Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

RADIKULOPATI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners


“Keperawatan Jiwa”

Disusun Oleh
Yuliska Sari Dewi
NIM 4006180024

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
RADIKULOPATI

I. Definisi
Radikulopati adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan
gangguan fungsi dan struktur radiks akibat proses patologik yang dapat
mengenai satu atau lebih radiks saraf dengan pola gangguan bersifat
dermatomal (Deen G, 2012).

II. Tanda dan Gejala


Menurut Sidharta.P (2013) secara umum, manifestasi klinis radikulopati
adalah sebagai berikut:
a. Rasa nyeri berupa nyeri tajam yang menjalar dari daerah parasentral dekat
vertebra hingga ke arah ekstremitas. Rasa nyeri ini mengikuti pola
dermatomal. Nyeri bersifat tajam dan diperhebat oleh gerakan, batuk,
mengedan, atau bersin.
b. Paresthesia yang mengikuti pola dermatomal.
c. Hilang atau berkurangnya sensorik (hipesthesia) di permukaan kulit
sepanjang distribusi dermatom radiks yang bersangkutan.
d. Kelemahan otot-otot yang dipersarafi radiks yang bersangkutan.
e. Refles tendon pada daerah yang dipersarafi radiks yang bersangkutan
menurun atau bahkan menghilang.
Gejala radikulopati tergantung pada lokasi radiks saraf yang terkena
(yaitu pada servikal, torakal, atau lumbal). Nyeri radikular yang disebabkan
oleh lesi iritatif di radiks posterior servikal dinamakan brakialgia, karena
nyerinya dirasakan sepanjang lengan. Nyeri radikular yang dirasakan
sepanjang tungkai dinamakan iskialgia, karena nyerinya menjalar sepanjang
perjalanan n.iskiadikus dan lanjutannya ke perifer. Radikulopati setinggi
segmen torakal jarang terjadi karena segmen ini lebih kaku daripada segmen
servikal maupun lumbal. Jika terjadi radikulopati setinggi segmen torakal,
maka akan timbul nyeri pada lengan, dada, abdomen, dan panggul.
Manifestasi klinis radikulopati pada lokasi terjadi terbagi menjadi:
a. Radikulopati Servikalis
1. Leher terasa kaku, rasa tidak nyaman pada bagian medial skapula.
2. Gejala diperburuk dengan gerakan kepala dan leher, juga dengan
regangan pada lengan yang bersangkutan. Untuk mengurangi gejala,
penderita seringkali mengangkat dan memfleksikan lengannya di
belakang kepala.
3. Lesi pada C5 ditandai dengan nyeri pada bahu dan daerah trapezius,
berkurangnya sensorik sesuai dengan pola dermatomal, kelemahan
dan atrofi otot deltoid. Lesi ini dapat mengakibatkan berkurangnya
kemampuan abduksi dan eksorotasi lengan.
4. Lesi pada C6 ditandai dengan nyeri pada trapezius, ujung bahu, dan
menjalar hingga lengan atas anterior, lengan bawah bagian radial, jari
ke-1 dan bagian lateral jari ke-2. Lesi ini mengakibatkan paresthesia
ibu jari, menurunnya refleks biseps, disertai kelemahan dan atrofi otot
biseps.
5. Lesi pada C7 ditandai dengan nyeri pada bahu, area perktoralis dan
medial aksila, posterolateral lengan atas, siku, dorsal lengan bawah,
jari ke-2 dan 3 atau seluruh jari. Lesi ini dapat mengakibatkan
paresthesia jari ke-2,3 juga jari pertama, atrofi dan kelemahan otot
triseps, ekstensor tangan, dan pektoralis.
6. Lesi pada C8 ditandai dengan nyeri sepanjang bagian medial lengan
bawah. Lesi ini akan mengganggu fungsi otot-otot intrinsik tangan dan
sensasi jari ke-4 dan 5 (seperti pada gangguan n.ulnaris).
b. Manifestasi klinis radikulopati pada daerah lumbal antara lain :
1. Rasa nyeri pada daerah sakroiliaka, menjalar ke bokong, paha, hingga
ke betis, dan kaki. Nyeri dapat ditimbulkan dengan Valsava
maneuvers (seperti : batuk, bersin, atau mengedan saat defekasi).
2. Pada ruptur diskus intervertebra, nyeri dirasakan lebih berat bila
penderita sedang duduk atau akan berdiri. Ketika duduk, penderita
akan menjaga lututnya dalam keadaan fleksi dan menumpukan berat
badannya pada bokong yang berlawanan. Ketika akan berdiri,
penderita menopang dirinya pada sisi yang sehat, meletakkan satu
tangan di punggung, menekuk tungkai yang terkena (Minor’s sign).
Nyeri mereda ketika pasien berbaring. Umumnya penderita merasa
nyaman dengan berbaring telentang disertai fleksi sendi coxae dan
lutut, dan bahu disangga dengan bantal untuk mengurangi lordosis
lumbal. Pada tumor intraspinal, nyeri tidak berkurang atau bahkan
memburuk ketika berbaring.

III. Etiologi
Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya radikulopati, diantaranya
yaitu proses kompresif, proses inflammatory, proses degeneratif sesuai
dengan struktur dan lokasi terjadinya (Smulyan WI, 2009)
a. Proses kompresif
Kelainan-kelainan yang bersifat kompresif sehingga mengakibatkan
radikulopati adalah seperti: hernia nucleus pulposus (HNP) atau herniasi
diskus, tumor medulla spinalis, neoplasma tulang, spondilolisis dan
spondilolithesis, stenosis spinal, traumatic dislokasi, kompresif fraktur,
scoliosis dan spondilitis tuberkulosa, cervical spondilosis
b. Proses inflammatori
Kelainan-kelainan inflamatori sehingga mengakibatkan radikulopati
adalah seperti: Gullain-Barre Syndrome dan Herpes Zoster
b. Proses degeneratif
Kelainan-kelainan yang bersifat degeneratif sehingga mengakibatkan
radikulopati adalah seperti Diabetes Mellitus.
IV. Tipe-tipe radikulopati
Menurut (Deen G, 2012) radikulopati dibagi berdasarkan letaknya, yaitu:
a. Radikulopati lumbal
Radikulopati lumbal merupakan problema yang sering terjadi yang
disebabkan oleh iritasi atau kompresi radiks saraf daerah lumbal. Ia juga
sering disebut sciatica. Gejala yang terjadi dapat disebabkan oleh beberapa
sebab seperti bulging diskus (disk bulges), spinal stenosis, deformitas
vertebra atau herniasi nukleus pulposus. Radikulopati dengan keluhan
nyeri pinggang bawah sering didapatkan (low back pain)
b. Radikulopati cervical
Radikulopati cervical umunya dikenal dengan “pinched nerve” atau saraf
terjepit merupakan kompresi [ada satu atau lebih radix saraf uang halus
pada leher. Gejala pada radikulopati cervical seringnya disebabkan oleh
spondilosis cervical.
c. Radikulopati torakal
Radikulopati torakal merupakan bentuk yang relative jarang dari kompresi
saraf pada punggung tengah. Daerah ini tidak didesain untuk membengkok
sebanyak lumbal atau cervical. Hal ini menyebabkan area thoraks lebih
jarang menyebabkan sakit pada spinal. Namun, kasus yang sering yang
ditemukan pada bagian ini adalah nyeri pada infeksi herpes zoster.
V. Patofisiologi
Pergerakan antara vertebra L4/L5 dan L5/S1 lebih luas sehingga lebih
sering terjadi gangguan. Verterbra lumbalis memiliki beban yang besar uttuk
menahan bagian atas tubuh sehingga tulang, sendi, ucleus, dan jaringan
lunaknya lebih besar dan kuat. Pada banyak kasus, proses degenerasi dimulai
pada usia muda seperti pada masa remaja dengan degenerasi nucleus
pulposus yang diikuti protusi atau ekstrasi diskus. Secara klinis yang sangat
penting adalah arah protusi ke posterior, medial atau ke lateral yang
menyebabkan tarikan malah robekan ucleus fibrosus. Protusi diskus
posterolateral diketahui sebagai penyebab kompresi dari radik. Bila proses ini
berlangsung secara progresif dapat terbentuk osteofit. Permukaan sendi
menjadi malformasi dan tumbuh berlebihan, kemudian terjadi penebalan dari
ligamentum flavun. Pada pasien dengan kelainan kanal sempit, proses ini
terjadi sepanjang vertebra lumbalis sehingga menyebabkan kanalis menjadi
tidak bulat dan membentuk trefoil axial shape.
Pada tahap ini prosesnya berhubungan dengan proses penuaan. Protusi
diskus dapat mengenai semua jenis kelamin dan berhubungan dengan trauma
yang lalu. Stenosis kanalis vertebra lumbalis sering mengenai laki-laki
pekerja usia tua. Kelainan pada diskus vertebra lumbalis hanya merupakan
salah satu penyebab gangguan dari vertebra lumbalis. Sendi faset (facet joint),
nucleus dan otot juga dapat mengalami perubahan degeneratif dengan atau
tanpa kelainan pada diskus (Bovim G, Schrader H & Sand T. 2009)

VI. Pathway

VII.
VIII.
IX.
X.
XI.
XII.
XIII.

VII. Penatalaksanaan Radikulopati


Menurut Basjiruddin (2010) menyebutkan penatalaksanaan radikulopati
yaitu:
1. Informasi dan edukasi
2. Farmakoterapi
a. Akut: asetaminofen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri berat),
injeksi epidural.
b. Kronik: antidepresan trisiklik (amitriptilin), opioid (kalau sangat
diperlukan).
3. Terapi nonfarmakologik
a. Akut: imobilisasi (lamanya tergantung kasus), pengaturan berat
badan, posisi tubuh dan aktivitas, modalitas termal (terapi panas
dan dingin), masase, traksi (tergantung kasus), alat bantu (antara
lain korset, tongkat).
b. Kronik: terapi psikologik, modulasi nyeri (akupunktur, modalitas
termal), latihan kondisi otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan
berat badan, posisi tubuh dan aktivitas.
4. Invasif nonbedah
a. Blok saraf dengan anestetik lokal.
b. Injeksi steroid (metilprednisolon) pada epidural untuk mengurangi
pembengkakan edematous sehingga menurunkan kompresi pada radiks
saraf.
5. Bedah
Indikasi operasi pada HNP:
a. Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari 4 minggu :
nyeri berat / intractable / menetap / progresif.
b. Defisit neurologik memburuk.
c. Sindroma kauda.
d. Stenosis kanal : setelah terapi konservatif tidak berhasil.
e. Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan
neurofisiologik dan radiologik.

VIII. Pemeriksaan Penunjang Radikulopati


Pemeriksaan penunjang pada radikulopati antara lain:
a. Rontgen
Tujuan utama foto polos Roentgen adalah untuk mendeteksi adanya
kelainan struktural. Seringkali kelainan yang ditemukan pada foto
rontgen penderita radikulopati juga dapat ditemukan pada individu
lain yang tidak memiliki keluhan apapun (Dunda I, 2010).
b. MRI/CT Scan
MRI merupakan pemeriksaan penunjang yang utama untuk
mendeteksi kelainan diskus intervertebra. MRI selain dapat
mengidentifikasi kompresi medula spinalis dan radiks saraf, juga
dapat digunakan untuk mengetahui beratnya perubahan degeneratif
pada diskus intervertebra. Dibandingkan dengan CT Scan, MRI
memiliki keunggulan, yaitu adanya potongan sagital, dan dapat
memberikan gambaran hubungan diskus intervertebra dan radiks saraf
yang jelas; sehingga MRI merupakan prosedur skrining yang ideal
untuk menyingkirkan diagnosa banding gangguan struktural pada
medula spinalis dan radiks saraf.
CT Scan dapat memberikan gambaran struktur anatomi tulang
vertebra dengan baik, dan memberikan gambaran yang bagus untuk
herniasi diskus intervertebra. Namun demikian sensitivitas CT Scan
tanpa myelography dalam mendeteksi herniasi masih kurang bila
dibandingkan dengan MRI (Malanga GA, 2010)
c. Myelografi
Pemeriksaan ini memberikan gambaran anatomik yang detail,
terutama elemen osseus vertebra. Myelografi merupakan proses yang
invasif karena melibatkan penetrasi pada ruang subarachnoid. Secara
umum myelogram dilakukan sebagai test preoperatif, seringkali
dilakukan bersama dengan CT Scan (Dunda I, 2010).
d. Nerve Concuction Study (NCS), dan Electromyography (EMG)
NCS dan EMG sangat membantu untuk membedakan asal
nyeri atau untuk menentukan keterlibatan saraf, apakah dari radiks,
pleksus saraf, atau saraf tunggal. Selain itu pemeriksaan ini juga
membantu menentukan lokasi kompresi radiks saraf. Namun bila
diagnosis radikulopati sudah pasti secara pemeriksaan klinis, maka
pemeriksaan elektrofisiologis tidak dianjurkan.
e. Laboratorium
1. Pemeriksaan darah perifer lengkap, laju endap darah, faktor
rematoid, fosfatase alkali/asam, kalsium.
2. Urin analisis, berguna untuk penyakit nonspesifik seperti infeksi.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. DATA FOKUS PENGKAJIAN


a. Identitas pasien meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan,
tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, no rm, diagnosa medis, nama orang
tua, pekerjaan, serta agama.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri, paresthesia, gangguan motorik seperti
kelemahan otot.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Kualitas nyeri, distribusi dan penjalarannya, skala nyeri, faktor
pencetus nyeri, hal yang memperingan dan memperberat nyeri.
Adanya paresthesia, kelemahan, gangguan pencernaan dan berkemih,
anestesia rektal/genital.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit ini
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya anggota keluarga yang pernah mengalami sakit seperti
penyakit klien tersebut.
5) Riwayat Sosial
Klien mengatakan bahwa klien bekerja dengan mengangkat beban
berat.
2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum: keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat.
b. Tanda Vital: suhu, nadi, pernafasan, dan tekanan darah klien.
Pemeriksaan fisik yang lengkap adalah penting. Penting untuk
memperhatikan abnormalitas postur, deformitas, nyeri tekan, dan spasme
otot. Pada pemeriksaan neurologis harus diperhatikan :
1. Gangguan sensorik (hipesthesia atau hiperesthesia). Perlu dibedakan
gangguan saraf perifer atau segmental.
2. Gangguan motorik (pemeriksaan kekuatan otot, atrofi, fasikulasi,
spasme otot).
3. Perubahan refleks.
4. Pemeriksaan panggul dan rektum perlu dilakukan untuk
menyingkirkan adanya neoplasma dan infeksi di luar vertebra.
Pada pemeriksaan radikulopati servikal, antara lain akan didapatkan:
1. Terbatasnya “range of motion” leher.
2. Nyeri akan bertambah berat dengan pergerakan (terutama hiperekstensi).

c. Kepala: kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah ada
kelainan atau lesi pada kepala.
d. Wajah: bentuk wajah, kulit wajah pucat atau tidak.
e. Mata: bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis atau tidak, sclera
ikterik atau tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada gangguan
dalam penglihatan.
f. Hidung: Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada
hidung serta cairan yang keluar, ada sinus/ tidak, dan apakah ada
gangguan dalam penciuman.
g. Mulut: Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah
kotor/tidak, apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada
gangguan dalam menelan, apakah ada kesulitan dalam berbicara.
h. Leher: Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan
distensi vena jugularis.
i. Thoraks : bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan, apakah ada
wheezing, apakah ada gangguan dalam pernafasan.
j. Pemeriksaan Fisik Difokuskan Pada Pengkajian Sistem Pernafasan
1) Inspeksi
a) Membran mukosa faring tampak kemerahan
b) Tonsil tampak kemerahan dan edema
c) Tampak batuk tidak produktif
d) Tidak ada jaringan parut dan leher
e) Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan,
pernafasan
2) Palpasi
a) Adanya demam
b) Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah
leher/nyeri tekan pada nodus limfe servikalis
c) Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
3) Perkusi : Suara paru normal (resonance)
4) Auskultasi : Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua
sisi paru.
k. Abdomen: bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak, apakah terdapat
nyeri tekan pada abdomen, apakah perut terasa kembung, lakukan
pemeriksaan bising usus, apakah terjadi peningkatan bising usus/tidak.
l. Genitalia: bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin ,warna rambut
kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan penis, apakah ada kelainan/tidak.
Pada wanita lihat keadaan labia minora, biasanya labia minora tertutup
oleh labia mayora.
m. Integumen: kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit
kering/tidak, apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba
panas.
n. Ekstremitas atas: adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri
otot serta kelainan bentuk.

3. ANALISIS DATA
Symptom Etiologi Problem

DS : klien mengatakan Masalah Nyeri akut


nyeri, klien mengatakan musculosceletal,
lokasi dan penjalaran nyeri, masalah pelvis,
klien mengatakan hal yang tumor, penyakit
memperingan dan degeneratif
memperberat nyeri serta
waktu lamanya nyeri
DO : ekspresi wajah Kontraksi punggung
menahan sakit, skala nyeri,
TD , nadi, RR meningkat Tulang belakang
menyerap
goncangan vertikal

Terjadi perubahan
discus fibri fertilgo
dan matriks
gelatinus

Fibri kartilago padat


dan tidak teratur

Penonjolan
diskus/kerusakan
sendi pusat

Suplai oksigen
menurun

Metaboliemse
anaerob

Asam laktat
meningkat
Merangsang
mediator kimia
(bradikinin,
prostaglandis, dan
histamin)

Kortex cerebri

Nyeri
dipersepsikam
DS : klien mengeluh lemah Masalah Hambatan mobilitas fsik
DO : tampak bed rest, musculosceletal,
kekuatan otot berkurang masalah pelvis,
tumor, penyakit
degeneratif

Kontraksi punggung

Tulang belakang
menyerap
goncangan vertikal

Terjadi perubahan
discus fibri fertilgo
dan matriks
gelatinus

Otot abdominal dan


thorak melemah
Hambatan mobilitas
fisik

DS: Klien mengatakan tidak Kurangnya Kurang pengetahuan


tahu mengenai penyakit informasi mengenai
yang dialami penyakit, prognosis,
DO: Klien tampak sering dan penyebab
bertanya

Kurang
pengetahuan

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri b.d masalah muskuloskeletal.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, spasme otot, dan
berkurangnya kelenturan.
c. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai kondisi,
prognosis

c. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


No.

Anda mungkin juga menyukai