PENDAHULUAN
1
terjadi pada usia dewasa. Xanthelasma diartikan sebagai kumpulan
kolesterol di bawah kulit dengan batas tegas berwarna kekuningan
biasanya di permukaan anterior palpebra12,13 Tumor palpebra
kebanyakan mudah dikenali secara klinis, dan eksisi dilakukan dengan
alasan kosmetik. Meskipun begitu lesi ganas sering kali sulit dikenali
secara klinis dan biopsi harus selalu dilakukan pada kecurigaan
keganasan.13
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1 : Anatomi palpebra superior Gambar 2.2 : Anatomi palpebral inferior
1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena
tipis, longgar, dan elastic dengan sedikit folikel rambut, tanpa
lemak subkutan.
2. Muskulus Orbikularis Okuli
3
Fungsi muskulus orbikularis okuli adalah menutup palpebra.
Serat-serat ototnya mengelilingi fissura palpebra secara
konsentris dan meluas sedikit melewati tepianorbita. Sebagian
serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di
dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal, bagian diatas
septum orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra
disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus
facialis.
3. Jaringan Areolar
Terletak di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan
dengan lapisan subaponeurotik dari kulit kepala.
4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapisan jaringan
fibrosa padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus
terdiri atas jaringan penyokong kelopak mata dengan kelenjar
Meibom.
5. Konjungtiva Palpebrae
Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran mukosa dan
konjungtiva palpebra yang melekat erat pada tarsus.
4
Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior
palpebra, berupa elevasi kecil dengan lubang kecil di pusat yang terlihat
pada palpebra superior dan inferior. Punktum ini berfungsi menghantarkan
air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.13 Fisura
palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka. Fisura
ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira
0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam.10 Septum
orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang
terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar
antara palpebra orbita. Septum orbitale superius menyatu dengan tendo
dari levator palpebra superior dan tarsus superior; septum orbitale inferius
menyatu dengan tarsus inferior.13
2.2.1 Definisi
Veruka vulgaris adalah infeksi HPV pada epidermis dengan
gambaran klinis berupa papul, nodul berbentuk kubah sewarna dengan
5
kulit, permukaan kasar dan berbatas tegas, dapat tunggal maupun
berkelompok. Predileksi terutama di daerah tangan, siku, lutut, kaki dan
jari-jari.4
2.2.2 Etiologi
Veruka vulgaris disebabkan oleh infeksi HPV pada epidermis. Sub
tipe HPV yang telah diketahui menyebabkan veruka vulgaris adalah sub
tipe HPV 1, 2, 4, 7, 27, 29, 57 dan 63.1,5
2.2.3 Klasifikasi
Veruka memiliki beberapa bentuk klinis, yaitu1,6 :
Veruka vulgaris
Mengenai veruka vulgaris akan dijelaskan kemudian.
Veruka viliformis
Merupakan varian dari veruka vulgaris yang terdapat pada daerah
wajah dan kulit kepala. Lesi nampak sebagai penonjolan yang tegak lurus
pada permukaan kulit dengan permukaannya yang verukosa.
Veruka plantaris
Lesi terdapat pada telapak kaki, terutama pada daerah yang banyak
mengalami penekanan. bentuknya berupa cincin yang keras, dengan
bagian tengah yang agak lunak dan berwarna kekuning-kuningan.
permukaannya licin karena gesekan dan menimbulkan
6
2.2.4 Epidemiologi
Sebagian besar orang pernah terinfeksi dengan HPV dalam
kehidupannya.13 Veruka vulgaris merupakan gambaran infeksi HPV yang
paling umum, terdapat paling banyak pada usia 5-20 tahun dan hanya 15%
yang terdapat pada usia di atas 35 tahun.1,5,12 Veruka vulgaris dapat
mengenai seluruh ras. Di Amerika Serikat, frekuensi veruka vulgaris pada
ras kulit putih mendekati 2 kali lipat dibandingkan ras kulit hitam maupun
Asia, dan tidak ada perbedaan antara pria dan wanita. Sering terpapar
dengan air merupakan faktor resiko untuk terjadinya veruka vulgaris.
Tukang daging dan tukang ikan memiliki insiden yang lebihtinggi
terjadinya veruka vulgaris pada tangan, prevalensinya mencapai hingga
50% bagi yang sering kontak dengan daging dan ikan.1 Terjadi juga
peningkatan insiden veruka vulgaris pada perenang yang sering
menggunakan kolam renang umum.5
2.2.5 Patogenesis
7
ekstrakromosom atau episom di dalam nukleus sel basal epitel yang
terinfeksi. Ketika sel ini membelah viral genom juga bereplikasi dan
mengambil tempat pada sel anakan, yang akan mengantarkan infeksi virus
ke lapisan-lapisan epitelium berikutnya.5 Masa inkubasi dari inokulasi
hingga menimbulkan veruka bervariasi dari 1-6 bulan atau lebih.12,14
2.2.7 Diagnosis
2.2.8 Penatalaksanaan
Tujuan dari penatalaksanaan veruka vulgaris adalah untuk
mengobati ketidaknyamanan pasien baik fisik maupun psikologis dan
untuk mencegah penyebaran infeksi.4 Hal ini dilakukan dengan
menghilangkan lesi pada kulit dengan kerusakan seminimal mungkin pada
kulit sehat.16 Veruka vulgaris dapat mengalami resolusi spontan dalam 2-3
tahun.2 Satu penelitian pada tahun 1963 mengatakan hanya sekitar 40%
pasien dengan veruka vulgaris yang dapat mengalami resolusi spontan
setelah 2 tahun. Pemilihan pengobatan dilakukan berdasarkan lokasi,
8
ukuran dan jumlah lesi veruka vulgaris; usia, kerjasama pasien dan
keinginan pasien; serta pengalaman dokter. Nyeri, ketidaknyamanan,
resiko terjadi parut dan untungrugi bagi pasien harus dipertimbangkan.5
9
10
BAB III
LAPORAN KASUS
Keluhan Utama : Benjolan dibagian luar ujung kelopak mata kiri bawah dan di
kelopak mata kiri atas sejak 3 bulan sebelum masuk RS.
11
2. Riwayat Penyakit Dahulu
12
Nama : Ny.Mada Ruang : -
PEMERIKSAAN FISIK
Umur : 41 tahun Kelas : -
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital :
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 79x/menit
- Laju Napas : 19 x/menit
- Suhu :
Status Oftalmologis
OD OS
No. Pemeriksaan OD OS
1. Visus 6/7,5 6/7,5
2. Tekanan Intra Okuler - -
3. Kedudukan Bola Mata
Posisi Normal Normal
Eksoftalmus (-) (-)
Enoftalmus (-) (-)
4. Pergerakan Bola Mata
Atas Baik Baik
Bawah Baik Baik
Temporal Baik Baik
Temporal atas Baik Babak
Temporal bawah Baik Baik
13
Nasal Baik Baik
Nasal atas Baik Baik
Nasal bawah Baik Baik
Nistagmus (-) (-)
5. Palpebrae
Hematom (-) (-)
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (+) (+)
Ulkus (-) (-)
Fistel (-) (-)
Hordeolum (-) (-)
Kalazion (-) (-)
Ptosis (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Entropion (-) (-)
Sekret (-) (-)
Trikiasis (-) (-)
Madarosis (-) (-)
6. Punctum Lakrimalis
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Fistel (-) (-)
7. Konjungtiva Tarsal Superior
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Sekret (-) (-)
Epikantus (-) (-)
8. Konjungtiva Tarsalis Inferior
Kemosis (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Anemis (-) (-)
Folikel (-) (-)
Papil (-) (-)
Lithiasis (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
9. Konjungtiva Bulbi
Kemosis (-) (-)
Pterigium (-) (-)
Pinguekula (-) (-)
Flikten (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
Injeksi konjungtiva (-) (-)
Injeksi siliar (-) (-)
Injeksi episklera (-) (-)
14
Perdarahan subkonjungtiva (-) (-)
10. Kornea
Kejernihan Jernih Jernih
Edema (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Erosi (-) (-)
Infiltrat (-) (-)
Flikten (-) (-)
Keratik presipitat (-) (-)
Macula (-) (-)
Nebula (-) (-)
Leukoma (-) (-)
Leukoma adherens (-) (-)
Stafiloma (-) (-)
Neovaskularisasi (-) (-)
Imbibisi (-) (-)
Pigmen iris (-) (-)
Bekas jahitan (-) (-)
Tes sensibilitas
11. Limbus kornea
Arkus senilis (-) (-)
Bekas jahitan (-) (-)
12. Sklera
Sklera biru (-) (-)
Episkleritis (-) (-)
Skleritis (-) (-)
13. Kamera Okuli Anterior
Kedalaman Cukup Cukup
Kejernihan Jernih Jernih
Flare (-) (-)
Sel (-) (-)
Hipopion (-) (-)
Hifema (-) (-)
14. Iris
Warna Coklat Coklat
Gambaran radier Jelas Jelas
Eksudat (-) (-)
Atrofi (-) (-)
Sinekia posterior (-) (-)
Sinekia anterior (-) (-)
Iris bombe (-) (-)
Iris tremulans (-) (-)
15. Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Besar 3mm 3mm
Regularitas reguler reguler
15
Isokoria isokor isokoria
Letak Sentral Sentral
Refleks cahaya langsung (+) (+)
Seklusio pupil (-) (-)
Oklusi pupil (-) (-)
Leukokoria (-) (-)
16. Lensa
Kejernihan Jernih Jernih
Shadow test (-) (-)
Refleks kaca (-) (-)
Luksasi (-) (-)
Subluksasi (-) (-)
Pseudofakia (-) (-)
Afakia (-) (-)
17. Funduskopi
Refleks fundus
Papil
- warna papil
- bentuk
- batas
Retina
- warna
- perdarahan
- eksudat
Makula lutea
Pemeriksaan Penunjang:
- Pemeriksaan Laboratorium
16
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien datang dengan keluhan benjolan dibagian luar ujung kelopak mata
kiri bawah sejak 3 bulan sebelum masuk RS. Benjolan berukuran 0,2 x 1 mm.
Benjolan berbatas tegas dan mengganggu penglihatan. Berbentuk panjang dan
lancip, dengan konsistensi kenyal, teraba kasar permukaan tidak licin. Hal ini
serupa dengan teori yang menjelaskan bahwa gambaran klinis pada veruka
vulgaris dapat berupa papul, nodul sewarna dengan kulit, permukaan kasar dan
berbatas tegas, dapat tunggal maupun berkelompok. Selain itu benjolan kadang
terasa gatal, tidak disertai darah, tidak disertai adanya sekret. Pasien tidak
mengeluhkan penglihatan kabur, kepala pusing, nyeri pada bola mata, dan mata
merah. Keluhan gatal dapat dirasakan sebeagai bentuk reaksi imun tubuh yang
disebabkan oleh adanya virus yang menginfeksi.
Terapi yang diberikan pada pasien yaitu berupa eksisi, untuk mengangkat
benjolan tersebut. Pada teori pun dijelaskan bahwa tujuan dari penatalaksanaan
veruka vulgaris adalah untuk mengobati ketidaknyamanan pasien baik fisik
maupun psikologis dan untuk mencegah penyebaran infeksi.4 Hal ini dilakukan
dengan menghilangkan lesi pada kulit dengan kerusakan seminimal mungkin
pada kulit sehat.16
17
BAB V
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Handoko, RP. Penyakit virus dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. ed.
Djuanda A;Edisi Keempat, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta, 2005, p 110-18
2. Pohan SS, Sukaanto, Narakbah J, et al. Veruka vulgaris dalam Atlas
Penyakit Kulit dan Kelamin; Eedisi ketiga, Bag/SMF Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin FK UNAIR, Surabaya, 2007, p20-21
3. Brown RG, Burns T. Veruka Vulgaris. Lecture Notes Dertmatologi. Edisi
kedelapan, Jakarta : Erlangga, 2005, p19-31
4. Wolff K, Goldsmith LA, Kats SI, et al. Warts. Fitspatrick’s dermatology in
general medicine, 7th edition New York : Mc Graw-Hill Book Co, 2008 :
1913-23
5. Duarsa NW, Pindha S, Bratiartha, et al. Veruka Vulgaris dalam Pedoman
Diagnosis dan Terapi Penyakit Kulit dan Kelamin RSUP Denpasar, Bali,
2000, p35
6. Mansjoer A, Suptohaita, Wardhani W. I, Setiowulan W. Kapita Selekta
Kedokteran (Edisi ke-3). Jakarta: Media Aesculapius.
7. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan
RI. 2014. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.
19