Anda di halaman 1dari 7

KAJIAN PUSTAKA

1.1 Cairan Serebrospinalis (Cerebrospinalis fluid, CSF)

Cairan Serebrospinalis (CSS) disebut juga sebagai cairan spinal, bersirkulasi


didalam ventrikel otak di sepanjang tulang belakang. CSF normal bersifat steril
dan jernih.Cairan ini memberi asupan nutrien bagi berbagai jaringan pada susunan
saraf pusat dan ikut melindungi otak dan kolumna vertebralis sewaktu cedera.

Volume cairan serebrospinalis pada orang dewasa sebanyak 100-150 ml.


pada anak-anak, volumenya lebih kecil dan bervariasi sesuai panjang badan anak.
Cairan spinal dapat di ambil dengan cari pungsi lumbal (Spinal tap), yang
dilakukan dalam kantong lumbal di tulang L3-4 atau pada L4-5.

1.2 Pengambilan Sample

Pengambilan spesimen CSF hanya boleh dilakukan oleh dokter atau


perawat-khusus yang terlatih.

1. Kumpulkan baki pungsi lumbal yang steril, larutan antiseptik (misalkan


povidon iodine), anastesi lokal (misalkan lidokain), sarung tangan steril dan
perekat.
2. Minta pasien melakukan posisi “janin”, yaitu punggung membungkuk,
kepala menempel ke dada, dan lutut ditarik kearah perut.
3. Berikan nomor pada ketiga tabung uji dengan nomor 1, 2 , 3.
4. Tusukkan bevel steril beserta stylet-nya (khusus untuk pungsi lumbal) di
antara vertebra lumbalis IV dan V, sedalam 4-5 cm. selanjutnya, cabut stylet
dan biarkan cairan mengalir ke luar melalui bevel.
5. Dokter harus memantau tekanan cairan spinal dengan menggnakan
manometer yang dipasang pada jarum. Dokter harus mengambil 9 – 12 ml
total cairan spinal. Masukkan 3 ml dalam tabung nomor 1, 3 ml dalam
tabung nomor 2, dan 3 ml dalam tabung nomor 3. Tabung pertama mungkin
terkontaminasi (dengan darah yang berasal dari pungsi spinal), dan tidak
boleh digunakan untuk mengukur hitung sel, kultur atau kandungan
proteinnya.
6. Kumpulkan spesimen berdasarkan urutan numerik tabung uji. Jangan
mengacak nomornya. Tabung uji pertama mungkin berisi sel darah merah
karena injeksi jarum. Untuk uji kultur, dapat digunakan tabung uji kedua
atau ketiga. Untuk hitung sel dan protein, gunakan tabung uji ketiga.
7. Cantumkan nama pasien, nomor kamar, dan tanggal pada label ditabung uji.
Bawa segera tabung uji ke laboratorium.
1.3 Penanganan Sample (Transport dan Penyimpanan)

Hindari kontaminasi dengan mikroorganisme yang ada di kulit. Cairan otak


ditampung dalam wadah steril yang bertutup ulir. Spesimen secepatnya dikirim ke
laboratorium mikrobiologi untuk diproses.

Spesimen harus segera dikirim ke laboratorium, dan di proses secepatnya


karena sel mengalami disentegrasi dengan cepat. Keterlambatan dapat
menyebabkan hasil hitung sel yang tidak sesuai dengan kondisi klinis pasien.

Spesimen dilakukan kultur terlebih dahulu, selanjutnya melakukan


pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan Gram. Pada infeksi bakterial akut
akan ditemukan sel-sel polimorfonukleus, sedangkan pada infeksi virus,
Mycobacterium tuberculosis dan jamur lebih dominan ditemukan sel-sel limfosit.
Sebelum spesimen dikirim untuk kultur, simpanlah CSF di dalam inkubator pada
37oC dan jangan menyimpannya di dalam kulkas.

1.4 Persiapan Spesimen

Jika pada pemeriksaan makroskopik CSF tampak purulen (sangat keruh),


CSF dapat langsung diperiksa tanpa sentrifugasi. Pada semua kasus non-purulen,
CSF harus disentrifugasi dalam tabung steril (biasanya dalam tabung kerucut 15
ml dengan tutup ulir) pada 10000g selama 5 – 10 menit. Buang supernatan dengan
menggunakan pipet pasteur steril yang terpasang karet pengisap dan pindahkan ke
tabung lain untuk pemeriksaan kimia dan / atau serologis. Gunakan sedimen untuk
pemeriksaan mikrobiologis lanjutan.

1.5 Langkah- langkah pemeriksaan (Pra-Analitik-Pasca)

A. Langkah Pemeriksaan Pra-Analitik

1. Persiapan pasien .

Tanda vital pasien harus dilakukan pemantauan pada waktu yang ditentukan
(misalnya ½, 1, 2, dan 4 jam. Buat rasa nyaman dengan membangun komikasi
agar pasien rileks. Dan anjurkan pasien untuk menarik napas dalam secara
perlahan melalui mulutnya. Pegang tangan pasien untuk memberikan rasa
tentram, kecuali pasien tidak menghendakinya.
2. Penyimpanan.

Sebelum spesimen dikirim untuk kultur, simpanlah CSF di dalam inkubator


pada 37oC dan jangan menyimpannya di dalam kulkas.

3. Penampungan bahan.

Kurang lebih 5 – 10 ml CSF harus ditampung dalam dua tabung steril

4. Pengiriman.

Sebelum mengirim Spesimen CSF untuk Kultur, simpanlah CSF di dalam


inkubator pada 37oC. Jangan menyimpannya di dalam kulkas. Alat dan bahan
yang digunakan dalam transportasi spesimen berupa botol beralas datar berisi
medium transpor yang sesuai, seperti medium transpor Stuart yang dimodifikasi.
Lama penyimpanan: maksimal 4 hari, pada suhu kamar.

B. Langkah Pemeriksaan Analitik

Hal-hal yang harus diperhatikan :


 Jangan menunda pemeriksaan CSF. Berbagai sel dan tripanosoma cepat
lisis pada sampel CSF. Glukosa juga cepat rusak, kecuali kalau
diawetkan dengan fluorida-oksalat.
 Bekerjalah dengan hati-hati dan hemat. Spesimen yang dapat diambil
untuk pemeriksaan CSF seringkali hanya sedikit karena
pengambilannya sulit.
 CSF dapat mengandung organisme virulen. Pakailah pipet dengan
sumbat kapas yang tak menyerap cairan, atau pakailah penghisap karet
untuk menarik cairan dalam pipet. Jangan pernah memipet CSF dengan
mulut.

a. Pemeriksaan Makroskopik

Normalnya, CSF tampak jernih dan tidak berwarna.

- CSF yang keruh : CSF yang mengandung pus sehingga tampak agak
keruh atau berwarna putih-kelabu.
- CSF yang bercampur darah : CSF yang bercampur darah tampak keruh
dan berwarna pink/kemerahan.
- Xantrokimia : CSF yang berwarna kuning dapat disebabkan oleh
pendarahan lama,ikterus yang berat, atau stenosis kolumna vertebralis.
Bekuan

Periksa tabung CSF 10 menit sesudah pengambilan spesimen untuk


melihat ada-tidaknya bekuan. Normalnya, tidak ada bekuan dalam CSF,
tetapi bekuan bisa saja ditemukan pada penyakit atau keadaan berikut :

- Meningitis tuberkulosa: satu atau banyak bekuan kecil dan halus,tampak


kasat mata.
- Meningitis purulen: suatu bekuan besar.
- Stenosis kolumna vertebralis: CSF membeku seluruhnya.

b. Pemeriksaan Mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik CSF meliputi:

1. Pemeriksaan preparat basah untuk pendeteksian sel-sel darah


2. Pemeriksaan preparat basah untuk pendeteksian tripanosoma, terutama
pada daerah endemik tripanosomiasis Afrika;
3. Pemeriksaan pulasan Gram untuk pendeteksian berbagai organisme
penyebab meningitis, seperti Neisseria meningitidis, Streptococcus
pneumoniae, dan Haemophylus influenzae;
4. Pemeriksaan pulasan Ziehl-Neelsen pada kasus yang dicurigai sebagai
meningitis tuberkulosa;
5. Pemeriksaan jamur, seperti Cryptococcus neoformans dan Candida
albicans, kalau dicurigai penyebabnya adalah jamur.

Pemeriksaan-pemeriksaan di atas memakai preparat yang dibuat dari


endapan CSF hasil sentrifugasi.

1. Sel-sel darah dalam CSF

Pada penyakit-penyakit tertentu, CSF dapat mengandung sel-sel darah


yang jumlahnya bervariasi.

2. Pemeriksaan preparat basah untuk pendeteksian tripanosoma

Pipetkan setetes endapan CSF pada kaca objek lalu tutup dengan
penutup kaca objek. Periksa preparat tersebut di bawah mikroskop dengan
objektif 40x.

3. Pemeriksaan pulasan Gram untuk diagnosis meningitis


Buat apusan dari endapan CSF dan biarkan mengering, kemudian
difiksasi dengan api kecil. Pulas apusan tersebut dengan pewarna Gram. Amati
sediaan dibawah mikroskop dengan perbesaran 1000 x (minyak emersi) selama
sedikitnya 10 menit atau sampai ditemukannya bakteri.

4. Pemeriksaan Ziehl-Neelsen untuk diagnosis meningitis tuberkulosa

Pada kasus yang dicurigai sebagai meningitis tuberkulosa, CSF jangan


langsung diperiksa. Diamkan sebentar spesimen tersebut lalu perhatikan
apakah terbentuk endapan; kalau ada endapan, buang dulu endapan tersebut.
Selanjutnya, buat apusan dari spesimen yang sudah bebas-endapan tersebut dan
pulas dengan pewarna Ziehl-Neelsen.

5. Jamur dalam CSF

Meskipun sangat jarang, jamur (Cryptococcus neoformans dan Candida


albicans) dapat ditemukan pada pulasan Gram. Cryptococcus neoformans dapat
ditemukan bersama-sama dengan limfosit dalam CSF yang keruh.

c. Pemeriksaan Kimia

1. Penentuan kadar Glukosa


Penetapan glukosa harus dikerjakan dengan cairan otak segar karena
sel-sel dan mikroorganisme akan mengurangi jumlahnya. Penetapan biasanya
menggunakan 0,1 ml cairan, tetapi ada juga yang memakai lebih banyak
tergantung cara penetapan. Normalnya, kadar glukosa dalam CSF adalah
sekitar 60% dari kadarnya dalam darah.

2. Penentuan kadar Protein


Pemeriksaan terhadap protein dalam cairan otak ialah yang paling
penting diantara pemeriksaan kimia. Usaha mengetahui jumlahnya dapat
dilakukan secara kualitatif dan kantitatif. Pemeriksaan dapat dilakukan
dengan metode test Pandy atau Test None.
C. Langkah Pemeriksaan Pasca Analitik

Interpretasi Hasil :

No Parameter Penilaian Normal


1. Warna Tidak berwarna, Kuning muda, Tidak berwarna
Kuning, Kuning tua, Kuning coklat,
merah.
2. Kejernihan Jernih, agak keruh, keruh, sangat Jernih
keruh, keruh kemerahan
3. Bekuan Tidak ada bekuan, ada bekuan Tidak ada bekuan
4. Bakteri Tidak ada bakteri, ada bakteri Tidak ada bakteri
5. Protein Dalam satuan mg/dl 15 – 45 mg/dl
Kuantitatif

6. Glukosa Dalam satuan mg/dl 45 – 70 mg/dL


Kuantitatif

Faktor yang mempengaruhi temuan laboratorium :

 Pendinginan dapat mempengaruhi temuan kultur.


 Pungsi spinal yang menimbulkan cedera dapat menyebabkan darah berada di
dalam spesimen cairan, hal ini dapat menimbulkan perkiraan yang keliru saat
menghubungkannya dengan masalah klinis.
 Obat tertentu dapat menyebabkan peningkatan kadar protein CSS keliru .
 Cairan IV yang mengandung klorida dapat menyebabkan penetapan kadar
klorida CSS yang tidak valid.
 Hiperglemikia dapat meningkatkan kadar glukosa CSS.
DAFTAR PUSTAKA

Kurmala, Widyasari. 2011. Diagnosis Laboratorium Mikrobiologi klinik.


Universitas Trisakti : Jakarta
Kee, Joyce LeFever. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnosik,
Ed.6, EGC: Jakarta
Chairlan, dan Lestari, Estu. 2012. Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium
Kesehatan. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai