Anda di halaman 1dari 9

Decision Support System (DSS) Pemupukan Padi Lahan Rawa

Muhammad Alwi dan Arifin Fahmi


Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa
Jln. Kebun Karet P.O.Box 31, Loktabat Utara,
Banjarbaru, Kalimantan Selatan 70712
E-mail: Alwi_62@yahoo.co.id

Abstrak

Lahan rawa merupakan salah satu alternatif dalam mengatasi semakin menyempitnya lahan subur
dalam menopang ketahanan pangan. Sifat lahan rawa yang khas, menuntut kehati-hatian dan
bijaksana dalam pengelolaan serta pemanfaatanya agar sistem pertanian dapat berkelanjutan.
Masalah utama yang dihadapi dalam pengembangan lahan ini antara lain: kemasaman tanah tinggi,
kelarutan unsur logam tinggi dan ketersediaan hara rendah. Oleh karena itu, perlu tindakan
ameliorasi dan pemupukan agar keberhasilan pertanaman padi dapat dicapai. Ameliorasi
merupakan upaya memberikan bahan ke tanah dengan tujuan memperbaiki sifat fisik, kimia
maupun biologi tanah, sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman dapat ditingkatkan.
Sedangkan pemupukan berimbang merupakan upaya lain dalam memperbaiki dan meningkatkan
produktivitas lahan rawa. Website Balittra (Balittra/http://pertanianrawa.info/rawa_app/
rawa_dss_app/index.php) telah tersedia software Decision Sopport System (DSS) pemupukan padi
lahan rawa yang bersifat ramah pengguna. DSS adalah sebuah (software) perangkat lunak untuk
membantu membuat rekomendasi pemupukan padi di lahan rawa dengan cepat dan akurat.
Program ini bertujuan membantu stakeholders untuk menentukan kebutuhan pupuk bagi
pertanaman padi di lahan rawa. Tulisan ini akan memaparkan tentang proses pembuatan program
DSS serta langkah-langkah operasional penggunaannya.

Kata kunci: DSS, lahan, padi, pemupukan, rawa

Pendahuluan

Pengembangan pertanian di lahan rawa semakin penting dan strategis dalam kaitannya
dengan perkembangan penduduk, industri dan berkurangnya lahan subur karena berbagai
penggunaan non pertanian. Widjaja-Adhi et al. (1992) melaporkan bahwa luas lahan rawa di
Indonesia diperkirakan sekitar 33,4 juta ha tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan
Papua. Luas lahan rawa pasang surut di Indonesia sekitar 20,1 juta hektar, terdiri dari 2,07 juta
hektar lahan potensial, 6,72 juta hektar lahan sulfat masam, 10,8 juta hektar lahan gambut, dan
0,44 juta hektar lahan salin (Nugroho et al. 1992; Ritung, 2011). Lahan pasang surut yang
berpotensi untuk dijadikan areal pertanian sekitar 9,53 juta hektar, yang sudah direklamasi
sampai tahun 2000 baru sekitar 4,18 juta hektar (Alihamsyah, 2002). Kemudian luas lahan rawa
lebak sekitar 13,3 juta ha, luas lahan yang telah dibuka untuk persawahan dan permukiman
sekitar 1,55 juta ha. Menurut Direktorat Rawa dan Pantai, 2010) luas lahan rawa lebak yang
berpotensi untuk pertanian dan belum dibuka hanya sekitar 1.411.317 hektar. Berdasarkan data
di atas, masih terbuka peluang untuk mengembangkan pertanian di lahan rawa.
Banyak teknologi dan hasil penelitian pertanian yang telah tersedia untuk digunakan
dalam pengembangan pertanian di lahan rawa, tetapi penerapannya belum berjalan (diadopsi)
dengan baik sehingga produktivitas pertanian masih rendah. Suatu teknologi akan memberikan
manfaat yang besar dan efesien jika diterapkan pada kondisi karakteristik wilayah/lahan yang
sesuai. Pengalaman memperlihatkan bahwa dengan pengelolaan yang tepat dan sesuai dengan

366 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian


Banjarbaru, 20 Juli 2016
karakteristiknya, lahan rawa dapat dijadikan areal pertanian yang produktif (Ismail et al. 1993).
Dalam dekade terakhir ini, IRRI telah mengembangkan site specifik nutrient management
(SSNM) untuk meningkatkan efisiensi pemupukan padi secara umum, program tersebut cukup
komprehensif dan masih harus selalu dievaluasi dan disempurnakan. Secara umum program
tersebut masih sangat terbatas penggunaanya oleh pengguna dari Indonesia khususnya petani di
lahan rawa.
Rendahnya produktivitas lahan rawa salah satunya disebabkan oleh kurang tepatnya dosis
pupuk yang diberikan. Sebagian petani memberikan pupuk dalam jumlah yang terlalu rendah dari
kebutuhan tanaman, sedangkan sebagian lainnya memberikan dalam jumlah berlebih akibatnya
banyak yang tidak diserap tanaman. Menurut Xing dan Zhu (2000) sekitar 40 - 70% nitrogen, 80 -
90% fosfor dan 50- 70% kalium dari pupuk yang diberikan ke tanah hilang akibat pelindian,
penguapan, imobilisasi maupun difiksasi oleh komponen tanah. Efektifitas pemupukan dapat
ditingkatkan dengan memperhitungkan sifat asli tanah dan faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhinya seperti pemanfaataan bahan organik insitu, dinamika hidrologi lahan yang
berpotensi menjadi sumber hara atau sebaliknya berperan sebagai agen pelindi hara. Secara
umum konsep di atas dapat dikategorikan sebagai “konsep pemupukan spesifik lokasi”, yang telah
dikembangkan oleh IRRI dan Balai Besar Padi, konsep ini memperhitungkan segala sumberdaya
alam yang terdapat disekitar lahan dan kebutuhan tanaman akan unsur hara. Konsep pemupukan
demikian dilakukan dengan pendekatan terhadap target hasil, yaitu pemberian pupuk dengan
mengacu pada kesimbangan hara yang diperlukan tanaman berdasarkan target hasil yang ingin
dicapai dan kemampuan tanah menyediakan hara tersebut. Dobermann dan Fairhurst (2000)
menyatakan bahwa pengelolaan hara yang tidak berimbang akan menurunkan hasil padi hingga
40%, dan apabila disertai dengan pengelolaan tanaman yang tidak baik maka kehilangan hasil padi
dapat mencapai 60% dari potensi hasilnya.
Sebagian besar penelitian pemupukan sebelumnya masih bersifat parsial, jarang
dihubungkan dengan dinamika hara dalam tanah dan belum dilaksanakan secara terpadu, sehingga
penerapannya belum memberikan hasil yang maksimal. Rekomendasi teknologi pengelolaan hara
terpadu yang bersifat spesifik diharapkan mampu meningkatkan produktivitas lahan dan produksi
tanaman di lahan rawa. Agar rekomendasi hasil penelitian pemupukan padi di lahan rawa cepat
diadopsi oleh pengguna, maka perlu disajikan dalam bentuk software sederhana dan mudah
dimengerti oleh pengguna yang dikenal sebagai Decision Support System (DSS) pemupukan padi
lahan rawa.

Metodologi

Penelitian ini terdiri dari empat kegiatan, yaitu: 1) pengumpulan data tentang hasil-hasil
penelitian pemupukan padi yang telah dilaksanakan serta produktivitas tanah di lahan rawa, 2)
pembuatan program DSS, 3) percobaan rumah kaca dan lapangan untuk menguji validasi hasil
rekomendasi pemupukan berdasarkan program DSS yang dibuat, dan 4) monitoring kualitas air
untuk mempelajari besaran kontribusi hara dari air dalam sistem pengelolaan air.

Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 367


Banjarbaru, 20 Juli 2016
A. Pengumpulan data pemupukan padi dan produktivitas lahan rawa

Data tersebut meliputi:


1) kondisi tinggi muka air di lahan,
2) waktu pertanaman,
3) metode pengelolaan jerami/bahan organik,
4) dosis dan jenis pupuk yang digunakan,
5) dasar penentuan dosis pupuk,
6) produksi permusim tanam, dan
7) varietas padi yang ditanam.

B. Pembuatan Program DSS

Pembuatan program DSS pemupukan padi lahan rawa dilaksanakan dengan cara:
1) menghimpun data-data sumberdaya lahan rawa,
2) mengolah dan menganalisis data-data tersebut,
3) menyusun model,
4) mendesain aplikasi DSS rawa,
5) membuat aplikasi menggunakan bahasa komputer,
6) memprogram web PHP dan database MySQL, dan
7) mengupload aplikasi ke server internet sehingga dapat diakses oleh pengguna dengan
mudah.

C. Uji validasi rekomendasi program DSS pemupukan padi lahan rawa

Percobaan dilaksanakan di rumah kaca dan lapangan untuk menguji validasi rekomendasi
pemupukan berdasarkan DSS pemupukan padi di lahan rawa pasang surut dan lebak. Faktor yang
diuji adalah dosis pemupukan hasil rekomendasi dari program DSS. Setiap set percobaan
menggunakan rancangan acak kelompok yang terdiri atas enam aras perlakuan yaitu :
1. Paket pemupukan NPK-50 % dari dosis rekomendasi (P1).
2. Paket pemupukan NPK-75 % dari dosis rekomendasi (P2).
3. Paket pemupukan NPK-100 % dari dosis rekomendasi (P3).
4. Paket pemupukan NPK-125 % dari dosis rekomendasi (P4).
5. Paket pemupukan NPK-150 % dari dosis rekomendasi (P5).
6. Paket pemupukan padi berdasarkan tingkat hasil panen dari Balai Besar Padi (sebagai
kontrol) (P6).

Paket pemupukan NPK-100% dari dosis rekomendasi (P3) adalah dosis pemupukan padi
lahan rawa yang dihasilkan dari program DSS. Dosis rekomendasi tersebut didapatkan dari
menginput data nilai pH, ketersediaan hara N, P dan K tanah hasil analisis di laboratorium ke
dalam program tersebut.

368 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian


Banjarbaru, 20 Juli 2016
D. Monitoring kualitas air pada sistem pengelolaan air

Kualitas air diamati untuk mengetahui besaran sumbangan hara dari air irigasi ataupun
pencucian hara (flushing) dari air drainase dalam suatu sistem pengelolaan air. Kualitas air akan
diamati pada lebak dangkal dan tengahan. Pengambilan contoh air dilakukan pada air yang masuk
ke lahan (sebagai air irigasi) dan air keluar dari lahan (sebagai air drainase). Parameter yang
diamati dalam sub kegiatan ini adalah kandungan NH4+ dan NO3-, H2PO43-, K+, Ca2+, Mg2+ dan
Fe2+ serta pH menurut metode yang dianjurkan oleh Balai Penelitian Tanah (2005). Waktu
pengambilan contoh air ini akan dilakukan pada saat musim tanam padi.

Hasil dan Pembahasan

A. Pembuatan Program DSS Pemupukan Padi Lahan Rawa


Berdasarkan data-data hasil penelitian sebelumnya tentang pemupukan padi di lahan
rawa, hasil survei lapangan dan desk studi terhadap data-data sumberdaya lahan rawa, maka
diperoleh beberapa model perhitungan dosis pemupukan. Model yang terbentuk haruslah berupa
model dalam bentuk bahasa matematika yang dapat ditransformasikan ke dalam bahasa program
komputer. Beberapa contoh model untuk penenetuan dosis pupuk P di lahan rawa lebak disajikan
sebagai berikut:

Gambar 1. Contoh model yang disusun untuk menghitung kebutuhan dosis pupuk P (SP-36)
berdasarkan lapisan permukaan tanah di lahan rawa lebak

Selanjutnya setelah model pemupukan N, P dan K serta kebutuhan kapur disusun, maka
model yang berbentuk bahasa matematika tersebut ditransformasikan ke dalam bahasa permodelan
di dalam komputer dengan menggunakan software yang berbasis web yaitu PHP dan database
MySQL. Model-model dalam software yang terbentuk ini kemudian diintegrasikan dengan model
DSS pepupukan padi lahan rawa pasang surut yang sudah di launching tahun 2013. Integrasi
antara DSS versi 2013 (DSS untuk lahan rawa pasang surut) dan 2014 (DSS untuk lahan rawa
lebak), kemudian menjadi software terbaru yang disebut sebagai DSS pemupukan padi lahan rawa.
Langkah selanjutnya adalah mendesain interface pada web DSS versi terbaru. Software ini yang
dapat diakses melalui website Balittra atau menggunakan alamat di bawah ini
http://pertanianrawa.info/rawa_app/ rawa_dss_app/index.php.

Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 369


Banjarbaru, 20 Juli 2016
Gambar 2. Penampilan halaman pertama software DSS pemupukan padi lahan rawa

B. Langkah-langkah Operasional Penggunaannya

1. Hidupkan komputer
2. Link ke internet
3. Masuk ke Google
4. Masuk ke web Balittra (ketik Balittra
Kemudian klik website Balittra)

Gambar 3. Penampilan website Balittra di halaman Google

370 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian


Banjarbaru, 20 Juli 2016
5. Klik icon DSS lahan rawa pada bagian kanan atas penampilan Balittra

Gambar 4. Penampilan halaman pertama website Balittra

6. Isi alamat email


7. Klik “kirim” untuk masuk

Gambar 6. Halaman selamat datang di program DSS pemupukan padi lahan rawa

Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 371


Banjarbaru, 20 Juli 2016
8. Halaman kerja
9. Isi identitas tamu
- Nama
- No. Hp
10. Identitas contoh tanah
- Nama contoh tanah
- Pilih Provinsi
(muncul seluruh provinsi)
- Pilih Kabupaten
(muncul kabupaten pada
provinsi terpilih)
- Pilih Kecamatan
(muncul kecamatan pada
kabupaten terpilih)
- Isi titk koordinat (bila ada)

Gambar 7. Penampilan halaman isian identitas dan asal contoh tanah

11. Sifat contoh tanah


- Tipologi lahan
- Model pengelolaan air
- Model pengelolaan jerami
- Nilai N-total dalam %
- Nilap P-tsd (ppm atau mg/kg)
- Nilai K-tsd (cmol/kg)
- Nilai pH tanah (H2O) 1 : 5

Gambar 8. Penampilan halaman isian sifat contoh tanah dan nilai N-total, P-tsd, K-tsd
dan pH tanah

372 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian


Banjarbaru, 20 Juli 2016
12. Klik icon ANALISIS

Gambar 9. Penampilan rekomendasi pemupukan hasil DSS

Penutup

1) Software DSS pemupukan padi lahan rawa yang berbasis website saat ini sudah dapat diakses
melalui website Balittra
2) Dosis pemupukan yang dihasilkan melalui software ini telah diverifikasi dalam lingkup rumah
kaca dan lapangan dan hasil rekomendasi terhadap dosis pupuk yang digunakan juga telah
memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya. Perbaikan hasil
pertumbuhan tanaman padi yang diperoleh dari perlakuan dosis pupuk berdasarkan DSS ini
didukung oleh perbaikan sifat kimia tanah seperti kadar hara dan kemasaman tanah maupun
sifat tanah lainnya seperti kadar Fe, Al dan potensial redoks tanah.

Daftar Pustaka

Alihamsyah, T. 2002. Optimalisasi Pendayagunaan Lahan Rawa Pasang Surut. Makalah


disajikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pendayagunaan Sumberdaya Lahan di
Cisarua tanggal 6-7 Agustus 2002. Puslitbang Tanah dan Agroklimat

Balai Penelitian Tanah. 2005. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk. Badan Penelitian
and Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor. 136 p.

Direktorat Rawa dan Pantai. 2010. Pengelolaan Rawa di Indonesia. Direktorat Rawa dan Pantai,
Dirjen Sumberdaya Air, Kementerian Pekerjaan Umum. Jakarta. 209 hal.

Dobermann, A. and T. Fairhurst. 2000. Rice ; Nutrient Disorders and Nutrient Management.
IRRI. Makati city, The Fhillipines. 191 p.

Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 373


Banjarbaru, 20 Juli 2016
Ismail, I.G., T. Alihamsyah, I P.G. Widjaja-Adhi, Suwarno, H. Tati, R. Tahir, dan D.E. Sianturi.
1993. Sewindu Penelitian Pertanian di Lahan Rawa (1985-1993). Kontribusi dan Prospek
Pengembangan. Proyek Penelitian Pertanian Lahan Pasang Surut dan Rawa Swamps II.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Nugroho, K. Alkasuma, Paidi, W. Wahdini, Abdurachman, H. Suhardjo, dan IPG. Widjaja Adhi.
1992. Peta areal potensial untuk pengembangan pertanian lahan rawa pasang surut, rawa
dan pantai. Proyek Penelitian Sumberdaya Lahan. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.
Bogor.

Ritung, S. 2011. Karakteristik dan sebaran lahan sawah di Indonesia. Hlm 83-98. Dalam.
Prossiding Seminar Nasional Teknologi Pemupukan dan Pemulihan lahan Terdegradasi.
Balai Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.

Widjaja-Adhi, I P.G., K. Nugroho, D.A. Suriadikarta, dan A.S. Karama. 1992. Sumber daya lahan
pasang surut, rawa dan pantai: Keterbatasan dan Pemanfaatan. Dalam. Partohardjono dan
M. Syam (Ed). 1992. Pengembangan Terpadu Pertanian Lahan Rawa Pasang Surut dan
Lebak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Xing, G.X. and Z.L. Zhu. 2000. An assessment of N loss from agricultural fields to the
environment in China. Nutrient Cycling in Agroecosystems, 57: 67–73.

374 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian


Banjarbaru, 20 Juli 2016

Anda mungkin juga menyukai