Anda di halaman 1dari 6

UAS KEWIRAUSAHAAN DAN INOVASI

“LAPORAN MAGANG”

Dosen Pengampuh: Free Dirga Dwatra, S.Psi.,M.A

Disusun oleh

Sesi E:

Nadila Safitri/ 16011093


Sari Dewi Rahmah Yuningsih/
Dioza Razi Ihram/
Riky Syafrianto/
Arfan Maulana/

JURUSAN PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

BUKITTINGGI

2019
Laporan Kegiatan Magang
A. Profil Usaha
1. Sejarah Usaha
Terletak di Jalan Baru Tanjung Alam Jorong Jambua Aia Taluak IV Suku, goreng katan
Ni En merupakan salah satu bentuk usaha kecil masyarakat menengah yang berjalan di bidang
kuliner. Goreng katan ini sangat terkenal bagi pecinta kuliner khususnya dibidang pisang goreng.
Goreng katan ini memang hanya menyajikan pisang goreng dengan ketan saja, dan itu menjadi
ciri khas dari usaha yang dilakoni oleh Ni En selaku pemiliknya.

Awalnya Ni En selaku pemilik mengaku hanya berjualan pabukoan saja. Dia menjual
berbagai macam kolak, mulai dari kolak labu, kolak pisang, kolak ubi dan serta jagung. Lalu
pada suatu hari ia berbelanja keasar dan melihat buah pisang raja dan ia tertarik untuk membuat
goreng pisang karena ia sudah lama tidak memakan goreng pisang dari buah pisang jenis raja.
Dari yang awalnya dibuat hanya untuk konsumsi keluarganya sendiri, ia mulai membuat untuk
tetangganya. Karena pada saat memasak ada tetangga yang menyicip goreng pisang yang ia buat.
Tepat 8 tahun yang lalu ia mulai mencoba menjual pisang gorengnya dan ternyata hari pertama
berjualan goreng pisang, ia mampu menghabiskan 300 buah pisang.

Merasa lebih menguntungkan dalam berjualan pisang goreng karena pasaran yang
banyak, akhirnya Ni En berhenti berjualan kolak dan jagung dan ia focus kepada pisang
gorengnya saja. Awalnya ia hanya menjual pisang goreng saja, namun beberapa pelanggan
memintanya untuk menjual ketannya juga. Karena permintaan yang besar akhirnya Ni En
menambahkan ketan dalam menunya.Untuk sebuah gorengan dihargai seharga Rp 2.500 dan
seporsi ketan dihargai seharga Rp 3.000 menurut kami itu harga yang pantas mengingat ukuran
dan jenis pisang yang digunakan.

Goreng Katan Ni En ini buka setiap hari kecuali hari Minggu mulaidari jam 06.30 sampai
dengan jam 11.00 dan kemudian dilanjutkan lagi dari jam 14.30 sampai dengan jam 21.00.
Goreng katan ini diminati banyak orang, buktinya setiap harinya selalu ramai dikunjungi
konsumen. System yang digunakan disini terbilang unik. Setiap pembeli yang datang diharuskan
menuliskan nomor urutan beserta jumlah dan pesanannya kemudian dipersilahkan mengantri,
karena pisangnya digoreng ketika ada pembeli saja hal ini bertujuan agar konsumen selalu
mendapatkan pisang goreng yang masih hangat. Rata-rata para konsumen membawa pulang
pesanannya.Selain langsung melayani pembeli ditempat, goreng katan ni En juga menerima
pesanan. Ia sering menerima pesanan untuk acara kantor maupun acara sekolahan.

Untuk karyawannya sendiri, Ni En dibantu oleh anak-anaknya, walaupun ada dua orang
pekerja tetap. Namun, untuk pengolahan bahannya sendiri, langsung Ni En yang mengolahnya
karena resepnya merupakan resep keluarga yang sudah diturunkan dari neneknya. Seluruh bahan
yang digunakan merupakan bahan yang alami, dan ini juga merupakan menjadi daya tarik bagi
goreng katannya.

Untuk bahan-bahannya sendiri Ni En mendapatkannya langsung dari para pemasok.


Setiap hari Selasa dan Kamis, pemasok datang mengantarkan pisang maupun beras ketan. Untuk
ketannya sendiri, Ni En menggunakan beras merah dan ini sekali lagi menjadi daya tarik bagi
usahanya. Walaupun hanya berjualan didepan rumah, namun goreng pisang ni En sangat
diminati. Bulan puasa merupakan bulan yang sibuk bagi Ni En dan kelaurga, karena pada bulan
itu seluruh perantau pulang ke kampung halamannay (Bukittinggi) dan kebanyakan dari mereka
memborong goreng pisangnya. Dahulu goreng katan Ni En ini ada cabangnya di Manggih,
namun karena kekurangan tenaga akhirnya ia menutup cabangnya dan focus untuk berjualan
didepan rumah saja.

Setiap orang yang membuka usaha pasti punya suka dan dukanya. Suka bagi Ni En yaitu
mampu membuat orang senang dengan gorengannya dan dukanya adalah letih. Tapi itu semua
setimpal, karena dengan berjualan goreng pisang Ni En mampu menyekolahkan anak-anaknya
hingga menempuh jenjang perkuliahan.

2. Produk yang dihasilkan


Produk yang dihasikan berupa pisang yang digoreng dengan katan.

3. Gambaran posisi dari pemiliki hingga karyawan: termasuk tugas masing-masing posisi
Pemilik katan goreng pisang ini ialah Ni En, dimana Ni En yang terjun langsung
membantu para karyawan dengan membelah pisang dan menggorengnya, Ni En yang membuat
resep untuk pisang yang hendak digoreng dan juga katannya, resep rahasia tersebut yang sudah
turun temurun tidak boleh orang lain mencampuri resep serta membuat adonan kecuali Ni En
sendiri dan dibantu sedikit-sedikit oleh anaknya.
Kemudian karyawan, ni En memiliki 2 karyawan tetap, yang bertugas memotong pisang serta
memasak pisang, yang sekaligus melayani pembeli, dan karyawan lain ialah anak ni En sendiri,
yang memiliki tugas yang sama dengan karyawan tetap ni En. Dikarenakan tempat menggoreng
dan mencampurkan pisang kedalam tepung itu langsung didepan pelanggan, jadi pelanggan
mengetahui cara pembuatan pisang dari pisang mentah hingga menjadi pisang goreng, oleh
sebab itu, tugas karyawan mencakup melayani dan memotong pisang dan menggoreng. Berbeda
dengan katan, katan dibuat didapur dan dimasak diatas kompor yang berbeda, sehingga pembeli
tidak bisa melihat pembuatannya langsung.

4. Jumlah karyawan/ Perkembangan jumlah karyawan dari awal berdiri hingga sekarang.
Jumlah karyawan tetap 2, dan karyawan keluarga ada 3 orang. Pada awal berdiri, Ni En
hanya dibantu oleh anak-anaknya menggoreng pisang tanpa katan, kemudian berkembang ni En
merekrut karyawan sebanyak 2 orang, hingga sekarang.

5. Harga produk yang dihasilkan


Untuk sebuah gorengan dihargai seharga Rp 2.500 dan seporsi ketan dihargai seharga Rp 3.000.

6. Hambatan atau permasalahan yang muncul selama berwirausaha


Hambatan yang muncul ketika kami wawancara ni En, ialah letih, dikarenakan hanya ni
En yang tau resep katan yang enak dan gurih, oleh sebab itu setiap hari ia harus mengaduk
adonan dan mencampurkan adonan sebelum dilumuri dengan pisang. Permasalahan lain tidak
ada karena katan goreng pisang ni En ini sudah terkenal seBukittinggi dan banyak diminati
pembeli, bahkan kerugian yang dialami ni En tidak begitu besar, hanya 1-3 sisir pisang yang
tidak terpakai, dan dimanfaatkan ni En untuk membuat godok pisang untuk dimakan bersama
keluarga.
7. Usaha yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan

Ni En mengatakan, sudah banyak sekali yang menjual pisang goreng, akan tetapi Ni En
memberikan sentuhan unik dari pisang gorengnya, dengan menggunakan katan dan
menggunakan pisang raja yang didatangkan dari pemasok, jadi pisang yang digunakan ni En
tidak pisang sembarangan yang dijajakan dipasaran, dan resep membuat adonan pisang yang
sudah turun temurun dari nenek, oleh sebab itu ni En masi menggunakannya, karena resep
tersebut membuat dagangannya menjadi laku dan diminati banyak orang, jika ni En letih untuk
membuat adonan, maka ni En beristirahat terlebih dahulu, dan digantikan oleh anaknya, tetapi
tidak karyawannya.

B. Kegiatan Selama Magang


1. Magang Pertama
a. Narasi anggota 1 (Nadila Safitri):
kegiatan selama magang selama 60 menit, hari pertama saya membantu karyawan dengan
mengambil pisang didapur, kemudian membantu memotong kulit pisang, serta melayani
pembeli, hambatan yang saya rasakan, ketika pukul 17.00 para pembeli banyak mengantri hingga
kejalanan, saya kewalahan mengambilkan pesanan pembeli, karena sistem pemesanan
menggunakan kertas yang ditulis berapa jumlah yang dipesan, jadi saya sedikit kebingungan
mana pembeli yang duluan memesan goreng pisang beserta katan.
b. Narasi anggota 2 (Sari Dewi Rahmah Yuningsih):

2. Magang Kedua
a. Narasi anggota 1 (Dio):
b. Narasi anggota 2 (Arfan maulana):
3. Magang Ketiga
a. Narasi anggota 1 (Rizki Syafrianto):
b. Narasi anggota 2 (): .
C. Lampiran
1. Foto Kegiatan

Anda mungkin juga menyukai