Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Palpebra adalah modifikasi dari lipatan kulit yang dapat menutup
dan melindungi bola mata bagian anterior. Palpebra terdiri atas lima
bidang jaringan utama yaitu lapisan kulit, lapisan otot rangka
(orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapisan
membran mukosa (konjungtiva pelpebra).13 Sama seperti orbita, palpebra
juga dapat mengalami berbagai macam kelainan seperti kelainan
kongenital, infeksi, inflamasi, trauma, dan neoplasma.14 Neoplasma pada
palpebra, baik jinak maupun ganas, kebanyakan berkembang pada kulit
periokular mulai dari lapisan epidermis, dermis, atau struktur adneksa
1
palpebra. Tumor ganas palpebra merupakan tumor ganas yang sering
dijumpai dan dilaporkan sekitar 5-10% dari tumor kulit.8
Veruka merupakan hiperplasia epidermis yang disebabkan oleh
virus dari kelompok human papillomavirus (HPV).1,2 Terdapat banyak
turunan HPV. Sebagian cenderung menginfeksi daerah alat kelamin atau
anus, menimbulkan kutil genital, sedangkan yang lain mengkolonisasi
jari dan tangan, menimbulkan kutil biasa. Kutil ditularkan melalui
kontak kulit ke kulit sedangkan kutil genital dianggap sebagai penyakit
menular seksual.
Hemangioma merupakan pertumbuhan hamartomatous yang terdiri
dari sel-sel endotel kapiler yang berproliferasi.2 Hemangioma biasanya
muncul pada waktu lahir atau segera sesudah lahir sebagai lesi yang
berwarna merah terang, bertambah besar dalambeberapa minggu hingga
bulanan, dan mengalami involusi pada usia sekolah.1,2
Molluscum contagiosum adalah infeksi virus pada epidermis yang
8
sering mengenai kelopak mata dan banyak terjadi pada anak. Nevus
dapat terjadi pada bermacam usia dan berasal dari melanosit, yaitu sel
11
yang memproduksi pigmen. Sedangkan xanthelasma lebih sering

1
terjadi pada usia dewasa. Xanthelasma diartikan sebagai kumpulan
kolesterol di bawah kulit dengan batas tegas berwarna kekuningan
biasanya di permukaan anterior palpebra12,13 Tumor palpebra
kebanyakan mudah dikenali secara klinis, dan eksisi dilakukan dengan
alasan kosmetik. Meskipun begitu lesi ganas sering kali sulit dikenali
secara klinis dan biopsi harus selalu dilakukan pada kecurigaan
keganasan.13

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Palpebra


Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit
yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip
melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior
berakhir pada alis mata sedangkan palpebra inferior menyatu dengan
pipi.13

Gambar 2.1 : Anatomi palpebra superior Gambar 2.2 : Anatomi palpebral inferior

Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial


ke dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli),
jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa
(konjungtiva pelpebra).13

1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena
tipis, longgar, dan elastic dengan sedikit folikel rambut, tanpa
lemak subkutan.
2. Muskulus Orbikularis Okuli

3
Fungsi muskulus orbikularis okuli adalah menutup palpebra.
Serat-serat ototnya mengelilingi fissura palpebra secara
konsentris dan meluas sedikit melewati tepianorbita. Sebagian
serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di
dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal, bagian diatas
septum orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra
disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus
facialis.
3. Jaringan Areolar
Terletak di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan
dengan lapisan subaponeurotik dari kulit kepala.
4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapisan jaringan
fibrosa padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus
terdiri atas jaringan penyokong kelopak mata dengan kelenjar
Meibom.
5. Konjungtiva Palpebrae
Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran mukosa dan
konjungtiva palpebra yang melekat erat pada tarsus.

Panjang tepian bebas palpebra adalah 25-30 mm dan lebar 2 mm,


dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior
dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan
Moll.13 Bulu mata muncul dari pinggir palpebra dan tersusun tidak teratur.
Bulu mata atas lebih panjang dan lebih banyak dari yang di bawah dan
melengkung ke atas, bulu mata bawah melengkung ke bawah. Glandula
Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam
folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi
kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata.13
Tepian palpebra posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang
tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah
dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal).1

4
Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior
palpebra, berupa elevasi kecil dengan lubang kecil di pusat yang terlihat
pada palpebra superior dan inferior. Punktum ini berfungsi menghantarkan
air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.13 Fisura
palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka. Fisura
ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira
0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam.10 Septum
orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang
terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar
antara palpebra orbita. Septum orbitale superius menyatu dengan tendo
dari levator palpebra superior dan tarsus superior; septum orbitale inferius
menyatu dengan tarsus inferior.13

Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra


superior, bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang
berasal dari apeks orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi
sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-
serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebra
inferior, retraktor utama adalah muskulus rektus inferior, yang
menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus muskulus obliqus
inferior dan berinsersi ke dalam batas bawah tarsus inferior dan orbikularis
okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis.
Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris.13
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah A. Palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal
nervus V, sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V. 13

2.2 Veruka Vulgaris

2.2.1 Definisi
Veruka vulgaris adalah infeksi HPV pada epidermis dengan
gambaran klinis berupa papul, nodul berbentuk kubah sewarna dengan

5
kulit, permukaan kasar dan berbatas tegas, dapat tunggal maupun
berkelompok. Predileksi terutama di daerah tangan, siku, lutut, kaki dan
jari-jari.4

2.2.2 Etiologi
Veruka vulgaris disebabkan oleh infeksi HPV pada epidermis. Sub
tipe HPV yang telah diketahui menyebabkan veruka vulgaris adalah sub
tipe HPV 1, 2, 4, 7, 27, 29, 57 dan 63.1,5

2.2.3 Klasifikasi
Veruka memiliki beberapa bentuk klinis, yaitu1,6 :
Veruka vulgaris
Mengenai veruka vulgaris akan dijelaskan kemudian.

Veruka viliformis
Merupakan varian dari veruka vulgaris yang terdapat pada daerah
wajah dan kulit kepala. Lesi nampak sebagai penonjolan yang tegak lurus
pada permukaan kulit dengan permukaannya yang verukosa.

Veruka plana juvenilis


Lesi yang tampak memiliki permukaan yang licin dan rata,
berwarna sama dengan warna kulit atau agak kecoklatan. Penyebarannya
terdapat pada daerah wajah dan leher, dorsum manus dan pedis,
pergelangan tangan serta lutut. juga terdapat fenomena kÖbner dan
termasuk penyakit yang sembuh sendiri tanpa pengobatan. Jumlah kutil
dapat sangat banyak. terutama pada anak dan usia muda, walaupun juga
terdapat pada orang tua.

Veruka plantaris
Lesi terdapat pada telapak kaki, terutama pada daerah yang banyak
mengalami penekanan. bentuknya berupa cincin yang keras, dengan
bagian tengah yang agak lunak dan berwarna kekuning-kuningan.
permukaannya licin karena gesekan dan menimbulkan

6
2.2.4 Epidemiologi
Sebagian besar orang pernah terinfeksi dengan HPV dalam
kehidupannya.13 Veruka vulgaris merupakan gambaran infeksi HPV yang
paling umum, terdapat paling banyak pada usia 5-20 tahun dan hanya 15%
yang terdapat pada usia di atas 35 tahun.1,5,12 Veruka vulgaris dapat
mengenai seluruh ras. Di Amerika Serikat, frekuensi veruka vulgaris pada
ras kulit putih mendekati 2 kali lipat dibandingkan ras kulit hitam maupun
Asia, dan tidak ada perbedaan antara pria dan wanita. Sering terpapar
dengan air merupakan faktor resiko untuk terjadinya veruka vulgaris.
Tukang daging dan tukang ikan memiliki insiden yang lebihtinggi
terjadinya veruka vulgaris pada tangan, prevalensinya mencapai hingga
50% bagi yang sering kontak dengan daging dan ikan.1 Terjadi juga
peningkatan insiden veruka vulgaris pada perenang yang sering
menggunakan kolam renang umum.5

2.2.5 Patogenesis

Human papiloma virus ditularkan secara kontak langsung antara


orang dengan orang (kulit dengan kulit) atau secara tidak langsung dari
benda-benda yang dapat menjadi sumber penularan. Virus dapat bertahan
pada lingkungan hangat dan lembab, misalnya lantai kamar ganti kolam
renang, lantai pinggir kolam renang, lantai tempat mandi pancuran dan
sebagainya.3,12,14

Autoinokulasi juga merupakan cara penularan yang penting dimana


Massing dan Epstain menemukan peningkatan insiden dan resiko infeksi
berulang pada orang yang telah mendapat veruka vulgaris sebelumnya.
Transmisi virus biasanya terjadi pada tempat trauma atau bagian kulit yang
terdapat abrasi, maserasi atau fisura. 14,15 Virus akan mengadakan inokulasi
pada epidermis melalui defek pada epitelium. Agar dapat menyebabkan
infeksi, virus tampaknya harus memasuki sel punca atau merubah sel yang
terinfeksi menjadi menyerupai sel punca. Setelah masuk, sebuah salinan
atau beberapa salinan dari genom viral berperan sebagai plasmid

7
ekstrakromosom atau episom di dalam nukleus sel basal epitel yang
terinfeksi. Ketika sel ini membelah viral genom juga bereplikasi dan
mengambil tempat pada sel anakan, yang akan mengantarkan infeksi virus
ke lapisan-lapisan epitelium berikutnya.5 Masa inkubasi dari inokulasi
hingga menimbulkan veruka bervariasi dari 1-6 bulan atau lebih.12,14

2.2.6 Gambaran Klinis


Gambaran klinis veruka vulgaris berupa papul, nodul berbentuk
kubah sewarna dengan kulit dengan permukaan kasar, berbatas tegas,
dapat tunggal ataupun berkelompok. Predileksi terutama di daerah tangan,
siku, lutut, kaki dan jari-jari.4,5 Biasanya asimtomatik, tetapi dapat
mengganggu secara kosmetik.14

2.2.7 Diagnosis

Diagnosis veruka vulgaris dapat ditegakkan berdasarkan gambaran


klinis dan anamnesis.5 Lesi veruka vulgaris yang khas jarang
membutuhkan pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan ini hanya
dilakukan pada kasus-kasus yang memerlukan konfirmasi.1 Selain
histopatologi, jika diagnosis veruka vulgaris meragukan, dapat dilakukan
pemotongan sedikit permukaan lesi veruka vulgaris dengan mata pisau
bedah nomor 15 dan dilihat karakteristik berupa bintik hitam yang
merupakan gambaran dari trombosis kapiler.12

2.2.8 Penatalaksanaan
Tujuan dari penatalaksanaan veruka vulgaris adalah untuk
mengobati ketidaknyamanan pasien baik fisik maupun psikologis dan
untuk mencegah penyebaran infeksi.4 Hal ini dilakukan dengan
menghilangkan lesi pada kulit dengan kerusakan seminimal mungkin pada
kulit sehat.16 Veruka vulgaris dapat mengalami resolusi spontan dalam 2-3
tahun.2 Satu penelitian pada tahun 1963 mengatakan hanya sekitar 40%
pasien dengan veruka vulgaris yang dapat mengalami resolusi spontan
setelah 2 tahun. Pemilihan pengobatan dilakukan berdasarkan lokasi,

8
ukuran dan jumlah lesi veruka vulgaris; usia, kerjasama pasien dan
keinginan pasien; serta pengalaman dokter. Nyeri, ketidaknyamanan,
resiko terjadi parut dan untungrugi bagi pasien harus dipertimbangkan.5

Indikasi dilakukannya pengobatan pada veruka berdasarkan The


American Academy of Dermatology Committe and Guidelines of Care
adalah keinginan pasien untuk diobati, terdapat gejala berupa nyeri,
berdarah, gatal atau rasa terbakar, lesi yang mengganggu secara kosmetik
maupun fungsi, lesi banyak atau besar, pasien ingin mencegah penularan
veruka kepada dirinya sendiri atau orang lain dan keadaan pasien
imunosupresif. Pengobatan yang ideal sebaiknya dapat mengeliminasi lesi
veruka tanpa rasa nyeri, terapi dapat diselesaikan dalam 1-3 kali
pengobatan, tidak menimbulkan parut, dapat mencegah timbulnya
kekambuhan dan dapat diaplikasikan pada seluruh pasien. Kebanyakan
pengobatan veruka vulgaris secara dekstruksi fisik sel yang terinfeksi. Ada
beberapa modalitas pengobatan veruka di kulit yang dapat dipilih, mulai
dari terapi topikal, terapi bedah, terapi sistemik, hipnoterapi dan terapi
dengan agen imunosupresif (Tabel 2.1).18

9
10
BAB III

LAPORAN KASUS

ANAMNESIS Nama : Ruang : -


Umur : Kelas : -

Nama Lengkap : Ny.Mada


Tempat dan Tanggal Lahir : Plaju, 1 Januari 1978
Umur : 41 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Desa plaju,Rambutan, Banyuasin

Jenis Kelamin : Perempuan


Pendidikan : SD

Dokter yang Merawat : dr. Septiani Nadia Indawati, Sp.M


Dokter Muda : Nurfrida Aini, S.Ked

Tanggal Pemeriksaan : 10 Juni 2019

Keluhan Utama : Benjolan dibagian luar ujung kelopak mata kiri bawah dan di
kelopak mata kiri atas sejak 3 bulan sebelum masuk RS.

Keluhan Tambahan : Pasien mengeluh gatal.

1. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan benjolan dibagian luar ujung kelopak


mata kiri bawah dan di kelopak mata kiri atas sejak 3 bulan sebelum masuk
RS. Benjolan berukuran 0,2 x 1 mm. Benjolan berbatas tegas dan mobile.
Berbentuk panjang dan lancip, dengan konsistensi kenyal, teraba berdungkul-
dungkul dan permukaan tidak licin. Benjolan terasa kadang terasa gatal, tidak
disertai darah, tidak disertai adanya sekret. Pasien tidak mengeluhkan
penglihatan kabur, kepala pusing, nyeri pada bola mata, dan mata merah.

11
2. Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat Hipertensi : tidak ada


- Riwayat Diabetes melitus : tidak ada
- Riwayat Asma : tidak ada
- Riwayat keluhan yang sama : tidak ada
- Riwayat pengobatan : pasien baru pertama kali berobat di poli mata
di RSUD Palembang Bari

3. Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat Hipertensi : tidak ada


- Riwayat Diabetes melitus : tidak ada
- Riwayat Asma : tidak ada
- Riwayat keluhan yang sama : tidak ada

12
Nama : Ny.Mada Ruang : -
PEMERIKSAAN FISIK
Umur : 41 tahun Kelas : -

Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital :
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 79x/menit
- Laju Napas : 19 x/menit
- Suhu :

Status Oftalmologis

OD OS

No. Pemeriksaan OD OS
1. Visus 6/7,5 6/7,5
2. Tekanan Intra Okuler - -
3. Kedudukan Bola Mata
Posisi Normal Normal
Eksoftalmus (-) (-)
Enoftalmus (-) (-)
4. Pergerakan Bola Mata
Atas Baik Baik
Bawah Baik Baik
Temporal Baik Baik
Temporal atas Baik Babak
Temporal bawah Baik Baik

13
Nasal Baik Baik
Nasal atas Baik Baik
Nasal bawah Baik Baik
Nistagmus (-) (-)
5. Palpebrae
Hematom (-) (-)
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (+) (+)
Ulkus (-) (-)
Fistel (-) (-)
Hordeolum (-) (-)
Kalazion (-) (-)
Ptosis (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Entropion (-) (-)
Sekret (-) (-)
Trikiasis (-) (-)
Madarosis (-) (-)
6. Punctum Lakrimalis
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Fistel (-) (-)
7. Konjungtiva Tarsal Superior
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Sekret (-) (-)
Epikantus (-) (-)
8. Konjungtiva Tarsalis Inferior
Kemosis (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Anemis (-) (-)
Folikel (-) (-)
Papil (-) (-)
Lithiasis (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
9. Konjungtiva Bulbi
Kemosis (-) (-)
Pterigium (-) (-)
Pinguekula (-) (-)
Flikten (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
Injeksi konjungtiva (-) (-)
Injeksi siliar (-) (-)
Injeksi episklera (-) (-)

14
Perdarahan subkonjungtiva (-) (-)
10. Kornea
Kejernihan Jernih Jernih
Edema (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Erosi (-) (-)
Infiltrat (-) (-)
Flikten (-) (-)
Keratik presipitat (-) (-)
Macula (-) (-)
Nebula (-) (-)
Leukoma (-) (-)
Leukoma adherens (-) (-)
Stafiloma (-) (-)
Neovaskularisasi (-) (-)
Imbibisi (-) (-)
Pigmen iris (-) (-)
Bekas jahitan (-) (-)
Tes sensibilitas
11. Limbus kornea
Arkus senilis (-) (-)
Bekas jahitan (-) (-)
12. Sklera
Sklera biru (-) (-)
Episkleritis (-) (-)
Skleritis (-) (-)
13. Kamera Okuli Anterior
Kedalaman Cukup Cukup
Kejernihan Jernih Jernih
Flare (-) (-)
Sel (-) (-)
Hipopion (-) (-)
Hifema (-) (-)
14. Iris
Warna Coklat Coklat
Gambaran radier Jelas Jelas
Eksudat (-) (-)
Atrofi (-) (-)
Sinekia posterior (-) (-)
Sinekia anterior (-) (-)
Iris bombe (-) (-)
Iris tremulans (-) (-)
15. Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Besar 3mm 3mm
Regularitas reguler reguler

15
Isokoria isokor isokoria
Letak Sentral Sentral
Refleks cahaya langsung (+) (+)
Seklusio pupil (-) (-)
Oklusi pupil (-) (-)
Leukokoria (-) (-)
16. Lensa
Kejernihan Jernih Jernih
Shadow test (-) (-)
Refleks kaca (-) (-)
Luksasi (-) (-)
Subluksasi (-) (-)
Pseudofakia (-) (-)
Afakia (-) (-)
17. Funduskopi
Refleks fundus
Papil
- warna papil
- bentuk
- batas
Retina
- warna
- perdarahan
- eksudat
Makula lutea

Pemeriksaan Penunjang:

- Pemeriksaan Laboratorium

16
BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien datang dengan keluhan benjolan dibagian luar ujung kelopak mata
kiri bawah sejak 3 bulan sebelum masuk RS. Benjolan berukuran 0,2 x 1 mm.
Benjolan berbatas tegas dan mengganggu penglihatan. Berbentuk panjang dan
lancip, dengan konsistensi kenyal, teraba kasar permukaan tidak licin. Hal ini
serupa dengan teori yang menjelaskan bahwa gambaran klinis pada veruka
vulgaris dapat berupa papul, nodul sewarna dengan kulit, permukaan kasar dan
berbatas tegas, dapat tunggal maupun berkelompok. Selain itu benjolan kadang
terasa gatal, tidak disertai darah, tidak disertai adanya sekret. Pasien tidak
mengeluhkan penglihatan kabur, kepala pusing, nyeri pada bola mata, dan mata
merah. Keluhan gatal dapat dirasakan sebeagai bentuk reaksi imun tubuh yang
disebabkan oleh adanya virus yang menginfeksi.

Terapi yang diberikan pada pasien yaitu berupa eksisi, untuk mengangkat
benjolan tersebut. Pada teori pun dijelaskan bahwa tujuan dari penatalaksanaan
veruka vulgaris adalah untuk mengobati ketidaknyamanan pasien baik fisik
maupun psikologis dan untuk mencegah penyebaran infeksi.4 Hal ini dilakukan
dengan menghilangkan lesi pada kulit dengan kerusakan seminimal mungkin
pada kulit sehat.16

17
BAB V

KESIMPULAN

Pada pasien ditemukan adanya keluhan benjolan dibagian luar ujung


kelopak mata kiri bawah sejak 3 bulan sebelum masuk RS. Benjolan
berukuran 0,2 x 1 mm. Benjolan berbatas tegas dan mengganggu penglihatan.
Berbentuk panjang dan lancip, dengan konsistensi kenyal, teraba kasar
permukaan tidak licin. Terkadang disertai gatal pada kelopak mata. Dari
keluhan tersebut dapat disimpulkan bahwa pasien didiagnosis dengan Veruka
Vulgaris pada palpebra kiri

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Handoko, RP. Penyakit virus dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. ed.
Djuanda A;Edisi Keempat, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta, 2005, p 110-18
2. Pohan SS, Sukaanto, Narakbah J, et al. Veruka vulgaris dalam Atlas
Penyakit Kulit dan Kelamin; Eedisi ketiga, Bag/SMF Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin FK UNAIR, Surabaya, 2007, p20-21
3. Brown RG, Burns T. Veruka Vulgaris. Lecture Notes Dertmatologi. Edisi
kedelapan, Jakarta : Erlangga, 2005, p19-31
4. Wolff K, Goldsmith LA, Kats SI, et al. Warts. Fitspatrick’s dermatology in
general medicine, 7th edition New York : Mc Graw-Hill Book Co, 2008 :
1913-23
5. Duarsa NW, Pindha S, Bratiartha, et al. Veruka Vulgaris dalam Pedoman
Diagnosis dan Terapi Penyakit Kulit dan Kelamin RSUP Denpasar, Bali,
2000, p35
6. Mansjoer A, Suptohaita, Wardhani W. I, Setiowulan W. Kapita Selekta
Kedokteran (Edisi ke-3). Jakarta: Media Aesculapius.
7. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan
RI. 2014. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.

8. World Health Organization. 2010. Global Data on Visual Impairment.

9. World Health Organization. 2012. Blindness: Vision 2020- The Global


Initiative for the Elimination for Avoidable Blindness.
10. Guyton AC, Hall EH. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia : W.B.
Saunders Company ; 2006.

19

Anda mungkin juga menyukai