Felicia / 102012112
A4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6, Duri Kepa, Jakarta Barat 11510
Telp : (021) 5694-2061 email :
feliciasiswanto@yahoo.com
Pendahuluan
Kelahiran bayi merupakan saat yang membahagiakan bagi para orang tua,
terutama apabila bayi yang dilahirkannya tersebut berstatus sehat. Harapan orang tua
adalah bayi tersebut akan tumbuh besar dan menjadi dewasa dan akan menjadi sebuah
pribadi yang siap untuk memiliki keturunan pula. Tetapi, tidak semua bayi lahir dalam
keadaan sehat. Beberapa bayi terlahir dengan gangguan pada masa prenatal, natal,
maupun pascanatal. Keadaan ini tentu akan memberikan efek bagi perkembangan bayi
tersebut ke depannya.1
Bayi baru lahir yaitu kondisi dimana bayi baru lahir (neonatus), lahir melalui
jalan lahir dengan presentasi kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat,
nafas secara spontan dan teratur,berat badan antara 2500-4000 gram. Neonatus (BBL)
adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia 28 hari. Kelainan
pada neonatus yang terbanyak salah satunya adalah akibat trauma pada jalan lahir.
Trauma lahir adalah trauma mekanis yang disebabkan karena persalinan atau
kelahiran. Istilah trauma digunakan untuk menunjukkan trauma mekanik dan anoksik,
baik yang dapat dihindarkan maupun tidak dapat dihindarkan, yang didapat bayi pada
masa persalinan dan kelahiran.2
1
Insiden trauma pada kelahiran diperkirakan sebesar 2-7 per 1000 kelahiran
hidup. Walaupun angka ini sudah mengalami penurunan pada tahun-tahun belakangan
akibat kemajuan di bidang teknik dan penilaian obstetrik, trauma lahir masih
merupakan permasalahan penting karena trauma lahir merupakan salah satu penyebab
utama kematian perinatal. Di Indonesia sendiri, angka kematian perinatal 44 per 1000
kelahiran hidup dan 9,7% diantaranya adalah akibat trauma lahir.
PEMBAHASAN SKENARIO
Kali ini penulis dihadapkan dengan sebuah skenario tentang seorang bayi
berusia 40 minggu lahir via vacuum dari seorang ibu yang menderita DM gestasional
dengan berat 4000gr. Setelah lahir, bayi menangis spontan dan aktif dengan bentuk
kepala tidak simetris dan ditemukan benjolan lunak dengan diameter 10 cm yang tidak
melewati sutura kranialis. Keluarga khawatir dengan kondisi tersebut dan meminta
penjelasan dokter.
Anamnesis3
Identitas pasien (ibu dan anak)
Keluhan utama : berkaitan dengan trauma lahir anak (trauma kepala)
Keluhan tambahan
Riwayat menstruasi
Kapan hari pertama haid terakhir?
Menarche umur berapa?
Apakah haid teratur?
Siklus haid
Berapa lama (hari)
Nyeri haid
2
Perdarahan antara haid
Riwayat perkawinan
Berapa kali menikah
Pernikahan sekarang sudah berapa lama?
Tentang kehamilan
Berapa kali hamil
Adakah komplikasi pada kehamilan terdahulu
Apakah pernah keguguran, berapa kali, umur kehamilan
Tentang persalinan
Berapa kali bersalin
Bagaimana persalinan terdahulu, adakah komplikasi?
Berapa berat badan bayi waktu lahir?
Persalinan normal atau sectio caesarea atau menggunakan ekstraksi
forceps atau vakum?
Riwayat penyakit pasien
Adakah penyakit berat yg pernah diderita pasien?
Operasi di daerah perut dan alat kandungan
Riwayat penyakit keluarga
Adakah keturunan kembar?
Adakah riwayat penyakit yang diturunkan? (diabetes mellitus, kelainan
genetik)
Riwayat sosial
Apakah saat ini sedang menggunakan obat-obatan?
Apakah merokok atau minum alkohol?
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada BBL dilakukan kurang lebih 3 kali, yaitu pada saat
lahir, 24 jam setelah lahir, dan pada waktu akan dibawa pulang. Segera setelah bayi
dilahirkan, harus dilakukan evaluasi neonatus berupa:3,4
1. menilai tahap pertumbuhan dan perkembangan janin, kesesuaian usia
kehamilan
2. menilai adaptasi neonatal (skor Apgar, refleks)
3. menilai fisik neonatal secara sistematik (ada/tidak kelainan morfologi/fisiologi)
4. memberi identifikasi : jenis kelamin, berat badan, panjang badan
3
5. menentukan penanganan yang diperlukan (perlu dirawat intensif atau dapat
dirawat bersama ibu)
1. Grafik LubChenko5
Berdasarkan grafik tersebut, bayi pada skenario termasuk dalam neonatus
cukup bulan sesuai masa kehamilan (NCB-SMK).
4
Untuk menilai kemampuan laju jantung, kemampuan bernafas, kekuatan tonus
otot, kemampuan refleks dan warna kulit (adaptasi neonatus), digunakan
penilaian APGAR skor yang dilakukan pada 1 menit pertama kelahiran
(memberi kesempatan bayi untuk memulai perubahan), 5 menit, dan 10 menit
(memberikan indikasi morbiditas di masa mendatang dan kelainan neurologis).
Penilaian dapat dilakukan lebih sering bila ada nilai yang rendah dan
membutuhkan resusitasi.4
Hasil penilaian :4
Adaptasi baik : skor 7-10
Asfiksia ringan-sedang : skor 4-6
Asfiksia berat : skor 0-3
5
Skor APGAR 7-10
Tanpa kelainan kongenital atau trauma persalinan
Dalam skenario ini organ-organ lain dianggap normal saat pemeriksaan pertama,
sehingga yang terpenting adalah penilaian refleks pada bayi dan pemeriksaan kepala
karena adanya trauma lahir.
6
untuk melakukan posisi ini atau jika reflek ini terus menetap hingga lewat usia 6 bulan,
bayi dimungkinkan mengalami gangguan pada neuron motorik atas.
Pada pemeriksaan kepala ditemukan benjolan lunak dengan diameter 10cm yang
tidak melewati sutura cranialis dan membuat kepala bayi terlihat tidak simetris.
Pemeriksaaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan bila ditemukan adanya kelainan pada
bayi, yaitu dengan pemeriksaan laboratorium berupa pengambilan sampel darah dan
pemeriksaan radiologi berupa CT-scan bila dicurigai adanya kelainan neurologis atau
jika terdapat fraktur tulang tengkorak.3
7
Volume darah : 85 cc/ kgBB
Diagnosis Kerja
Diagnosis kerja pada makalah ini adalah neonatus cukup bulan sesuai masa
kehamilan (NCB-SMK) dengan cephal hematoma. Untuk menegakkan diagnosis ini,
akan dibahas mengenai neonatus itu sendiri dan kelainan pada neonatus akibat proses
persalinan.
Neonatologi
Pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan
berakhir pada saat permulaan persalinan. Lama kehamilan berlangsung sampai
persalinan aterm adalah 259-293 hari dengan perhitungan sebagai berikut:3
a. Bayi kurang bulan jika dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu
b. Bayi cukup bulan jika dilahirkan dengan masa gestasi 37- 42 minggu
c. Bayi lebih bulan jika bayi dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu
Berat badan adalah suatu indikator kesehatan bayi baru lahir. Rata-rata berat
bayi normal (gestasi 37-41 minggu) adalah 3000-3600 gram. Berat badan ini
tergantung juga dari ras, status ekonomi orang tua, ukuran orang tua, dan paritas ibu.
Secara umum berat bayi lahir rendah dan berat bayi lahir berlebih lebih besar
8
resikonya untuk mengalami masalah. Masa gestasi juga merupakan indikasi
kesejahteraan bayi baru lahir karena semakin cukup masa gestasi semakin baik
kesejahteraan bayi. Konsep berat bayi lahir rendah tidak sama dengan prematuritas
karena tidak semua berat bayi lahir rendah lahir dengan kurang bulan.4
Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam jangka waktu 1 jam
pertama setelah lahir. Klasifikasi menurut berat lahir adalah Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) yaitu berat lahir < 2500 gram, Bayi Berat Lahir Cukup (BBLC) yaitu 2500-
4000 gram dan bayi berat lahir lebih dengan berat badan > 4000 gram.4
Trauma lahir
Trauma lahir adalah cedera fisik yang terjadi selama persalinan, secara teoritis
sebagian besar cedera dapat dihindari dengan pengkajian dan perencanaan yang
cermat. Namun demikian beberapa cedera tidak dapat dihindarkan meskipun dengan
pengkajian dan perencanaan yang cermat tersebut karena beberapa cedera tidak dapat
diantisipasi sampai terjadi peristiwa tertentu selama persalinan.6
Trauma lahir merupakan trauma pada bayi sebagai akibat tekanan mekanik
(seperti kompresi dan traksi) selama proses persalinan. Trauma lahir dapat
diklasifikasikan berdasarkan organ yang mengalami trauma, yaitu :3
Jaringan lunak : abrasi, ptekie atau eritema, ekimosis, laserasi, nekrosis lemak
subkutan
Tulang tengkorak : caput succedaneum, cephal hematoma, fraktur linier
Wajah : perdarahan subkonjungtiva, perdarahan retina
Trauma musculoskeletal : fraktur klavikula, fraktur tulang panjang, trauma
sternocleidomastoid
9
Trauma intraabdomen : hematoma hati, hematoma limpa, perdarahan adrenal,
perdarahan ginjal
Saraf tepi : paralisis nervus VII, paralisis pita suara unilateral, paralisis nervus
radialis, trauma pleksus lumbosacral
Berdasarkan skenario, maka trauma yang akan dibahas lebih mendalam adalah trauma
kepala ekstrakranial, yaitu cephal hematoma yang menjadi diagnosis kerja pada
skenario ini.
Diagnosis Banding
Caput Succedaneum
Perdarahan Subgaleal
Perdarahan subgaleal merupakan perdarahan pada ruang antara periosteum
tulang tengkorak dan aponeurosis galea kulit kepala. 90% kasus terjadi akibat alat
vacuum yang dipasang pada kepala bayi saat proses kelahiran. Perdarahan subgaleal
10
memiliki kekerapan yang tinggi terhadap terjadinya trauma kepala (40%), seperti
perdarahan intracranial atau fraktur tulang tengkorak.3
Diagnosis umumnya berdasarkan klinik, yaitu massa berfluktuasi pada kulit
kepala (terutama daerah oksipital). Pembengkakan timbul bertahap dalam 12-72 jam
setelah kelahiran. Perdarahan tersebar melampaui seluruh kalvaria. Pasien dapat
mengalami syok hemoragik. Pembengkakan dapat mengaburkan fontanel dan melewati
garis sutura (berbeda dengan cephal hematoma). Pemeriksaan laboratorium meliputi
pemeriksaan hematokrit, dengan penanganan berupa observasi ketat untuk mendeteksi
perburukan klinik dan terapi terhadap terjadinya syok dan anemia. Transfusi dan
fototerapi mungkin diperlukan. Pemeriksaan untuk mengetahui adanya gangguan
pembekuan darah mungkin diperlukan.3
Etiologi
Persalinan lama
Persalinan yang lama dan sukar dapat menyebabkan adanya tekanan tulang
pelvis ibu terhadap tulang kepala bayi, yang menyebabkan robeknya pembuluh
darah bayi.
Tarikan vakum atau cunam
Persalinan yang dibantu dengan vacum atau cunam yang kuat dapat
menyebabkan penumpukan darah akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi
tulang kepala ke jaringan periosteum.
Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi.
Faktor Resiko
Faktor predisposisi terjadinya trauma lahir antara lain primigravida, disproporsi
sefalopelvik (ibu pendek, kelainan rongga panggul), persalinan yang berlangsung
terlalu lama atau cepat, oligohidramnion, presentasi abnormal (sungsang), ekstrasksi
forceps atau vakum (midcavity), versi dan ekstraksi, bayi berat lahir sangat rendah atau
sangat premature, makrosomia, ukuran kepala janin besar, dan anomali janin.
11
Epidemiologi
Cephal hematoma terjadi sekitar 1-2 % dari jumlah kelahiran hidup. Insidens
bayi dengan cephal hematoma dapat terjadi pada persalinan normal, namun akan
meningkat pada partus lama, primipara, dan partus yang menggunakan ekstraksi
vacuum atau forceps.3
Patofisiologi
Gejala klinis
Adanya benjolan, biasanya baru tampak jelas setelah 2 jam bayi lahir, dan
semakin jelas kurang lebih dalam 6-8 jam setelah bayi lahir
Tampak benjolan dengan batas yang tegas dan tidak melampaui tulang
tengkorak ( tidak melewati sutura cranialis)
Adanya fluktuasi, pada perabaan mula-mula keras dan akan menjadi lunak
Benjolan timbul di daerah tulang parietal yang berisi timbunan kalsium dan sisa
jaringan fibrosa yang masih teraba (kalsifikasi). Sebagian benjolan keras
sampai umur 1-2 tahun dan lokasinya tetap
Kepala tampak bengkak dan berwarna merah, karena perdarahan
subperiosteum
Benjolan membesar pada hari kedua atau ketiga dengan pembengkakan
terbatas, dan menghilang dalam beberapa minggu
12
Penatalaksanaan
Cephal hematoma umumnya tidak memerlukan perawatan khusus. Biasanya
akan mengalami resolusi khusus sendiri dalam 2-8 minggu tergantung dari besar
kecilnya benjolan. Namun apabila dicurigai adanya fraktur, dimana kelainan ini agak
lama menghilang (1-3 bulan), dibutuhkan penatalaksanaan khusus antara lain :3
Cegah infeksi. Bila ada permukaan yang mengalami luka, maka jaga agar tetap
kering dan bersih.
Tidak perlu dilakukan aspirasi pada cephal hematoma meskipun teraba
berfluktuasi
Pemberian vitamin K
Pemeriksaan radiologi bila ada indikasi gangguan nafas dan benjolan terlalu
besar, observasi ketat untuk mendeteksi perkembangan
Pantau hematokrit
Transfusi darah bila terjadi anemia atau hipovolemia akibat akumulasi darah
yang banyak
Fototerapi bila terjadi hiperbilirubinemia
Bila tidak ada komplikasi, tanpa pengobatan khusus akan sembuh / mengalami
resolusi dalam 2 - 8 minggu
Bayi dengan cephal hematoma tidak boleh langsung disusui oleh ibunya karena
adanya pergerakan dapat mengganggu pembuluh darah yang mulai pulih.3
13
9. Observasi terhadap bilirubinemia dan trombositopenia
10. Pada neonatus dengan cephal hematoma tidak diperlukan pengobatan, namun
perlu dilakukan fototerapi untuk mengatasi hiperbilirubinemia
11. Dapat diberi vitamin K untuk mengurangi perdarahan
12. Pemeriksaan x-ray tengkorak, bila dicurigai adanya fraktur tengkorak
13. Pemantauan bilirubin, hematokrit, dan hemoglobin
14. Aspirasi darah dengan jarum suntik tidak diperlukan
15. Konseling orang tua untuk awasi timbulnya kemungkinan ikterik
16. Diminta kembali cek ke rumah sakit, pada minggu keempat
Komplikasi
Ikterus
Anemia
Infeksi
Kalsifikasi mungkin bertahan selama > 1 tahun
Edukasi
Pada penderita cephal hematoma, dokter bisa menjelaskan kepada ibu dan
keluarga bayi bahwa tidak diperlukan tindakan atau penanganan khusus bila tanpa
komplikasi. Salah satu penyebab cephal hematoma adalah trauma lahir, karena itu
untuk mencegah terjadinya cephal hematoma bisa dilakukan dengan memimpin
persalinan yang aman dan tepat.3
Prognosis
Prognosis baik, bayi dengan cephal hematoma dapat sembuh sendiri tanpa
pengobatan, selama kurang lebih 2-8 minggu. Hanya 5 % insiden bayi dengan cephal
14
hematoma yang mengalami fraktur tulang tengkorak atau perdarahan intrakranial,
namun tetap dapat dideteksi dini.3
Penutup
Daftar Pustaka
1. Dewi, Nanny, Vivian. Asuhan neonatus bayi dan anak balita. Jakarta: Salemba
Medika, 2010.
2. Charlton. Valerie E, Phibbs. Roderic H. Pemeriksaan bayi baru lahir. Dalam: Buku
ajar pediatric Rudolph volume 1. Edisi ke-20. Jakarta:EGC, 2006. Hal 242-51.
3. Prawirohardjo S., Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2014.
4. Damanik, Sylviati M. Klasifikasi bayi menurut berat lahir dan masa gestasi. In:
Sholeh Kosim, dkk. Buku ajar neonatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI,
2008.h.11-30.
5. Longo DL., The rise of fetal and neonatal physiology: basic science to clinical care.
1st edition. USA: Springer, 2013.p.192.
6. Reeder, Martin dan Koniak-Griffin. Keperawatan maternitas kesehatan wanita,
bayi dan keluarga volume 2. Edisi 18. Jakarta: ECG, 2011.h.683.
7. FK UNPAD. Obstetri patologi ilmu kesehatan reproduksi. Jakarta : EGC, 2008.
15