pada sediaan langsung duh tubuh penderita dalam laurutan NACL fisiologik. Baku emas adalah
dengan kultur. Untuk pengobatan hingga saat ini metronidazole dosis tunggal 2g/oral/ dapat
juga dosis harian 2x500 mg/hari selama 7 hari. Pemberian metroniazole telah
direkomendasikan oleh FDA selama masa kehamilan.5

Vaginosis Bakterial

Vaginosis bakterial adalah sindrom klinik akibat pergantian Lactobasillus Spp


penghasil H2O2 yang merupakan flora normal vagina dengan bakteri anerob dalam konsentrasi
tinggi. Seperti bacteroides spp, mobiluncus spp, gardrenrell vaginalis dan mycoplasma
bominis. Perempuan dengan vaginosis bakterial dapat atau tanpa gejala mempunyai keluhan
dengan bau khas yaitu amis terutama waktu/ setelah senggama. Bau tersebut disebabkan
adanya amin yang menguap bila cairan vagina menjadi basa. Pada pemeriksaan ditemukan
sekret yang homogen, tipis dan berwarna keabu-abuan. Tidak ditemukan tanda inflamasi pada
vagina dan vulva.5

Vaginosis bakterial telah diasosiasi dengan gangguan kehamilan termasuk abortus spontan
pada kehamilan trimester pertama dan kedua, kelahiran prematur, ruptur membran yang
prematur, persalinan prematur , bayi lahir dengan berat badan rendah,korioamnionitis,
endometritris pascapersalinan dan infeksi luka pascaoperasi sesar. Bukti yang ada saat ini tidak
mendukung perlunya sreaning pada vaginosis bakteri pada perempuan hamil pada populasi
umum. 5

9
Sebagian besar kasus (50-75%) vaginosis bakterial bersifat asimtomatik atau dengan gejala
ringan. Gejala klinik termasuk bau amis seperti ikan atau bau seperti amonia yang berasal dari
sekret vagina dan sekret yang homogen, tidak menggumpal, abu-abu keputihan , tipis. Disuria
dan dispareunia jarang ditemukan sedangkan pruritis dan inflamasi tidak ada. Sekret vagina
yang diasosiasikan dengan vagina bakterialis berasal dari vagina bukan dari serviks. Diagnosis
ditegakan berdasarkan kriteria amsel yaitu adanya tiga dari empat tanda-tanda berukut ini:

- Cairan vagina homogen, putih keabu-abuan, dan melekat pada dinding vagina
- Ph vigina . 4,5
- Sekret vagina berbau amis sebelum atau sesudah penambahan KOH 10% (whiff test)
- Clue cells pada pemeriksaan mikroskopik

Pengobatan yang dianjurkan adalah metronidazole 500 mg 2 x sehari selama 7 hari ,


metronidazole 2g peroral dosis tunggal atau klindamisin per oral 2x 300mg/hari selama 7
hari. Pada perempuan hamil jenis obat dan dosisnya sama seperti perempuan yang tidak
hamil.

Working Diagnosis

Servisitis Gonokokal

Servisitis adalah peradangan yang terjadi pada serviks (leher rahim). Serviks adalah
bagian paling bawah dari rahim yang berfungsi sebagai pintu masuk menuju rahim dari
vagina. Peradangan ini bisa terjadi tanpa ada gejala-gejala yang dirasakan penderita.
Seringkali servisitis disebabkan oleh infeksi penyakit menular seksual, seperti klamidia atau
gonorea, namun servisitis juga bisa disebabkan oleh faktor non-infeksi.7

Beberapa gejala umum dari servisitis adalah:

- Munculnya cairan vagina dalam jumlah banyak, biasanya berwarna kehijauan,


kecoklatan, atau kekuningan. Cairan tersebut seperti nanah dan kadang berbau tidak
sedap.
- Frekuensi buang air kecil yang semakin sering.
- Rasa nyeri saat berhubungan seksual.
- Perdarahan dari vagina setelah berhubungan seksual, yang bukan disebabkan
menstruasi.
- Rasa nyeri pada bagian panggul atau perut.7

Epidemiologi
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) memperkirakan bahwa lebih dari
19 juta infeksi menular seksual yang baru (IMS) terjadi setiap tahun, hampir setengah dari
mereka di antara orang-orang yang berusia 15-24 tahun. Selain konsekuensi kesehatan yang

10
berpotensi parah, IMS menimbulkan beban ekonomi yang luar biasa, dengan biaya medis
langsung setinggi $ 17 miliar dalam satu tahun.8
Trichomonas adalah penyakit yang paling umum PMS yang dapat disembuhkan.
Meskipun diperkirakan 3,7 juta orang terinfeksi (2,3 juta pada wanita usia 14-49 y), sekitar
70% dari orang-orang ini tidak menunjukkan gejala. Sekitar 7,4 juta kasus baru terjadi. Setiap
tahun terjadi pada banyak wanita.8 Chlamydia, bagaimanapun, adalah yang paling sering
dilaporkan penyakit menular di Amerika Serikat, dengan mayoritas kasus yang terjadi pada
individu berusia 25 tahun atau lebih muda. insiden yang dilaporkan infeksi klamidia telah terus
meningkat selama 2 dekade terakhir, dengan 1,3 juta kasus yang dilaporkan pada tahun 2010.
Meskipun peningkatan kejadian ini mungkin mencerminkan perubahan dalam upaya
pemeriksaan, banyak kasus yang tidak dilaporkan atau tidak terdiagnosis. Lebih dari 50%
wanita muda yang aktif secara seksual tidak disaring setiap tahunnya, meskipun CDC
rekomendasi.8
Gonore adalah penyakit menular kedua yang paling sering dilaporkan di Amerika
Serikat, dengan lebih dari 300.000 kasus yang dilaporkan pada tahun 2010. Setiap tahun,
sekitar 700.000 infeksi gonokokal baru terjadi. Sama seperti klamidia, gonore diyakini tidak
dilaporkan. Dalam sebuah studi dari 1.469 pasien gawat darurat didiagnosis dengan servisitis,
ditemukan bahwa 1,8% dan 9,3% dari pasien dengan servisitis juga positif untuk gonore atau
klamidia, masing-masing. Tingkat tahunan infeksi oleh virus herpes simpleks (HSV) adalah
sulit untuk memperkirakan, karena sebagian besar infeksi awal tidak menunjukkan gejala atau
tidak dikenal. Selain itu, infeksi HSV tidak perlu dilaporkan di Amerika Serikat.8 Prevalensi
HSV tipe 2 adalah sekitar 16% (terutama di kalangan perempuan kulit hitam: 48%).8

Etiologi
Sevisitis terbagi dua, ada yang non-infeksi dan tipe infeksi. Masing-masing memiliki
etiologi yang berbeda. Tipe non-infeksi mukopurulen bisa disebabkan oleh paparan dari epitel
kolumnar serviks faktor menular pada vagina, seperti merokok, douching dan kontrasepsi oral
kombinasi. sebelumnya besar prospektif studi menemukan hubungan yang signifikan dengan
penggunaan kontrasepsi oral yang dikombinasikan. Adapun tipe infeksi memiliki etiologi
Chlamydia trachomatis, N. gonorrhea, Mycoplasma hominis, Mycoplasma genitalia,
Ureaplasma urealyticum, adenovirus, Herpes simpleks virus, dan cytomegalovirus.9

Faktor Risiko
Servisitis sering terjadi dan mengenai hampir 50% wanita dewasa dengan faktor resiko:10

11
 Perilaku seksual bebas resiko tinggi
 Riwayat IMS
 Memiliki pasangan seksual lebih dari satu
 Aktivitas seksual pada usia dini
 Pasangan seksual dengan kemungkinan menderita IMS
 Servisitis juga dapat disebabkan oleh bakteri (stafilokokus dan streptokokus) atau
akibat pertumbuhan berlebihan bakteri normal flora vagina (vaginosis bakterial).

Diagnosis

Servisitis dapat dicurigai setelah dilakukan pemeriksaan klinis dengan melihat adanya
perubahan inflamasi, lesi ulseratif, cacat atau sekret dari leher rahim. Diagnosis servisitis
selanjutnya ditentukan oleh pemeriksaan kolposkopi dan Pap smear. Pemeriksaan sitologi
bakteri berguna untuk mendeteksi etiologi infeksi serviks. Gejala klinis servisitis berupa:4

a) Flour hebat, biasanya berlangsung lama, warna putih keabu-abuan atau kuning yang kental
atau purulent dan biasanya berbau.
b) Sering menimbulkan erusio (erythroplaki) pada portio yang tampak seperti daerah merah
menyala.
c) Pada pemeriksaan inspekulo kadang-kadang dapat dilihat flour yang purulent keluar dari
kanalis servikalis. Kalau portio normal tidak ada ectropion, maka harus diingat
kemungkinan gonorhoe.
d) Sekunder dapat terjadi kolpitis dan vulvitis.
e) Pada servisitis kroniks kadang dapat dilihat bintik putih dalam daerah selaput lendir yang
merah karena infeksi. Bintik-bintik ini disebabkan oleh ovulonobothi dan akibat retensi
kelenjer-kelenjer serviks karena saluran keluarnya tertutup oleh pengisutan dari luka
serviks atau karena peradangan.
f) Gejala-gejala non spesifik seperti dispareuni (nyeri saat senggama), nyeri punggung, rasa
berat di panggul dan gangguan kemih.
g) Perdarahan uterus abnormal:
 Pasca sanggama
 Pasca menopause
 Diantara haid

12
Patofisiologi
Penyakit ini dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah melahirkan dengan
luka-luka kecil atau besar pada cerviks karena partus atau abortus memudahkan masuknya
kuman-kuman kedalam endocerviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi
menahun. Namun pada beberapa kasus tidak ditemukan gejala dan tanda, disarankan agar
penderita keputihan menjalani pemeriksaan skrining klamidia.5 Beberapa gambaran patologis
yang dapat ditemukan:11
1) Serviks kelihatan normal, hanya pada pemeriksaan mikroskopis ditemukan infiltrasi
leukosit dalam stroma endoserviks. Servicitis ini menimbulkan gejala, kecuali
pengeluaran secret yang agak putih-kuning.
2) Di sini ada portio uteri disekitar ostium uteri eksternum, tampak daerah kemerah-merahan
yang tidak dipisahkan secara jelas dari epitel porsio disekitarnya, secret yang dikeluarkan
terdiri atas mucus bercampur nanah.
3) Sobeknya pada serviks uteri disini lebih luas dan mukosa endoserviks lebih kelihatan dari
luar (ekstropion). Mukosa dalam keadaan demikian mudah terkena infeksi dari vagina.
Karena radang menahun, serviks bisa menjadi hipertropis dan mengeras, secret
mukopurulent bertambah banyak.

Pada pemeriksaan panggul dalam dapat memperlihatkan adanya:2

 Keputihan
 Servik kemerahan
 Edema (inflamasi) dinding vagina

Pemeriksaan penunjang yang dapat dipakai adalah:4


 Pemeriksaan bacterial vaginosis
 Pemeriksaan bakteriologis dari sekresi serviks, dan uji budidaya dan kepekaan terhadap
antibiotik diperlukan untuk menentukan etiologi infeksi dengan sediaan apus.
 Pap smear: untuk melihat adanya perubahan sitologis (seluler) serviks,
 Pemeriksaan patologi anatomi

13
Tatalaksana
pengobatan empiris standar untuk servisitis adalah azitromisin untuk wanita yang terkena
dampak dan mitra seksual mereka. Sebagai prevalensi heteroseksual local gonore sangat
rendah, pengobatan bersamaan untuk gonore tidak rutin diberikan secara empiris. Azitromisin
Kegagalan di 28% dari pria dengan M. genitalium terkait uretritis telah dilaporkan dan lebih
sering terjadi ketika M. genitalium berasal dari tenggara Asia, di mana ada muncul resistensi
macrolide. Hal ini memiliki implikasi pengobatan yang penting ketika M. genitalium dikaitkan
dengan cervicitis. di sana laporan tingkat izin peningkatan M. genitalium dengan program
diperpanjang azitromisin dan moksifloksasin. Sejarah alami dari servisitis tidak didefinisikan
atau manfaat dari perawatan lebih lanjut untuk tidak responsive kasus dan mitra mereka.
Kebanyakan pedoman PMS menyarankan tinjauan ginekologi untuk menyingkirkan kelainan
yang mendasari seperti keganasan atau pertimbangan kimia iritasi atau idiopathic penyebab.
Terapi ablatif servikstelah digunakan untuk mengobati servisitis kronis, tapi ada kekurangan
literatur mengenai pemikiran dan efektivitas intervensi ini, yang mungkin berkaitan dengan
hubungan antara ektopi dan servisitis. Kembali untuk konsep servisitis yang mungkin menjadi
indikator diam Pedoman PID, PMS mungkin bisa mempertimbangkan untuk
merekomendasikan perawatan PID untuk kasus-kasus servisitis.12
Menurut CDC dapat diberikan terapi
 Seftriakson 125 mg i.m (dosis tunggal) atau
 Sefiksim 400 mg per oral (dosis tunggal) atau
 Siprofloksasin 500 mg per oral (dosis tunggal) atau
 Ofloksasin 400 mg per oral (dosis tunggal)
Non medikamentosa
 Melakukan pemeriksaan dan pengobatan pada pasangan tetap.

Anjurkan abstinensia sampai infeksi dinyatakan sembuh secara laboratories, bila tidak
memungkinkan anjurkan penggunaan kondom.

Komplikasi
Komplikasi dari servisitis menular diobati tergantung pada patogen. Gonore dan
klamidia infeksi diobati dapat menyebabkan penyakit radang panggul (PID), yang kemudian
dapat mengakibatkan infertilitas, nyeri panggul kronis, dan kehamilan ektopik. Morbiditas lain
mungkin termasuk aborsi spontan, ketuban pecah dini, dan kelahiran prematur jika infeksi
hadir selama kehamilan.4

14
Prognosis
Gonore, klamidia, trikomoniasis dan infeksi dapat disembuhkan dengan terapi
antibiotik, sedangkan terapi antivirus dapat mengurangi jumlah virus herpes simpleks (HSV)
wabah, durasi gejala, dan tingkat keparahan gejala. Subtipe tertentu dari HPV terkait dengan
perkembangan kanker serviks. Infeksi HSV aktif yang tidak diobati pada periode perinatal dan
neonatal dapat menyebabkan keterbelakangan mental, kebutaan, berat badan lahir rendah, lahir
mati, meningitis, dan kematian.1,11

Kesimpulan
Perempuan 22 tahun tersebut terdiagnosis servisitis akut et causa gonorrhea. Penyakit ini
merupakan peradangan jaringan serviks dikarenakan terinfeksi kuman GO. Hampir semua
kasus servisitis disebabkan oleh penyakit menular seksual dan, bisa juga karena cedera pada
jaringan serviks, kontrol jalan lahir yang berkurang seperti diafragma dan bahkan kanker.
Keluhan utama pasien biasanya karena keputihan yang tidak normal. Prognosis baik apabila
cepat ditangani dengan terapi antibiotik.

15
Daftar Pustaka

1. David, Ovedoff. 1995. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Bina Pura Aksara.
2. Taber, Benzion. 1995. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Gynekologi. Jakarta: EGC.
3. Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan. Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
4. Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
5. Daili FS.Infeksi menular seksual. Dalam: Ilmu Kebidanan. Edisi keempat. Jakarta: PT Bina
pustaka sarwono prawiroharjo; 2016.h.920-33
6. Kementerian Kesehatan RI Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Infeksi menular seksual. Jakarta: Bakti Husada; 2011.h.11-8.
7. Diseases characterized by urethritis and cervicitis. Sexually transmitted diseases treatment
guidelines 2006. Update to CDC's sexually transmitted diseases treatment guidelines. 2006:
fluoroquinolones no longer recommended for treatment of gonococcal infections.
Available at www.guidelines.gov. (Diakses pada 3 Desember 2014)
8. Centers for Disease Control and Prevention. STD trends in the United States: 2010 national
data for gonorrhea, chlamydia, and syphilis. Available
at http://www.cdc.gov/std/stats10/trends.htm. (Diakses pada 3 Desember 2014)
9. Luska MJ and Konecny P. 2008. Cervicitis: a review. Curr Opin Infect Dis 21:49–55.
10. Biggs WS, Williams RM. Common gynecologic infections. Prim Care. 2009;36:33-51.
11. Robin, Cotran, Humar. 1999. Buku Saku Robbins, Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC.
12. Luska MJ and Konecny P. 2008. Cervicitis: a review. Curr Opin Infect Dis 21:49–55.

16

Anda mungkin juga menyukai