Anda di halaman 1dari 23

BAB I

KONSEP DASAR HIPERTENSI

A. Pengertia Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari
suatu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Konstriksi
arteriole membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan
dinding arteri. Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila
berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah (Wajan
Juni, 2010).
Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat normal dan
diukur paling tidak pada 3 kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal
bervariasi sesaui usia dan gejala yang timbul. Namun , secara umum seseorang
dianggap mengalami hipertensi jika tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90
mmHg (M. Asikin, M. Nuralamsyah & Susaldi, 2016).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan
darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan
tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa factor resiko yang tidak
berjalan sebagai mana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah seacra
normal (Abdul Majid, 2018).
Jadi, Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan
abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah dan terus menerus pada
beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa
factor resiko yang tidak berjalan sebagai mana mestinya, seseorang dianggap
mengalami hipertensi jika tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg.
B. Etiologi
Menurut Wajan Juni (2010) berikut ini beberapa kondisi yang menjadi
penyebab terjadinya hipertensi :
1. Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen).
Oral kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebabkan hipertensi
melalui mekanisme Renin aldosteron medicated volume expansion.
Dengan penghentian oral kontrasepsi, tekanan darah normal kembali
setelah beberapa bulan.
2. Penyakit parenkim dan vascular ginjal.
Hipertensi renovaskular berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih
arteri besar yang secara langsung membawa darah ke ginjal. Sekitar 90%
lesi arteri renal pada klien dnegan hipertensi disebabkan oleh
arterosklerosis atau fibrous dysplasia (pertumbuhan abnormal jaringan
fibrous). Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, dan
perubahan struktur, serta fungsi ginjal.
3. Gangguan endokrin
Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan
hipertensi. Adrenal mediated hypertension disebabkan kelebihan primer
aldosteron, kortisol, dan katekolamin. Pada aldosteronisme, kelebihan
aldosteron menyebabkan hipertensi dan hipokalemia.
4. Coartation aorta
Coartation aorta merupakan penyempitan aorta congenital yang mungkin
terjadi beberapa tingkat pada aorta torasik atau aorta abdominal.
Penyempitan menghambat aliran darah melalui lengkungan aorta dan
mengakibatkan peningkatan tekanan darah di atas area kontriksi.
5. Neurogenik
Golongan neurogenik adalah tumor otak, encephalitis, dan gangguan
psikiatrik.
6. Kehamilan.
7. Luka bakar.
C. Manifestasi Klinik
Menurut Smeltzer dalam Abdul Masjid (2018) manifestasi klinis pada
penderita hipertensi sebagai berikut :
1. Pemeriksaan fisik mungkin tidak menunjukkan kelainan selain tekanan
darah tinggi.
2. Perubahan retina dengan perdarahan, eksudat, arteriol yang menyempit, dan
bintik kapas wol (infark kecil), dan papilledema dapat dilihat pada
hipertensi berat.
3. Gejala biasanya menunjukkan kerusakan vascular yang berhubungan
dengan sistem organ yang difasilitasi oleh pembuluh yang terlibat.
4. Penyakit arteri koroner dengan angina atau infark miokard adalah
konsekuensi yang paling umum.
5. Hipertrofi ventrikel kiri dapat terjadi adalah gagal jantung.
6. Perubahan patologis dapat terjadi pada ginjal (nokturia dan peningkatan
kadar Blood Urea Nitrogen (BUN) dan kreatinin).
7. Adanya keterlibatan serebrovaskuler (serangan iskemik atau transien
iskemik (TIA yaitu perubahan dalam pengelihatan atau ucapan, pusing,
kelemahan, pingsan tiba-tiba, atau hemiplegia sementara atau permanen).

D. Patofisiologi
Reseptor yang menerima perubahan tekanan darah yaitu refleks
baroreseptor yang terdapat pada sinus karotis dan arkus aorta. Pada hipertensi,
karena adanya berbagai gangguan genetic dan risiko lingkungan, maka terjadi
gangguan neurohormonal yaitu sistem saraf pusat dan system renin-
angiotensinaldosteron, serta terjadinya inflamasi dan resistensi insulin.
Resistensi insulin dan gangguan neurohormonal menyebabkan vasokonstriksi
sistemik dan peningkatan resistensi perifer. Inflamasi menyebabkan gangguan
ginjal yang disertai gangguan system renin-angiotensin-aldosteron (RAA)
yang menyebabkan retensi garam dan air di ginjal, sehingga terjadi
peningkatan volume darah. Peningkatan resistensi perifer dan volume darah
merupakan dua penyebab utama terjadinya hipertensi. Pusat yang menerima
implus yang dapat mengenali keadaan tekanan darah terletak pada medula di
batang otak (Brunner & Suddarth) dalam buku M.Asikin, M. Nuralamsyah, &
Sulsadi. 2016).
Perubahan structural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat,
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang ada akhirnya
akan menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya yaitu kemampuan aorta dan arteri besar menjadi berkurang
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup), sehingga mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan
resistensi perifer (Brunner & Suddarth) dalam buku M.Asikin, M.
Nuralamsyah, & Sulsadi. 2016)

E. Pathway
Genetik dan Lingkungan

Gangguan sistem saraf Inflamasi


Resistensi insulin
pusat dan sistem renin-
angiotensin-aldosteron

Vasokonstriksi Resistensi garam dan air

Peningkatan resistensi perifer Peningkatan volume darah

Hipertensi
(M.Asikin, M. Nuralamsyah, & Sulsadi. 2016)

F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Wajan Juni (2010) pemeriksaan penunjang sebagai berikut :
1. Hitung darah lengkap (Complete Blood Cells Count) meliputi pemeriksaan
hemoglobin, hematokrit untuk menilai viskositas dan indicator faktor resiko
seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2. Kimia darah.
a. BUN, kreatinin adalah peningkatan kadar mendadakan penurunan perfusi
atau faal renal.
b. Serum glukosa adalah hiperglisemia (diabetes mellitus adalah presipitator
hipertensi) akibat dari peningkatan kadar katekolamin.
c. Kadar kolesterol atau trigliserida adalah peningkatan kadar mengindikasikan
predisposisi pembentukan plaque atheromatus
d. Kadar serum aldosteron adalah menilai adanya aldosteronisme primer.
e. Studi tiroid (T3 dan T4) adalah menilai adanya hipertiroidisme yang
berkonstribusi terhadap vasokontriksi dan hipertensi
f. Asam urat adalah hiperuricemia merupakan implikasi faktor risiko hipertensi
3. Elektrolit
a. Serum potassium atau kalium (hipokalemia mengindikasikan adanya
aldosteronisme atau efek samping terapi diuretik).
b. Serum kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap hipertensi.
4. Urine
a. Analisis urine adanya darah, protein, glukosa dalam urine menghasilkan
disfungsi renal atau diabetes.
b. Urine VMA (Catecholamine metabolite) adalah peningkatan kadar
mengindikasikan adanya pheochromacytoma.
c. Steroid urine adalah peningkatan kadar mengindikasikan hiperadrenalisme
pheochromacytoma, atau disfungsi pituitary, sindrom cushing, kadar rennin
juga meningkat.
5. Radiologi
a. Intra venous pyelografi (IVP) adalah mengindentifikasi penyebab hipertensi
seperti renal pharenchymal disease, urolithiasis, benign prostate hyperplasia
(BPH).
b. Rontgen toraks adalah menilai adanya klasifikasi obstruktif katup jantung,
deposit kalsium pada aorta, dan pembesaran jantung.
6. EKG menilai adanya hipertrofi miokard, pola strain, gangguan konduksi
atau disritmia.

G. Penatalaksanaan
Menurut M. Asikin, M. Nuralamsyah dan Susaldi (2016) penatalaksanaan
hipertensi yaitu :
1. Farmakologi : Golongan diuretic, golongan beta bloker, golongan antagonis
kalsium, dan golongan ACE inhibitor.
2. Non farmakologi
Non farmakologi sebagai berikut :
a. Pola makan harus dibatasi atau dikurangi, terutama makanan yang
mengandung garam.
b. Aktivitas atau olahraga.

H. Pengakajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan sebagai berikut :
1. Keluhan pada hipertensi adalah fatigue, lemah, dan sulit bernafas. Temuan
fisik meliputi peningkatan frekuensi denyut jantung, disritmia, takipnea.
2. Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit katup jantung, penyakit jantung
coroner atau stroke, episode, palpitasi, serta berkeringat banyak.
Temuan fisik meliputi hal-hal berikut ini :
a. Tekanan darah tinggi (diukur secara serial).
b. Hipotensi postural akibat kebiasaan minum obat tertentu.
c. Nadi dapat meningkat pada arteri karotis, jugularis, pulsasi radialis,
perbedaan denyut nadi atau tidak ada denyut nadi pada beberapa area
seperti arteri popliteal, posterior tibia.
d. Denyut apical bergeser.
e. Denyut jantung takikardi, distritmia
f. Bunyi jantung meliputi S2 mengeras/ S3 (gejala CHF dini).
g. Murmur dapat terdengar jika ada stenosis atau insufisiensi katup.
h. Untuk perifer suhu kulit dingin, warna kulit pucat, pengisisan kapiler
lambat (> 2 detik), sianosis, diaphoresis, atau flushing
(pheochromocytoma).
3. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, rasa marah kronis
(mungkin mengindikasikan gangguan cerebral). Temuan fisik meliputi
kegelisahan, penyempitan lapang perhatian, menangis, otot wajah tegang
terutama di sekitar mata, menarik nafas panjang, dan pola biacara cepat.
4. Riwayat penyakit ginjal (obstruksi atau infeksi). Temuan fisik adalah
produksi urin < 50 ml/jam atau oliguri.
5. Riwayat mengkonsumsi makanan tinggi lemak atau kolesterol, tinggi garam,
dan tinggi klaori. Selain itu, juga melaporkan mual, muntah, perubahan berat
badan, dan riwayat pemakaian diuretik. Temuan fisik meliputi berat badan
normal atau obesitas, edema, kongesti vena, distensi vena jugularis, dan
glikosuria (riwayat diabetes mellitus).
6. Untuk neurosensori melaporkan serangan pusing/ pening, sakit kepala
berdenyut di visual (diplopia pandangan ganda atau pandangan kabur) dan
episode epistaksis. Untuk temuan fisik adalah perubahan status mental
meliputi kesadaran, orientasi, isi dan pola pembicaraan, afek yang tidak tepat,
proses pikir dan memori.
7. Respons motorik adalah penurunan refles tendon, tangan menggenggam.
8. Fundus optic adalah pemeriksaan retina dapat ditemukan penyempitan atau
sklerosis arteri, edema atau papiledema (eksudat atau hemoragi) tergantung
derajat dan lamanya hipertensi.
9. Melaporkan angina, nyeri intermiten pada paha claudication (indikasi
arteriosklerosis pada ekstremitas bawah), sakit kepala hebat di oksipital, nyeri
atau teraba massa di abdomen (pheochromocytoma).
10. Untuk respirasi mengeluh sesak nafas saat aktivitas, takipnea, orthopnea,
PND, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok. Temuan fisik
meliputi sianosis, penggunaan otot bantu pernafasan, terdengar suara nafas
tambahan (ronkhi, rales, wheezing).
11. Melaporkan adanya gangguan koordinasi, paresthesia unilateral transient
episodic, penggunaan kontrasepsi oral.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan resistensi
pembuluh darah, iskemia miokard, dan hipertrofi atau rigiditas ventrikel.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3.Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
4. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupan yang berlebihan terkait dengan kebutuhan metabolic, tingkat aktivitas
dan gaya hidup monoton, serta keyakinan budaya.
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
. Keperawatan
1. Risiko penurunan Kriteria hasil : 1. Lakukan Perbandingan
curah jantung 1. Klien pengukuran tekanan darah
berhubungan berpartisipasi tekanan darah memberikan
dengan dalam klien pada saat gambaran yang
peningkatan aktivitas yang istiraha, duduk, lebih lengkap
resistensi pembuluh menurunkan dan berdiri. tentang
darah, iskemia tekanan keterlibatan
miokard, dan darah/beban masalah
hipertrofi atau kerja jantung. vaskular. Pada
rigiditas ventrikel. 2. Mempertaha klien yang lebih
nkan tekanan muda, hasil
darah dalam sistolik dan
rentang diastolic di atas
normal klien. normal dapat
3. Memperlihat menunjukkan
kan frekuensi prahipertensi.
dan irama 2. Catat
jantung keberadaan dan Denyut pada nadi
dalam kualitas denyut karotis, nadi
rentang nadi sentral dan jugularis, nadi
normal klien. nadi perifer. radialis, dan nadi
femoralis
mungkin teraba
kuat. Denyut
pada tungkai
mungkin
menurun akibat
efek dari
vasokonstriksi
dan kongesti
vena.
3. Auskultasi tonus
jantung dan suar Pada umumnya
napas. S4 terdengar
pada klien
dengan
hipertensi karena
adanya hipertrofi
atrium. Adanya
krakels atau
mengi dapat
mengindikasikan
kongesti paru
sekunder
terhadap gagal
jantung kronis.
4. Amati warna
kulit,
kelembapan, Kulit pucat,
suhu, dan waktu dingin lembab,
pengisian kapiler dan waktu
pengisian kapiler
lambat mungkin
disebabkan
vasokonstriksi
perifer atau
dekompensasi
5. Catat adanya jantung atau
edema.
penurunan curah
jantung.

Mengindikasikan
6. Berikan gagal jantung,
lingkungan yang kerusakan ginjal,
tenang, nyaman, atau kerusakan
dan kurangi vaskular.
aktivitas,
misalnya batasi Membantu untuk
jumlah menurunkan
pengunjung dan rangsangan
waktu kunjungan simpatis dan
terhadap klien. mempertahankan
7. Pertahankan relaksasi.
pembatasan
aktivitas,
misalnya istirahat
di tempat
tidur/kursi. Bantu
klien melakukan
perawatan diri Menurunkan
sesuai kebtuhan. stress dan
ketegangan yang
daoat
mempengaruhi
tekanan darah
8. Berikan tindakan dan hipertensi.
yang Membantu
meningkatan rasa pemulihan
nyaman, kondisi klien dan
misalnya pijat mengurangi
punggung dan risiko cedera saat
pijat leher. melakukan
proses perawatan
9. Anjurkan teknik diri.
relaksasi, guided
imagery Mengurangi
(imajinasi ketidaknyamana
terbimbing), dan n dan
distraksi menurunkan
rangsangan
simpatis

10. Pantau respons Dapat


klien terhadap mengurangi
obat untuk rangsangan
mengontrol strees dan
tekanan darah. menghasilkan
efek
11. Kolaborasi menenangkan,
dengan tenaga sehingga
kesehatan menurunkan
lainnya dalam tekanan darah.
pemberian
obat-obatan: Respons
-Diuretik terhadap terapi
misalnya obat tergantung
doxazosin pada individu
diuretic) dan efek obat
tersebut.
-Beta bloker,
misalnya
doxazosin
(Cardura)
-Kalsium
channel
blocker,
misalnya
nifedipine
(Adalat,
Procardia). - Diuretik
-Vasodilator merupakan
oral yang obat lini
bekerja pertama untuk
secara hipertensi tanpa
langsung komplikasi dan
(direct-acting biasanya
oral digunakan
vasodilators), tunggal atau
misalnya dengan obat ini,
hydralazine misalnya beta
(Apresoline) bloker, untuk
-ACE inhibitor, menurunkan
misalnya teknan darah
captopril klien.
(Capoten) - Beta bloker
-Angiotensin II digunakan
receptor untuk
blockers mengontrol
(ARBs), tekanan darah
misalnya klien dengan
candesartam gagal jantung
(Atacand) dan penyakit
-Aldosteron kardiovaskular.
bloker, - Kalsium
isalnya channel bloker
eplerenone digunakan
(Inspra) sebagai
pengobatan
hipertensi berat
saat kombinasi
diuretic dan
inhibitor
simpatetik
tidak cukup
untuk
mengontrol
tekanan darah.
- Vasodilator
oral untuk
merelaksasikan
otot polos
pembuluh
darah, sehingga
mengurangi
resistensi
vaskular.
- Vasodilator
parenteral
digunakan
untuk
manajemen
hipertensi
darurat.
- ACE inhibitor
merupakan
obat ini
pertama untuk
klien dengan
riwayat CHF,
diabetes, dan
risiko gagal
ginjal.
- ARBs
menghambat
kerja dari
angiotensin II
sehingga,
pembuluh
darah
berdilatasi dan
tekanan darah
menurun.
- Aldosteron
bloker
mengahambat
kerja
aldosterone
pada ginjal,
yang
menyebabkan
ginjal
mengekskresik
an lebih banyak
natrium dan air,
sehingga
menurunkan
tekanan darah.
2. Intoleransi aktivitas Kriteria hasil : 1. Kaji toleransi Perubahan dasar
berhubungan 1. Klien dapat klien terhadap (baseline) yang
dengan kelemahan berpatisipasi aktivitas catat terjadi pada
umum, dalam frekuensi nadi frekuensi
ketidakseimbangan aktivitas yang yang lebih dari istirahat
antara suplai dan diinginkan/dip 20 kali/menit membantu dalam
kebutuhan oksigen. erlukan. jika frekuensi mengkaji respons
2. Melaporkan nadi tersebut fisiologis klien
peningkatan lebih cepat terhadap
dalam dibandingkan aktivitas sehari-
roleransi dengan hari, dan jika
aktivitas yang frekuensi nadi muncul, maka
dapat diukur saat istirahat, hal tersebut
3. Menunjukkan ditandai dengan merupakan
penurunan adanya indicator dari
tanda peningkatan kelelahan.
fisiologis tekanan darah
intoleransi selama dan
setelah
beraktivitas,
dispnea atau
nyeri dada,
kelelahan berat
dan kelemahan,
berkeringat,
pusing atau
pingsan.
Kemajuan
2. Dukung klien aktivitas
untuk bertahap
meningkatkan mencegah
aktivitas/tolera peningkatan tiba-
nsi perawatan tiba pada kerja
diri jantung.

Teknik
3. Berikan penghematan
bantuan sesuai energy
kebutuhan dan menurunkan
anjuran penggunaan
penggunaan energy sehingga
kursi mandi, membantu
menyikat keseimbangan
gigi/rambut suplai dan
dengan duduk, kebutuhan
dan oksigen.
sebagainya. Untuk
4. Motivasi klien meningkatkan
untuk toleransi
berpartisipasi terhadap
dalam memilih kemajuan
periode aktivitas dan
aktivitas. mencegah
kelemahan.
3. Nyeri akut Kriteria hasil : 1. Lakukan Untuk membantu
berhubungan pengkajian melakukan
dengan 1. Klien nyeri, misalnya evaluasi
peningkatan mengungkap lokasi, efektivitas terapi
tekanan vaskuler kan rasa sakit karakteristik,
serebral. atau intensitas (pada
ketidaknyam skala 0-10),
anan dapat onset/serangan,
dikendalikan. dan durasi.
2. Klien dapat
mengungkap 2. Motivasi klien Meminimalkan
kan metode untuk tetap stimulasi dan
yang istirahat di mempertahankan
membantu tempat tidur relaksasi.
dalam selama fase
mengurangi akut, jika
nyeri. diperlukan.

3. Berikan atau
Dapat
rekomendasika
mengurangi
n tindakan
tekanan
nonfarmakoligi
pembuluh darah
untuk
serebral dan
menghilangkan
respons simpatis
nyeri kepala,
dalam
misalnya
mengurangi
menempatkan
nyeri kepala,
kain dingin
serta komplikasi
pada dahi, pijat
yang terkait.
pada leher dan
punggung,
teknik
relaksasi, serta
distraksi.
Kegiatan yang
4. Hindari
meningkatkan
melakukan
vasokonstriksi
kegiatan yang
dapat
dapat
menyebabkan
memperburuk
nyeri kepala
nyeri kepala,
akibat
misalnya
peningkatan
mengejan,
tekanan
batuk yang
pembuluh darah
berkepanjanga
otak.
n, dan
membungkuk.

Pusing atau
5. Bantu klien penglihatan
melakukan kabur sering kali
ambulasi sesuai berhubungan
kebutuhan. dengan nyeri
kepala vaskular.
Klien juga
mungkin
mengalami
episode hipotensi
postural dan
dapat
menyebabkan
kelemahan saat
ambuasi.
-Analgesik dapat
6. Kolaborasi menurunkan atau
dengan tenaga mengontrol
kesehatan stimulasi sistem
lainnya dalam saraf simpatis.
pemberian: -Anti-ansietas
-Analgetik. dapat
-Anti-ansietas, mengurangi
misalnya tegangan dsn
lorazepam ketidaknyamana
(Ativan), n yang
alprazolam disebabkan oleh
(Xanax), dan sress.
diazepam
(Valium).

4. Ketidakseimbanga Kriteria hasil : 1. Kaji Obesitas


n nutrisi lebih dari 1. Mendemostra pemahaman merdupakan
kebutuhan tubuh sikan klien tentang risiko tambahan
berhubungan perubahan hubungan pada hipertensi
dengan asupan pola makan, langsung antara karena
yang berlebihan misalnya hipertensi dan ketidakseimbang
terkait dengan pilihan dan obesitas an antara
kebutuhan kualitas kapasitas aorta
metabolic, tingkat makanan dan peningkatan
aktivitas dan gaya untuk curah jantung
hidup monoton, memperoleh yang
serta keyakinan berat badan berhubungan
budaya. yang dengan
diinginkan peningkatan
dengan massa tubuh.
pemeliharaan
kesehatan 2. Diskusikan Kebiasaan
yang optimal. pentingnya makan yang
2. Mempertaha menurunkan salah menunjang
nkan program masukan kalori terjadinya
olahraga dan batasi aterosklerosis
yang tepat asupan lemak, dan obesitas
garam, dan gula yang dapat
sesuai indikasi. mempengaruhi
hipertensi dan
komplikasi
selanjutnya,
misalnya stroke,
penyakit ginjal,
dan gagal
jantung.
3. Tentukan Motivasi untuk
keinginan klien menurunkan
untuk berat badan
menurunkan berasal dari
berat badan. dalam dirinya
sendiri. Klien
harus
mempunyai
keinginan untuk
menurunkan
berat badannya.
Jika tidak, maka
program tidak
akan berhasil.

4. Kaji ulang Mengidentifikasi


asupan kalori kan kekuatan dan
harian dan kelemahan dalam
pilihan diet. program diet
terakhir.
Membantu dalam
menentukan
kebutuhan klien
dlam
penyesuaian dan
pengajaran
program diet.

5. Kolaborasi Dapat
dengan tenaga memberikan
kesehatan konseling
lainnya dalam tambahan dan
merujuk ke ahli bantuan dengan
gizi untuk memenuhi
program kebutuhan diet
manajemen individual.
berat badan
sesuai indikasi

l
DAFTAR PUSTAKA

Udjianti, Wajan Juni. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba


Medika

Asikin, M, Nuralamsyah,M & Susaldi. 2016. Keperawatan Medikal Bedah


Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Erlangga

Majid, Abdul. 2018. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan


Sistem Kardiovaskuler. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Anda mungkin juga menyukai